Penulis
Data Publikasi
I. Pendahuluan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gereja adalah gedung (rumah)
tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen. Masih menurut KBBI, gereja juga
memiliki arti sebagai badan (organisasi) umat Kristen yang sama kepercayaan, ajaran, dan
tata cara ibadahnya. Hal ini berarti gereja sebagai suatu eksistensi berupa apa dan siapa.
Sebagai sesuatu yang merupakan produk unik suatu kebudayaan, gereja
mengungkapkan interaksi tertentu dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud disini
adalah berbagai nilai yang ada di masyarakat, khususnya nilai-nilai dari pancasila.
II. Isi
Gereja Sebagai Apa
Gereja sebagai apa memiliki arti ruang, rumah, atau gedung tertentu. Ada dikenal
berbagai gaya arsitektur dari gereja seperti gothic, roccocco, baroc, baroc roccocco, joglo,
kubus, dan berbagai rumah adat. Selain itu ada pula gereja pohon (seperti dalam cerita
zacheus dimana ia dan banyak orang lain duduk diatas pohon mendengarkan kata-kata
Tuhan Yesus), gereja lapangan (seperti saat Tuhan Yesus berkotbah di lereng bukit
kepada lebih dari 5000 orang), gereja kapal laut,gereja kapal terbang, dan berbagai
istilah lain yang merujuk pada tempat dimana orang-orang beribadah.
Gereja dengan makna tempat memiliki kaitan dengan kebiasaan, adat istiadat, dan
tata krama yang memengaruhi tampilan bangunan, tempat, lingkungan, ruang, dan
fasilitas disekitarnya. Dengan kata lain, gereja yang menggambarkan rancang bangun
tertentu ini pun mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal (pancasila) di sekitarnya. Selain
itu, rancang bangun berbagai ruang gereja tersebut memfasilitasi seseorang atau
sekelompok orang untuk berbakti kepada Tuhan Yesus. Hal ini memperlihatkan bahwa
sebagai rancang bangun, gereja memfasilitasi seseorang atau sekelompok orang untuk
melaksanakan Sila Pertama Pancasila yaitu ketuhanan yang maha esa. Tidak kalah
penting, pengaturan ruangan yang indah dengan konstruksi yang baik akan
mempengaruhi kekhusyukkan seseorang dalam berbakti dengan Tuhan Yesus.
melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam berbagai hal yang berkaitan
dengan pemecahan masalah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yang
dilakukan penduduk Indonesia yang memiliki latar belakang agama yang berbeda satu
sama lain. Berbagai aktivitas ini memperlihatkan gereja merupakan pengungkapan dari
salah satu Sila yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/Perwakilan. Seringkali bangunan gereja tidak hanya digunakan untuk
beribadah, tetapi juga untuk melakukan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan
kepentingan rakyat Indonesia.
Dalam sejarahnya, gereja pernah digunakan sebagai tempat dilaksanakannya
pertemuan-pertemuan
dari
pemeluk-pemeluk
agama,
kelompok
profesional,
cendekiawan, wakil-wakil daerah, dan masih banyak lagi untuk membicarakan partisipasi
nyata masing-masing kelompok demi menjaga persatuan dan kesatuan NKRI. Dalam
peristiwa tersebut, tercermin Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan dan Sila Persatuan Indonesia.
Penggunaan rancang bangun gereja, yang digunakan dalam proses belajar bersama,
belajar mengajar, dan pendidikan, memperlihatkan pemberdayaan rancang bangun
tersebut sebagai tempat pemberdayaan SDM di berbagai tingkat pada lembaga-lembaga
pendidikan formal atau sekolah. Maksud dari pendidikan ini adalah agar manusia
Indonesia menjadi lebih maju, pandai, ahli, serta terampil untuk memecahkan berbagai
masalah yang dialami di dalam kaitan dengan peningkatan kualitas manusia pembangun
Indonesia berdasarkan Pancasila. Melalui pendidikan yang dilakukan di dalam gedung
gereja ini, terlihat bahwa gereja dapat diberdayakan bagi peningkatan pengetahuan, ilmu
pengetahuan, seni agar berlangsung proses pemerataan pendidikan guna kemajuan
masyarakat bangsa NKRI, baik di perkotaan, pedesaan, dan tempat serta pulau terpencil
yang tersebar di seluruh nusantara. Berbagai program ini merupakan wujud Sila Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Gereja sebagai apa berkonotasi gambaran yang mencerminkan bahwa rancang
bangun gereja mengekspresikan nilai-nilai yang berakar sekaligus merupakan khazanah
kearifan lokal, khususnya Pancasila. Akan tetapi, gereja juga memiliki arti lain yang
terungkap pada kata-kata Gereja sebagai Tubuh Kristus. Makna ini memperlihatkan
gereja memiliki makna manusia yang menggambarkan eksistensi gereja yang bermakna
siapa.
Gereja Sebagai Siapa
Terdapar berbagai istilah yang menggambarkan fasilitas media massa yang
memfasilitasi orang-orang berbakti kepada Tuhan. Salah satu istilahnya adalah forum
rubrik/mimbar yang merujuk kepada orang atau kelompok orang tertentu yang
menggunakan forum ini untuk melakukan kegiatan kerohanian khususnya berbakti,
menyembah, mengabdi, dan berperilaku seperti yang diperlihatkan Tuhan Yesus (Kisah
Para Rasul 11:26). Mereka dikenal sebagai gereja. Dengan demikian, gereja pada
hakekatnya adalah suatu organisme.
Sebagai kata yang merupakan istilah berkonotasi rohani, organisme yang
beridentitas gereja merujuk pada manusia yang dipanggil keluar dari dalam gelap untuk
masuk ke dalam Terang-Nya yang Ajaib (I Petrus 2:9,10). Sebagai istilah, gereja
merupakan himpunan manusia yang mempunyai jati diri, identitas yang khas yang pada
hakekatnya berkonotasi rohani namun yang secara ril tetap berada, hidup di dalam
masyarakat, bangsa, negara tertentu, dan dunia nyata. Istilah gereja di sini merujuk pada
hakekat jati diri gereja sebagai suatu organisme.
Pada hakekatnya gereja yang benar itu mengalami pertumbuhan (perubahan secara
kuantitatif; jumlah orang, diversifikasi fungsi dan kegiatan). Selain itu, gereja juga harus
mengalami perkembangan (perubahan secara kualitatif; pemberdayaan fungsi dan
kegiatan). Pertumbuhan dan perkembangan gereja yang benar berlangsung sebagai
pekerjaan roh kudus, yaitu Tuhan yang menyertai gereja-Nya yang sekaligus
menggambarkan kekuatan percepatan oleh kuasa Tuhan Yesus yang Hidup (the
quickening power of The Living Jesus Christ menurut Barth,1995). Kepercayaan dan
keyakinan iman kristen mengenai gereja memperlihatkan relevansi TUHAN TRINITAS
dengan dengan Sila Ketuhanan yang Maha Esa pada Pancasila.
Gereja-gereja memiliki cara berbakti, gaya berbakti yang semuanya mengandung
prinsip, tradisi, kebiasaan, tatakrama, adat istiadat yang saat ini diberlakukan secara
formal menjadi suatu liturgi.Perilaku berbakti ini mengungkapkan keberbagaian cara
gereja berbakti kepada Tuhan Yesus. Hal ini memperlihatkan relasi antara gereja dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika pada Garuda Pancasila.
Pencerminan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab pada Pancasila di kalangan
gereja terungkap pada berbagai aktivitas gereja. Aktivitas tersebut terungkap melalui