PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan sebagai tenaga kesehatan memiliki peran yang sangat sentral dalam
pelayanan kesehatan dasar. Untuk menanggulangi tingginya Angka Kematian
Ibu dan Angka Kematian Bayi, sekolah kebidanan secara khusus didirikan
pemerintah Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia
melalui Departemen Kesehatan dan BKKBN terns mendorong pertumbuhan
jumlah bidan. Menurut Profil Kedudukan dan Peranan Wanita 1995 balk di
kota maupun di desa, perempuan lebih memilih bidan dalam memeriksakan
kesehatan dan kehamilan mereka dari pada tenaga kesehatan iainnya. Habsjah
dan Aviatri (dalam Oey- Gardiner 1996:393) mengungkapkan bahwa sejak
tahun 1952 bidan sudah dikerahkan untuk mengelola Balai Kesehtan Ibu dan
Anak. Ketika pada tahun 1968 puskesmas pertama kali diperkenalkan di
Indonesia, Depkes mengeluarkan peraturan bahwa tenaga puskesmas harus
terdiri atas tenaga dokter, bidan, mantri, dan perawat. Tetapi berbagai studi
membuktikan bahwa banyak puskesmas yang hanya memiliki bidan atau
mantri sebagai satu-satunya tenaga kesehatan yang setiap saat dapat dikunjungi
oleh masyarakat. Bidan di Indonesia adalah ujung tombak pelayanan kesehatan
dasar Praktek pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan penyedia
layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan
pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Supaya
masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang
bermutu dari pelayanan bidan, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan
secara jelas, persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek, seperti
perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan administrasi
semuanya harus sesuai dengan standar.
Setelah bidan melaksanakan pelayanan di lapangan, untuk menjaga kualitas
dan keamanan dari layanan bidan, dalam memberikan pelayanan harus sesuai
dengan kewenangannya. Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan organisasi Ikatan Bidan memiliki kewenangan untuk
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bidan praktik swasta (BPS) merupakan satu wahana pelaksanaan praktik
bidan dimasyarakat. Praktik pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan
penyedia layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam
memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak. Setelah bidan melaksanakan pelayanan dilapangan, untuk menjaga
kualitas dan keamanan dari layanan bidan, dalam memberikan pelayanan harus
sesuai dengan kewenangannya. Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Organisasi Ikatan Bidan memiliki kewenangan
untuk pengawasan dan pembinaan kepada bidan yang melaksanakan praktik
perlu melaksanakan tugasnya dengan baik.
Penyebaran dan pendistribusian bidan yang melaksanakan praktik perlu
pengaturan agar terdapat pemerataan akses pelayanan yang sedekat mungkin
dengan masyarakat yang membutuhkannya. Tarif dari pelayanan bidan praktik
akan lebih baik apabila ada pengaturan yang jelas dan transparan, sehingga
masyarakat tidak ragu untuk datang ke pelayanan bidan praktik perorangan
(swasta). Informasi dari jasa pelayanan bidan untuk masyarakat perlu
pengaturan yang jelas, agar masyarakat perlu mendapatkan informasi yang
jelas, sehingga konsumen bidan praktik swasta mendapatkan kepuasan akan
layanan yang diterimanya.
Dari tahun ketahun permintaan masyarakat terhadap peran aktif bidan dalam
memberikan pelayanan terus meningkat. Ini merupakan bukti bahwa eksistensi
bidan ditengah masyarakat semakin memperoleh kepercayaan pengakuan dan
penghargaan. Berdasarkan hal inilah, bidan dituntut untuk selalu berusaha
meningkatkan kemampuan sekaligus mempertahankan dan meningkatkan
kualitas pelayananannya termasuk pelayanan Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi. Karena hanya melalui pelayanan berkualitas pelayanan
yang baik dan terjaungkau yang diberikan oleh bidan, kepuasan pelanggan baik
kepada individu, keluarga dan masyarakat dapat tercapai.
3
Program bidan delima yang telah diluncurkan merupakan salah satu cara
dalam meningkatkan kualitas pelayanan bidan praktik swasta. Tentunya akan
mendukung performa dan identitas profesionalisme Bidan Praktik Swasta ,
diantaranya adalah :
1. Kebanggaan profesional
2. Kualitas pelayanan meningkat
3. Kemampuan organisasi profesi
4. Pengakuan masyarakat
5. Cakupan klien meningkat
6. Pemasaran dan promosi
7. Peghargaan bidan delima
8. Kemudahan lainnya
Bidan delima adalah suatu program terobosan strategis yang mencakup :
1. Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkungan
keluarga berencana ( KB ) dan Kesehatan Reproduksi.
2. Merk dagang / Brande.
3. Mempunyai standar kualitas, unggul, khusus, bernilai tambah, lengkap, dan
memiliki hak paten.
4. Rekruitmen Bidan Delima ditetapkan dengan kriteria, sistem, dan proses
baku yang harus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan
5. Menganut prinsip pengembangan diri atau self development dan semangat
tumbuh bersama melalui dorongan, dari diri sendiri, mempertahankan dan
meningkatkan kualitas, dapat memuaskan pasien dan keluarganya.
6. Jaringan yang mencakup seluruh Bidan Praktik Swasta dalam pelayanan
keluarga berencana ( KB ) dan Kesehatan Reproduksi.
nyaman,
terjangkau
dalam
bidang
2. Delima: Buah yang terkenal sebagai buah yang cantik, indah, berisi biji, dan
cairan manis yang melambangkan kesuburan (reproduksi)
3. Merah : warna melambangkan keberanian dalam menghadapi tantangan
dan pengambilan keputusan yang cepat, tepat dan membantu masyarakat
4. Hitam : Warna yang melambangkan ketegasan dan kesetiaan dalam
melayani kaum perempuan (ibu dan anak tanpa membedakan)
5. Hati : melambangkan pelayanan bidan yang manuasiawi penuh kasih
sayang (sayang ibu dan sayang bayi) dalam semua tindakan / intervensi
pelayanan.
Bidan Delima melambangkan pelayanan berkualitas dalam Kesehatan
Reproduksi dan Keluarga Berencana yang berlandaskan kasih sayang, sopan
santun, ramah tamah, sentuhan yang manusiawi, terjangkau dengan tindakan
kebidanan sesuai standart dan kode etik profesi. Logo / branding/ merk Bidan
Delima menandakan bahwa BPS tersebut telah memberikan pelayanan yang
berkualitas yang telah diuji / di Akreditasi sesuai dengan standart yang tealh
ditetapkan, memberikan pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan dan
kepuasan pelanggannya ( service excelence ). Pada akhirnya diharapkan Bidan
Delima dapat menjadikan bidan praktik swasta yang mampu memberikan
pelayanan berkualitas terbaik dalam bidang kesehatan reproduksi dan Keluarga
Berencana, bersahabat dan peduli terhadap kepentingan pelanggan, serta
memenuhi bahkan melebihi harapan pelanggan.
3.
4.
5.
6.
lulus)
Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
meliputi :
a. Fotocopy ijazah bidan
b. Fotocopy transkip nilai akademik.
c. Surat keterangan sehat dari dokter.
d. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar
e. Persyaratan lain sesuai kebijakan IBI daerah
f. Rekomendasi yang diberikan organisasi profesi sebagaimana dimaksud
setelah terlebih dahulu dilakukan uji kemampuan ilmuan dan
keterampilan, kepatuhan kepada kode etik profesi, serta kesanggupan
melakukan praktek bidan
6
7.
8.
9.
berlaku.
d. Memberikan informasi tentang pelayanan yang kan diberikan.
e. Memintak persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
f. Melakukan rekam medis (medical record) dengan baik.
SIPB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbarui serta merupakan dasar
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
Memberi pelayanna yang kompeten dan efektif dan memberi saran kepada
3.
4.
pasien
Mudah ditemuai dan mampu menjawab semua pertanyaan.
Berpengalaman, tahu apa yang dilakukan, mengerti dan memahami
5.
6.
7.
D. Kewajiban Bidan
Bidan memiliki kewajiban sebagai berikut :
1. Selama menjalankan BPS, bidan wajib menaati semua peratuan
perundang-undangan yang berlaku, baik dari dinas maupun dari profesi
2.
(IBI)
Bidan dalam menjalankan prakti harus membantu program pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya kesehatan
3.
4.
pelatihan
Bidan dalam menjalankan praktiknya memiliki kewenangan untuk
5.
6.
7.
sesuai
dengan
pelayanan
yang
diberikan
dilmpirkan
kepuskemas.
Mengikiti kegiatan-kegiatan yang dilakukan organisasi profesi (IBI)
Kepala dinas kesehatan kabupaten atau kota dan atau organisasi terkait
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bidan yang melakukan
8.
2.
3.
2.
F. Pelayanan Kolaborasi
Pada acara congress on nursing practice tahun 1992, American Nursing
Association (ANA) merumuskan definisi kolaborasi yaitu :
Kolaborasi adalah hubungan saling berbagi tanggung jawab (kerjasama)
dengan rekan sejawat/tenaga kesehatan lainnya dalam memberi asuhan pada
pasien. Dalam praktiknya, kolaborasi dilakukan dengan mendiskusikan
diagnosis pasien serta bekerjasama dalam penatalaksanaan dan pemberian
asuhan. Masing-masing tenaga kesehatan dapat saling berkonsultasi dengan
tatap muka langsung atau melalui alat komunikasi lainnya dan tidak perlu hadir
ketika tindakan dilakukan. Petugas kesehatan yang ditugaskan menangani
pasien bertanggujawab terhadap keseluruhan penatalaksanaan asuhan. Elemen
kolaborasi mencakup :
a. Harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda, yang
dapat bekerjasama secara timbal balik dengan baik.
b. Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerja sama
10
A. Kesimpulan
Menurut satuan kredit perolehan organisasi IBI, bidan praktek swasta
adalah bidan yang diberi izin untuk menjalankan praktek perorangan setelah
memenuhi persyaratan yang ditentu ( IBI, 1997: 15 ).
Program bidan delima yang telah diluncurkan merupakan salah satu cara
dalam meningkatkan kualitas pelayanan bidan praktik swasta. Tentunya akan
mendukung performa dan identitas profesionalisme Bidan Praktik Swasta ,
diantaranya adalah :
1. Kebanggaan profesional
2. Kualitas pelayanan meningkat
3. Kemampuan organisasi profesi
4. Pengakuan masyarakat
5. Cakupan klien meningkat
6. Pemasaran dan promosi
7. Peghargaan bidan delima
8. Kemudahan lainnya
B. Saran
Diharapkan para pembaca lebih memahami dan mendalami isi makalah
yang telah tertera di dalam makalah tersebut agar bisa diterapkan di lingkungan
masyarakat.
11
DAFTAR PUSTAKA
12