Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesian Demographic and Health Survey (2013) mengungkapkan
bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi yaitu
359/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) yaitu 34/1000
kelahiran hidup, sedangkan dunia memproyeksikan target penekanan AKI
menjadi 102/100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 15/1000 kelahiran
hidup. Bidan merupakan mitra perempuan, memiliki posisi penting dan
strategis dalam membantu upaya penurunan AKI dan AKB, terutama dalam
meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Kesehatan ibu dan anak mempunyai
dampak yang besar terhadap kualitas hidup generasi penerus yang merupakan
salah satu indikator dari kesejahteraan suatu bangsa.
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang paripurna dan
berkesinambungan akan berorientasi pada asuhan kebidanan yang bersifat
holistik, meliputi pemahaman aspek aspek sosial, emosional, kultural,
spiritual, psikologikal dan fisik perempuan. Asuhan kebidanan yang diberikan
ini berdasarkan bukti bukti nyata yang terbaik dan terkini, sehingga bidan
harus mampu memberikan nasihat, informasi dan fasilitas yang dibutuhkan
perempuan agar mereka mampu berpartisipasi serta mengambil keputusan
untuk peningkatan kesehatannya. Pelayanan kebidanan pada dasarnya sejalan
dengan perkembangan obstetrik, namun masing masing mempunyai lingkup
praktik tersendiri.
Kebidanan sebagai profesi yang terus berkembang harus mengikuti
perkembangan

dan

perubahan

globalisasi.

Era

globalisasi

menuntut

tersedianya sumber daya manusia profesional dalam memberikan pelayanan


kepada masyarakat. Profesionalisme terkait erat dengan kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang profesional. Kompetensi profesional adalah suatu
kebiasaan dan diterapkan dengan bijak dengan memperhatikan komunikasi.
Pengetahuan, keterampilan teknikal, alasan klinikal, emosi, nilai, dan refleksi
dalam praktik sehari-hari untuk memperbaiki kesehatan individu,keluarga dan

masyarakat. Sikap profesional bidan tidak terlepas dari harapan masyarakat


terhadap profil seorang bidan.
Survey tentang kinerja bidan (Tim IBI & AIPKIND, 2010) melalui
pendekatan

kualitatif

menunjukkan

bahwa

pada

intinya

masyarakat

mengharapkan bidan yang ramah, terampil dan tanggap dibidangnya.


Mencermati harapan masyarakat tersebut, sudah selayaknya organisasi profesi
dan asosiasi institusi pendidikan kebidanan (IBI dan AIPKIND) menyusun
suatu standar kompetensi bidan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan pendidikan kebidanan, agar lulusan yang dihasilkan dapat
memberikan pelayanan kebidanan berkualitas. Standar kompetensi bidan ini
disusun berdasarkan body of knowledge, filosofi dan paradigma pelayanan
kebidanan dengan mengacu pada Permenkes No. 369/ Menkes/ SK/ III/ 2007,
tentang Standar Profesi Bidan, Permenkes No. 161/ Menkes/ PER/ I/ 2010
tentang registrasi tenaga kesehatan dan Permenkes No 1464/ Menkes/ Per/ X/
2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan serta essential
competencies International Confederation of Midwives (ICM) tahun 2010.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja kompetensi bidan yang diharapkan ?
2. Apa saja pengetahuan dasarnya ?
3. Apa saja pengetahuan tambahannya ?
4. Apa saja keterampilan dasar yang dibutuhkan ?
5. Apa saja keterampilan tambahan yang dibutuhkan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kompetensi bidan yang diharapkan
2. Untuk mengetahui apa saja pengetahuan dasarnya
3. Untuk mengetahui apa saja pengetahuan tambahannya
4. Untuk mengetahui apa saja keterampilan dasar yang dibutuhkan
5. Untuk mengetahui apa saja keterampilan tambahan yang dibutuhkan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kompetensi Bidan yang Diharapkan

Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan


dengan efektivitas kinerja dan tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang

dimiliki indivindu sebagai syarat untuk dianggap mampu dan memiliki


hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan atau
suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau
tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pegetahuan serta didukung oleh
sikap kerja yang yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan
praktek kebidanan pada berbagai pelayanan kesehatan secara aman dan
bertanggung jawab sesuai dengan standar sebagai syarat untuk dianggap
mampu oleh masyarakat (Elfindri, 2011 dan PP IBI, 2004).
Menurut (Sujianti, 2009 dan Mufdlilah, 2009) kompetensi bidan adalah
kemampuan dan karakteristik yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan
prilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek
kebidanan secara aman dan bertanggung jawab pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan. Standar kompetensi adalah rumusan suatu kemampuan
yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Standar

kompetensi bidan adalah rumusan suatu kemampuan bidan yang dilandasi


oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Menurut Hasibuan (2000) dan Wibowo (2008), faktor yang mempengaruhi
kompetensi

seseorang

yaitu

pendidikan,

keyakinan,

keterampilan,

pengalaman, karakteristik pibadi, motivasi dan isue emosional. Pendapat


Siagian, (2000) dan Gibson (1997) hal yang berperan mempengaruhi
kompetensi adalah : pendidikan, minat, motivasi dan sosial ekonomi, masa
kerja.
Asuhan

pada

ibu/wanita

dengan

gangguan

reproduksi

menurut

KEPMENKES RI NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar


profesi bidan :
Asuhan kebidanan pada wanita / ibu dengan gangguan sistem reproduksi
menurut Kepmenkes RI nomor 369/MENKES/SK/III/2007 merupakan
kompetensi yang ke-9 dari standar kompetensi bidan yang terdiri dari
pengetahuan dasar, keterampilan dasar dan keterampilan tambahan.
Kompetensi ke-9 : Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu
dengan gangguan sistem reproduksi.
2.2 Pengetahuan Dasar

1. Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit menular


seksual (PMS), HIV/AIDS.
Penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi perempuan dalam siklus
kehidupannya, infeksi saluran kemih (ISK), infeksi menular seksual
(IMS), HIV/ AIDs dan masalalah kesehatan reproduksi. Harus ada
kesesuaian dengan GBPP dan Silabus mata kuliah kebidanan yang ada
pada Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi. Penyuluhan kesehatan
reproduksi tidak hanya terbatas kepada penyakit menular sexual dan
HIV/AIDS, tetapi juga kondisi-kondisi yang mengganggu kesehatan
reproduksi perempuan secara menyeluruh dalam siklus kehidupannya.
2. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang lazim
terjadi.
Deteksi dini Tanda dan gejala, serta penatalaksanaan awal masalah
kesehatan reproduksi dan Infeksi Saluran Kemih (ISK). Selain memiliki
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bidan juga harus mampu
mengenal dan mendeteksi tanda dan gejala yang sering terjadi berkaitan
dengan permasalahan kesehatan reproduksi serta mampu melakukan
penatalaksanaan awal dari masalah tersebut.
Pengenalan tanda dan gejala mengenai permasalahan kesehatan
reproduksi selama proses pendidikan kebidanan harus diiringi dengan
penemuan kasus yang sering terjadi selama proses pendidikan bidan.
3. Tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi :
keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
Tanda, gejala, dan penatalaksanaan awal pada kelainan ginekologi
meliputi : keputihan, perdarahan tidak teratur, gangguan siklus haid dan
penundaan haid serta permasalahan klimakterium, menopause dan post
menopause. Penatalaksanaan pada kelainan ginekologi merupakan
penatalaksanaan awal yang dilakukan oleh bidan dapat berupa penyuluhan
atau pemberian obat-obatan yang harus ditetapkan standar operasional
prosedur (SOP)-nya.
Pada penatalaksanaan awal permasalahan tersebut selama proses
pendidikan harus dijelaskan mengenai obat-obatan terbatas yang boleh
diberikan oleh bidan.

2.3 Pengetahuan Tambahan


1. Mikroskop dan penggunaannya.
2. Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan Pap Smear.
2.4 Keterampilan Dasar
1. Mengidentifikasi gangguan masalah

dan kelainan-kelainan

sistem

reproduksi.
Mendeteksi dan melakukan rujukan masalah dan kelainan-kelainan
sistem reproduksi. Penuntun tersebut dibuat dalam rangka menjelaskan
batasan kewenangan bidan sesuai dengan kewenangan bidan dalam
permenkes nomor HK.02.02/Menkes/149/I/2010 disebutkan bahwa bidan
berwenang melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan
penyuluhan terhadap kasus IMS.
2. Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus spontan
(bila belum sempurna).
Melakukan penatalaksanaan awal dan melakukan rujukan pada
perdarahan abnormal dan kasus-kasus abortus yang gawat darurat.
Penatalaksanaan awal dilakukan oleh bidan pada kasus perdarahan
abnormal yang sesuai dengan kewenangan bidan dan kurikulum dalam
pendidikan bidan (Asuhan Kebidanan Patologi). Pengobatan pada kasus
perdarahan abnormal dan kasus abortus gawat darurat oleh bidan harus
ditetapkan dan diperjelas mengenai obat bebas/ terbatas yang boleh
digunakan oleh bidan. Pengobatan tersebut harus dibahas dalam mata
kuliah farmakologi agar jelas bagaimana interaksi obat yang terjadi.
3. Melaksanakan kolaborasi atau rujukan secara tepat pada wanita/ibu
dengan gangguan sistem reproduksi.
Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara cepat dan tepat pada
perempuan dengan gangguan system reproduksi. Harus adanya penjelasan
mengenai kriteria rujukan yang cepat dan tepat pada wanita/ibu dengan
gangguan system reproduksi. Di lapangan (tempat praktik/ tempat bidan
bekerja) harus adanya kejelasan mengenai sistem rujukan untuk kasus
gangguan reproduksi.

4. Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada


gangguan sistem reproduksi meliputi : keputihan, perdarahan tidak teratur
dan penundaan haid.
Tidak ada perubahan harus adanya kejelasan mengenai pengobatan
yang boleh diberikan oleh bidan dan disertai dengan prosedur
penatalaksanaannya. Pada mata kuliah Farmakologi dalam proses
pendidikan harus dijelaskan pengobatan tersebut. Di lapangan harus
disediakan obat-obatan tersebut sebagai standar praktik kebidanan.
5. Mikroskop dan penggunaannya
Sebaiknya point ini dihilangkan. Selama ini penggunaan mikroskop
tidak optimal digunakan oleh bidan, karena pengetahuan yang kurang
dalam menggunakan serta dalam menganalisis hasilnya. Selain itu,
tersedianya fasilitas yang lebih lengkap di laboratorium menyebabkan
pemeriksaan di laboratorium lebih optimal dibanding pemeriksaan
mikroskop oleh bidan. Harus adanya kejelasan mengenai kondisi-kondisi
yang memungkinkan/ membolehkan bidan menggunakan mikroskop.
6. Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear.
Melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA test),
mengambil dan melakukan proses pengiriman apus cerviks untuk
pemeriksaan pap smear. Adanya penambahan mengenai pemeriksaan IVA
sebagai keterampilan tambahan bagi bidan sebagai deteksi dini terhadap
adanya gangguan reproduksi yang mengarah pada keganasan.
2.5 Keterampilan Tambahan
1. Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina.
Sebaiknya point ini dihilangkan. Selama proses pendidikan kebidanan
pada jenjang diploma sudah dikenalkan dan dilakukan praktikum
penggunaan mikroskop pada beberapa mata kuliah (mikrobiologi,
parasitologi,

biologi

kesehatan)

namun

tidak

adanya

kelanjutan

pembelajaran mikroskop tersebut selama praktik klinik kebidanan. Harus


adanya penjelasan mengenai gambaran hapusan vagina yang normal dan
abnormal pada pemeriksaan mikroskop. Pada kenyataan di lapangan
adanya kesenjangan fasilitas laboratorium (tidak tersedianya mikroskop
untuk pemeriksaan hapus vagina)

2. Mengambil dan proses pengiriman sediaan Pap Smear.


Sebaiknya point ini dihilangkan. Sudah ada pada point ketrampilan
dasar.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Menurut (Sujianti, 2009 dan Mufdlilah, 2009) kompetensi bidan adalah
kemampuan dan karakteristik yang meliputi pengetahuan, keterampilan
dan prilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan
praktek kebidanan
2. Pengetahuan dasar bidan meliputi penyuluhan kesehatan mengenai
kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS;
Mengetahui tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual
yang lazim terjadi; serta tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada kelainan
ginekologi meliputi : keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan
haid.

3. Pengetahuan tambahan meliputi mikroskop dan pengguanaannya, teknik


pengambilan dan pengiriman sediaan Pap smear.
4. Keterampilan dasar bidan meliputi mengidentifikasi gangguan masalah
dan kelainan-kelainan sistem reproduksi; Memberikan pengobatan pada
perdarahan abnormal dan abortus spontan (bila belum sempurna);
Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat pada wanita/ibu
dengan gangguan sistem reproduksi; Memberikan pelayanan dan
pengobatan sesuai dengan kewenangan pada gangguan sistem reproduksi
meliputi : keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid;
Mikroskop dan penggunaannya; Dan teknik pengambilan dan pengiriman
sediaan pap smear.
3. Keterampilan tambahan

meliputi

menggunakan

mikroskop

untuk

pemeriksaan hapusan vagina; Dan mengambil dan proses pengiriman


sediaan Pap Smear.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa lebih tahu tentang isi yang telah tertera di dalam
makalah ini agar mahasiswa lebih tau tentang asuhan kebidanan pada ibu /
wanita dengan gangguan sistem reproduksi.

DAFTAR PUSTAKA
Atiek Kustiati.2010.Analisa Standar Kompetensi Bidan.
http://atikgurubidan.blogspot.com/2010/09/analisa-standar-kompetensi-bidan9.html
(diakses tanggal 03 Mei 2015).
Diah Sarlita.2014.Standar Kompetensi Bidan.
http://diahsarlita.blogspot.com/2014/05/standar-kompetensi-bidan.html
(diakses tanggal 03 Mei 2015).

Anda mungkin juga menyukai