Agen Perubahan 1
Agen Perubahan 1
terhambat bahkan gagal tanpa adanya agen perubahan. Agen perubahan mampu
memperdayakan sesama agar turut serta menikmati manfaat inovasi. Kedua kaki
agen perubahan berpijak diantara pengusaha perubahan dengan masyarakat. Agen
perubahan sangat urgen peranannya dalam inovasi. Karena itu perlu pembahasan
lebih jauh mengenai agen perubahan itu sendiri.
PEMBAHASAN
Agen Perubahan sebagai Penghubung
Banyak perbedaan dalam memutuskan bersama definisi dari agen perubahan.
Guru-guru, para konsultan, dokter umum, agen perluasan agrikultural, pekerja
pengembangan, dan sales. Dari kesemua agen perubahan tersebut memberikan
suatu hubungan komunikasi antara sebuah sistem sumber dari beberapa yang
serupa dan sistem klien. Salah satu peran utama dari agen perubahan adalah
memfasilitasi aliran/arus inovasi dari agen perubahan sampai kepada
pendengar/audiens dari klien. Agar tipe komunikasi ini dapat efektif, inovasi harus
diseleksi/dipilih agar cocok/sesuai dengan kebutuhan klien. Agar
pertalian/hubungan dapat berjalan efektif, feedback/umpan balik dari sistem klien
harus mengalir/mengarah sampai agen perubahan kepada perwakilan perubahan
dengan begitu dapat diatur program yang cocok dengan kebutuhan klien.
Agen perubahan mungkin saja tidak dibutuhkan dalam difusi inovasi jika
didalamnya tidak terdapat kemasyarakatan dan perbedaan teknis antara agen
perubahan (change agency) dan sistem klien. Sistem agen (agency) perubahan
biasanya terdiri/tersusun dari individu-individu yang memiliki derajat/tingkat yang
tinggi dalam menghargai suatu difusi yang sedang didifusikan; agen perubahan
secara personal mungkin dapat berupa Ph.D dalam bidang agrikultur, science, atau
bidang-bidang teknik lainnya.
Pemimpin mereka (agen perubahan) mengetahui bahwa sulit bagi mereka untuk
mengkomunikasikan secara langsung suatu inovasi dengan klien. Mereka berbeda
(heterophily) dalam sub-kebudayaan bahasa, status sosio-ekonomi, kepercayaan
dan nilai-nilai. Jurang pemisah heterophily ini dari kedua sisi antara agen perubahan
membuat peran konflik dan masalah yang pasti dalam komunikasi. Sebagai
jembatan/penengah dua sistem berbeda, agen perubahan adalah sebuah
figur/bentuk yang marginal/terpinggirkan dalam masing-masing dari dua dunia.
Sebagai tambahan untuk menghadapi masalah marginalitas sosial; agen-agen
sosial harus berhadapan dengan masalah-masalah dari kelebihan informasi
(information overload), kondisi dari individu atau sistem dimana input komunikasi
yang berlebihan tidak dapat diproses dan dimanfaatkan/digunakan dapat menuju
kerusakan. Banyaknya volume informasi mengenai inovasi mengalir/berasal dari
agen perubahan (change agency) mungkin dapat mengatasi kapasitas agen
perubahan untuk memilih pesan yang paling relevan untuk sistem klien. Dengan
pemahaman akan kebutuhan dari klien-klien, seorang agen perubahan dapat secara
selektif mengubah mereka hanya menjadi informasi yang relevan.
Setiap inovasi adalah perubahan sosial, tetapi setiap perubahan sosial belum tentu
inovasi. Everett M Rogers, agen perubahan (the chage agent) adalah orang yang
bertugas mempengaruhi klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan
yang diinginkan oleh pengusaha perubahan (change agency). Pekerjaan ini
mencakup berbagai macam pekerjaan seperti guru, konsultan, penyuluh kesehatan,
penyuluh pertanian dan sebagainya. Semua agen perubahan bertugas membuat
jalinan komunikasi antara pengusaha perubahan (sumber inovasi) dengan sistem
klien (sasaran inovasi). Dalam kenyataannya pengusaha perubahan biasanya
didirikan oleh orang-orang ahli atau berpendidikan tinggi dalam bidang inovasi yang
sedang didifusikan (digabungkan), misalnya Doktor dalam pertanian, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya. Oleh karena terdapat perbedaan pengetahuan yang
sangat jauh dari klien, maka terjadi hambatan komunikasi. Bahkan mungkin antara
pengusaha perubahan dengan klien bukan hanya heterophily dalam bidang teknik
tetapi juga dalam bidang sosial-ekonomi, adat-istiadat, kepercayaan, dan sikap.
Agen perubahan justru menjalin hubungan dengan dua sistem inferensial (yang
dapat disimpulkan) dengan kemungkinan keduanya heterophily yaitu hubungan
dengan pengusaha perubahan dan juga dengan sistem klien. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia heterophily merupakan suatu keadaan gambaran derajat
pasangan orang-orang yang berinteraksi dalam proses komunikasi yang berbedabeda dalam sifati-sifat tertentu. Agen perubahan harus dapat mengatasi situasi
tersebut dengan cara mengadakan seleksi informasi disesuaikan dengan masalah
dan kebutuhan klien. Dengan memahami kebutuhan klien, agen klien dapat
membatasi informasi yang disampaikan kepada klien, hanya yang relevan dengan
kebutuhan.
Seorang agen perubahan awalnya sering membantu klien menjadi sadar akan
kebutuhan untuk merubah sikap/tingkah laku mereka. Dalam tujuan untuk memulai
proses perubahan, agen perubahan mengusulkan alternatif baru dari masalah yang
terjadi, menguraikan dengan baik dan jelas pentingnya masalah tersebut untuk
diatasi, dan meyakinkan klien bahwa mereka mampu untuk menghadapi masalah
tersebut. Agen perubahan menilai kebutuhan klien sangat penting pada tahap ini
dan juga mencoba membantu klien untuk mendapat kebutuhan yang lebih baik.
2.
6.
Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak
berkelanjutannya inovasi
Agen perubahan mungkin secara efektif menstabilkan tingkah laku baru sampai
menguatkan pesan kepada klien yang telah mengadopsi, dengan demikian seperti
membekukan tingkah laku/sikap baru dari klien. Bantuan ini diberikan ketika
seorang klien sedang berada pada tahap implementasi atau konfirmasi dalam
proses keputusan inovasi.
7.
1.
Salah satu tugas agen perubahan yang sangat penting dan sukar melaksanakannya
ialah mendiagnosa kebutuhan klien. Banyak terbukti usaha difusi inovasi gagal
karena tidak mendasarkan kebutuhan klien, tetapi lebih mengutamakan pada target
inovasi sesuai kehendak pengusaha perubahanan. Sebagai contoh, disebuah desa
suku Indian, mendapat dana dari pemerintah untuk membangun irigasi agar dapat
meningkatkan hasil pertaniannya. Tetapi sangat dibutuhkan orang di desa itu
tendon air untuk minum, karena mereka harus berjalan sejauh 3 km untuk
mendapatkan air sungai. Maka akhirnya penduduk membangun waduk air bukan di
sawah tetapi didekat desa dan menggunakan air itu untuk minum bukan untuk
irigasi. (Rogers, 1983, hal 320).
Dari berbagai bukti itu, dirumuskan generalisasi (9-3) Keberhasilan agen
perubahan berhubungan positif dengan kesesuaian program difusi dengan
kebutuhan klien.
4.
Seperti telah kita ketahui bahwa empati akan mempengaruhi efektifitas komunikasi.
Komunikasi yang efektif akan mempercepat diterimanya inovasi. Generalisasi (9-4)
Keberhasilan agen perubahan berhubungan positif dengan empatik terhadapat
klien.
Perlu diperhatikan bahwa makin banyak perbedaan antara agen perubahan dengan
klien makin sukar agen perubahan menunjukan empatik. Untuk mengatasi hal ini
biasanya diadakan pemilihan calon agen perubahan dipilihkan orang yang
mempunyai latar belakang kehidupan sesuai dengan klien dimana agen perubahan
akan bekerja.
5.
Sebagaimana telah kita ketahui yang dimaksud dengan homophily ialah pasangan
individu yang berinteraksi dengan mimiliki ciri-ciri atau karakteristik yang sama
(sama bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan sebagainya). Heterophily ialah
pasangan individu yang berinteraksi dengan memiliki ciri-ciri atau karakteristik
yang berbeda. Biasanya agen perubahan yang berbeda dengan klien lebih disegani,
dan lebih suka mengadakan dengan klien yang memiliki persamaan dengan dia.
Dari pernyataan umum ini melahirkan serangkaian generalisasi yang ditunjang
dengan bukti-bukti berdasarkan pengalaman para ahli.
Generalisasi (9-5) Kontak yang dilakukan agen perubahan berhubungan positif
dengan status sosial antara klien.
Generalisasi (9-6) Kontak yang dilakulkan agen perubahan berhubungan positif
dengan besarnya partisipasi sosial antar klien.
Generalisasi (9-7) Kontak yang dilakukan agen perubahan berhubungan positif
dengan tingginya tingkat pendidikan antara klien.
Generalisasi (9-8) Kontak yang dilakukan agen perubahan, berhungan positif
dengan sifat cosmopolitan antara klien. Generalisasi tersebut berdasarkan
pemikiran bahwa kontak komunikasi antara agen perubahan dengan klien akan
lebih efektif jika homophily.
6.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi sering diadakan latihan atau penataran agen
perubahan. Dalam penataran atau latihan itu diberi petunjuk tentang cara
pelaksanaan penyebaran inovasi dengan berbagai macam teknik yang dianggap
relevan dengan klien. Tetapi tidak selalu menunjukan bahwa hasil latihan akan
meningkatkan kemampuan dalam penampilan berkomunikasi dengan klien, bahkan
makin tinggi jarak pengetahuan agen perubahan dengan klien. Jadi terjadi masalah
hubungan agen perubahan dengan klien heterophily. Salah satu cara mengatasi ini
dengan mengadakan pembantu profesional.
7.
Pembantu para-profesional
Pembantu agen perubahan (aide) kurang memperoleh kepercayaan dari klien, jika
ditinjau dari segi kompentensi profesional karena ia memang kurang profesional.
Tetapi pembantu agen perubahan, memiliki kepercayaan dari klien karena adanya
hubungan yang akrab sehingga tidak timbul kecurigaan. Klien percaya pada
pembantu agen perubahan karena keyakinannya akan membawa kebaikan bagi
dirinya, yang disebut: kepercayaan, keselamatan (savety, credibility). Pada
umumnya agen perubahan (profesional dan hetrophily) memiliki kepercayaan
kompetensi (competency credibility), sedangkan pembantu agen perubahan (tidak
profesional dan homophily) memiliki kepercayaan keselamatan (savety, credibility).
Seharusnya agen perubahan yang ideal harus memiliki kedua kepercayaan tersebut
secara seimbang. Tetapi hal ini susah diperoleh, karena jika agen perubahan itu
profesional berarti ia sarjana yang menguasai ilmu dan teknik, maka timbul
perbedaan dengan klain yang berpendidikan rendah (heterophily).
Salah satu cara untuk mengatasinya yaitu dengan jalan mengangkat orang yang
telah menerima dan menerapkan inovasi, sebagai pembantu agen perubahan
mempengaruhi teman-temannya (anggota sistem klien yang lain) untuk menerima
inovasi. Cara ini telah terbukti berhasil di India dalam difusi inovasi keluarga
berencana dengan cara vasektomi. Pengusaha perubahan memberi upah kepada
orang yang sudah melaksanakan vasektomi yang mau dijadikan Canvasser
(membantu mencari pengikut KB). Ternyata canvasser di India ini memiliki
keseimbangan antara kepercayaan kompetensi dan kepercayaan keselamatan. Ia
dimata klien telah memiliki kopetensi karena telah berpengalaman manjalani
operasi vasektomi. Canvasser juga memperoleh kepercayaan keselamatan, karena
ia memiliki banyak persamaan dengan klien (homophily), sama dari status ekonomi
lemah, sama tingkat pendidikannya, sama asal daerahnya, sama bahasanya dan
sebagainya. Jadi Canvasser di India berhasil karena pembantu agen perubahan
memiliki keseimbangan kepercayaan baik kompetensi maupun keselamatan,
ditambah lagi biaya honor lebih murah dari pada agen perubahan yang profesional.
Dengan pengalaman itu dirumuskan generalisasi (9-10) Keberhasilan agen
perubahan berhubung positif dengan kepercayaan (credibility) dari sudut pandang
klien.
9.
Profesional semu
Pemimpin opini
Dimuka masyarakat atau sistem sosial sering terdapat orang yang pendapatpendapatnya mudah diikuti oleh teman-teman sekelompoknya. Orang memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku
orang lain secara informal, dengan tujuan tertentu, disebut pemuka pendapat. Dari
berbagai pengalaman dan pengamatan para ahli menunjukan bahwa banyak difusi
inovasi berhasil dengan cara memanfaatkan pemuka pendapat yang ada didalam
sistem sosial. Maka dirumuskan generalisasi (9-11) Keberhasilan agen perubahan
berhubungan positif dengan besarnya usaha untuk bekerja sama dengan pemuka
pendapat. Waktu bagi agen perubahan merupakan sumber yang sangat berharga.
Dengan memusatkan komunikasi pada pemuka pendapat yang terdapat dalam
sistem sosial, agen perubahan dapat mempercepat penerimaan inovasi. Usaha ini
lebih ekonomis karena akan menghemat waktu.
Salah satu keunikan agen perubahan dalam proses difusi inovasi, ialah memiliki
kompetensi teknik, yang menyebabkan ia berwenang untuk bertindak sesuai
dengan keahliannya dalamengaruhi klien untuk menerima inovasi. Tetapi jika agen
perubahan melakukan pendekatan jangka panjang dalam mencapai tujuan inovasi,
maka ia harus berusaha membangkitkan klien agar memiliki kemampuan teknik
dan kemampuan menilai potensi inovasi yang dicapainya sendiri. Dengan kata lain
agen perubahan harus berusaha menjadikan klien menjadi agen perubahan dirinya
sendiri. Bahwa keberhasilan agen perubahan berhubungan positif dengan
meningkatnya kemampuan klien untuk menilai inovasi. Tetapi pada umumnya agen
perubahan hanya bekerja dalam jangka pendek, terutama untuk melancarkan
proses kecepatan diterimanya inovasi. Kesadaran dan kemampuan memperbaharui
diri dengan percaya kepada kemampuan sendiri menjadi tujuan dari pengusaha
perubahanan, sedangkan seberapa kadar yang dapat dicapai tergantung pada
usaha agen perubahan.
Sistem difusi yang telah berpuluh-puluh tahun digunakan ialah sistem difusi
sentralisasi, yang sering disebut juga sistem difusi model klasik. Adapun ciri-ciri
pokok sistem difusi sentralisasi ialah dengan adanya ide inovasi muncul dari para
ahli yang kemudian disebarluaskan dalam bentuk paket yang seragam kepada
anggota sistem sosial yang mungkin akan menerima atau menolak inovasi. Peranan
klien dalam proses difusi sebagai penerima yang pasif. Sistem difusi sentralisasi ini
pada mulanya dianggap telah berhasil dengan baik untuk menyebarluaskan inovasi
di bidang pertanian. Para ahli pertanian yang menemukan suatu ide baru, kemudian
ditentukan bagaimana cara penyebarannya, siapa yang menyebarkan, siapa
sasaran utama untuk menerima ide baru tersebut, dan perencanaan lainya,
semuanya ditentukan oleh sekelompok ahli.
Kemudian mulai 1970 Rogers menyadari bahwa sistem difusi sentaralisasi tidak
dapat terlaksana persis seperti apa yang telah direncanakan oleh penemunya, tapi
kenyataannya banyak terjadi modifikasi atau re-invensi dalam penerapannya di
lapangan. Demikian pula Schon pada tahun 1971 mengatakan bahwa teori difusi
jauh lebih tertinggal dari kenyataan timbulnya tantangan, perlu sistem difusi yang
baru. Ia menyatakan bahwa sistem sentralisasi tidak dapat menampung munculnya
ide-ide baru dari berbagai bidang yang sangat komplek, dan terjadinya difusi
melalui jalur yang horizontal. Maka kemudian timbul sistem difusi desentralisasi
yang ditandai dengan munculnya ide baru tidak dari seorang atau sekelompok ahli,
tetapi dapat dari siapa saja dan juga proses penyebarannya diatur oleh calon
penerima inovasi sendiri. Jadi sasaran inovasi juga berperan sebagai agen
perubahan.
Perbandingan antara sistem difusi sentralisasi dan difusi desentralisasi, diuraikan
secara singkat sebagai berikut. Analisa dari Buku Diffusion Of Inovation
No
Karakteristik sistem difusi
Sistem Difusi Sentralisasi
Sistem difusi Desentralisasi
1
Pemegang kekuasaan dan pengambil keputusan
Dipegang oleh pemerintah dan orang yang ahli
Pengambilan keputusan berdasarkan dari anggota. Banyak difusi yang bersifat
spontan dan tidak terencana
2
Arah difusi
1)
(a)
Wewenang pengambil keputusan dan kebijakan, berada pada administrator
pemerintah pusat dan para ahli bidang ilmu (technical subject-matter expert).
(b)
Arah difusi dari pusat ke bawah (top-down), artinya dari para ahli (penemu
inovasi) disebarkan ke para sasaran penerima inovasi di daerah.
(c)
Sumber inovasi, dari organisasi formal Penelitian dan Pengembangan yang
ditangani oleh para ahli.
(d)
Penetapan difusi inovasi dilakukan oleh tenaga administrator di pusat dan
para ahli di bidang ilmu.
(e)
Pendekatan yang digunakan berorientasi pada inovasi, penentuan kebutuhan
klien berdasarkan adanya inovasi, dengan teknik pelaksanaan didorong dari atas.
(f)
Tidak banyak terjadi re-inversi serta modifikasi untuk disesuaikan dengan
kondisi setempat selama dalam proses difusi inovasi.
2)
(a)
Keputusan dan kebijakan diambil secara bersama oleh anggota-anggota
sistem difusi. Klien dikontrol oleh pimpinan masyarakat setempat.
(b)
(c)
Sumber inovasi dating dari percobaan bukan mesti orang ahli dari wilayah
setempat, yang juga sering jadi pemakainya.
(d)
Penetapan difusi inovasi oleh kelompok masyarakat setempat (lokal)
berdasarkan penilaian inovasi secara informal.
(e)
Menggunakan pendekatan yang berorientasi kepada pemecahan masalah,
yang timbul dari apa yang diamati dan dirasakan oleh masyarakat setempat, teknik
pelaksanaan ditarik dari bawah.
(f)
Banyak terjadi reinversi dan penyesuaian dengan kondisi setempat selama
dalam proses difusi antar anggota sistem sosial.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi tidak dapat dibedakan secara tegas mana yang
Sentralisasi dan yang desentralisasi, biasanya mana yan lebih dominant dari ciri-ciri
tersebut, sehingga difusi cenderung yang sentralisasi atau desentralisasi. Rogers
menggambarkan rentangan difusi inovasi yang merupakan continuum dari
desentralisasi ke sentralisasi.
Kelebihan dan kelemahan sistem difusi desentralisasi. Sistem difusi desentralisasi
disamping memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan
sistem sentralisasi. Adapun kelebihan sistem desentralisasi ialah bahwa difusi
inovasi yang dilakukannya sesuai dengan kebutuhan klien. Hal ini terjadi karena
klien sebagai pemakai juga turut ikut berpartisipasi dalam membuat berbagai
keputusan, seperti masalah yang paling mendesak, bagaimana inovasi akan
diterima, perlukah modifikasi atau re-invensi dilakukan untuk menyesuaikan dengan
kondisi setempat, dan juga klien ikut mengontrol pelaksanaan difusi. Masalah
kesenjangan klien agen perubahan heterophily tidak terjadi, atau kalau ada sangat
kecil kemungkinannya. Motivasi untuk menerima inovasi datang dari klien sendiri,
dan kemungkinan besar biaya operasional lebih murah, yang jelas tidak perlu biaya
untuk memberi upah tenaga ahli. Dan juga pengembangan sikap percaya pada
kemampuan sendiri terpupuk dalam difusi desentralisasi.
Kelemahan sistem difusi desentralisasi jika dibandingkan dengan sistem difusi
sentralisasi antara lain:
(1)
Jika inovasi yang akan disebarluaskan memerlukan tenaga ahli (sarjana
bidang ilmu tertentu), maka sistem ilmu desentralisasi kurang tepat digunakan
karena akan terjadi kesukaran mencari tenaga ahli.
(2)
Sistem difusi desentralisasi yang dilaksanakan secara ekstrim memiliki
kelemahan kurang adanya koordinasi, untuk menentukan mana masalah yang
dihadapi, inovasi mana yang tepat digunakan, siapa yang mengontrol pelaksanaan
difusi, dan sebagainya.
(3)
Pada suatu saat kadang-kadang memang diperlukan menyebarkan inovasi
yang klien tidak merasa\memerlukanya. Maka jika menggunakan sistem
desentralisasi tidak akan terjadi difusi. Misalnya program KB di negara-negara
berkembang seperti: Afrika, Amerika Latin, dan Asia, semuanya dengan sentralisasi.
Kalau menggunakan desentralisasi maka tidak akan terjadi difusi, karena klien
belum merasa perlu KB.
SIMPULAN
Setiap inovasi adalah perubahan sosial, tetapi setiap perubahan sosial belum tentu
inovasi. Everett M Rogers, Agen perubahan (the chage agent) adalah orang yang
bertugas mempengaruhi klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak berkelanjutannya
inovasi
(7)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pembantu para-profesional
8.
9.
Profesional semu
10.
Pemimpin opini
11.
Sistem difusi sentralisasi memiliki ciri ide inovasi muncul dari para ahli yang
kemudian disebarkan dengan bentuk paket yang seragam, klien tinggal menerima
atau menolak inovasi sedangkan sistem difusi disentralisasi dengan ciri ide
munculnya inovasi dari siapa saja dan proses penyebarannya diatur oleh calon
penerima inovasi.
Sistem difusi sentralisasi difusi desentralisasi lebih tepat digunakan untuk
menyebarkan inovasi yang tidak melibatkan tenaga ahli tingkat tinggi dan sasaran
perubahan heterogen. Jika sasaran perubahannya homogen secara relatif lebih
tepat dengan sistem sentralisasi. Dapat juga dillakukan kombinasi antar beberapa
unsur sistem desentralisasi dan sistem sentralisasi. Misalnya untuk koordinasi
kegiatan menggunakan sistem sentralisasi, tetapi untuk menentukan mana inovasi
yang kan didifusikan berdasarkan kebutuhan dengan sistem desentralisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim. (1988). Inovasi pendidikan. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
Rogers, E. M. (1983). Diffusion of innovation. New York: The Free Press.
Sadida, D. (2011). Agen perubahan. Diakses pada tanggal 25 Maret 2014 pukul
10.40 melalui http://sadidadalila.wordpress.com/2011/05/22/agen-perubahan/