Anda di halaman 1dari 16

Struktur dan Mekanisme Sistem Kemih

Maria Eva Prada Mega


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061, e-mail : evamega11@gmail.com
Abstrak
Seperti yang kita ketahui, semua sel hidup dalam lingkungan cairan atau air. 70%
berat tubuh manusia adalah air dan sistem kemih sangat berperan. Sistem berkemih
merupakan suatu sistem yang sangat penting bagi keberlangusngan hidup seseorang karena
sistem kemih berperan penting menyeimbangkan keadaan agar tetap normal. Singkatnya
sistem ini berfungsi untuk homeostasis, ekskresi, hormonal dan metabolisme. Sistem kemih
juga dapat kehilangan fungsinya atau rusak apabila tidak dijaga dengan baik. Hal ini akan
menimbulkan banyak gangguan dan timbulnya berbagai penyakit. Pada makalah akan
dibahas mengenai sistem kemih dan hal hal yang berkaitan dengan sistem kemih.
Kata kunci: Sistem Berkemih, Homeostasis, Ekskresi, Hormonal

Abstract
As we all know, all living cells in a liquid environment or water. 70% of human body
weight is water and urinary system plays an important role. Urinary system is a system which
is very important for a person's life because urinary system plays an important role in order
to balance the situation remains normal. In short this system serves to homeostasis,
excretion, hormonal and metabolism. Urinary system can also be lost or damaged if it does
not function properly maintained. This will cause a lot of disruption and the onset of various
diseases. On paper will discuss about urinary system and things related to the urinary
system.
Keywords: Micturition Systems, Homeostasis, Excretion, Hormonal

Pendahuluan

Manusia dapat bertahan hidup karena adanya fungsi tubuh yang mengatur tentang
keseimbangan cairan dalam tubuh untuk menjadi lingkungan yang mumpuni bagi setiap sel
tunggal yang hidup didalamnya. Kompleks bagian tubuh yang menjalankan fungsi tersebut
sebagai pencerna dan penyerap nutrisi dari makanan luar adalah kompleks organ urinaria.
Organ urinaria terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan urethra yang berbeda baik pada
wanita maupun pada laki-laki.
Kompleks organ ini akan melakukan tindakan untuk menyaring darah dan membuang
senyawa yang tidak diperlukan tubuh dan menjaga keseimbangan asam basa serta
menyesuaikan kadar cairan tubuh pada kondisi yang normal agar manusia dapat menjalani
kehidupannya semaksimal mungkin tanpa suatu gangguan. Hasil buangan dari kompleks
tindakan organ ini adalah urin yang dibuang ke dunia luar. Urin ini memiliki suatu komposisi
tertentu dalam prakteknya di dunia nyata

Pembahasan

Struktur Makroskopis Sistem Urinaria


Traktus urinarius adalah suatu rangkaian struktur / organ yang menyalurkan urin dari
ginjal ke luar tubuh. Traktus urinarius terdiri dari sepasang ginjal (kanan dan kiri), sepasang
ureter (kanan dan kiri), vesika urinaria (kandung kemih) dan uretra. Lalu dilanjutkan pada
organ genital. Dimana genital interna adalah organ yang tidak tampak langsung sedangkan
eksterna dapat dilihat langsung oleh mata kita. Pada pria, genital interna terdiri dari glandula
vesiculosa dan glandula prostata. Sedangkan yang eksterna terdiri dari penis dan skrotum.
Organ genital wanita interna adalah uterus, tuba fallopii dan ovarium. Sedangkan yang
eksterna terdiri dari mons pubis, labia majora et minora, vulva dan vestibulum. Pada kasus ini
kita akan membahas sistem urinaria dan gentalia pada wanita.
a. Ginjal / Ren
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang dengan panjang 10 - 12 cm,
lebar 5 - 6 cm dan tebal 3 - 4 cm. Terdapat sepasang ginjal yaitu ginjal kanan dan kiri (masing
- masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Setiap ginjal
memiliki berat antara 125 - 175 gram pada laki - laki dan 115 - 155 gram pada perempuan.
2

Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri kurang lebih satu cm karena
adanya hepar yang mendesak ginjal sebelah kanan sehingga menjadi lebih ke bawah. Letak
ginjal kiri adalah pada iga 11 (vertebra L2 - 3), sedangkan ginjal kanan adalah pada iga 12
(vertebra L3 4).1
Secara morfologi, ginjal terdiri dari extermitas superior, extermitas inferior, margo
medialis, margo lateralis, facies anterior dan facies posterior. Setiap ginjal diselubungi oleh
tiga lapisan jaringan ikat, yaitu capsula fibrosa, capsula adiposa dan fascia renalis. Fascia
renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melekatkan ginjal pada struktur di
sekitarnya. Terdiri dari 2 lembar, yaitu: fascia prerenalis dan retrorenalis. Capsula fibrosa atau
lemak perineal adalah jaringan adiposa atau jaringan yang mengandung banyak lemak yang
membungkus ginjal. Bagian anterior lebih tipis sedangkan posteriornya lebih tebal. Jaringan
ini membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya. Kapsula fibrosa adalah
membran halus transparan yang tipis dan langsung membungkus ginjal serta dapat dengan
mudah dilepas. Jaringan ini tidak membungkus glandula suprarenalis atau anak ginjal.1
Ginjal kanan bagian anterior berhubungan dengan lobus dextra hepatis (dipisahkan
oleh flexura hepatorenalis), duodenum pars ascendens, serta ileum. Sedangkan ginjal kiri
bagian anterior berhubungan dengan dorsal gaster, pancreas, lien (dipisahkan oleh flexura
lienorenalis), dan jejenum.
Di bagian posterior, ginjal akan berbatasan dengan diafragma, (dari medial ke lateral)
musculus psoas major, musculus quadratus luborum dan musculus transversus abdominis,
costae 12 (ginjal kanan) dan costae 11 - 12 (ginjal kiri). Pada cekungan batas medial ginjal
terdapat hilus renal yang terdiri dari tiga bagian yang melewatinya yakni arteri renalis, vena
renalis serta pelvis renalis. Vena renalis terletak di anterior arteri renalis yang juga berada di
anterior pelvis renalis. Hilus renalis merupakan pintu masuk ke dalam struktur ginjal.1
Hilus renalis adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal. Sinus ginjal adalah rongga
berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini membentuk perlekatan untuk jalan masuk
dan keluar ureter, vena dan arteri renalis, saraf dan limfatik.
Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua
sampai tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urine pada
ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa (8 sampai 18) kaliks minor.
Parenkim ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal.
Jaringan ini terbagi menjadi medula dalam dan korteks luar. Medua terdiri dari massa-massa
triangular yang disebut piramid ginjal. Ujung yang sempit dari setiap piramid, papila, masuk
dengan pas dalam kaliks minor dan ditembus mulut duktus pengumpul urine. Korteks
3

tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit struktural dan
fungsional ginjal. Korteks terletak di dalam di antara piramida-piramida medula yang
bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari tubulus-tubulus pengumpul
yang mengalir ke dalam duktus pengumpul. Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal.
Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan
korteks yang melapisinya.1

Gambar 2. Anatomi Ginjal Manusia


( sumber: www.google.com )
Pendarahan Ginjal dimulai dari Arteri Renalis. Arteri renalis adalah percabangan aorta
abdomen yang mensuplai masing - masing ginjal dan masuk ke hilus melalui cabang anterior
dan posterior. Cabang anterior dan posterior arteri renalis membentuk arteri-arteri interlobaris
yang mengalir di antara piramid-piramid ginjal. Arteri arkuata berasal dari arteri interlobaris
pada area pertemuan antara korteks dan medula. Arteri interlobularis merupakan percabangan
arteri arkuata di sudut kanan dan melewati korteks.
Arteriola aferen berasal dari arteri interlobularis. Satu arteriol aferen membentuk
sekitar 50 kapiler yang membentuk glomerulus. Arteriola eferen meninggalkan setiap
glomerulus dan membentuk jaring - jaring kapiler lain, yaitu kapiler peritubular yang
mengelilingi tubulus proksimal dan distal untuk memberi nutrien pada tubulus tersebut dan
mengeluarkan zat - zat yang direabsorpsi.
Arteriola eferen dari glomerulus nefron korteks memasuki jaring - jaring kapiler
peritubular yang mengelilingi tubulus kontortus distal dan proksimal pada nefron tersebut.
Arteriola eferen dari glomerulus pada nefron juxtaglomerular memiliki perpanjangan
4

pembuluh kapiler panjang yang lurus disebut vasa recta yang berdesenden ke dalam piramida
medula. Lekukan vasa recta membentuk lengkungan jepit yang melewati ansa Henle.
Lengkungan ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat antara ansa Henle dan kapiler serta
memegang peranan dalam konsentrasi urine.1
Kapiler peritubular mengalir ke dalam vena korteks yang kemudian menyatu dan
membentuk vena interlobularis. Vena arkuata menerima darah dari vena interlobularis. Vena
arkuata bermuara ke dalam vena interlobaris yang bergabung untuk bermuara ke dalam vena
renalis. Vena ini meninggalkan ginjal untuk bersatu dengan vena cava inferior.

Gambar 3. Pendarahan Ginjal Manusia


( sumber: www.google.com )
b. Ureter
Dari ginjal kemudian urin akan dibawa ke Vesica Urinaria melalui saluran yang
bernama Ureter. Ureter merupakan saluran / tabung yang menghubungkan ginjal dengan
kandung kemih. Ureter merupakan lanjutan dari pelvis renis dan menuju distal kemudian
bermuara pada vesica urinaria. Panjang ureter dapat mencapai 30 cm.
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major,
lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara posteroinferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai
vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki
kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu
peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica
urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.1

Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis,
a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter melalui segmen
T10 - L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus
superior dan pleksus hipogastricus inferior.
c. Vesika Urinaria
Melewati ureter, urin akan dibawa menuju vesika urinaria. Vesica urinaria, sering juga
disebut kandung kemih atau buli - buli, merupakan tempat untuk menampung urine yang
berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan
eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai
pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi,
bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.2
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga
bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan
inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan
sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal,
sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae.
Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari
orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak
memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.

Gambar 5. Vesika Urinaria Manusia


( sumber: www.google.com )
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada
perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis. Persarafan pada vesica urinaria
terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui Nervus
6

Splanchnicus Minor, dan Nervus SphlanchnicusLumbalis L1-L2. Adapun persarafan


parasimpatis melalui Nervus Splanchnicus Pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai kendali
sensorik dan motorik.2
d. Urethra
Setelah ditampung pada kandung kemih, urin kemudian akan melewati Urethra untuk
dibuang ke dunia luar. Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica
urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual
(berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5
cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan
dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa,
bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior
dari kandung kemih dan bersifat volunter).3
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa.
1.

Pars pre-prostatika (1-1.5 cm)


merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior kelenjar prostat. Pars
pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut

2.

dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
Pars prostatika (3-4 cm)
merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian ini dapat

3.

lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.


Pars membranosa (12-19 mm)
merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini menghubungkan dari
prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos
dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali

4.

volunter (somatis).
Pars spongiosa (15 cm)
merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars membranosa
sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus
spongiosum di bagian luarnya.
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada

pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di
antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat
7

volunter di bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak
memiliki fungsi reproduktif.3

Gambar 6. Perbedaan Urethra Pria dan Wanita


( sumber: www.google.com )
Struktur Mikroskopis Sistem Urinaria
a. Ginjal / Ren
Secara mikroskopis, ginjal memiliki satuan unit yang dinamakan nefron dan duktus
koligens yang menampung curahan nefron. Pada setiap korteks ginjal terdapat jutaan nefron.
Nefron terdiri atas korpus renal dan tubuli renal. Korpus renal terdiri dari glomerulus yang
merupakan kelompok kapiler dan dikelilingi 2 lapis epitel yang disebut Kapsula Bowman.
Pada glomerulus dapat dilihat kaki pedikel podosit yang berfungsi sebagai penahan albumin
agar tidak dapat melewati filtrasi glomerulus. Korpus renal memiliki dua dua kutub yakni
kutub vaskular dimana darah masuk dari vasa afferen dan keluar di vassa eferen. Dan terdapat
kutub urinarius dimana filtar yang difiltrasi akan disalurkan ke tubulus renal.4
Satu unit nefron terdiri dari:
1. Glomerulus.
Merupakan suatu gulungan kapiler yang dikelilingi oleh sel-sel epitel lapis
ganda atau biasa disebut dengan sebutan Kapsula Bowman. Glomerulus dan kapsula
Bowman bersama-sama disebut korpus renalis. Glomerulus bertindak seperti
saringan yang menyaring darah yang datang dari Arteriol Afferen membentuk urin
primer yang berupa cairan pekat, kental dan masih seperti darah tetapi protein dan
glukosa sudah tidak ditemukan.

Lapisan viseral kapsula Bowman adalah lapisan internal epitelium. Sel-sel


lapisan viseral dimodifikasi menjadi podosit (sel seperti kaki) yaitu sel-sel epitel
khusus di sekitar kapiler glomerular. Setiap sel podosit melekat pada permukaan luar
kapiler glomerular melalui beberapa prosesus primer panjang yang mengandung
prosess sekunder yang disebut pedikel (kaki kecil). Pedikel saling mengunci dengan
prosesus yang sama dari podosit tetangga. Ruang sempit antara pedikel-pedikel
tersebut disebut filtration slits (pori-pori dari celah) yang lebarnya sekitar 25 nm.
Setiap pori dilapisi selapis membran tipis yang memungkinkan aliran beberapa
molekul dan menahan aliran molekul lainnya. Barier filtrasi glomerular adalah barier
jaringan yang memisahkan darah dalma kapiler glomerular dari ruang dalam kapsula
Bowman. Barier ini terdiri dari endotelium kapiler, lamina basalis kapiler, dan
filtrarion slit.4
2. Tubulus Kontortus Proksimal
Merupakan suatu saluran mikro yang panjangnya mencapai 15 nm dan sangat
berliku. Tubulus ini memiliki Epitel Selapis Kubis dengan Mikrovili dan intinya
sedikit. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke ansa Henle pars desendens yang
masuk ke dalam medula, membentuk lengkungan dan membalik ke atas membentuk
ansa henle pars asendens.
3. Ansa Henle
Merupakan suatu saluran mikro yang melengkung dan berliku. Terdiri dari
bagian tipis dan tebal dengan epitel selapis gepeng pada lumennya. Pada bagian tipis
didominasi oleh reabsorpsi air sedangkan pada bagian tebal didominasi oleh
reabsorpsi elektrolit seperti NaCl.
4. Tubulus Kontortus Distal
Merupakan suatu saluran mikro yang juga panjang dan berliku, panjangnya
sekitar 5 nm dan membentuk segmen terakhir nefron. Tubulus Kontortus Distal
memiliki Epitel Selapis Kubis tanpa Mikrovili dengan inti banyak. Terdapat
reabsorpsi air fakultatif pada segmen ini. Di sepanjang jalurnya, tubulus ini
bersentuhan dengan dinding arteriola aferen. Bagian tubulus yang bersentuhan
dengan arteriola mengandung sel-sel termodifikasi yang disebut macula densa.
Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan distimulasi oleh penurunan
ion natrium. Dinding arteriola aferen yang bersebelahan dengan macula densa
mengandung sel-sel otot polos termodifikasi yang disebut sel juxtaglomerular. Sel ini
distimulasi melalui penurunan tekanan darah untuk memproduksi renin. Macula
densa, sel juxtaglomerular, dan sel mesangium saling bekerja untuk membentuk
aparatus juxtaglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan darah.5
9

5. Duktus Koligentes
Merupakan suatu saluran lurus yang merupakan tempat berkumpulnya hasil
urin setelah melewati Tubulus Kontortus Distal. Dari sini urin akan bermuara ke
Calyx Minor kemudian ke Calyx Major dan kemudian akan dibawa ke Pelvis Renalis
untuk selanjutnya dialirkan ke Ureter Pars Abdominalis.

Gambar 8. Histologi Ginjal Manusia


( sumber: www.google.com )
b. Vesika urinaria
Menuju Vesika Urinaria ditemukan Epitel Transisional yang merupakan epitel yang dapat
berubah sesuai dengan kondisi Vesika Urinaria.
c. Urethra
Urethra dapat ditemukan epitel transisional khas dan ke arah distal menjadi epitel
bertingkat dengan sel goblet. Kebanyakan sel adalah poligonal dengan mikrovili yang
pendek.5

Pembentukan Urin
Terdapat tiga proses dasar yang berperan dalam proses pembentukan urin, yaitu:
filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus.
a. Filtrasi Glomerulus

10

Filtrasi di dalam ginjal terjadi didalam Glomerulus, sehingga disebut Filtrasi


Glomerulus. Filtrasi Glomerulus merupakan langkah pertama didalam pembentukan Urin
pada manusia. Membran Glomerulus seratus kali lipat lebih permeabel daripada kapilerkapiler di tempat lain. Tekanan darah kapiler glomerulus adalah gaya pendorong utama yang
berperan untuk menginduksi filtrasi glomerulus. Darah yang masuk ke dalam nefron melalui
arteriol aferen dan selanjutnya menuju glomerulus akan mengalami filtrasi, tekanan darah
pada arteriol aferen relatif cukup tinggi sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah,
sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi pada glomerulus.6
Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul Bowman harus melewati 3
lapisan yang membentuk membran glomerulus:
1. Dinding kapiler Glomerulus
2. Lapisan gelatinosa aseluler = Membran basal ( basement membrane )
3. Lapisan dalam kapsul Bowman.
Penyebab utama terjadinya fitlrasi adalah perbedaan tekanan antara glomerulus dan
kapsula Bowman. Perbedaan tekanan ini ditimbulkan oleh tekanan hidrostatik kapiler
glomerulus, tekanan hidrostatik kapsula Bowman / intratubuler, dan tekanan onkotik plasma.
Tekanan darah sistemik rata-rata adalah sekitar 110 mmHg. Karena semakin menjauh dari
jantung luas permukaannya semakin bertambah, maka sampai ke arteriol afferen, tekanan
yang tersisa hanya sebesar 40% dari tekanan darah sistemik, atau sebesar 45 mmHg. Tekanan
ini yang disebut dengan tekanan hidrostatik kapiler glomerulus. Tekanan sebesar ini dilawan
oleh tekanan intratubuler atau tekanan hidrostatik kapsula Bowman. Besar tekanan ini adalah
sekitar 10 mmHg. Tekanan osmotic koloid plasma 25 mmHG.6
Pada plasma darah terdapat kandungan protein dan protein ini memiliki kemampuan
untuk menarik sejumlah besar ini. Akibatnya timbulnya tekanan yang beresultan ke arah
glomerulus. Tekanan ini ini disebut dengan tekanan onkotik plasma. Tekanan osmotic koloid
plasma 25 mmHG . Ketiga tekanan diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi.
Semakin tinggi tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya
semakin tinggi tekanan pada capsula bowman. serta tekanan osmotic koloid plasma akan
menyebabkan semakin rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus.
Tekanan ini pada permukaan kapiler glomerulus besarnya sekitar 20 mmHg.
Sedangkan pada ujung akhir glomerulus tekanan ini menjadi semakin besar, yaitu sekitar 35
mmHg. Peningkatan tekanan filtrasi tentu saja akan mempengaruhi laju filtasi glomerulus.
Laju filtrasi glomerulus disebut dengan Glomerulus Filtration Rate / GFR. Laju filtrasi
glomerulus dapat diukur dengan menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi glomerulus, akan
11

tetapi tidak disekresi maupu direabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat
dalam urin diukur persatuan waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang terdapat dalam
cairan plasma. Rata-rata GFR normal pada laki-laki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wanita
lebih rendah dibandingkan pada pria. Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh
adanya berbagai tekanan sebagai berikut.6
Filtrat glomerulus akan mengandung zat yang masih diperlukan oleh tubuh, misalnya
air, glukosa, asam amino dan ion-ion. Selain itu ada pula zat yang harus dibuang seperti urea,
kreatin dan asam urat. Zat-zat ini akan mengalami proses reabsorpsi secara selektif jika masih
diperlukan tubuh serta disekresi jika kadarnya terlalu banyak ataupun tidak lagi dibutuhkan
dalam tubuh.6
b. Reabsorpsi Dalam Tubulus
Proses reabsorpsi zat akan berlangsung secara selektif. Hal ini berarti zat yang tidak
lagi dibutuhkan tubuh tidak akan mengalami proses reabsorpsi. Sebaliknya proses reabsorpsi
zat dengan ambang tinggi akan mulai berlangsung pada tubulus kontortus proksimal. Zat
yang akan direabsorpsi pada tubulus kontortus proksimal ialah ion natrium, klorida dan air.
Pada tubulus kontortus proksimal, reabsorpsi ketiga bahan ini bersifat obligat.6
Terdapat dua jenis reabsorpsi tubulus, yaitu reabsorpsi aktif dan reabsorpsi pasif.
Reabsorpsi aktif, dalam perpindahan ion-ion atau molekul-molekul, tentunya memerlukan
energi. Sedangkan pada reabsoprsi pasif, tidak memerlukan energi. Berikut adalah
pembahasan mengenai reabsorpsi yang terjadi di tubulus ginjal, yaitu:
1. Reabsorpsi natrium
Dari semua ion natrium yang difiltrasi, dalam keadaan normal 99,5%
direabsorpsi, dengan rata-rata 67% direabsorpsi di tubulus proksimal, 25% di
lengkung Henle dan 8% di tubulus distal dan tubulus pengumpul. Selain direabsorpsi
secara aktif ion natrium ini juga membantu memfasilitasi reaksi perpindahan dari
molekul-molekul lain, seperti glukosa dan asam amino, ion klorida, urea dan molekul
air.
2. Reabsorpsi glukosa dan asam amino
Terjadi di tubulus proksimal dan direbsorpsi secara total dengan mekanisme
yang bergantung energi dan ion natrium. Glukosa dan asam amino diangkut melalui
proses transportasi aktif sekunder, suatu pembawa kontransportasi khusus yang secara
simultan memindahkan ion natrium dan molekul organik tertentu dari lumen ke dalam
sel. Transportasi aktif sekunder glukosa dan asam amino ini memerlukan keberadaan
12

ion natrium di dalam lumen tubulus. Tanpa adanya ion natrium, maka pembawa
kotranspor tidak dapat beroperasi.
3. Reabsorpsi klorida
Ion klorida yang bermuatan negatif direbsorpsi secara pasif mengikuti
penurunan gradien listrik yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif ion natrium yang
bermuatan positif. Jumlah ion klorida yang direabsorpsi ditentukan oleh kecepatan
reabsorpsi ion natrium dan tidak dikontrol secara langsung oleh ginjal.
4. Reabsorpsi air.
Air secara pasif direabsorpsi melalui osmosis di seluruh panjang tubulus. Dari
molekul yang difiltrasi, 80% direabsorpsi secara obligatorik di tubulus proksimal dan
lengkung Henle karena secara osmotis mengikuti reabsorpsi zat terlarut. Reabsorpsi
ini terjadi tanpa dipengaruhi oleh beban H2O tubuh dan tidak diatur. Sisa 20%-nya
direabsorpsi dalam jumlah bervariasi di bagian distal tubulus; tingkat reabsorpsi ini
berada di bawah kontrol langsung hormon, bergantung pada status hidrasi tubuh.
5. Reabsorpsi urea
Selain Cl- dan H2O, reabsorpsi urea juga secara tidak langsung berkaitan
dengan reabsorpsi aktif Na+. Urea adalah suatu produk sisa yang berasal dari
penguraian protein. Reabsorpsi air yang diinduksi secara osmotik di tubulus proksimal
yang diinduksi yang sekunder terhadap reabsorpsi aktif ion natrium menimbulkan
gradien konsentrasii untuk urea yang mendorong reabsorpsi pasif zat sisa bernitrogen
ini. Urea yang sebenarnya adalah zat yang tidak dibutuhkan tubuh lagi tetapi tetap
direabsorpsi karena merupakan zat osmotik yang dapat membantu proses reabsorpsi
air di duktus koligens (pengumpul).
6. Reabsorpsi fosfat.
Tidak seperti reabsorpsi nutrien-nutrien organik, reabsorpsi PO43- dan Ca2+
juga berada di bawah kontrol hormon. Hormon paratiroid dapat mengubah ambang
ginjal untuk PO43- dan Ca2+, sehingga jumlah kedua elektrolit yang ditahan di dalam
tubuh ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan sesaat tubuh. Hormon paratiroid
bekerja di tubulus proksimal, untuk meningkatkan reabsorpsi kalsium, tetapi
menurunkan reabsorpsi fosfat.
c. Sekresi dalam tubulus
Sekresi tubulus mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler
peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk
13

ke dalam tubulus ginjal.Sekresi tubulus, dapat juga di pandang sebagai mekanisme tambahan
yang meningkatkan eliminasi zat-zat tertentu dari tubuh.
Semua zat yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui filtrasi glomerulus maupun
sekresi tubulus dan tidak direabsorpsi, akan dieliminasi dalam urin.Sekresi tubulus
melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan saat reabsorpsi tubulus, tetapi
langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif atau
pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen (H+),
ion kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah senyawasenyawa yang asing bagi tubuh.6
1. Sekresi Ion Hidrogen
Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam
basa tubuh. Ion hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di
tubulus proksimal, distal, dan pengumpul (duktus koligentes). Tingkat sekresi H+
bergantung pada keasaman cairan tubuh. Sebaliknya, sekresi H+ akan berkurang
apabila konsentrasi H+ di dalam cairan tubuh terlalu rendah.
2. Sekresi Ion Kalium
Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah
berlawanan di berbagai bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus
proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul. Reabsorpsi ion
kalium di awal tubulus bersifat konstan dan tidak diatur, sedangkan sekresi K+ di
bagian akhir tubulus bervariasi dan berada dibawah kontrol. Dalam keadaan normal,
jumlah K+ yang diekskresikan dalam urin adalah 10% sampai 15% dari jumlahnya
yang difiltrasi. Namun, K+ yang difiltrasi hampir seluruhnya direabsorpsi , sehingga
sebagian besar K+ yang muncul di urin berasal dari sekresi K+ yang dikontrol dan
bukan difiltrasi.7
Sekresi ion kalium di tubulus distal dan pengumpul digabungkan dengan
reabsorpsi Na+ melalui pompa Na+-K+ basolateral yang bergantung pada energi.
Pompa ini tidak saja memindahkan Na+ ke luar ke ruang lateral, tetapi juga
memindahkan K+ ke dalam sel tubulus. Konsentrasi K+ intrasel yang meningkat
mendorong difusi K+ dari sel ke dalam lumen tubulus. Dengan menjaga konsentrasi
K+ di cairan interstisium rendah, yaitu dengan memindahkan K+ ke dalam sel tubulus
dari cairan interstisium di sekitarnya, pompa basolateral mendorong difusi pasif K+
keluar dari plasma kapiler peritubulus ke dalam cairan interstisium.6 Beberapa faktor
14

mampu mengubah kecepatan sekresi K+, yang paling penting adalah hormon
aldosteron, yang merangsang sekresi K+ oleh sel-sel tubulus di bagian akhir nefron
secara simultan untuk meningkatkan reabsorpsi Na+ oleh sel-sel tersebut.
Peningkatan konsentrasi K+ plasma secara langsung merangsang korteks
adrenal untuk meningkatkan keluaran aldosteronnya, yang kemudian mendorong
sekresi dan ekskresi kelebihan K+. Sebaliknya, penurunan konsentrasi K+ plasma
menyebabkan reduksi sekresi aldosteron, sehingga sekresi K+ oleh ginjal yang
dirangsang oleh aldosteron juga berkurang. Peningkatan dan penurunan konsentrasi
K+ di plasma (CES) dapat mengubah gradien konsentrasi K+ intrasel ke ekstrasel,
yang pada gilirannya dapat mengubah potensial membran istirahat. Peningkatan
konsentrasi K+ CES menyebabkan penurunan potensial istirahat dan diikuti dengan
peningkatan eksitabilitas, terutama otot jantung.
3. Sekresi Anion dan Kation Organik
Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekrotik yang terpisah,
satu untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation
organik
Gabungan tiga proses yang telah dibahas diatas yaitu filtrasi, reabsorpsi dan sekresi
yang menyebabkan terbentuknya urin sekunder yang akan terus berlanjut dari ginjal, ke
ureter, vesika urinaria, dan urethra sebagai saluran keluar sistem perkemihan.8

Penutup
Kesimpulan
Organ dalam tubuh yang menghasilkan urin adalah ginjal. Kedua ginjal berfungsi
mensekresikan sebagain besar produk sisa metabolisme. Ginjal mempunyai peran penting
mengatur keseimbangan air dan elektrolit didalam tubuh dan mempertimbangkan
15

keseimbangan asam basa. Pembentukan urin oleh ginjal melalui proses filtrasi, reabsorbsi dan
sekresi. Pada orang dewasa sehat, ~180 L filtrat memasuki tubulus proksimal setiap harinya.
Sejumlah komponen yang signifikan harus direabsorpsi untuk mencegah terbuangnya air dan
solute (zat terlarut).

Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004: h. 318-23.
2. Anderson PD. Anatomi dan fisiologi tubuh manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC: 2003; h. 45.
3. Snell R.S. Anatomi klinik untuk mahasiswa : Ed.6. Jakarta : EGC, 2006.p. h. 268-90.
4. Fawcett DW. Buku ajar histologi. Ed 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002:
h. 650.
5. Eroschenko,Victor P. Di Fiores atlas of histology with functional correlations. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001; h. 256-8.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2011: h. 553-96.
7. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004: 701.
8. Guyton AC and Hall EJ. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 11. Jakarta: EGC, 2008.

h.193-207.

16

Anda mungkin juga menyukai