:1N
Larutan biner
: 170 ml
Larutan Aquadest
: 110 ml
: 60 ml
: 1,01 gram/ml
: 102,5 oC
T(oC)
102,5
103
103,5
104
104,5
105
Vol. Distilat
(ml)
0
19
18
17
13
12,5
Vol. NaOH
(ml)
0
36,1
38,3
40
41
43
(gram/ml)
xHac
xH O
1.
0,974
0,44
0,56
No.
T (oC)
1.
2.
102,5
103
3.
103,5
4.
104
5.
104,5
6.
105
Distilat
(gram/ml)
0
1,001
0,988
0,956
0,942
0,916
0,335
0,629
0,371
0,589
0,411
0,494
0,506
0,455
0,545
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Suhu Pemanasan terhadap Fraksi Mol Air dalam Wujud
Cairan dan Uap
1.8
1.6
1.4
1.2
1
X H2O (mmHg) 0.8
Fraksi Mol Air Wujud Uap
0.6
0.4
0.2
0
102.5
103
103.5
104
104.5
T (OC)
Gambar 4.1 Pengaruh Suhu terhadap Fraksi Mol Air dalam Wujud Cairan dan
Uap (Praktek)
Pada Gambar 4.1 merupakan grafik temperatur (oC) vs fraksi mol cair
H2O (praktek) dan fraksi mol air dalam wujud uap yang diperoleh secara
praktek.
Hasil yang diperoleh dari fraksi mol air dalam wujud cair dan fraksi mol
air dalam wujud uap semakin menurun dengan adanya peningkatan suhu.. Titik
minimum terjadi pada suhu 105 C dan titik maksimum terjadi pada suhu 103
C.
Secara sistematis dapat dilihat dengan persamaan Antoine berikut :
ln P o k 1
k2
(T k 3 )
(Richardson, dkk., 2002)
dimana :
k1, k2, k3 = perbedaan konstanta untuk masing-masing zat
T
= temperatur (K)
105
Po
(Treybal, 1981)
dimana :
p *A
= tekanan
pA
dengan tekanan uapnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fraksi mol cair akan
menurun seiring dengan naiknya tekanan uap yang juga naik seiring dengan
naiknya suhu.
Dimana semakin menurun fraksi mol uap air (y 1), maka tekanannya (P)
akan semakin meningkat dan menurut persamaan Antoine, meningkatnya
tekanan maka suhu juga meningkat. Jadi, menurunnya fraksi mol uap air akan
seiring dengan naiknya suhu (Smith, 2001).
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh bahwa fraksi mol cair dari
air dan fraksi mol uap dari air sesuai dengan teori, dimana semakin tinggi suhu
fraksi molnya semakin rendah.
4.2.2
0.6
0.5
0.4
X CH3COOH (mmHg) 0.3
Fraksi Mol Asam Asetat Wujud Cairan
0.2
0.1
0
102.5
103
103.5
104
104.5
105
T (OC)
Gambar 4.2 Pengaruh Suhu terhadap Fraksi Mol Asam Asetat dalam Wujud
Cairan dan Uap (Praktek)
Pada gambar 4.2 merupakan grafik temperatur (oC) vs fraksi mol asam
asetat dalam wujud cair dan fraksi mol asam asetat dalam wujud uap yang
diperoleh secara praktek.
Hasil yang diperoleh dari fraksi mol cair dan uap asam asetat praktek
mengalami kenaikan seiring dengan bartambahnya suhu. Titik minimum terjadi
pada suhu 103 C dan titik maksimum terjadi pada suhu 105 C.
Secara teori, fraksi mol cair asam asetat xHAc bertambah seiring dengan
bertambahnya suhu (Perry, 1997).
Secara matematis dapat dilihat melalui rumus :
p *A p A x
dimana :
p *A
= tekanan
pA
(Treybal, 1981)
Sesuai dengan teori, bahwa fraksi mol uap asam asetat yHAc bertambah
seiring dengan bertambahnya suhu (Perry, 1997).
Secara sistematis dapat dilihat dengan persamaan Antoine berikut :
ln P o k 1
k2
(T k 3 )
(Richardson, dkk., 2002)
dimana :
k1, k2, k3
= temperatur (K)
Po
asetat dalam wujud cairan dan uap semakin meningkat dengan adanya
peningkatan suhu. Hal ini menunjukan percobaan yang dilakukan sesuai dengan
teori.
4.2.3
Pengaruh Fraksi Mol Air dalam Wujud Uap Terhadap Fraksi Mol
Air dalam Wujud Cairan
0.6
0.4
yH2O
0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
xH2O
Gambar 4.3 Pengaruh Fraksi Mol Air dalam wujud Cairan terhadap Fraksi Mol
Air dalam Wujud Uap (Praktek)
Pada gambar 4.3 merupakan grafik fraksi mol air dalam wujud uap vs
fraksi mol air dalam wujud cair yang diperoleh secara praktek.
Hasil yang diperoleh pada pengaruh fraksi mol air dalam wujud cairan
terhadap fraksi mol air dalam wujud uap adalah berupa garis lurus. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar yho maka akan semakin besar pula xho nya.
Secara sistematis dapat dilihat dengan persamaan Antoine berikut :
ln P o k 1
k2
(T k 3 )
(Richardson dkk, 2002)
dimana :
k1, k2, k3
= temperatur (K)
Po
(Treybal, 1981)
dimana :
p *A
= tekanan
pA
pula xH2O nya, karena tekanan uap jenuh air makin lama akan mendekati tekanan
udara (Smith, 2001).
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh bahwa fraksi mol air
dalam wujud cairan semakin menurun dengan adanya peningkatan suhu. Hal ini
menunjukan percobaan yang dilakukan sesuai dengan teori.
4.2.4
0.6
0.5
0.4
yHAc 0.3
0.2
0.1
0
xHAc
Gambar 4.4 Pengaruh Pengaruh Fraksi Mol Asam Asetat dalam wujud Cairan
terhadap Fraksi Mol Asam Asetat dalam Wujud Uap (Praktek)
Pada gambar 4.4 merupakan grafik fraksi mol asam asetat dalam wujud
uap vs fraksi mol asam asetat dalam wujud cair yang diperoleh secara praktek.
Hasil yang diperoleh pada pengaruh fraksi mol asam asetat dalam wujud
cairan terhadap fraksi mol asam asetat dalam wujud uap secara praktek berupa
garis lurus. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar y HAc maka akan semakin
besar pula xHAc nya.
Secara sistematis dapat dilihat dengan persamaan Antoine berikut :
ln P o k 1
k2
(T k 3 )
(Richardson dkk, 2002)
dimana :
k1, k2, k3
= temperatur (K)
Po
(Treybal, 1981)
dimana :
p *A
= tekanan
pA
besar pula XHAc nya, karena tekanan uap jenuh asam asetat makin lama akan
mendekati tekanan udara (Smith, 2001).
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh bahwa fraksi mol uap cair
dari asam asetat semakin meningkat dengan adanya peningkatan suhu. Hal ini
menunjukkan percobaan yang dilakukan sesuai dengan teori.
4.2.5
0.8
Fraksi Mol
0.6
0.4
0.2
Perbandingan
Volume (130:130)
0
100
102
104
112
Temperatur (oC)
Gambar 4.5 Pengaruh Perbandingan Volume terhadap Fraksi Mol Air dalam
Wujud Cairan
Pada gambar 4.5 merupakan grafik perbandingan volume terhadap fraksi
mol air dalam wujud cairan yang diperoleh secara praktek.
Dari hasil di atas terlihat bahwa fraksi mol air pada perbandingan volume
Asam Asetat : Air (150:100) lebih besar dari perbandingan volume Asam Asetat : Air
(130:130), lebih besar dari perbandingan volume Asam Asetat : Air (100:120),
dan lebih besar dari perbandingan volume Asam Asetat : Air (60:110).
Secara matematis dapat dilihat melalui rumus :
p *A p A x
(Treybal, 1981)
dimana :
p *A
= tekanan
= fraksi mol
pA
n(solute )
n ( solute )+ n(solvent )
(Gunadarma, 2016)
Adapun hubungan antara mol dan volume yang ditunjukkan oleh skema
hubungan mol dengan jumlah partikel, massa, dan volume adalah apabila dari mol
dikonversi ke volume maka harus dikali 22,4 L, sebaliknya dibagi 22,4 L (UPI,
2016).
Berdasarkan teori ditunjukkan bahwa hubungan perbandingan volume
dengan fraksi mol adalah berbanding lurus. Di dalam praktek hasilnya semakin besar
konsentrasi asetat dalam larutan biner maka semakin besar pula fraksi mol pada air.
Sedangkan semakin kecil konsentrasi asam asetat pada larutan biner maka semakin
besar kenaikan fraksi mol pada asam asetat. Hal ini menunjukkan keadaan yang
sesuai dengan teori.
4.2.6
0.8
0.6
0.4
0.2
Perbandingan
Volume (130:130)
0
100
102
104
106
108
110
112
Gambar 4.6 Pengaruh Perbandingan Volume terhadap Fraksi Mol Asam Asetat
dalam Wujud Cairan
Pada gambar 4.5 merupakan grafik perbandingan volume terhadap fraksi
mol asam asetat dalam wujud cairan yang diperoleh secara praktek.
Dari hasil di atas terlihat bahwa fraksi mol asam asetat pada
perbandingan volume asam asetat : air (150:100) lebih rendah kenaikannya dari
perbandingan volume asam asetat : air (130:130), lebih rendah kenaikannya dari
perbandingan volume asam asetat : air (100:120), dan lebih rendah kenaikannya dari
perbandingan volume asam asetat : air (60:110).
Secara matematis dapat dilihat melalui rumus :
p *A p A x
(Treybal, 1981)
dimana :
p *A
= tekanan
= fraksi mol
pA
n(solute )
(
n solute )+ n(solvent )
(Gunadarma, 2016)
Adapun hubungan antara mol dan volume yang ditunjukkan oleh skema
hubungan mol dengan jumlah partikel, massa, dan volume adalah apabila dari mol
dikonversi ke volume maka harus dikali 22,4 L, sebaliknya dibagi 22,4 L (UPI,
2016).
Berdasarkan teori ditunjukkan bahwa hubungan perbandingan volume
dengan fraksi mol adalah berbanding lurus. Di dalam praktek hasilnya semakin besar
konsentrasi asetat dalam larutan biner maka semakin besar pula fraksi mol pada air.
Sedangkan semakin kecil konsentrasi asam asetat pada larutan biner maka semakin
besar kenaikan fraksi mol pada asam asetat. Hal ini menunjukkan keadaan yang
sesuai dengan teori.