NIM: 140405092
Jurusan: Teknik Kimia
Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan
sistem ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.
3. Hukum Hess
Hukum Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik untuk ekspansi Hess
dalam siklus Hess. Hukum ini digunakan untuk memprediksi perubahan entalpi dari
hukum kekekalan energi (dinyatakan sebagai fungsi keadaan H).
4. Hukum Raoult
Bunyi hukum Raoult yang berkaitan dengan penurunan tekanan uap adalah
sebagai berikut.
a. Penurunan tekanan uap jenuh tidak bergantung pada jenis zat yang dilarutkan,
tetapi tergantung pada jumlah partikel zat terlarut.
b. Penurunan tekanan uap jenuh berbanding lurus dengan fraksi mol zat yang
dilarutkan.
Hukum Raoult tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
P = penurunan tekanan uap jenuh pelarut
XB = fraksi mol zat terlarut
P = tekanan uap pelarut murni
Hukum Backman dan Raoult bahwa penurunan titik beku dan kenaikan titik
didih berbanding langsung dengan molalitas yang terlarut di dalamnya.
Hukum tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
Tb = m x Kf Tf = m x Kf
Keterangan:
Tb = kenaikan titik didih
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
Tf = penurunan titik beku
Kf = tetapan titik beku molal
m = molalitas
Gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang mengalir
melalui selaput semipermeabel ke dalam larutan disebut tekanan osmosis larutan.
Hubungan tekanan osmosis dengan kemolaran larutan oleh Vant Hoff dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
= tekanan osmosis (atm)
M = molaritas (mol/liter)
T = suhu mutlak (K)
R = ketetapan gas (0,082) L.atm.mol1K1
Hukum Vant Hoff ini hanya berlaku pada larutan nonelektrolit.
Apabila jumlah gas dinyatakan dalam mol (n), maka suatu bentuk persamaan umum
mengenai sifat-sifat gas dapat diformasikan. Sebenarnya hukum Avogadro
menyatakan bahwa 1 mol gas ideal mempunyai volume yang sama apabila suhu dan
tekanannya sama. Dengan menggabungkan persamaan Boyle, Charles dan persamaan
Avogadro akan didapat sebuah persamaan umum yang dikenal sebagai persamaan gas
ideal.
atau PV = nRT
R adalah konstanta kesebandingan dan mempunyai suatu nilai tunggal yang berlaku
untuk semua gas yang bersifat ideal. Persamaan di atas akan sangat berguna dalam
perhitungan-perhitungan volume gas.
Hukum Pertama newton: setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan
kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut. [2][3][4] Berarti
jika resultan gaya nol, maka pusat massa dari suatu benda tetap diam, atau bergerak
dengan kecepatankonstan (tidak mengalami percepatan). Hal ini berlaku jika dilihat
dari kerangka acuan inersial.
F = 0
10. Hukum Kedua Newton
F = m a
Hukum Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang
sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang memberi gaya
sebesar F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya sebesar F kepada benda
A. F dan F memiliki besar yang sama namun arahnya berbeda. Hukum ini juga
terkenal sebagai hukum aksi-reaksi, dengan F disebut sebagaiaksi dan F
adalah reaksinya.
Faksi = Freaksi
Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama
mengandung jumlah mol yang sama. Dari pernyataan ini ditentukan bahwa pada
keadaan STP (0o C 1 atm) 1 mol setiap gas volumenya 22.4 liter volume ini disebut
sebagai volume molar gas.
Ketika pengisap kecil kamu dorong maka pengisap tersebut diberikan gaya
sebesar F1 terhadap luas bidang A1, akibatnya timbul tekanan sebesar p1. Menurut
Pascal, tekanan ini akan diteruskan ke segala arah dengan sama rata sehingga tekanan
akan diteruskan ke pengisap besar dengan sama besar. Dengan demikian, pada
pengisap yang besar pun terjadi tekanan yang besarnya sama dengan p1. Tekanan
ini menimbulkan gaya pada luas bidang tekan pengisap kedua (A2) sebesar F2
sehingga kamu dapat menuliskan persamaan sebagai berikut.
Hukum Kirchoff I berbunyi jumlah aljabar dari arus yang menuju/ masuk
dengan arus yang meninggalkan/keluar pada satu titik sambungan/cabang sama
dengan nol
Sebagai contoh dapat digambarkan melalui Gambar berikut ini. Hukum tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Si=0
i1 + i2 + i3 - i4 i5 = 0
dimana:
Arus yang masuk (i1, i2, i3) diberi tanda positif.
Arus yang keluar (i4 dan i5) diberi tanda negatif
P1. V1 / T1 = P2 . V2 / T2
Bagi reaksi:
A + B C + D
Bunyi Asas Black adalah sebagai berikut:"Pada pencampuran dua zat dalam
sistem tertutup terisolasi, banyaknya kalor yang dilepas zat yang suhunya lebih tinggi
sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat yang suhunya lebih rendah"
Qlepas = Qterima
Besarnya gaya apung ini bergantung pada banyaknya air yg didesak oleh
benda tersebut. Semakin besar air yg didesak maka semakin besar pula gaya
apungnya. Hasil penemuannya dikenal dengan Hukum Archimedes yg menyatakan
bahwa apabila suatu benda dicelupkan ke dalam zat cair, baik sebagian atau
seluruhnya, benda akan mendapat gaya apung (gaya ke atas) yg besarnya sama
dengan berat zat cair yg didesaknya (dipindahkan) oleh benda tersebut. Secara
matematis ditulis sebagai berikut.
dengan: = gaya apung (N), = massa jenis zat cair (kg/m3), V = volume zat cair
yg didesak atau volume benda yg tercelup (m3), g = konstanta gravitasi atau
percepatan gravitasi (m/s2).
Teori-Teori yang Berhubungan dengan Teknik Kimia
1. Teori Kinetik
Dalam benda yang panas, partikel-partikel bergerak lebih cepat dan karena itu
memiliki energi yang lebih besar daripada partikel-partikel dalam benda yang lebih
dingin. Teori Kinetik (atau teori kinetik pada gas) berupaya menjelaskan sifat-
sifat makroscopik gas, seperti tekanan, suhu, atau volume, dengan memperhatikan
komposisi molekular mereka dan gerakannya. Intinya, teori ini menyatakan bahwa
tekanan tidaklah disebabkan oleh denyut-denyut statis di antara molekul-molekul,
seperti yang diduga Isaac Newton, melainkan disebabkan
oleh tumbukan antarmolekul yang bergerak pada kecepatan yang berbeda-beda.
Dalam kimia, teori ikatan valensi atau teori ikatan valens [1] menjelaskan
sifat ikatan kimia dalam suatu molekul dari sudut valensi atom [2]. Teori ini
menyimpulkan suatu aturan bahwa atom pusat dalam suatu molekul cenderung untuk
membentuk ikatan elektron ganda sesuai dengan batasan geometris seperti kurang
lebih ditentukan oleh aturan oktet.
Teori fungsi kerapatan (DFT, Density functional theory) merupakan salah satu
dari beberapa pendekatan populer untuk perhitungan struktur elektron banyak-partikel
secaramekanika kuantum untuk sistem molekul dan bahan rapat. Teori Fungsi
Kerapatan (DFT) adalah teori mekanika kuantum yang digunakan
dalam fisika dan kimia untuk mengamati keadaan dasar dari sistem banyak partikel.
4. Teori BET
Asumsi :
1. Permukaan Homogen
2. Tidak ada interaksi antar adsorbat
3. Layer pertama memiliki panas adsorpsi
4. Layer kedua dan berikutnya memiliki panas kondensasi
5. Layer paling atas berkesetimbangan dengan fasa uapnya
6. Pada tekanan jenuh, jumlah layer menjadi tidak terbatas
Teori ini dapat digunakan untuk menjelaskan secara rinci apa yang terjadi
sewaktu partikel-partikel pereaksi bertumbukan.
6. Fisik Adsorpsi
Juga dikenal sebagai van der Waals adsorpsi adsorpsi fisik, itu adalah dengan
adsorbat dan adsorben yang disebabkan oleh gaya antarmolekul, gaya ini juga disebut
sebagai Van der Waals. Permukaan molekul adsorben tidak menyeimbangkan
kekuatan penahan medan kekuatan untuk menarik molekul adsorbat gratis seperti itu
disebabkan oleh hisap adsorpsi, kekuatan mengikat lemah, panas adsorpsi kecil,
adsorpsi dan desorpsi kecepatan lebih cepat. Lebih cenderung untuk teradsorpsi
substansi desorbed, sehingga adsorpsi fisik adalah reversibel. Seperti: karbon aktif
adsorpsi banyak gas, gas yang akan teradsorpsi mudah dibebaskan tanpa risiko
perubahan alam.
Asumsi :
1. Gaya adsorpsi bekerja pada jarak yang mampu melebihi dimensi monomolekul
(layer pertama) dan bahwa gaya tersebut tidak benar-benar terlindung atau terhalangi
oleh lapisan pertama adsorbat
9. Theory Henry
Kondisi : Berlaku pada tekanan (P) rendah, monolayer, jumlah molekul teradsorp
sesuai jumlah sisi aktiv adsorben.Theory Langmuir
Kondisi : Apabila tekanan > pada tekanan Henry, monolayer monomolecular, jumlah
molekul teradsorp dapat melebihi jumlah sisi aktiv adsorben, adsorpsi pada layer
pertama menghalangi gaya adsorpsi adsorbent untuk mengadsorp molekul lebih
banyak lagi.
10. Teori plogiston
Teori Plogistan dicetuskan pada tahun 1667 oleh Johann Joachim Becher.
Teori itu mempostulatkan adanya elemen seperti api yang disebut "plogiston", yang
terdapat dalam benda-benda yang dapat terbakar dan dilepaskan selama pembakaran.
Teori ini dibuktikan salah pada tahun 1785 oleh Antoine Lavoisier, yang akhirnya
memberikan penjelasan yang benar tentang pembakaran.