Anda di halaman 1dari 6

SERTIFIKASI TENAGA KERJA KONSTRUKSI HPJI

Ditulis oleh HPJI Pusat | 11 September 2013 09:47 WIB


1.

APA ITU SERTIFIKAT TENAGA KERJA KONSTRUKSI?

Keharusan memiliki sertifikat kehalian maupun sertifikat keterampilan bagi mereka yang
bekerja di bidang jasa konstruksi tertuang dalam ketentuan Pasal 9 UU No. 18/1999 tentang
Jasa Konstruksi yang menyatakan bahwa:
a. Perencana konstruksi dan pengawas konstruksi orang perseorangan harus memiliki
sertifikat keahlian.
b. Pelaksana konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat keterampilan kerja dan
sertifikat keahlian kerja.
c. Orang perseorangan yang dipekerjakan oleh badan usaha sebagai perencana konstruksi,
pengawas konstruksi atau tenaga tertentu dalam badan usaha pelaksana konstruksi harus
memiliki sertifikat keahlian.
d. Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana
konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.

Sementara itu dalam Pasal 1 PP No. 28/2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksiyang merupakan peraturan pelaksanaan dari UU No. 18/1999 tersebut menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan Sertifikat adalah tanda bukti pengakuan atas kompetensi dan
kemampuan profesi keterampilan kerja dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa
konstruksi menurut disiplin keilmuan dan atau keterampilan tertentu dan atau kefungsian dan
atau keahlian tertentu.

Dengan ketentuan tersebut, sertifikat bukan sekedar persyaratan administrasi bagi seseorang
tenaga kerja untuk dapat melakukan kegiatan di bidang jasa konstruksi, namun lebih
ditekankan sebagai persyaratan kemampuan dan kompetensi tenaga kerja untuk dapat bekerja
di bidang jasa konstruksi yang diakui melalui dokumen sertifikat.

Sertiikasi bagi anggota HPJI sebagai persyaratan bagi anggota HPJI untuk dapat bekerja pada
pekerjaan jalan dan jembatan telah berlangsung sejak tahun 2003 pada saat HPJI dinyatakan
sebagai asosiasi profesi yang diberikan akreditasi oleh LPJKN dan berhak untuk melakukan
sertifikasi sub-bidang transportasi di mana jalan dan jembatan termasuk di dalamnya.

Selama ini, sertifikasi yang dilakukan HPJI untuk para anggotanya mencakup untuk tenaga
kerja ahli perencana, pengawas dan pelaksana jalan maupun jembatan, dan pelaksanaan
sertifikasi oleh HPJI tersebut dilakukan oleh Badan Sertifkasi Asosiasi yang dibentuk oleh
HPJI baik yang berada di Pusat untuk ahli utama dan di daerah untuk ahli madya dan ahli
muda.

2. SERTIFIKASI TENAGA KERJA KONSTRUKSI SESUAI DENGAN PP


NO.4/2010
Dengan diundangkannya PP No. 4/2010 sebagai perubahan atas PP No. 28/2000, terjadi
perubahan terkait sertifikasi tenaga kerja konstruksi meliputi:
a. Klasifikasi tenaga kerja konstruksi meliputi arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, tata
lingkungan, dan mamjemen pelaksanaan;
b.
Kegiatan sertifikasi tidak lagi dilakukan oleh asosiasi melainkan oleh unit sertifikasi
tenaga kerja (USTK)
c. USTK tersebut meliputi USTK Nasional (USTK-N)yang dibentuk oleh LPJK Nasional
dan berfungsi melakukan sertifikasi terhadap tenaga ahli utama dan penyetaraan kalsifikasi
dan kualifikasi tenaga ahli asing serta USTK Provinsi (USTK-P) yang dibentuk oleh LPJK
Provinsi dan USTK bentukan masyarakat jasa konstruksi (USTK-M)dan berfungsi
melakukan sertifikasi tenaga ahli maya dan tenaga ahli muda serta tenaga terampil.
d. USTK-P dan USTK-M untuk dapat melaksanakan sertifikasi tenaga kerja harus telah
mendapatkan lisensi dari LPJK Nasional.
e.

Pemberian lisensi tersebut dilaksanakan oleh Komite Lisensi.

f.

Proses registrasi tetap dilakukan oleh LPJK.

Dengan pengaturan sertifikasi tersebut peran asosiasi terkait dengan kegiatan sertifikasi
adalah:
a.

menerima permohonan sertifikat dari tenaga kerja pemohon;

b.

melakukan verifikasi dan validasi awal terhadap berkas permohonan; dan/atau

c. membentuk USTK-M yang dapat secara langsung melakukan kegiatan sertifikasi


terhadap anggotanya.

3.

LANGKAH HPJI SELANJUTNYA

Menyikapi perubahan pengaturan sertifikasi tersebut, untuk kepentingan anggotanya terkait


dengan sertifikasi yang mencakup perpanjangan masa laku sertifikat, registrasi ulang,
perubahan klasifikasi dan kualifikasi serta permohonan sertifikat baru, HPJI berencana akan
melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Di tingkat DPP HPJI akan dibentuk badan pembinaan sertifikasi yang bertugas pokok
melakukan pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan sertifkasi dan berfungsi melakukan:
penyusunan dan pengembangan standar manajemen mutu, penyusunan dan pengembangan
standar kompetensi kerja, pengaturan, pengawasan dan fasilitasi pelaksanaan sertifikasi, dan
pengaturan, pengawasan dan fasilitasi pelatihan dan pembekalan.

b. Di tingkat DPD HPJI akan dibentuk unit sertifikasi yang tugas pokoknya melakukan
pengujian dan sertifikasi anggota HPJI dan unit pelatihan dan pembekalan yang bertugas
melakukan pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi serta pembekalan dalam rangka
menyiapkan pemohon sertifikat untuk menghadapi pengujian komptensi oleh unit sertifikasi
berdasarkan ketentuan yang disusun oleh DPP HPJI.

4.

PERSIAPAN PEMBENTUKAN UNIT SERTIFIKASI HPJI

Dalam rangka penyiapan pembentukan unit sertifikasi oleh HPJI yaitu yang dikenal sebagai
unit sertikasi bentukan masyarakat (USTK-M) perlu dipahami ketentuan yang mengatur
mengenai tata cara pembentuan USTK-M dan tata cara pemberian lisensinya.
Sebagaimana diatur dalam Permen PU No. 08/PRT/M/2012 tentang Petunjuk Teknis
Pembentukan Unit Sertifikasi dan Pemberian Lisensi dan Peraturan LPJK No. 07/2012
tentang Komite Lisensi Unit Sertifikasi Dan Tata Cara Pemberian Lisensi dan Peraturan
LPJK No. 09/2012 Pembentukan Unit Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi sebagai
pengaturan operasional dari PP No. 4/2010, pokok-pokok ketentuan mengenai USTK-M
adalah sebagai berikut:

a. USTK-M melakukan fungsi sertifikasi yang dilaksanakan melalui penilaian klasifikasi


dan kualifikasi tenaga kerja.
b.

Tugas USTK-M adalah:

1) Melakukann uji kompetensi dengan mengacu pada standar kompetensi kerja (SKKNI),
standar kompetensi kerja internasional yang telah diadopsi oleh Pemerintah dan atau bakuan
kompetensi yang ditetapkan oleh LPJK

2) Melakukan penilaian klasifikasi dan kualifikasi melalui program pengembangan


professional berkesinambungan (continuing professional development/CPD);
3)

Menerbitkan berita acara hasil uji kompetensi tenaga kerja konstruksi.

c. Alat kelengkapan USTK-M meliputi: unsur pengarah, unsur pelaksana dan asesor
kompetensi.
d.

USTK-M dibentuk dengan akte pembentukan yang disahkan oleh notaris.

e.

USTK-M hanya melayani paling banyak 1 klasifikasi.

f.
USTK-M melakukan sertifikasi untuk tenaga ahli madya dan muda serta tenaga
terampil.
g. USTK-M harus mempunyai paling sedikit 3 asesor kompetensi yang terdaftar di LPJK
untuk setiap bidangnya.
h. Asesor kompetensi wajib memiliki sertifikat keahlian dengan kualifikasi sekurangkurangnya ahli madya sesuai dengan bidang yang akan dilakukan penilaian.
i.

USTK-M tidak merangkap sebagai unit pelatihan.

j.

USTK-M mempunyai kewajiban untuk:

1)

memutakhirkan data dan informasi terkini setiap saat;

2)

memiliki standar kompetensi kerja konstruksi;

3)

memiliki skema sertifikasi; dan

4) memiliki program pengembangan profesional berkesinambungan (continuing


professional development/CPD)
k.

Persyaratan minimal prasarana dan sarana yang harus dipenuhi USTK-M adalah:

1) ruang kerja paling kecil seluas 70 m2 yang meliputi ruang kerja unsure pelaksana, ruang
kerja asesor, ruang rapat, tempat uji kompetensi, dan ruang arsip;
2)

meja, kursi, dan lemari arsip sesuai dengan kebutuhan;

3) komputer dengan spesifikasi paling sedikit prosesor 800 Mhz, ram 512 mb, harddisk 20
Gb, VGA 64 Mb, CD Rom;
4)

printer;

5) peralatan komunikasi berupa telepon, faksimile dan akses internet paling sedikit 512
Mbps; dan
6)

memiliki sistem informasi yang terintegrasi dengan SIKI LPJK.

m.

Mekanisme pemberian lisensi untuk USTK-M meliputi:

1)

permohonan lisensi;

2)

asesmen; dan

3)

pemberian lisensi

n.

Permohonan lisensi dilakukan sebagai berikut:

1)

permohonan lisensi USTK-M diajukan kepada LPJK Nasional melalui LPJK Provinsi;

2) permohonan lisensi harus dibuat sesuai dengan format yang ditetapkan oleh LPJK
Nasional;
3) permohonan lisensi sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib disampaikan dan
diterima LPJK Nasional paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan
lisensi oleh LPJK Provinsi;
4) dalam hal LPJK Provinsi tidak menyampaikan dokumen permohonan lisensi dalam
kurun waktu sebagaimana dimaksud pada huruf c, pemohon dapat menyampaikan
permohonan lisensi langsung ke LPJK Nasional dengan menyertakan bukti tanda terima
penyerahan dokumen dari LPJK Provinsi; dan
5)

LPJK Nasional dapat melakukan klarifikasi terhadap keabsahan dokumen.

o.

Asesmen terhadap permohonan lisensi meliputi audit kecukupan dan penilaian lapangan.

p. Audit kecukupan USTK-M meliputi pemeriksaan terhadap kecukupan aspek teknis yang
terdiri atas:
1)

kelengkapan aspek legal dan kelengkapan administratif;

2)

alat kelengkapan;

3)

personel;

4)

standar penilaian kompetensi tenaga kerja;

5)

ketersediaan dan kecukupan materi uji kompetensi;

6)

kecukupan dan kelayakan tempat uji kompetensi;

7)

ketersediaan SKKNI;

8)

pemenuhan persyaratan asesor kompetensi;

9) program pengembangan profesi berkelanjutan (continuing professional


development/CPD); dan

10) ketersediaan sistem informasi yang terintegrasi dengan sistem informasi LPJK Nasional.
q. Asesmen penilaian lapangan dilakukan dengan cara penilaian, observasi, dan
wawancara kepada personel USTK-M yang meliputi pemeriksaan:
1) kelengkapan, pemuktakhiran, dan keabsahan semua dokumen yang dipersyaratkan
dalam tata cara pemberian Lisensi LPJK Nasional;
2) bukti penerapan prosedur pengendalian dokumen dan prosedur pengendalian rekaman
ketelusurannya;
3) bukti penerapan mekanisme penilaian kompetensi tenaga kerja sejak dari permohonan
hingga proses pencetakan sertifikat;
4) bukti keberadaan dan kelayakan tempat uji kompetensi (TUK), materi uji kompetensi
(MUK), dan prosedur pengujian;
5) bukti kesesuaian kompetensi asesor yang dapat diperagakan dalam melakukan penilaian
klasifikasi dan kualifikasi tenaga kerja;
6) bukti pemantauan kinerja USTK Masyarakat, hambatan yang dihadapi dan
penanganannya;
7) pengoperasian sistem informasi yang terintegrasi dengan sistem informasi LPJK
Nasional; dan
8)

penanganan keluhan dan banding (10/9/03, HP)

http://www.hpji.or.id/post/detail/42/SERTIFIKASI-TENAGA-KERJA-KONSTRUKSI-HPJI

Anda mungkin juga menyukai