BAB II
LANDASAN TEORETIS
dalam Azwar (1995) mendefinisikan sikap adalah penilaian positif atau negatif
terhadap suatu objek. Menurut Pasaribu dan Simanjuntak (1990) sikap adalah
suatu kecenderungan untuk mengadakan suatu reaksi terhadap dunia sekitar.
Reaksi ini bisa berupa positif dan negatif. Dalam hubungannya dengan suatu
pelajaran maka reaksi yang positif ada perhatian (menerima) sedangkan reaksi
yang negatif berarti tidak ada perhatian. Menurut Secord dan Backman dalam
Mudzakir dan Sutrisno (1964) sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal
perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan Prediposisi atau kecenderungan
tindakan (konasi) seseorang terhadap aspek di lingkungan sekitarnya.
Sikap akan sangat mempengaruhi siswa dalam proses belajar mengajar
termasuk dalam pelajaran matematika.
8
tertarik terhadap matematika dan kesediaan untuk mempelajari matematika,
maka seseorang siswa akan lebih mudah menerima pelajaran matematika yang
diberikan oleh guru. Sebaliknya jika perhatian kurang atau bersikap negatif
terhadap matematika, maka ia akan bosan mempelajari matematika, malas
mengerjakan soal matematika dan tidak mau memperhatikan pelajaran.
Akhirnya hasil belajarnya tidak memuaskan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hudojo (1981) bahwa sikap tidak menyukai matematika merupakan salah satu
hambatan untuk belajar matematika yang efektif.
Menurut Nurhayati (1999) sikap adalah semacam perubahan dalam
tingkah laku atau kecenderungan untuk memberikan respon terhadap suatu
objek. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan, kebiasaan
atau peringatan. Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap aspek objek
tertentu, maka disusun skala sikap. Skala sikap berupa kumpulan pertanyaanpertanyaan mengenai suatu objek sikap yang telah disusun dan diteliti dengan
kriteria tertentu, Skala sikap merupakan suatu alat untuk memperoleh suatu
nilai yang merupakan penilaian seseorang terhadap suatu objek psikologis
tertentu.
Menurut Nurdin dan Nurhayati (1999) siswa yang bersikap positif
dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Rasa suka dan senang mengerjakan tugas, tidak akan berhenti sebelum
tugas selesai.
b. Tidak akan putus asa dalam menghadapi kesulitan dan hambatan.
c. Menunjukkan rasa bangga atas prestasi yang dicapai.
9
d. Lebih senang bekerja sendiri.
e. Acuh dan bosan mengerjakan soal yang terlampau mudah dan berulangulang.
f. Malas mencari dan memecahkan soal yang mudah-mudah.
g. Tertarik terhadap matematika.
Menurut Slameto (1995) pada dasarnya sikap itu dapat terbentuk
melalui bermacam-macam cara antara lain :
a. Melalui pengalaman yang berulang-ulang atau dapat pula melalui suatu
pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam (pengalaman
traumatik).
b. Melalui imitasi, peniruan dapat terjadi tanpa disengaja dan dapat pula
dengan sengaja. Dalam hal ini individu harus mempunyai minat dan rasa
kagum terhadap model, disamping itu diperlukan pula pemahaman dan
kemampuan untuk mengenal dan model yang hendak ditiru. Peniruan
akan lebih lancar secara kolektif dari pada perorangan.
c. Melalui sugesti, disini seseorang membentuk suatu sikap terhadap obyek
tanpa suatu alasan dan pemikiran yang jelas tetapi semata-mata karena
pengaruh yang datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai
wibawa dalam pandangannya.
d. Melalui identifikasi, disini seseorang meniru orang lain atau suatu
organisasi atau badan tertentu didasari sesuatu keterikatan emosional
sifatnya, meniru dalam hal ini banyak dalam arti berusaha menyamai.
10
Menurut Hudojo (1981) cara untuk merangsang sikap positif siswa
sebagai berikut :
a. Berikan kepada siswa rasa puas sehingga ia berusaha untuk mencapai
keberhasilan selanjutnya.
b. Kembangkan pengertian (konsep, langkah pembuktian, teorema) kepada
siswa secara wajar agar ia dapat memecahkan soal yang bersifat
pengembangan.
c. Tumbuhkan minat siswa terhadap materi matematika yag dipelajari.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa indikator untuk
meningkatkan sikap siswa dalam kegiatan belajar di sekolah :
a. Rasa suka dan tertarik terhadap matematika
Siswa menyukai pelajaran matematika ditandai dengan cara belajarnya
yang sungguh-sungguh dan mengerjakan soal yang disuruh guru.
Rasa tertarik dapat ditunjukkan siswa yang cenderung ingin mengetahui
semua yang berhubungan dengan matematika baik yang ada di media
masa maupun dalam pembicaraan masing-masing.
b. Rasa ingin mempelajari sendiri
Rasa ingin mempelajari sendiri timbul akibat adanya sikap positif terhadap
matematika.
c. Rasa bangga atas prestasinya
Siswa bangga dapat menyelesaikan tugas-tugas untuk mendapat nilai yang
baik.
11
B. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Eggen (1996) pembelajaran kooperatif adalah suatu kumpulan
dan strategi pelajaran yang melibatkan para siswa bekerja sama untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pembelajaran kooperatif adalah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, mempersiapkan siswa agar memiliki sifat
kepemimpinannya dan pengalamannya dalam membuat keputusan dalam
kelompok dan juga memberikan kesempatan untuk bekerja dan belajar
bersama siswa yang berbeda budaya dan adat istiadat dan latar belakang
kemampuan. Dalam hal ini akan terlihat siswa yang terlibat dalam proses
pembelajaran.
12
5. Siswa akan dikenakan sanksi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga
akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sejalan dengan unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif di atas maka
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya, suku, jenis
kelamin berbeda-beda.
4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Penerapan pembelajaran kooperatif memberikan keuntungan baik pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas akademis. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi
siswa kelompok bawah, sehingga siswa akan memperoleh bantuan khusus dari
teman sebaya yang memiliki orientasi bahasa yang sama.
Dalam proses
13
Selanjutnya agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik,
maka penerapan pembelajaran ini di dalam kelas harus mengikuti langkahlangkah yang ditetapkan. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif
menurut Ibrahim (2000) adalah seperti tabel 1 berikut
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
FASE
Fase- 1
Menyampaikan tujuan dari
motivasi siswa
Fase - 2
Menyajikan informasi
Fase - 3
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok-kelompok
bekerja dan belajar
Fase - 4
Membimbing kelompok bekerja Guru membimbing kelompok-kelompok
dan belajar
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.
Fase - 5
Evaluasi
Fase - 6
Memberikan penghargaan
14
heterogen
(rendah,
sedang,
tinggi).
Belajar
kooperatif
memupuk
persaingan
individu.
Watson
dalam
Tanjung
(1998)
15
3. Bila mungkin terdiri dari bermacam-macam suku, kebudayaan dan jenis
kelamin.
4. Sistem penghargaan lebih menekankan kelompok dari pada individu.
Menurut Carin (1993) ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut :
1. Setiap anggota memiliki peran.
2. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara para siswa.
3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan
juga teman-teman kelompoknya.
4. Peran guru membantu para siswa untuk mengembangkan keterampilanketerampilan interpersonal kelompok.
5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Selanjutnya, pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di
dalam pembelajaran melalui tahap persiapan, penyajian kelas, kegiatan
kelompok, melaksanakan evaluasi, penghargaan kelompok dan menghitung
ulang skor dasar dan perubahan kelompok.
1. Persiapan
Pada tahap ini disiapkan perangkat pembelajaran dan membagi siswa
dalam kelompok-kelompok kooperatif
d. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang akan disiapkan adalah rencana
pembelajaran, lembar kegiatan siswa dan tes. Untuk mendapatkan
16
perangkat pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif dilakukan beberapa kegiatan berikut ini:
Analisis konsep
Analisis tugas
Rencana pembelajaran
Penyusunan tes
17
Materi pelajaran yang disajikan hendaknya disesuaikan dengan apa
yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Selama kegiatan ini guru
juga perlu memberikan pertanyaan-pertanyaan dan umpan balik
terhadap jawaban-jawaban yang diberikan siswa.
c. Latihan terbimbing
Latihan terbimbing diberikan dengan menugaskan siswa mengerjakan
soal-soal atau mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan. Di dalam kegiatan ini pemberian tugas hendaknya tidak
menyita waktu terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau
dua soal dan sesegera mungkin diberikan umpan balik.
3. Kegiatan kelompok
Selama kegiatan kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator yang
memonitor kegiatan setiap kelompok.
18
memahami tugas tersebut, maka teman sekelompoknya bertanggung jawab
untuk menjelaskan sebelum meminta bantuan kepada guru.
4. Melaksanakan evaluasi.
Evaluasi dikerjakan secara individu dalam waktu yang telah ditentukan.
Pada saat ini siswa harus menunjukkan apa yang telah ia pelajari saat
bekerja dalam kelompoknya. Skor yang diperoleh siswa dalam evaluasi
selanjutnya diproses untuk menentukan nilai perkembangan individu yang
akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
5. Penghargaan kelompok
Untuk menentukan bentuk penghargaan kelompok dilakukan langkahlangkah berikut ini :
a. Menghitung skor individu dan skor kelompok
Menghitung skor tes individu ditujukan untuk menentukan nilai
perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor
kelompok. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih
memperoleh skor tes terdahulu (skor dasar) dengan skor tes terakhir.
Dengan cara ini setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang
sama untuk memberikan sumbangan skor bagi kelompoknya. Kriteria
sumbangan skor individu terhadap skor kelompok terlihat pada tabel
berikut ini :
19
Tabel 2. Nilai Perkembangan Siswa
SKORS TES
Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar
10 poin hingga satu poin dibawah skor dasar
Sama dengan skor dasar sampai 10 poin diatas skor dasar
Lebih dari 10 poin diatas skor dasar
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor dasar)
Nilai Perkembangan
05
10
20
30
30
Perubahan
20
konsep awal siswa dengan menghubungkan dengan contoh-contoh
dalam kehidupan sehari-hari siswa.
4 5 orang.
dari
siswa
pandai,
sedang
dan
normal
selain
pada
masing-masing
kelompok
mendiskusikan
21
pendapat, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator, memotivator
atau medorator dan juga bertugas mengkoordinir waktu.
c. Penutup
Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang
sudah dipelajari, selanjutnya guru memperjelas kesimpulan tersebut.
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah.
3. Langkah 3 : Evaluasi.
Siswa harus menunjukkan apa yang telah dipelajari saat bekerja dengan
kelompoknya, dihitung skor siswa dalam evaluasi dan selanjutnya diproses
untuk menunjukkan perkembangan individu dihitung berdasarkan tabel 1
di atas
4. Langkah 4 : Penghargaan
Untuk penghargaan kelompok terdiri dari beberapa langkah yaitu :
a. Menghitung skor tes individu ditujukan untuk menentukan nilai
perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor
kelompok.
b. Memberi penghargaan kelompok
Penghargaan kelompok ini berguna untuk memotivasi siswa belajar
secara kooperatif. Skor kelompok dihitung berdasarkan rata-rata nilai
perkembangan yang disumbangkan anggota kelompok.
22
Setelah satu periode penilaian terhadap penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dilakukan perubahan kelompok, ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan teman yang lain dan
memelihara program kooperatif agar tetap segar.
E. Hubungan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
dengan Sikap Siswa Terhadap Matematika.
Sebagaimana dengan yang dikemukakan sebelumnya bahwa proses
pembelajaran yang baik akan berpeluang menghasilkan hasil belajar yang
baik. Selanjutnya proses pembelajaran yang baik ditandai dengan tingginya
atau berperannya siswa secara positif dalam proses pembelajaran. Oleh sebab
itu diyakini bahwa jika pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berperan positif di dalam pembelajaran maka hasil belajarnya
akan lebih baik.
Sehubungan dengan itu pemilihan dan penerapan model pembelajaran
oleh guru dalam proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting.
Hal ini mengingat strategi yang dipilihkan harus dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan ide-idenya melalui interaksi
sesama teman sebayanya.
23
Dalam prosesnya, penerapan pembelajaran kooperatif dapat mendorong
siswa untuk berbuat yang terbaik terhadap kelompoknya. Kondisi ini tentu
akan meningkatkan peran serta siswa dalam belajar untuk membangun
pengetahuannya melalui interaksi teman sebaya.
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD
dapat