PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Oksigen merupakan
Kekurangan oksigen dalam hitungan menit saja mengancam jiwa seseorang, oleh
karena itu masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system pernapasan
(respiratori) menuntut asuhan keperawatan yang serius.
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan
pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (Co2) dalam jumlah yang dapat
mengakibatkan gangguan pada kehidupan. Indikator gagal nafas adalah frekuensi
pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi pernapasan normalialah 16-20 x/menit. Bila
lebih dari 20x/menit tindakan yang dilakukan adalah memberi bantuan ventilasi
karenja kerja pernafasan lebih tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital
adalah ukuran ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas.
Agar dapat memberikan asuhan keperawatan sebaik baiknya, perlu
mengetahui gejala gejala dini penyebab serta permasalahannya. Kita perlu ketahui
bahwa peran dari seorang perawat yang paling utama adalah melakukan penyuluhan ,
promosi dan pencegahan terjadinya gangguan pada sistem pernafasan, sehingga dalam
hal ini masyarakat perlu diberikan pendidikan kesehatan yang efektif guna untuk
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Gagal Nafas
2. Tujuan khusus
a. Apa definisi Gagal nafas ?
b. Apa etiologi Gagal nafas ?
c. Apa patofisiologi Gagal nafas ?
d. Apa klasifikasi Gagal nafas ?
e. Apa tanda dan gejala Gagal nafas ?
f. Apa pemeriksaan diagnostik Gagal nafas ?
g. Apa penatalaksanaan Gagal Nafas ?
h. Apa pengkajian Gagal nafas ?
i. Apa diagnosa keperawatan Gagal nafas ?
j. Apa intervensi keperawatan Gagal nafas ?
C. Manfaat
1
Diharapkan makalah ini menjadi salah satu bacaan yang dapat menambah ilmu
pengetahuan para pembaca. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri ataupun para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Menurut Bruner and Suddart (2002), gagal napas adalah sindroma
dimana sistem respirasi gagal untuk melakukan fungsi pertukaran gas,
pemasukan oksigen, dan pengeluaran karbondioksida. Keadekuatan tersebut
2. Penyebab perifer
a. kelainan Neuromuskuler : GBS, tetanus , trauma cervikal, muscle
relaxans
b. Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
c. Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
d.Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax,
haematothoraks
e. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
Penyebab gagal napas biasanya tidak berdiri sendiri melainkan
merupakan kombinasi dari beberapa keadaan, dimana penyebeb utamanya
adalah :
a. Gangguan ventilasi
Gangguan ventilasi disebabkan oleh kelainan intrapulmonal maupun
ekstrapulmonal. Kelainan intrapulmonal meliputi kelainan pada saluran
napas bawah, sirkulasi pulmonal, jaringan, dan daerah kapiler alveolar.
Kelainan ekstrapulmonal disebabkan oleh obstruksi akut maupun obstruksi
kronik. Obstruksi akut disebabkan oleh fleksi leher pada pasien tidak sadar,
spasme larink, atau oedema larink, epiglotis akut, dan tumor pada trakhea.
Obstruksi kronik, misalnya pada emfisema, bronkhitis kronik, asma,
COPD, cystic fibrosis, bronkhiektasis terutama yang disertai dengan sepsis.
b. Gangguan neuromuskular
Terjadi pada polio, guillaine bare syndrome, miastenia gravis, cedera
spinal, fraktur servikal, keracunan obat seperti narkotik atau sedatif, dan
gangguan metabolik seperti alkalosis metabolik kronik yang ditandai
dengan depresi saraf pernapasan.
c. Gangguan/depresi pusat pernapasan
Terjadi pada penggunaan narkotik atau barbiturat, obat anastesi,
trauma, infark otak, hipoksia berat pada susunan saraf pusat.
d. Gangguan pada sistem saraf perifer, otot respiratori, dan dinding dada
Kelainan ini menyebabkan ketidakmampuan untuk mempertahankan
minute volume (mempengaruhi jumlah karbondioksida), yang sering terjadi
pada guillain bare syndrome, distropi muskular, miastenia gravis,
kiposkoliosis, dan obesitas.
e. Gangguan difusi alveoli kapiler
Gangguan difusi alveoli kapiler sering menyebabkan gagal napas
hipoksemia, seperti pada oedema paru (kardiak atau nonkardiak), ARDS,
.
D. Klasifikasi
1. Klasifikasi gagal napas berdasarkan hasil analisa gas darah :
a. Gagal napas hiperkapneu
Hasil analisa gas darah pada gagal napas hiperkapneu menunjukkkan kadar
PCO2 arteri (PaCO2) yang tinggi, yaitu PaCO2>50mmHg. Hal ini disebabkan
karena kadar CO2 meningkat dalam ruang alveolus, O2 yang tersisih di
alveolar dan PaO2 arterial menurun. Oleh karena itu biasanya diperoleh
hiperkapneu dan hipoksemia secara bersama-sama, kecuali udara inspirasi
diberi tambahan oksigen. Sedangkan nilai pH tergantung pada level dari
bikarbonat dan juga lamanya kondisi hiperkapneu.
b. Gagal napas hipoksemia
Pada gagal napas hipoksemia, nilai PO2 arterial yang rendah tetapi nilai
PaCO2 normal atau rendah. Kadar PaCO2 tersebut yang membedakannya
dengan gagal napas hiperkapneu, yang masalah utamanya pada hipoventilasi
alveolar. Gagal napas hipoksemia lebih sering dijumpai daripada gagal napas
hiperkapneu.
2. Klasifikasi gagal napas berdasarkan lama terjadinya :
a. Gagal napas akut
Gagal napas akut terjadi dalam hitungan menit hingga jam, yang ditandai
dengan perubahan hasil analisa gas darah yang mengancam jiwa. Terjadi
peningkatan kadar PaCO2. Gagal napas akut timbul pada pasien yang keadaan
parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit
timbul.
b. Gagal napas kronik
Gagal napas kronik terjadi dalam beberapa hari. Biasanya terjadi pada pasien
dengan penyakit paru kronik, seperti bronkhitis kronik dan emfisema. Pasien
akan mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapneu yang memburuk
secara bertahap.
3. Klasifikasi gagal napas berdasarkan penyebab organ :
a. Kardiak
Gagal napas dapat terjadi karena penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2
akibat menjauhnya jarak difusi akibat oedema paru. Oedema paru ini terjadi
akibat kegagalan jantung untuk melakukan fungsinya sehingga terjadi
peningkatan perpindahan aliran dari vaskuler ke interstisial dan alveoli paru.
Terdapat beberapa penyakit kardiovaskuler yang mendorong terjadinya
disfungsi miokard dan peningkatan left ventricel end diastolic volume
(LVEDV)
lebih
jelek.
Penyebab
terbanyak
adalah
keadaan
yang
konsolidasi,
Pemberian
O2
dapat
oedema
kardiogenik
memperbaiki
keadaan
atau
nonkardiogenik.
hipoksemia
apabila
prong
Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP).
Inhalasi nebulizer
Fisioterapi dada
Pamantauan hemodinamik/jantung
Pengobatan
- brokodilator
- steroid
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian primer
Airway
Peningkatan sekresi pernapasan
Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi.
Breathing
Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
Menggunakan otot aksesori pernapasan.
Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis.
Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
Sakit kepala
10
Keluhan utama yang sering muncul adalah gejala sesak nafas atau peningkatan
frekuensi nafas. Secara umum perlu dikaji tentang gambaran secara menyeluruh
apakah klien tampak takut, mengalami sianosis, dan apakah tampak mengalami
kesukaran bernafas. Perlu diperhatikan juga apakah klien berubah menjadi sensitif
dan cepat marah (iritability), tanpak binggung (confusion), atau mengantuk
(somnolent). Yang tak kalah penting ialah kemampuan orientasi klien terhadap
tempat dan waktu. Hal ini perlu diperhatikan karena gangguan funngsi paru akut dan
berat sering direfeksikan dalam bentuk perubahan status mental. Selain itu,
gangguan keadaan sering pula dihubungkan dengan hipoksemia, hiperkapnea, dan
asidemia karena gas beracun. Selain itu kaji riwayat penyakit masa lalu, riwayat
penyakit keluarga, lingkungan serta habits/ kebiasaan. Pemeriksaan fisik Keadaan
umum Kaji tentang kesadara klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara bicara.
Denyut nadi, frekuensi nafas yang meingkat, penggunaan otot-otot bantu pernafasan,
sianosis.
B1 (Breathing)
Inspeksi Kesulitan bernafas tampak dalam perubahan irama dan frekuensi
pernafasan.
Keadaan normal frekuensi pernafasan 16-20x/menit dengan amplitude yang cukup
besar.
Jika seseorang bernafas lambat dan dangkal, itu menunjukan adanya depresi pusat
pernafasan. Penyakit akut paru sering menunjukan frekuensi pernafasan > 20x/menit
atau karena penyakit sistemik seperti sepsis, perdarahan, syok, dan gangguan
metabolic seperti diabetes militus.
Palpasi
Perawat harus memerhatikan pelebaran ICS dan penurunan taktil fremitus yang
menjadi penyebab utama gagal nafas.
Perkusi
Perkusi yang dilakukan dengan saksama dan cermat dapat ditemukan daerah redup
sampai daerah dengan daerah nafas melemah yang disebabkkan oleh peneballan
pleura, efusi pleura yang cukup banyak, dan hipersonor, bila ditemukan
pneumothoraks atau emfisema paru.
Auskultasi
Auskultasi untuk menilai apakah ada bunyi nafas tambahan seperti wheezing dan
12
ronki serta untuk menentukan dengan tepat lokasi yang didapat dari kelainan yang
ada.
B2 (Blood)
Monitor dampak gagal nafas pada status kardovaskuler meliputi keadaan
hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan CRT.
B3 (Brain)
Pengkajian perubahan status mental penting dilakukan perawat karena merupakan
gejala sekunder yang terjadi akibat gangguan pertukaran gas.Diperlukanan
pemeriksaan GCS untuk menentukan tiingkat kesadaran.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urin perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perlu memonitor adanya oliguria, karena hal tersebut
merupaka tanda awal dari syok.
B5 (Boowel)
Pengkajian terhadap status nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi dan kesulitankesulitan dalam memenuhi kebutuhanya. Pada klien sesak nafas potensial terjadi
kekurangan pemenuhan nutrisi, hal ini karena terjadi dipnea saat makan, laju
metabolism, serta kecemasan yang dialami klien.
B6 (Bone)
Dikaji adanya edema ekstermitas, tremor, tanda-tanda infeksi pada ekstermitas,
turgon kulit, kelembaban, pengelupasan atau bersik pada dermis/ integument.
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan gangguan aliran udara ke
alveoli atau kebagian utama paru, sekresi tertahan, proses penyakit, ventilasi yang
tidak adekuat.
2. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
secret/mucus, keterbatasan gerakan dada, nyeri, kelemahan dan kelelahan.
3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, penurunan ekspansi
paru, pengesetan ventilator yang tidak tepat.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, peningkatan metabolism, dan proses keganasan.
13
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam setelah diberikan intervensi kebersihan jalan napas
kembali efektif, klien akan memperlihatkan kemampuan meningkatkan dan
mempertahankan keefektifan jalan nafas.
Kriteria hasil :
- Tidak ada suara napas tambahan dan wheezing/ronchi (-)
- Pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu napas
- Dapat medemonstrasikan batuk efektif
- Dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi
Intervensi :
1. Kaji warna, kekentalan, dan jumlah sputum Karakteristik sputum
Rasional :
Menunjukkan berat ringannya obstruksi
2. Atur posisi semifowler
Rasional :
Meningkatkan ekspansi dada
3. Ajarkan cara batuk efektif Batuk yang terkontrol dan efektif
Rasional :
Dapat memudahkan pengeluaran sekret yang melekat dijalan napas
4. Bantu klien latihan napas dalam
Rasional :
Ventilasi maksimal membuka lumen jalan napas dan meningkatkan gerakan sekret
ke dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan
5. Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan
Hidrasi yang adekuat
Rasional :
Membantu mengencerkan sekret dan mengektifkan pembersihan jalan napas.
6. Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural drainase, perkusi, dan fibrasi
dada. Fisioterapi dada.
Rasional :
Merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret
7. Kolaborasi pemberian obat Bronkodilator golongan B2
Nebulizer (via inhalasi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg, fenoterol HBr
0,1% Solution, orciprenaline sulfur 0,75 mg
Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine (Aminofilin) bolusb IV
5-6 mg/kgBB
Rasional :
Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langnsung menuju area bronkhus yang
mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi Pemberian secara intravena
merupakan usaha pemeliharaan agar dilatasi jalan napas dapat optimal. Agen
15
16
Diagnosa 4 :
Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, peningkatan metabolisme, dan proses keganasan.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperwatan 1x24 jam terjadi penurunan distress GI,
tidak terjadi anoreksia/intake adekuat.
Kriteria evaluasi:
- Adanya perbaikan nutrisi / intake
- Dapat mendemonstrasikan intake makanan yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan
tubuh.
- Intake makanan meningkat, tidak ada penurunan BB lebih lanjut, menyatakan
perasaan
sejahtera.
Intervensi :
1. Berikan porsi makan kecil tapi sering 5 6 kali sehari dengan makanan yang
disukainya.
Rasional :
Makanan kecil tapi sering menyediakan energi yang dibutuhkan , lambung tidak
terlalu
penuh, sehingga memberikan kesempatan untuk penyerapan makanan.Makanan
yang disukai mendorong untuk makan dan meningkatkan intake.
2. Berikan makanan halus, rendah lemak, gunakan warna.
Rasional :
Makanan berbumbu dan tinggi lemak dapat meningkatkan distress pada gi
sehingga sulit dicerna.
3. Anjurkan menghindari makanan yang menyebabkan alergi.
Rasional :
Dapat menimbulkan serangan akut pada anak yang sensitive.
4. Berikan perawatan mulut tiap 4 jam. Pertahankan kesegaran ruangan.
Rasiomal :
Bau yang tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan.
5. Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi
kebutuhan gizi.
Rasional :
Ahli diet adalah spesialisasi dalam ilmu gizi yang dapat membantu klien memilih
makanan yang dapat memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan gizi sesuai
dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, dan berat badan klien.
Diagnosa 5 :
Cemas berhubungan dengan penyakti kritis, ketakutan / ancaman terhadap kematian,
tindakan diagnostic.
17
Tujuan: setelah diberikan assuhan keperawatan 2x24 jam kecemasan keluarga dan
klien
Menurun
Kriteria evaluasi :
- Klien tampak tenang.
- Klien dapat mengekspresikan perasaannya.
Intervensi :
1. Ajarkan teknik relaksasi; latihan napas dalam, imajinasi terbimbing.
Rasional :
Pengalihan perhatian selama episode asma dapat menurunkan ketakutan dan
kecemasan.
2. Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi pasien kepada individu
maupun keluarga.
Rasional :
Menurunkan rasa takut dan kehilangan control akan dirinya
D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan ialah tindakan pemberian asuhan keperawatan
yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana keperawatan yang
telah disusun. Prinsip dalam memberikan tindakan keperawatan menggunakan
komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap tindakan yang diberikan kepada klien.
Selain itu, juga berprinsip melakukan tindakan keperawatan yang telah dituliskan
dalam rencana keperawatan dan menuliskan setiap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dapat berupa tindakan keperawatan
secara independent, dependent, dan interdependent. Tindakan independen yaitu suatu
kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tenaga
kesehatan lainnya. Tindakan dependen ialah tindakan yang berhubungan dengan
tindakan medis atau dengan perintah dokter atau tenaga kesehat lain. Tindakan
interdependen ialah tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama dengan tenaga
kesehatan lain seperti ahli gizi, radiologi, fisioterapi dan lain-lain.
Dalam melakukan tindakan pada pasien dengan gagal napas perlu diperhatikan
ialah penanganan terhadap tidak efektifnya bersihan jalan napas, gangguan pertukaran
gas, pola napas tidak efektif, kondisi aktual atau resiko penurunan curah jantung,
adanya ansietas/ketakutan.
E. Evaluasi keperawatan
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal napas adalah gangguan pertukaran gas antara udara dengan sirkulasi
yang terjadi di pertukaran gas intrapulmonal atau gangguan gerakan gas masuk
keluar paru. Menurut Joy M. Black (2005), gagal napas adalah suatu keadaan
yang mengindikasikan adanya ketidakmampuan sistem respirasi untuk memenuhi
suplai oksigen untuk proses metabolisme atau tidak mampu untuk mengeluarkan
karbondioksida. Sedangkan menurut Susan Martin (1997), gagal napas adalah
ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah
normal, eliminasi karbondioksida, dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah
ventilasi, difusi, atau perfusi.
Gagal napas akut adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi
hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan
asidosis (Arif Muttaqin, 2008)
B.
Saran
Diharapakn dengan adanya makalah ini dapat menjadi salah satu referensi
yang bisa menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya tentang sistem
pernafasan.
19
Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat , kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan oleh penulis
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. EGC: Jakarta.
Morton, Patricia Gonce, 2011, Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Kep. Holistik, Ed.
8,Egc: Jakarta
http://curupmedicalcomunnity.blogspot.com/p/anatomi-dan-fisiologi-sistem-pernapasan.html
21