PENGECATAN GRAM
Tujuan Praktikum
Menentukan gram positif atau negatif bakteri yang diuji.
Tinjauan Pustaka
Salah satu teknik pewarnaan diferensial yang sangat penting dan paling
luas digunakan untuk bakteri ialah pewarnaan gram. Dalam proses ini olesan
bakteri yang terfiksasi dikenai larutan larutan berikut dalam urutan yang
terdaftar yaitu ungu, ungu kristal, larutan iodium, alkohol, dan safranin atau
beberapa pewarna tandigan sesuai. Bakteri yang diwarnai dengan metode gram
ini dibagi menjadi 2 kelompok. Salah satu diantaranya, bakteri gram positif,
mempertahankan zat pewarna ungu kristal dan karenanya tampak ungu tua.
Kelompok yang lain, bakteri gram negatif ketika dicuci dengan alkohol, dan
sewaktu diberi pewarna tandingan dengan warna merah safranin, tampak
berwarna merah (Hadioetomo, R.S., Teja I, S. Sutarmi T, dan Sri L. A, 1986).
Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, ini mempersulit untuk
dilihat atau diteliti sekalipun dibawah mikroskop. Hal tersebut disebabkan karena
banyaknya mikrobia yang tidak mempunyai zat warna, seperti umumnya yang
didapat pada bakteri. Dengan alasan inilah yang menyebabkan zat warna
digunakan untuk mewarnai mikroorganisme atau latar belakangnya. Zat warna
mengabsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga mikroorganisme tersebut
terlihat kontras dengan sekelilingnya (Waluyo, 2005).
Lapisan bagian luar spora merupakan lapisan penahan yang baik
terhadap bahan kimia, sehingga spora sulit diwarnai. Spora bakteri dapat
diwarnai dengan cara dipanaskan. Pemanasan ini menyebabkan lapisan luar
spora mengembang sehingga zat warna dapat masuk. Bahan yang digunakan
untuk pewarnaan spora dapat memakai larutan hijau malakhit dan larutan
safranin (Schiegel dan Schmidt, 1994).
Gb
1.
Lactobacillus
delbrueckii
bulgaricus
Gb 2. Streptococcus thermophillus
biru. Dinding sel bakteri gram positif tersusun atas heteropolimer protein dan
gula murein.
Pada bakteri Streptococcus thermophillus ternyata mengandung dinding
sel bakteri negatif dengan ciri berwarna merah muda/pink dan mengandung
murein lebih sedikit namun lebih banyak lipidanya dari bakteri gram positif.
Daftar Pustaka
Hadioetomo, R.S., Teja I, S. Sutarmi T, dan Sri L. A. 1986. UI Press. Jakarta
Schlegel, H.G. dan Schimidt, K.1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Waluyo, L.2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang
ACARA VI
Morfologi Jamur
Tujuan Praktikum
Mempelajari morfologi jamur benang dan khamir.
Tinjauan Pustaka
Yang termasuk fungi adalah khamir dan jamur maupun organisme
makroskopik seperti jamur merang, jamur kursi, dan jamur kelereng. Studi
tentang jamur disebut mikologi. Jamur tersusun dari benang benang sel
panjang yang dihubungkan bersama dari ujung ke ujung. Benang benang ini
disebut hifa, khamir adalah fungi mikroskopik, namun tidak seperti tipe fungi lain,
khamir terdapat sebagai sel bebas yang sederhana (Volk dan Wheeler, 1984).
Fungi dibedakan menjadi dua golongan kapang dan khamir. Kapang
merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir
merupakan fungi bersel tunggal dan tidak berfilamen. Fungi ada yang bersifat
parasit dan ada pula yang bersifat saprofit (Waluyo, 2005).
Khamir termasuk cendawan, tetapi berbeda dengan kapang karena
terutama berbentuk uniseluler. Reproduksi vegetatif terjadi dengan cara
pertunasan. Sebagai sel tunggal khamir tumbuh dan berkembang biak lebih
cepat dibanding kapang yang tumbuh dengan pembentukan filamen. Khamir
juga lebih efektif dalam memecah komponen kimia dibandingkan kapang (Volk
dan Wheeler, 1989).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gelas benda,
gelas penutup, ose bermata, mikroskop, dan pemanas spritus.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini dalah alkohol,
medium PDA, biakan murni jamur yaitu Aspergillus niger, Rhizopus oligosporus,
dan Saccharomyces cereviceae.
Metode
Gelas benda dibersihkan dengan menggunakan alkohol sampai bebas
lemak dan debu kemudian ditetesi dengan aquades dibagian tengahnya. Biakan
jamur diambil sedikit dengan menggunakan ose dan diletakkan diatas gelas
benda yang telah ditetesi aquades. Jika masa miselia mengumpul, dipisahkan
dengan menggunakan dua buah jarum preparat.
Gelas benda kemudian ditutup dengan gelas penutup dan diusahakan
jangan sampai ada gelembung. Diamati preparat dengan menggunakan
mikroskop. Mula mula menggunakan perbesaran lemah kemudian apabila
objek belum kelihatan, naikkan perbesaran ke sedang. Jika diperlukan amati
bagian
bagian
yang
diinginkan
dengan
perbesaran
kuat
degngan
Gb 1. Aspergillus niger
Gb 2. Rhizopus oligosporus
Gb 3. Saccharomyces cereviceae
Pengamatan morfologi Aspergillus niger dengan perbesaran 10 x 10 ini
terdapat hifa bersekat, spora, dan tangkai spora. Menurut Waluyo (2005) bahwa
ciri ciri spesifik dari Aspergillus adalah (1) hifa septat dan miselium bercabang,
sedangkan hifa yang muncul di atas permukaan umumnya merupakan hifa fertil,
(2) koloni berkelompok, (3) konodiospora septat atau non septat, muncul dari
foot cell yakni sel miselium yang membengkak dan berdinding tebal, (4)
konidiospora
membengkak
menjadi
vesikel
pada
ujungnya,
membawa
Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa Rhizopus oligosporus
memilki hifa tidak bersekat, tubuh secara seksual dengan membentuk
zygospora. Saccharomyces cereviceae memiliki spora seksual bercirikan
reproduksi seksual. Pada khamir terdapat bagian bagian sel yang ada
kesamaan seperti pada tumbuhan.
Daftar Pustaka
Volk dan Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Edisi kelima. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Volk dan Wheeler. 1989. Mikrobiologi Dasar Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.