Anda di halaman 1dari 6

PENJAMINAN EMISI DAN TRANSAKSI EFEK

1. Jenis Penjaminan Emisi


Jenis penjaminan emisi ada 3 yaitu penjaminan utama emisi, penjamin pelaksana
emisi, dan penjamin peserta emisi.
1) Penjamin Utama Emisi (Lead Underwriter)
Lead underwriter dengan emiten membuat suatu perikatan dalam suatu perjanjian
penjaminan emisi efek. Dalam perjanjian tersebut penjamin emisi menjamin
menjual efek dan pembayaran seluruh nilai efek.
Tugas pokok Penjamin Utama Emisi adalah sebagai berikut:
a. Menjamin penjualan emisi efek dan pembayaran keseluruhan nilai efek yang
diemisikan kepada emiten.
b. Mewakili para penjamin emisi efek dalam hubungannya dengan emiten dan
pihak ketiga.
c. Menetapkan bagian kewajiban masing-masing bagian emisi efek sesuai
dengan ketentuan yang telah disepakati dalam perjanjian antara penjamin
emisi.
d. Mengumpulkan semua hasil penjualan efek yang dilakukan oleh para
penjamin peserta emisi dan para agen penjual pada tanggal setelah masa
penutupan penawaran umum.
e. Menyerahkan hasil penjualan efek kepada emiten serta membayar efek yang
tidak habis terjual tepat pada tanggal yang disepakati.
2) Penjamin Pelaksana Emisi (Managing Underwriter)
Apabila dalam suatu emisi terdapat lebih dari satu lead underwriter, maka di
antara mereka harus dipilih satu atau lebih yang akan bertindak sebagai penjamin
pelaksana emisi. Penjamin pelaksana emisi dalam suatu proses emisi memiliki
tugas sebagi berikut:
a. mengatur pengelolaan serta penyelenggaraan emisi efek.
b. Mengoordinasikan seluruh penjamin emisi dala hal pelaksanaan penjamin
efek, serta kegiatan-kegiatan lainnya sesuai dengan kewajiban para penjamin
emisi efek.

3) Penjamin Peserta Emisi (Co-Underwriter)

Fungsi co-underwriter ini adalah ikut menjamin penjualan dan pembayaran nilai
efek sesuai dengan porsi efek yang diberikan kepadanya yang diikat dengan suatu
perjanjian penjaminan emisi dan dalam pelaksanaan suatu emisi co-underwriter
tidak bertanggung jawab langsung kepada emiten, tetapi kepada lead underwriter.
Kerjasama antara penjamin emisi efek yaitu sebagai lead, managing dan counderwriter diwujudkan dalam suatu perjanjian antar mereka yang disebut dengan
Perjanjian Antar Penjamin Emisi. Selanjutnya, penjamin emisi efek setelah
memisahkan jumlah porsi yang akan langsung ditawarkan sendiri kepada investor,
dapat juga mempergunakan jasa perusahaan-perusahaan broker atau perusahaan
efek sebagai agen penjual (selling agent) untuk melaksanakan penjualan efek yang
sebenarnya merupakan bagian underwriter yang bersangkutan. Ikatan kerja sama
antara penjamin emisi dengan agen penjual tersebut dialakukan atas dasar suatu
perjanjian yang disebut Perjanjian Agen Penjual.

2. Jenis Perjanjian Emisi


Penjaminan emisi efek selalu dihadapkan pada kemungkinan risiko. Oleh Karena itu,
penjamin emisi benar-benar harus mempelajari dan meneliti seakurat mungkin
mengenai keadaan atau kinerja emiten dan meproyeksi kemampuan dan minat calon
investor terhadap saham atau efek lain yang akan dijamin emisinya. Risiko
maksimum yang akan dihadapi oleh underwriter adalah kemungkinan tidak lakunya
efek yang diemisi. Apabila hal tersebut terjadi, maka underwriter yang bertanggung
jawab dan mengambil alih seluruh efek yang tidak terjual tersebut. Dalam praktiknya
harga perdana efek akan sangat berpengaruh pada minat investor untuk membeli suatu
saham. Dilihat dari kepentingan emiten, makin tinggi harga suatu saham di pasar
perdana makin memperbesar kemampuan permodalan dan makin menguntungkan
bagi emiten yang bersangkutan. Sebaliknya, dari sisi underwriter makin tinggi harga
perdana suatu saham, maka besar pula risiko kerugian yang mungkin timbul. Dalam
mekanisme penjaminan emisi ni mempertemukan kepentingan masing-masing pihak,
underwriter dan emiten, biasanya dengan melalui negosiasi yang cukup panjang.
Dalam kegiatan underwriting, dikenal beberapa jenis penjaminan emisi sebagai
berikut:
a. Kesanggupan Penuh (Full Commitment Underwriting)

Full commitment atau sering juga disebut firm commitment underwriting


adalah suatu perjanjian penjamin emisi efek dimana penjamin emisi
mengikatkan diri untuk menawarkan efek kepada masyarakat dan membeli
sisa efek yang tidak laku terjual. Dari pengertian tersebut berlaku ketentuan
bahwa underwriter berusaha menjual di pasar perdana kemudian membeli efek
yang ternyata tidak laku dijual dengan harga yang sama dengan harga
penawaran pada pasar perdana.
b. Kesanggupan Terbaik (Best Efforts Commitments)
Dalam komitmen ini, underwriter akan berusaha semaksimal mungkin
menjual efek-efek emiten. Apabila ada efek yang belum habis terjual
underwriter tidak wajib membelinya dan oleh karena itu merek hanya
membayar semua efek yang berhasil terjual dan mengembalikan sisanya
kepada emiten.
c. Kesanggupan Siaga (Stand by Commitments)
Penjamin emisi menurut komitmen ini adalah underwriter berusaha
menawarkan efek semaksimalnya kepada investor. Kemudian apabila ada sisa
yang belum terjual sampai batas waktu penawaan yang telah ditetapkan,
underwriter menyanggupi membeli sisa efek tersebut dengan harga tertentu
sesuai dengan perjanjian yang besarnya di bawah harga penawaran pada pasar
perdana.
d. Kesanggupan Semua atau Tidak Sama Sekali (All Or None Commitment)
Komitmen ini menyatakan bahwa apabila efek yang ditawarkan tersebut
ternyata sebagian tidak terjual, maka penjualan efek tersebut dibatalkan sama
sekali. Artinya bagian efek yang telah laku dipesan oleh investor akan
dibatalkan penjualannya dan semua sisa efek dikembalikan kepada emiten.
Selanjutnya, dalam konteks ini dikenal istilah komitment meinimum atau
maksimum. Komitmen ini mengatur apabila penjualan efek telah mencapai
batas minimum penjualan yang yang ditentukan misalnya, maka underwriter
dapat merumuskan penawaran sampai batas maksimum penjualan. Akan tetapi
apabila sampai batas waktu tertentu, efek yang terjual belum memenuhi
ketentuan jumlah minimum maka penjualan efek dibatalkan.

3. Transparansi Pengawas Kejahatan Pasar Modal

Pengawas kejahatan pasar modal adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebelumnya
BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal). Berikut adalah tujuan, fungsi, dan tugas
OJK:
a. Tujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk yaitu agar keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel,
2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil, dan
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
b. Fungsi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di
sektor jasa keuangan.
c. Tugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan pengaturan dan pengawasan
terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan
sektor IKNB.
Tujuan dibentuknya OJK adalah agar kesuluruhan kegiatan sektor pasar modal
terselenggara secara transparan. Transparansi menurut KBBI adalah keterbukaan
informasi, sebagaimana dijelaskan pada Ikhtisar Ketentuan Pasar Modal, pada
halaman 1036, Pengertian Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang
mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada undang
undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal untuk menginformasikan kepada
masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya
atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap putusan pemodal terhadap efek
dimaksud dan atau harga dari efek tersebut.
Sedangkan informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan
relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek
pda bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pembeli atau pihak lain yang
berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.

4. Kasus Transaksi Saham PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.


Kasus ini merupakan salah satu bentuk kejahatan pasar modal yaitu Insider Trading.
Insider Trading atau perdagangan orang dalam adalah perdagangan yang dilakukan
oleh pihak yang tergolong sebagai orang dalam (insider) dengan mempergunakan
informasi perusahaan yang belum dipublikasikan (non public information). Yang
dimaksud dengan orang dalam adalah komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau
Perusahaan Publik, dan pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik.
Aturan mengenai insider trading diatur pada Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97 ayat (1) dan
Pasal 98 Undang-undang Pasar Modal.
Pada hari Kamis, 27 Desember 2007, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) mengumumkan hasil pemeriksaan terhadap kasus
perdagangan saham PT. Perusahaan Gas Negara tbk. (PGAS) yaitu sebagai berikut:
1) Kasus ini bermula dari terjadinya penurunan secara signifikan harga saham PGAS
di Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta), yaitu sebesar 23,36%, dari
Rp9.650 (harga penutupan pada tanggal 11 Januari 2007) menjadi Rp7.400 per
lembar saham pada tanggal 12 Januari 2007.
2) Penurunan harga saham tersebut sangat erat kaitannya dengan press release yang
dilakukan oleh PGAS sehari sebelumnya (11 Januari 2007), dimana dalam press
release tersebut dinyatakan bahwa terjadi koreksi atas rencana besarnya volume
gas yang akan dialirkan, yaitu mulai dari 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD.
3) Selain itu, juga dinyatakan bahwa tertundanya gas in (dalam rangka
komersialisasi) yang semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 tertunda
menjadi Maret 2007. Informasi yang direlease tersebut sebenarnya sudah
diketahui oleh manajemen PGAS sejak tanggal 12 September 2006 (informasi
tentang penurunan volume gas) serta sejak tanggal 18 Desember 2006 (informasi
tertundanya gas in).
4) Kedua informasi tersebut dikategorikan sebagai informasi yang material dan dapat
mempengaruhi harga saham di Bursa Efek, hal tersebut tercermin dari penurunan
harga saham PGAS pada tanggal 12 Januari 2007.
5) Bahwa pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007, orang
dalam PGAS yang melakukan transaksi saham PGAS yaitu: Sdr. Adil Abas, Sdr.
Nursubagjo Prijono, Sdr. WMP Simanjuntak, Sdr. Widyatmiko Bapang, Sdr. Iwan
Heriawan, Sdr. Djoko Saputro, Sdr. Hari Pratoyo, Sdr. Rosichin, Sdr. Thohir Nur
Ilhami.

6) Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Bapepam-LK menetapkan sanksi


administratif berupa denda terhadap 9 pelaku tersebut dengan total Rp.
3.178.000.000,00. Sanksi tersebut ditetapkan berdasarkan pola transaksi dan akses
yang bersangkutan terhadap informasi orang dalam.

Kasus ini bermula dari terjadinya penurunan secara signifikan harga saham PT.
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebesar 23,36%,
dari Rp 9.650/saham (harga penutupan pada tanggal 11 Januari 2007) menjadi Rp
7.400/saham pada tanggal 12 Januari 2007, dimana penurunan harga saham tersebut erat
kaitannya dengan press release yang dikeluarkan oleh PGAS pada tanggal 11 Januari 2007
tentang penurunan volume gas dari 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD dan tertundanya
gas-in yang semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 menjadi Maret 2007.
Dalam hal ini, orang dalam PGAS telah mengetahui informasi tersebut jauh hari sebelum
diadakan press release yakni tanggal 12 September 2006 untuk informasi penurunan volume
gas dan tanggal 18 Desember 2006 untuk informasi tertundanya gas-in. Pada periode 12
September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007, 9 pegawai PGAS melakukan transaksi
saham PGAS. Dalam hal ini, 9 pegawai tersebut telah melanggar ketentuan Pasal 95 Undangundang Pasar Modal dikarenakan 9 pegawai tersebut tergolong orang dalam menurut Pasal 95
Undang-undang Pasar Modal.
Atas pelanggaran tersebut, BAPEPAM-LK mengenakan sanksi administratif berupa
denda yang berkisar hingga 3 miliar sesuai dengan magnitude pelanggaran yang dilakukan
masing-masing individu orang dalam itu tadi.

Anda mungkin juga menyukai