Fungsi co-underwriter ini adalah ikut menjamin penjualan dan pembayaran nilai
efek sesuai dengan porsi efek yang diberikan kepadanya yang diikat dengan suatu
perjanjian penjaminan emisi dan dalam pelaksanaan suatu emisi co-underwriter
tidak bertanggung jawab langsung kepada emiten, tetapi kepada lead underwriter.
Kerjasama antara penjamin emisi efek yaitu sebagai lead, managing dan counderwriter diwujudkan dalam suatu perjanjian antar mereka yang disebut dengan
Perjanjian Antar Penjamin Emisi. Selanjutnya, penjamin emisi efek setelah
memisahkan jumlah porsi yang akan langsung ditawarkan sendiri kepada investor,
dapat juga mempergunakan jasa perusahaan-perusahaan broker atau perusahaan
efek sebagai agen penjual (selling agent) untuk melaksanakan penjualan efek yang
sebenarnya merupakan bagian underwriter yang bersangkutan. Ikatan kerja sama
antara penjamin emisi dengan agen penjual tersebut dialakukan atas dasar suatu
perjanjian yang disebut Perjanjian Agen Penjual.
Pengawas kejahatan pasar modal adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebelumnya
BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal). Berikut adalah tujuan, fungsi, dan tugas
OJK:
a. Tujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk yaitu agar keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel,
2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil, dan
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
b. Fungsi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di
sektor jasa keuangan.
c. Tugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan pengaturan dan pengawasan
terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan
sektor IKNB.
Tujuan dibentuknya OJK adalah agar kesuluruhan kegiatan sektor pasar modal
terselenggara secara transparan. Transparansi menurut KBBI adalah keterbukaan
informasi, sebagaimana dijelaskan pada Ikhtisar Ketentuan Pasar Modal, pada
halaman 1036, Pengertian Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang
mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada undang
undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal untuk menginformasikan kepada
masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya
atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap putusan pemodal terhadap efek
dimaksud dan atau harga dari efek tersebut.
Sedangkan informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan
relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek
pda bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pembeli atau pihak lain yang
berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.
Kasus ini bermula dari terjadinya penurunan secara signifikan harga saham PT.
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebesar 23,36%,
dari Rp 9.650/saham (harga penutupan pada tanggal 11 Januari 2007) menjadi Rp
7.400/saham pada tanggal 12 Januari 2007, dimana penurunan harga saham tersebut erat
kaitannya dengan press release yang dikeluarkan oleh PGAS pada tanggal 11 Januari 2007
tentang penurunan volume gas dari 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD dan tertundanya
gas-in yang semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 menjadi Maret 2007.
Dalam hal ini, orang dalam PGAS telah mengetahui informasi tersebut jauh hari sebelum
diadakan press release yakni tanggal 12 September 2006 untuk informasi penurunan volume
gas dan tanggal 18 Desember 2006 untuk informasi tertundanya gas-in. Pada periode 12
September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007, 9 pegawai PGAS melakukan transaksi
saham PGAS. Dalam hal ini, 9 pegawai tersebut telah melanggar ketentuan Pasal 95 Undangundang Pasar Modal dikarenakan 9 pegawai tersebut tergolong orang dalam menurut Pasal 95
Undang-undang Pasar Modal.
Atas pelanggaran tersebut, BAPEPAM-LK mengenakan sanksi administratif berupa
denda yang berkisar hingga 3 miliar sesuai dengan magnitude pelanggaran yang dilakukan
masing-masing individu orang dalam itu tadi.