Anda di halaman 1dari 14

Pacar status???

Zar, berarti besok lusa lo bakalan pergi ke ultahnya Tania sama Keanu
dong? Yaaa, berarti gue sendiri. Ucap Bianca, lalu menyuruput es tehnya.
Nggak

tau

deh.

Kayaknya

sih

sama

lo.

Sahutku

datar

lalu

melanjutkan makanku.
Hah? Sendiri lagi? Bianca melotot sok kaget. Dasar kalian berdua itu
adalah pasangan yang paling ngebosenin di dunia tau nggak. Udah pacaran
dua bulan, tapi jalan berdua aja nggak pernah. Boro-boro deh, pergi bareng
sekolah aja nggak, di kantin berdua juga.
Aku mendengar ocehan Bianca dengan malas. Yaaa, walaupun apa
yang dibicarakannya memang ada benarnya. Pikiranku lalu melayang
tentang kejadian dua bulan lalu.
***
Kakiku masih berjalan tak jelas tujuan. Gerutuan semakin keluar
seenaknya dari mulutku. Tiba-tiba tanpa sengaja kakiku menginjak sebuah
kalung. Aku pun memperhatikan kalung itu, cukup bagus. Aku pun
memasukkan benda itu ke saku jaketku. Tak jauh dari tempatku berdiri
seorang pemuda tampaknya sedang kebingungan mencari sesuatu.
Ini punya lo? Tanyaku memperlihat kalung itu padanya.
Dia pun berbalik menghadapku. Mataku melotot tak percaya, itu
Keanu. Ya, Keanu Pramudya. Di sekolah dia salah satu dari golongan orang
popular. Wajahnya tampan, tubuhnya atletis dan tinggi, mungkin aku hanya
sebatas bahunya, otaknya? Hmmh jangan ditanya, juara olimpiade Fisika
tingkat Nasional. Tapi anehnya, aku sama sekali tidak menyukai dia, bukan
benci tapi nggak seperti temen-temen di sekolah yang sangat mengidolakan
dirinya.

Iya. Ini punya gue. Makasih ya. Senyumnya pudar lalu seperti
mengingat sesuatu. Oke, aku yakin dia pasti tidak tahu kalau aku satu
sekolah dengannya, bahkan satu angkatan.
Zara. Selaku. Tiba-tiba hape-ku berbunyi dan nama Kara muncul di
layarnya.
Apaan lagi sih? Jawabku malas. Pasti masalah tadi. Gara-gara mama
melarangnya pacaran sebelum aku punya pacar, dia jadi seenaknya gitu
menyuruhku cari pacar. Emangnya gampang. Lo pikir gampang cari pacar.
Lagian kenapa lo ngebet banget sih pacaran. Inget lo itu masih kelas 1 SMA.
Belum cukup umur tau nggak, udah dulu yaa Bye!! Aku pun memutuskan
panggilannya. Aku baru sadar, ternyata Keanu masih ada di situ.
Maaf ya. Gue lupa. Kataku salah tingkah. Lalu memberikan kalung
itu padanya.
Lo lagi nyari pacar, ya? Tanya Keanu menatapku ingin tahu. Janganjangan dia berpikiran kalau aku itu cewek nggak laku lagi. Gue denger tadi,
kayaknya gitu. Ulangnya.
Nggak kok. Adek gue aja yang ngebet banget punya pacar. Sahutku
nyengir.
Kalau lo mau, gue mau kok jadi pacar lo. What??? Aku menatap
Keanu tidak percaya. Gue tadi udah janji, kalau yang nemuin kalung itu
cewek mau gue jadiin pacar. Ya paling nggak gue udah nepatin janji gue.
Lanjutnya seolah tahu pikiranku.
Waah tawaran bagus tuh. Jadi aku nggak dituntut sama Kara lagi buat
cari pacar. Lagian jarang-jarangkan ada cowok ganteng yang mau jadi
pacarku.
Pacar itu hanya status kok. Kita bisa jalanin hidup kita masingmasing. Lanjutnya.

Oke. Jawabku pasti. Simbiosis mutualisme lah. Pikirku.


***
Zara!!!

Suara

cempreng

Bianca

membuyarkan

lamunanku.

Ngelamun terus, tuh liat pacar lo dateng tuh. Kata Bianca menunjuk empat
orang cowok yang menuju kantin. Salah satunya memang Keanu, tapi aku
sama sekali tidak peduli. Iiiihhh!!!
Awwwh! Teriakku mengusap lenganku yang dicubit Bianca. Hampir
saja ingin aku pukul kepalanya dengan sendok, saking kagetnya. Apaan
sih? Tanyaku lalu nyengir malu karena semua orang melihat ke arahku,
termasuk Keanu dan teman-temannya.
Lo tuh ya, udah punya pacar ganteng, popular lagi di sekolah, masih
lo anggurin gitu aja.
Ya udah kalo gitu lo aja sana yang pacaran. Heran deh, pacaran itu
ribet ya. Nggak lo, nggak Kara, pikirannya pacarannn mulu. Capek tau
nggak. Sahutku kesal lalu pergi begitu saja meninggalkan Bianca yang
masih di kantin.
Bianca pikir pacaran sama orang ganteng dan popular itu seneng apa.
Nggak banget deh. Hari pertama ketika orang tahu aku pacaran sama Keanu,
semua cewek pada memandangku sinis, terus ada yang ngirim sms bernada
teror. Iya, kalau beneran pacaran, inikan nggak, hanya status. Pacar status.
Kenapa sih harus pacaran? Ribet.
Marahan ya sama Bianca? Tiba-tiba Jodi duduk di sampingku.
Bukannya dengan Keanu, yang statusnya adalah pacarku malah dengan Jodi
aku tuh sering banget salah tingkah.
Nggak kok. Sahutku malas. Lo tau darimana? Dia bilang ke lo, ya?
Tanyaku panik.

Gue liat tadi di kantin. Jawabnya singkat. Aku pun ber o panjang.
Masalah Keanu?
Aku menatap Jodi seolah-olah ingin menceritakan semuanya. Andai
saja aku bisa milih, mendingan pacaran sama Jodi daripada Keanu. Jodi itu
baik, perhatian, ya walaupun masih kalah ganteng sama Keanu, tapikan rupa
nggak

menjamin

sebuah

kebahagiaan.

Tiba-tiba

Jodi

menarikku

ke

pelukannya.
Lo nggak harus cerita ke gue kok. Tapi gue bakalan selalu ada di
samping lo. Kata Jodi penuh perhatian. Uuhhhh jadi pengen nangis. Batinku.
***
Zar, maafin gue ya. Bianca menatapku memohon. Sebenarnya aku
tidak marah padanya.
Gue pikir lagi deh. Jawabku asal. Lalu melanjutkan membaca buku
lagi.
Zara!!! Teriaknya membuatku dan Ibu Tia, penjaga perpustakaan
melotot tajam pada kami. Kami berduan nyengir lebar menunjukkan jari
berbentuk V. Tega amat sih. Abis gue itu kasihan sekaligus kesel sama lo.
Pacaran tapi kayak nggak pacaran. Emangnya lo itu nggak ada dikit pun
suka sama Keanu gitu?
Nggak. Biasa aja tuh. Lalu berdiri dan berjalan keluar perpustakaan.
Kok bisa ya? Dikiiiit aja, nggak ada? Tanya Bianca lagi.
Nggak, Bi.. biasa aja. Jawabku datar. Tiba-tiba tidak sengaja terinjak
tali sepatuku dan menabrak orang di depanku. Ya ampun seragam gue.
Gumamku pelan sambil membersihkan baju seragamku dari minuman.
OMG? Keanu? Ternyata dia Keanu.
Zara, lo nggak apa-apakan? Tanya Bianca khawatir.

Maaf ya, Ken. Gue nggak sengaja. Atau nggak minuman lo gue ganti
deh. Bentar ya.. Aku pun mengambil uang dari sakuku namun tangannya
tiba-tiba menahan tanganku untuk memberikan uang itu padanya.
Nggak usah. Gue juga nggak apa-apa kok. Itu juga bisa gue beli lagi.
Sahut Keanu dengan senyum. Melihat Keanu senyum seperti itu padaku
membuatku jadi salah tingkah. Oh iya, seragam lo kotor banget ya? Maaf
ya, gue
Ha? Aku baru sadar kalau seragamku kotor. Nggak apa-apa kok. Ini
juga nanti bisa dibersihin. Sekali lagi maaf ya. Jawabku bohong. Ini ada apaapa, Ken.
Ya udah, gue ke kelas dulu ya. Keanu lalu pergi.
Ken, Zara itu mau ngajak lo ke pestanya Tania besok!! Teriak Bianca
membuat Keanu berbalik badan dan menatap kami tak mengerti. Aku pun
langsung mendekap mulut Bianca dan tersenyum semanis mungkin pada
cowok itu.
***
Di toilet
Aku masih berusaha membersihkan baju seragamku yang ketumpahan
minumannya Keanu. Bisa-bisa aku nggak bisa mengikuti pelajaran Pak
Siregar kalau bajuku kotor. Beliau paling tidak suka melihat muridnya dengan
seragam kotor dan berantakan. Parahnya, hari ini ada ulangan. Sudah
hampir lima belas menit aku membersihkan seragam itu, tapi kotor juga.
Nih! Tiba-tiba Rana, teman sebangku-ku menyodorkan baju seragam
padaku.
Buat gue? Dari siapa, Ran? Tanyaku heran. Rana diam sebentar.
Udah pake aja, nanti lo nggak dikasih sama Pak Egar masuk loh.

Walaupun penasaran, aku pun menuruti perkataan Rana. Tiga menit


kemudian, aku pun sudah mengenakan baju seragam yang baru. Senyumku
mengembang menatap diriku ke cermin. Aku pun merapikan poniku yang
berantakan serta rambut sebahuku. Setelah itu mengangguk pada Rana
tanda siap masuk kelas. Entah siapa yang memberikan seragam itu, namun
berkat dia aku bisa ikut ulangan. Rana masih tidak menjawab pertanyaanku
walaupun terus aku tanyai.
***
Aku merasakan kalau ada yang mengikutiku dari belakang. Keringat
dingin mulai menjalari keningku. Hari memang sudah mulai gelap. Jarak
antara rumah dan sekolah memang lumayan dekat, makanya aku nekat
pulang jalan kaki sehabis ada pertemuan anggota Mading tadi. Seharusnya
aku tadi naik angkot saja. Merasa takut, aku pun berlari. Gimana kalo mereka
mau memperkosaku? Oh tidak, yang pasti saat itu aku benar-benar
memohon ada yang menolongku. Namun jalanan sudah mulai sepi.
Tiba-tiba seseorang menarikku dan langsung mendekap mulutku ke
semak-semak. Aku pun berjongkok dengan berhadapan dengan orang itu.
Keanu? Ya orang itu dia. Dia mengedipkan matanya padaku isyarat diam. Aku
pun mengangguk mengerti. Tiba-tiba tiga orang yang mengejarku tadi begitu
dekat dengan aku dan Keanu. Hanya sebatas semak-semak. Aku khawatir
kalau-kalau saja mereka menemukan kami dan bagaimana mungkin Keanu
bisa melawan mereka yang berbadan besar itu.
Tapi aku terlebih khawatir dengan diriku sendiri. Kini aku masih berada
dalam pelukan Keanu, merasakan detak jantungnya yang juga berdebar
kencang tanda khawatir kali ya, mencium wangi Keanu dan mendengar
desah nafasnya. Nggak! Itu nggak boleh terjadi.

Huhhh! Akhirnya aman juga. Kata Keanu lalu berdiri lega. Matanya
masih menatap ke depan melihat kepergian ketiga orang tadi. Zara! Lo
nggak apa-apakan? Tanyanya kemudian berjongkok di depanku.
Eehh, nggak kok. Jawabku gugup. Lalu berdiri. Makasih, ya, kalau
nggak ada lo, gue nggak tau gimana nasib gue. Aku pun tersenyum
padanya. Senyum tulus. Nggak dibuat-buat.
Santai aja lagi. Lo kan masih cewek gue. Aku menatap Keanu yang
kini menatapku tak percaya. Dia masih menganggapku pacar? Hahahaa!!
Gue baru tau kalo lo itu lucu. Udah ah, udah mulai malem. Keanu lalu pergi
sedangkan aku masih menatapnya tak mengerti.
Bengong aja, ayo pulang! Keanu lalu menarik tanganku hingga
sampai di tempat motornya terparkir. Dia lalu memberikan sebuah helm
padaku. Warna ungu, kesukaanku. Jangan-jangan?... Ahhh pikiranku tampak
kacau hari ini.

Kok masih berdiri disitu. Ayo naik. Ujar Keanu menepuk-

nepuk jok belakangnya. Aku pun nyengir dan naik ke motornya. Tiba-tiba
tangannya menarik tanganku dan melingkarkannya di pinggangnya. Kaget,
itulah yang kurasakan.
Sepuluh menit kemudian kami pun sampai di gerbang rumahku. Aku
pun turun dari motor Keanu dan memberikan helm yang kupakai tadi
kepadanya. Tak lama kemudian, Kara mucul dari balik pagar. Melihatku
melotot padanya, dia malah nyengir tak jelas.
Papa bilang, tamu lo bawa masuk. Nggak enak udah maghrib,
sekalian aja sholat di rumah. Kata Kara duluan sebelum aku memarahinya.
Gimana, Ken? Sholat dulu aja disini, sekalian ganti baju. Kataku
melihat Keanu yang masih bingung. Bokap gue nggak galak kok. Soal baju,
gue punya kakak cowok, jadi lo bisa pinjem baju dia dulu. Kataku seolah
tahu apa yang dipikirkan Keanu. Sok tau banget ya

Oke deh. Kata Keanu lalu memasukkan motornya ke depan rumah.


Zar?
Hmmh? Tanyaku padanya. Sementara Kara udah masuk dulu ke
rumah.
Itu adek lo yang dulu ngebet banget pacaran, ya? Tanya Keanu.
Hahahaa Iya. Namanya Kara. Hati-hati ya, tuh anak centil plus
bawel.
Nggak usah ngomong yang jelek-jelek deh, Kak. Tiba-tiba Kara
nongol. Keanu tersenyum melihat Kara yang usil. Dasar, memalukan banget
sih tuh anak.
***
Zara!!!

Pacar

kamu

udah

mau

pulang

nih,

Tiba-tiba

Papa

memanggilku yang masih sibuk di ruang makan membereskan piring.


Papa, dia itu. Aku merasa tidak enak kalau Papa menyebut Keanu
pacarku.
Kara bilangnya gitu kok. Kata Papa datar. Dasar Kara emberrr!!!!
Awas aja nanti.
Keanu lalu pamitan sama Papa dan gayanya udah kayak pamitan sama
mertua tau nggak. Aku aja udah hampir tak percaya melihatnya. Geli sih,
tapi berusaha aku tahan.
Maaf banget, ya, Papa emang kayak gitu orangnya. Belum lagi Kara,
emang suka ngaco gitu. Kataku menyesal sambil mengantar Keanu ke
depan.

Loh nggak ada yang salah kok. Lo lupa, kita kan pacaran. Lagian Om
Dion asyik kok. Oh iya, besok-besok gue boleh main kesini lagi? Aku
menjawabnya dengan senyum. Zar?
Iya? Sahutku. Keanu diam sebentar lalu menatapku.
Lo mau pergi ultahnya Tania bareng gue?
Hah? Aku pun langsung menutup mulutku sadar bahwa suaraku yang
keras. Lo mau kita bareng? Tanyaku kaget. Kenapa nggak? First date-nya
aku dong.
Iya, dan lo mau pergi sekolah bareng gue besok? Lagi-lagi
membuatku kaget. Ini anak salah minum obat kali ya, biasanya jutek, dingin
sekarang jadi hmmh sedikit romantis gini.
Oke. Ill waiting for you. Jawabku pasti. Ya iyalah aku mau, biar
Bianca kaget besok.
Gue pulang ya, makasih buat malam ini. Katanya lalu memakai
jaketnya lagi. Aku pun tersenyum mengantar Keanu pulang. Angin malam
berhembus lembut di kulitku. Menyejukkan hatiku sekarang. Apa mungkin
aku jatuh cinta? Pada Keanu? Aku pun geleng-geleng kepala memikirkan itu.
***
Semua mata menatap kami berdua dari mulai tiba di sekolah hingga
Keanu mengantarku ke kelas. Aku sempat ragu tadinya untuk ke kelas
bersamanya, namun Keanu tetap menggandeng tanganku hingga ke kelas.
Aku yakin mereka pasti iri banget. Bodoh! EGP deh. Bahkan Bianca melihat
kami dengan kaget.
Gue ke kelas dulu, ya. Daaah!!! Keanu mengacak-ngacak poniku lalu
pergi.

Pokoknya lo harus cerita ke gue gimana ini bisa terjadi. Semprot


Bianca langsung menghampiri bangkuku. Aku hanya melihatnya sekilas lalu
tersenyum sendiri.
Tiba-tiba mataku menangkap sosok Jodi di bangku pojok kelas. Aku pun
berdiri dan menghampirinya ingin menceritakan semuanya. Tapi tiba-tiba
Jodi pun pergi tanpa menatapku. Bianca yang tadinya kesal langsung
menghampiriku kaget melihat perubahan Jodi. Aku hanya mengangkat bahu
tak mengerti ketika Bianca bertanya padaku. Akhirnya aku pun mengalihkan
pikiranku dan menceritakan semuanya pada Bianca. Sesekali Bianca
meresponnya dengan senyum, ngeri bahkan tertawa membayangkan kalau
seandainya Keanu memakai baju Papa yang bertubuh tinggi-besar.
***
Ternyata kebahagiaan itu hanya sesaat. Merasa tidak percaya dengan
apa

yang

sudah

dibicarakan

cewek-cewek

itu.

Keanu

hanya

mempermainkan perasaanku. Dia hanya ingin membuktikan bahwa semua


cewek dapat tunduk padanya, itulah kabar yang mereka dengarkan. Ingin
sekali aku menyiramnya dengan minuman yang tadi hendak ku berikan
padanya. Namun, mengingat ini ulang tahun Tania aku jadi mengurungkan
niatku. Aku pun pergi.
Awhhh!! Tiba-tiba sepatu high heels-ku yang kiri terpatah heels-nya.
Untung tak banyak yang tahu jadi tidak menarik perhatian orang-orang.
Lo nggak apa-apa? Tiba-tiba Keanu muncul di hadapanku.
Nggak usah sok peduli deh. Gue itu hanya pacar status lo, iyakan?
Minggir! Kataku menepis tangannya yang membantuku berdiri. Kakiku sakit.
Gue bantu ya? Tiba-tiba Jodi membantu berdiri. Kakiku memang
sakit, namun hatiku terlebih sakit. Aku memandang Keanu yang menatap

sedih perlakuan Jodi padaku. Ah paling-paling itu hanya akal-akalannya saja.


Kali ini aku tidak akan tertipu denganmu, Keanu.
Walaupun aku membiarkan Jodi membantu berjalan hingga ke depan
rumah Tania, namun aku menolak halus ketika Jodi menawarkan ku pulang.
Jodi awalnya menolak, namun akhirnya mengiyakan dan membantuku naik
taksi. Dadaku sesak, namun aku tidak mungkin menangis saat ini. Bisa-bisa
seisi rumah kaget. Jadi aku menahannya ketika sampai di kamar.
***
Aku memejamkan mataku lama di taman sekolah. Taman ini tempatku
menenangkan diri.

Merasakan sejuknya suasana pagi disini membuatku

begitu nyaman disini. Semenjak kejadian dua hari yang lalu, aku belum mau
bicara pada Keanu. Walaupun aku tahu dari Kara kalau dia datang ke rumah,
bahkan menurut Bianca dia ke kelas mencariku.
Gimana perasaan lo sekarang? Jodi. Suara penuh perhatian itu selalu
tahu dimana aku.
Mendingan. Jawabku singkat masih memejamkan mataku.
Gue mau ngomong sama lo. Kata Jodi. Aku hanya mengangguk
pelan. Tapi tiba-tiba Jodi meraih tanganku dan itu membuatku kaget. Begitu
aku membuka mata, kulihat Jodi memandangku penuh arti dan lembut.
Anehnya tatapan itu tak lagi membuatku tersanjung.
Gue sayang sama lo, Zar. Gue mau lo jadi pacar gue. Lirih Jodi.
Jod, tapi gue? Aku masih bingung harus menjawab apa. Keanu masih
ada di pikiranku.
Keanu? Jodi lalu tersenyum sinis. Dia itu nggak bener-bener sayang
sama lo. Lo denger sendirikan apa yang dibicarain temen-temenya
kemarin? Aku pun berdiri dan melepaskan tanganku dari genggaman Jodi.

Tapi gue nggak bisa, Jod. Gue mau kita temenan aja. Jawabku keras.
Tiba-tiba Jodi ingin meraih tanganku lagi namun aku berusaha menariknya
kembali. Genggaman Jodi terlalu kuat.
Lepasin dia! Lo nggak liat dia udah takut kayak gitu. Tiba-tiba
genggaman tangan Jodi melemah dan tampak bekas merah di pergelangan
tanganku. Dia itu masih pacar gue. Lo salah kalau bilang gue nggak sayang
sama dia. Ujar Keanu tenang. Jodi lalu berlalu dengan kesal. Tatapan dan
raut wajahnya sama seperti ketika dia menjauhiku dua hari yang lalu.
Tatapanku beralih pada Keanu yang kini menatapku sendu. Ingin
rasanya aku memukul kepalanya karena terus menatapku seperti itu.
Tatapannya itu membuatku benar-benar merasakan jatuh cinta padanya.
Namun mengingat yang terjadi kemarin membuatku justru muak padanya.
Tanpa

mengatakan

apa-apa

aku

pun

pergi

tanpa

mengindahkan

panggilannya.
Hari ini semua siswa tampak sumringah. Gimana nggak, pelajaran
ditiadakan karena guru-guru ada kegiatan. Bianca sempat mengajakku ke
kantin, namun aku menolaknya. Tiba-tiba terdengar riuh di luaran. Kabarnya
ada yang sedang bernyanyi di aula. Makanya semua orang pada sibuk keluar
dan berlari menuju aula.
Kita liat yuk!! Tiba-tiba Bianca datang dan langsung menarik
tanganku. Meskipun jengah, akhirnya aku mau juga.
Wau!!! Ternyata rame banget. Aku, Bianca dan Rana pun berusaha
menyelinap sehingga kami pun berada di barisan kedua. Cukup bisa melihat
orang-orang yang di depan. Ternyata Keanu dan ketiga temannya yaitu Gio,
Viktor dan Rafa sedang tampil di depan.
Waaah, Keanu keren banget nyanyinya. Gue baru tau loh kalau dia
bisa tau nyanyi. Kok lo nggak bilang sih, Zar, Keanu bisa nyanyi. Komentar
Bianca.

Aku aja nggak tahu. Sahutku singkat. Bianca menatapku kesal,


sedangkan Rana hanya tersenyum kecil. Tiba-tiba Keanu berdiri.
Pagi semuanya!!! Terdengar riuhan dari anak-anak, terutama yang
cewek. Kita berdiri disini sebenarnya hanya untuk menghibur kalian.
Berhubung udah diizinin sama Pak Kepsek. Hmmh Sebenarnya gue juga
punyak maksud tertentu sama acara ini. Tertengar kasak kusuk cewekcewek di sekitarku. Keanu lalu bicara lagi. Sebelum itu, gue mau nayangin
sebuah film, tapi maaf banget ya kalo agak norak. Semua anak-anak
tampak tempuk tangan apalagi Bianca semangat banget.
Filmnya sudah mulai. Judulnya Pacar Status? Mataku langsung
membesar melihat itu semua. Aku bahkan merasakan semua orang
melihatku. Tokoh disitu aku. Semuanya tentang keseharianku di sekolah.
Bahkan Bianca sempat meloncat kegirangan melihat dia juga muncul di film
itu. Mataku kemudian beralih pada Keanu yang kini juga tersenyum
menatapku.
Kalian tahu, gue dan gadis yang ada di film itu awalnya menjalin
hubungan yaaa.. layaknya pacar status lah. Kini mereka beralih menatap
Keanu. Anehnya, tiap gue melihat tingkah polosnya di kantin, senyumnya
yang apa adanya ketika bersama temannya, kebiasaannya yang bahkan apa
adanya banget membuat gue semakin tertarik sama dia. Tapi, gue terlalu
takut untuk bilang apa yang sebenarnya gue rasain. Bahkan gue yang
nyuruh temennya untuk memberikan seragam baru ketika seragamnya
kotor. Gue takut. Tapi kali ini gue harus berani untuk bilang Semua
terdiam bahkan ada yang menangis mendengar itu. Kebanyakan iri deh
kayaknya. I LOVE YOU ZARA, Kini semua mata beralih menatapku dan lalu
Bianca mendorongku ke depan. Hingga kini semuanya menatapku.
Maa af, Aku bingung harus berkata apa. Namun raut wajah orangorang berubah kecewa. Maaf karena bikin kalian kesel, terutama yang
cewek-cewek soalnya gue juga sayang Keanu. Terdengar sorakan mengejek

dari belakang. Namun senyum ssumringah di depan menatapku. Aku pun


balik tersenyum padanya. Tak ku sangka Keanu memelukku di depan semua
orang. Untung saja tubuhku tindak lebih dari sebahu dia, sehingga aku bisa
menutup wajahku di dadanya saking malunya. Walaupun banyak yang
kecewa, karena kini Keanu punya pacar, tapi mereka tetap tepuk tangan.
***
Kenapa senyum-senyum gitu? Tanya Keanu ketika kami di parkiran.
Membayangkan lo seperti tadi lucu banget. Kataku lalu tertawa.
Aku aja nggak nyangka bisa kayak gitu. Abis liat kamu ditembak sama
Jodi buat aku harus bertindak cepet supaya kamu nggak berubah pikiran
untuk nolak Jodi.
Ciyeee cemburu? Godaku. tapi kasihan ya Jodi. Sekarang dia
dimana, ya? Tanya celingak celinguk mecari sosok Jodi.
Udah ah, pulang yuk. Jodi mulu. Sahut Keanu lalu naik motornya
namun sebelum itu memakaikanku helm-nya dulu. Ayo!
Siap, Bos. Ayo pulang. Sahutku lalu naik ke motornya. Lagi-lagi dia
melingkarkan tanganku di pinggangnya. Terlihat dari kaca spion bagaimana
reaksinya saat itu. Aku lalu mencubit pinggangnya membuatnya merintih
kaget. Dasarrr moduss. Awas aja kalo kayak gitu ke cewek lain. Kataku
disambut tertawa Keanu.
Lalu dia pun melajukan motornya. Merasakan suasana dan hembusan
angin saat itu begitu nyaman. Pacar status? Good bye for you. Kini aku
nggak hanya jadi pacar status Keanu, tapi pacar yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai