Anda di halaman 1dari 18

Cinta Punya Cara Sendiri

Suasana di kafe itu menggambarkan suasana romantis bagi semua orang yang
mengunjunginya. Iringan lagu romance dipersembahkan bagi orang-orang yang terbuai akan
suasana malam itu. Di salah satu tempat tepatnya di sudut dekat jendela dua orang itu masih
terdiam dengan pikirannya masing-masing. Mata sang gadis masih menatap keluar jendela,
sedangkan sang pria masih terdiam menatap wajah gadis itu.
Kamu yakin dengan keputusan ini? Suara laki-laki itu perlahan mencairkan
suasana. Sang gadis menoleh menatap sendu lelaki yang dicintainya itu. Sesaat kemudian dia
mengangguk pelan dan tersenyum dibuat-buat setenang mungkin.
Lelaki itu kemudian mendesah pelan. Kalau itu memang yang kamu mau, aku akan
turuti. Aku harap ini yang terbaik untuk kita berdua.
Aku harap begitu. Mulai sekarang kita mulai hidup kita masing-masing. Sampai
jumpa. Selesai mengatakan itu gadis itu lalu beranjak pergi dan meninggalkan lelaki itu
tanpa lupa mengembalikan cincin pemberian lelaki itu.
Lelaki itu meraih dengan lesu cincin itu.

Ditatapnya cincin itu dengan sedih

mengenang kenangan indah dengan gadis itu. Aku nggak tahu apa aku bisa melupakan
kamu, La. Lirih lelaki itu.
Sedangkan di tempat lain, seorang gadis dengan rambut dikuncir kuda masih menatap
kesal lelaki yang kini di depannya. Jauh dilubuk hatinya, dia masih sangat mencintai lelaki
itu. Begitu pula dengan lelaki itu, ditatapnya gadis itu.
Ya udah kalau gitu kita putus aja. Ujar gadis itu lantang. Wajah lelaki itu kaget tak
percaya dengan apa yang dikatakan gadis itu. Diraihnya tangan gadis itu tapi buru-buru di
lepas gadis itu. Sesaat kemudian mata gadis itu mengeluarkan air mata.
Ta, aku nggak mau putus dari kamu. Aku nggak bisa, Ta. Lirih lelaki itu memohon.
Maksud kamu itu apa? Kamu itu bentar lagi mau tunangan dan aku nggak mau
dianggap sebagai perebut tunangan orang.
Aku itu nggak pernah suka sama Irene, aku hanya sayang sama kamu. Lelaki itu
masih berusaha membujuk gadis itu untuk mempertimbangkan keputusannya.

Udahlah, mungkin ini jalan terbaik untuk kita berdua. Maafin aku, tapi aku harus
pergi. Sampai jumpa. Gadis itu lalu berdiri dan langsung berlari meninggalkan lelaki itu
yang masih menatapnya sedih. Dia tidak perduli dengan teriakan lelaki itu yang memanggil
namanya.
Dua orang remaja itu masih menatap bintang-bintang di langit. Sesekali gadis itu
mencoba menghitung jumlah bintang-bintang itu. Namun tingkahnya justru membuat si lelaki
tertawa geli. Merasa ditertawakan gadis itu lalu memukul bahu lelaki itu. Dengan raut muka
yang pura-pura kesal dia lalu memalingkan wajahnya dari si lelaki.
Ciyeee yang lagi marah. Janji deh nggak lagi, Goda si lelaki itu sambil menyenggol
bahu gadis itu. Dia tahu kalau gadis itu tidak akan bisa lama-lama marah padanya.
Janji? Kamu mau janji nggak bakalan ngeledek aku lagi? Tanya gadis itu penuh
harap. Sedangkan si lelaki itu berpura-pura berpikir. Sesaat kemudian dia mengangguk dan
tersenyum ramah. Oh iya katanya kamu mau ngomong. Ngomong apaan?
Hahahha... Aku kira kamu lupa. Ternyata kamu emang pinter ya, tapi janji nggak
bakalan ketawa, ya. Sahut lelaki itu. Si gadis itu mengangguk tanda setuju. Mata si lelaki
lalu kembali menatap ke langit. Aku jatuh cinta, Zar, Ucap lelaki itu bahagia. Si gadis itu
terhenyak kaget dan penasaran. Seakan tahu kalau sahabatnya itu penasaran lelaki itu
akhirnya mengatakan sebuah nama yang berhasil membuatnya jatuh cinta. Dara.
Dara? Kamu suka sama dia? Tanyanya tak percaya. Setelah mendengar jawaban
lelaki itu, gadis itu berusaha menahan air matanya yang seakan mau tumpah. Yang pasti,
hanya dia dan Sang Pencipta yang tahu bahwa saat itu pertama kalinya dia menangis karena
cinta. Hanya dia dan Sang Pencipta yang tahu suasana hatinya saat itu.
Mata gadis itu terpaku melihat darah yang menetes di lantai halte. Dia lalu
mengangkat wajahnya dan melihat bahwa ternyata telunjuk kanan milik seorang lelaki
berseragam SMA di sampingnya yang mengeluarkan darah. Melihat itu, dia lalu mengambil
plester dari tas selempangnya. Lalu dia meraih tangan kanan anak itu. Si lelaki itu kaget
bukan main tapi si gadis itu sama sekali tak memperdulikannya. Tanpa basa-basi dia lalu
menempelkan plester bermotifkan Mickey Mouse itu di jari telunjuk lelaki itu.
Nah, udah nggak berdarah lagikan. Hati-hati ya, Mickey. Ucap gadis itu pelan
sedangkan si laki-laki itu masih terdiam melihat tingkah gadis itu. Tak lama kemudian,

sebuah taksi berhenti dan si gadis itu buru-buru berlari masuk ke taksi sedangkan si pemilik
telunjuk itu masih menatap kepergian gadis tu. Lalu pandangannya tertuju pada telunjuknya
yang kini sudah berbaluk plester bergambarkan Mickey Mouse. Tapi entah mengapa dia
merasa kalau saat itu dia sedang jatuh cinta. Love at first sight.
***
Apa? Kamu mau putus? Tanya Zara kaget. Yang ditanya kemudian mengangguk
pelan. Jawaban itu membuat Zara tak bisa menahan air matanya untuk keluar. Emangnya
salah aku apa? Aku nggak mau putus dari kamu. Pernyataan Zara membuat semua orang
kini menatapnya. Tapi Zara sama sekali tidak perduli. Tidak tega melihat Zara yang
menangis, Shahir lalu mengeluarkan sebuah kotak cincin.
Zara Nadya Akhyar, maukah kamu menjadi tunanganku? Lagi-lagi Zara kaget dan
bingung apa yang sebenarnya Shahir rencanakan. Zara, mau nggak? Tanya Shahir lagi.
Maksudnya? Oooh jadi kamu ngerjain aku, ya? Shahir hanya tersenyum geli
melihat reaksi Zara yang sukses dia kerjai.Iiiih kamu tuh ya. Hmmh iya aku mau. Kini
tangisan berubah menjadi senyuman di wajah Zara. Apalagi ketika Shahir memakaikan cincin
itu di jari manisnya. Shahir lalu menghapus air mata di kedua pipi Zara.
***
Ayla segera berlari menghampiri ketiga sahabatnya yang sedang bersantai di bawah
pohon. Sudah hampir dua tahun dia tidak bertemu dengan para sahabatnya itu. Dia sengaja
tidak memberikan kabar bahwa dia akan pulang hari ini, mau memberikan kejutan katanya.
Morning guys!!!!! Sapanya yang sukses membuat ketiga sahabatnya itu kaget.
Aylaaa!!! Teriak ketiga sahabatnya itu hampir bersamaan lalu segera memeluknya.
Gue kangen banget sama kalian bertiga. Katanya masih dalam pelukan sahabatnya.
Tata lalu melepaskan pelukannya, begitu pula dengan Aska dan Zara.
Gue juga kangen banget sama lo, Non. Kata Aska lalu mengacak-ngacak rambut
Ayla membuat Ayla kesal dan segera merapikan rambutnya. Tata dan Zara hanya tersenyum
melihat tingkah kedua sahabat mereka. Tiba-tiba terdengar ringtone lagu Mine milik Petra
Sihombing. Zara yang menyadari bahwa itu berasal dari ponselnya, buru-buru mengambil
ponselnya di tasnya. Nama Shahir terpampang di layar ponselnya.

Udah angkat sana. Susah deh yang punya tunangan. Iya nggak, Ka? Ujar Tata
menggoda Zara yang sudah tahu siapa yang menelpon Zara. Sedangkan Ayla melirik tajam ke
arah Zara. Melihat tatapan Ayla, Zara hanya tersenyum lalu mengangkat telepon dari Shahir.
Setelah itu, dia pamit pergi untuk menemui Shahir.
Kayaknya ada berita hangat nih. Kira-kira siapa ya, yang harus jelasin ke gue. Kata
Ayla lalu menoleh pada Tata dan Aska.
Semalam Zara dikasih cincin sama pacarnya. Katanya sih cincin tunangan. Ujar
Aska, Ayla mengangguk pelan tanda mengerti.
Ya ampuunn. Aska, Ayla maaf banget, ya gue mau ke aula dulu. Ada rapat mendadak
anak Pencinta Alam. Tata lalu berlari dengan cepat meninggalkan dua sahabatnya. Ayla
geleng-geleng kepala melihat tingkahnya, masih Tata yang dulu.
Tata berlari dengan cepat, dia benar-benar lupa bahwa hari ini ada rapat. Terkadang
dia menyesali sifatnya yang pelupa dan ceroboh. Tiba-tiba kaki kanannya tak sengaja
menginjak tali sepatu ketsnya yang sebelah kiri. Tak ayal lagi, dia terjatuh bahkan menabrak
seseorang. Dia lalu segera mengikat tali sepatunya sambil menggerutu kesal.
Aduuuh, jadi berantakan deh. Gue minta maaf ya. Tata lalu membantu cowok yang
tadi ditabraknya. Laki-laki itu lalu berdiri dan menatap Tata yang masih membungkuk
membersihkan jeans-nya yang berdebu. Azril terkaget melihat gadis itu, apalagi setelah dia
mendongakkan kepalanya dan berbalik memandangnya.
Tata? Kamu Talita? Tata terkejut mendengar cowok di hadapannya ini memanggil
namanya. Tapi wajah cowok ini begitu familiar, dari mulai gaya rambut dan luka di kening
kanan itu. Oohhh tidakkk? Dia lagi.
Azril? Kamu Azril? Tata balik bertanya. Bukannya menjawab, Azril malah
tersenyum bahagia. Tata hendak pergi dari tempat itu, tapi lengannya tiba-tiba ada yang
menahan. Tata lalu berbalik dan kini berhadapan dengan Azril.
Kenapa, Ta? Kenapa kamu menghindar dari aku?
Ril, lepasin dong, gue lagi buru-buru nih. Tata berusaha melepaskan genggaman
Azril, namun sama sekali tidak bisa. Akhirnya, Tata menggigit tangan Azril dan itu sukses
membuat Tata terbebas dari Azril. Dia masih berlari, sesekali dia meraba dadanya yang kini

dia sadar bahwa jantungnya berdetak tak karuan. Kenapa dia muncul lagi, sih? Sia-sia deh
perjuangan aku buat lupain kamu tiga tahun ini, Ril. Batin Tata.
***
Mata dua orang itu masih saling bertatap tak percaya. Masih terkenang akan kenangan
mereka tiga tahun lalu. Hampir setiap waktu mereka melalui hari bersama-sama. Tak kuat
menahan rindu, Ayla lalu menghampiri Syahir dan langsung memeluknya. Usahanya untuk
melupakan Syahir selama tiga tahun ini sia-sia. Begitu pula Syahir, dia tak kuat untuk
melepaskan pelukan gadis yang pernah dicintainya itu. Dia memang belum sepenuhnya bisa
melupakan gadis ini.
Aku nggak percaya kalau aku bisa ketemu kamu. Aku benar-benar kangen banget
sama kamu. Ucap Ayla masih memeluk Syahir. Tapi kemudian Syahir melepaskan
pelukannya. Ayla menatapnya heran.
Aku juga nggak nyangka bisa ketemu kamu lagi. Kamu apa kabar?
Baik. Kamu? Tanya balik Ayla kemudian meraih tangan Syahir, namun dia heran
melihat sebuah cincin terpasang di jari manis Syahir.
Ini cincin tunanganku. Ya belum secara resmi sih, tapi ya hanya untuk pengikat aja.
Ayla menatap cincin itu dengan senyum terpaksa. Kamu sendiri, gimana masih sendiri?
Ya gitu deh. Aku... Aku belum bisa lupain kamu. Lirih Ayla menatap mata Syahir
yang teduh. Aku itu balik buat kamu, karena aku masih sayang kamu. Batin Ayla. Tiba-tiba
sebuah ringtone ponsel terdengar. Syahir yang sadar kalau itu bunyi ponselnya segera
membuka pesan yang masuk. Ternyata Zara, membuat Syahir tersenyum manis.
Membayangkan Zara yang setengah kesal membuatnya ingin tertawa terbahak-bahak tapi dia
harus menjaga sikap karena disitu ada Ayla.
Oh iya, gue pergi dulu ya. Dadaahh.. Kata Syahir berlalu meninggalkan Ayla yang
menatapnya tak percaya. Senyum Syahir yang dulu hanya untuknya kini telah menjadi wanita
lain. Andai waktu bisa dibalik, dia tidak akan meninggalkan Syahir dan tidak akan pernah.
Syahir masih tak percaya apa yang terjadi barusan. Bagaimana tidak? Wanita yang
selama ini berusaha dilupakannya ketika harus hadir disaat dia sudah mulai melupakannya.

Dia memang bahagia dengan kedatangannya, namun dia juga tidak memungkiri bahwa rasa
sakit yang dulu kini terbuka kembali.
Syahir!!! Seorang gadis berlari menghampirinya. Lama banget sih. Sungut gadis
itu dengan wajah pura-pura kesal. Syahir yang gemas segera mengacak-ngacak rambut gadis
itu. Gadis itu menatapnya kesal dan merapikan rambut panjangnya kembali.
Maaf ya. Habis tadi ada keperluan. Ya udah kita makan yuk, aku laper nih.
Iya sih. Tapi kamu yang traktir ya. Zara menatap Syahir penuh harap. Sedangkan
Syahir masih berpura-pura mikir lalu mengangguk pelan. Zara pun memeluk lengan kanan
Syahir dan Syahir kembali mengacak-ngacak rambut Zara lagi.
Syahirrr!!!! Kata Zara kemudian lagi-lagi merapikan rambutnya dan memilih
berjalan lebih depan. Tapi kemudian Syahir mengenggam tangan kirinya dan senyum sekilas.
***
Aska sudah beberapa kali menjelaskan materi integral kepada murid barunya ini. Tapi
murid barunya itu lagi dan lagi tertidur. Sudah hampir dua minggu dia menjadi guru privat
Haykal, namun dia merasa sikap cowok itu masih susah diatur. Kalau tidak tertidur dia pasti
sibuk dan lebih berkonsentrasi dengan ponselnya. Aska sudah hampir gila dibuatnya, bahkan
beberapa kali Aska dikerjainya. Kalau bukan karena dia sedang membutuhkan uang, dia pasti
tidak mau menjadi guru privat anak bengal ini.
Haykalllll!!!!! Teriak Aska tepat dekat telinga Haykal. Akhirnya, Haykal pun
terbangun dan mendapati Aska menatap tajam ke arahnya. Dia lalu tersenyum cengengesan
dan kembali memperhatikan Aska yang kembali mengajarinya.
Haykal Tirta Raditya kini sudah duduk di kelas 3 SMA. Seharusnya, dia sudah lulus
tahun lalu, namun dia pernah tidak naik kelas. Makanya, mamanya segera mencari guru
privat untuknya. Namun ternyata Haykal masih Haykal yang dulu. Bengal, susah diatur,
pemalas, namun juga memiliki hati yang lembut.
Waktu dua jam seakan dua tahun bagi Haykal, mendengarkan Aska menjelaskan
mateeri ini itu sama sekali tidak bisa membuatnya mengerti. Dia hanya menatap Aska ketika
Aska mengajarinya. Wajah Aska yang baby face membuatnya teringat kepada seseorang,
siapa lagi kalau bukan cinta pertamanya. Gadis Mickey Mouse-nya.

Aku pulang dulu, ya. Besok kita sambung lagi. Jaga diri ya, anak nakal. Kata Aska
mengusap rambut Haykal lembut. Haykal terdiam menatap Aska yang begitu baik padanya.
Apalagi ketika Aska tersenyum padanya, Haykal merasa jantungnya berhenti berdetak. Aaah
itu mah dasar Haykal si Playboy aja yang lebay. Namun tangan Aska segera ditepis Haykal.
Gue bukan anak kecil. Udah pulang aja sana. Sungut Haykal.
***
Kamu apa kabar, Ta? Tanya Azril sedangkan Tata hanya mengaduk-ngaduk
minumannya. Sebenarnya Tata sudah ingin pergi, namun Azril tetap berusaha menahannya.
Baik. Kamu? Irene juga apa kabarnya dia? Tanya Tata.
Aku baik. Kalau Irene mungkin juga baik.
Mungkin? Maksudnya? Kalian berdua baik-baik aja kan? Tanya Tata tidak
mengerti. Bukannya menjawab, tangan Azril lalu menggenggam tangan Tata.
Pertunangannya batal. Tata terkejut sekali mendengar pengakuan Azril.Irene tidak
bisa menerima ketika aku menceritakan hubungan kita. Lanjutnya.Aku masih sayang
kamu, Ta. Makanya aku nyusul kamu kesini.
Maaf, Ril. Tapi aku... Tata lalu melepaskan genggaman Azril.
Kamu nggak perlu jawab sekarang. Sahut Azril.
***
Tata dan Zara baru saja hendak masuk ke kafe. Sebenarnya, malam ini Zara ada janji
dengan Syahir namun tiba-tiba saja batal. Karena Syahir ada keperluan, makanya dia
mengajak Tata untuk makan malam bersama. Ayla juga sedang keluar, padahal dia mau
mengajak teman-temannya makan malam bersama, kalau Aska jangan ditanya dia pasti sudah
di alam mimpi semenjak selesai sholat Isya.
Zara segera memesan makanan dan minuman untuk mereka berdua, sementara itu
Tata sedang pamitan ke toilet. Sembari menunggu Tata, Zara bermaksud membaca novelnya
namun secara tidak sengaja dia melihat Syahir bersama seorang gadis. Yang membuatnya
kaget, gadis itu sangat dikenalinya. Ayla, Zara yakin kalau itu Ayla tapi mengapa dia bersama

Syahir. Zara semakin heran, Ayla menggenggam tangan Syahir dengan pandangan bahagia
begitu pula Syahir.
Ta, kita pulang yuk. Gue jadi nggak mau makan. Tata yang baru kembali dari toilet
menatap sohibnya itu tak mengerti. Bukannya tadi, Zara yang ngotot mau makan di luar, tapi
kok sekarang mau langsung pulang.Tata! Ayo.
Suasana pagi ini terasa sangat hambar. Ini semua berasal dari Zara yang lebih diam
dari biasanya. Zara memang tidak sebawel Aska ataupun Ayla, namun itu tetap saja membuat
mereka heran. Tata merasa semenjak pulang dari kafe semalam, sikap Zara berubah. Bahkan
Zara langsung pergi ke kampus tanpa sarapan, padahal Ayla sudah masak nasi goreng untuk
sarapan mereka pagi ini. Setahu Ayla, Zara juga sangat menyukai nasi goreng.
Langkah Zara terhenti ketika melihat Syahir sudah berdiri manis di samping
mobilnya. Senyuman Syahir yang manis sama sekali tidak dibalas Zara. Bahkan Zara segera
memalingkan muka dan tampak mengacuhkan Syahir. Bahkan ketika di dalam mobil pun,
Zara lebih diam.
Zara? Kamu kenapa sih? Tanya Syahir cemas. Yang ditanya malah diam, tatapannya
lurus ke depan. Sikap Zara membuat Syahir heran, biasanya bagaimanapun suasana hati Zara,
dia tidak akan bersikap begitu.
Zara nanti kamu selesai kuliahnya jam berapa? Tanya Syahir ketika Zara hendak
segera pergi.
Kamu nggak usah jemput aku. Lagian aku bisa pulang sendiri kok. Jawab Zara
ketus lalu berlari menuju kelasnya. Syahir geleng-geleng kepala melihatnya.
***
Apa? Haykal sakit? Tanya Aska tak percaya. Semalam anak itu baru saja
menghubunginya. Aska lalu berjalan keluar menuju pagar dengan gontai. Tiba-tiba di depan
kedai ek krim pandangannya melihat sosok Haykal bersama seorang gadis. Aska melihat itu
hanya pasrah. Dia kesal bukan karena Haykal jalan dengan gadis lain, toh dia bukan siapasiapa Haykal, dia hanya kesal karena Haykal sudah berbohong padanya.
Jauh dari tempat itu, Ayla masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya tadi pagi.
Dia melihat Syahir datang ke rumah dan menjemput Zara. Kini dia tahu siapa gadis itu,

ternyata Zara, sahabatnya sendiri. Baru saja dia merasakan kebahagiaan karena bisa makan
malam dengan Syahir semalam, tapi kini dia harus menerima kenyataan kalau Zara adalah
tunangan Syahir, lelaki yang sampai sekarang masih dicintainya itu.
Alea? Ayla merasa tak asing dengan panggilan itu. Kini di hadapannya sudah
berdiri seorang lelaki tampan berwajah campuran Eropa.
What? Axel? Ayla balik bertanya. Cowok yang dipanggil Axel itu mengangguk
pelan, lalu segera duduk di sampingnya. Ngapain lo kesini? Lo ngikutin gue ya?Ayla tidak
bisa membayangkan kalau tahu tetangganya sewaktu di Inggris ini harus satu kampus
dengannya.
Enak aja. Nggak lah. Oh iya, gue nggak nyangka loh kalo bisa ketemu lo disini. Gue
sih sebenrnya agak ragu, ternyata emang bener ya kalau jodoh itu nggak kemana.
Iiihh amit-amit mau jodoh sama bule gila kayak lo. Sungut Ayla kesal. Axel hanya
tertawa mendengarkan ucapan Ayla.
Tapi gue nggak akan berhenti buat ngejar lo, my sweet heart. Ayla mendelik tajam
ke arahnya namun Axel sama sekali tidak memperdulikannya.
Zara dan Syahir masih saling diam. Syahir bingung harus bersikap bagaimana,
sedangkan Zara juga masih kesal dengan Syahir.
Kamu masih sayang sama Ayla? Tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulut Zara.
Syahir terhenyak kaget mendengarnya. Pandangannya tertuju pada Zara yang menatap lurus
ke depan menyaksikan hamparan bunga mawar di pekarangannya.
Kamu tahu darimana soal Ayla? Tanya Syahir balik. Zara tersenyum tipis. Lalu
menarik napas dan kemudian menghembuskannya.
Kamu hanya perlu jawab itu. Gadis itu Ayla kan? Gadis yang membuat kamu begitu
mencintai dunia fhotografi. Kamu masih cintakan sama dia?
Zar, kamu itu ngomong apaan sih? Zara yang mulai kesal dengan sikap Syahir.
Semalam aku liat kamu sama dia. Ayla itu sahabat aku. Syahir semakin terkejut
mendengar perkataan Zara. Dia sendiri tidak tahu harus jawab apa, dia memang sudah
memiliki Zara, namun dia juga masih menyisakan sedikit perasaan untuk Ayla. Zara lalu

meraih tangan Syahir dan meletakkan sesuatu di tangannya. Cincin. Aku nggak bisa terima
ini, Syahir. Aku nggak bisa mengorbankan dua orang yang saling mencintai harus terpisah
gara-gara aku. Zara lalu beranjak dari kursi. Sebaiknya kamu pulang, tapi kalau kamu mau
disini sampai Ayla pulang silahkan aja. Aku masuk dulu. Zara lalu segera masuk ke rumah.
Sementara Syahir yang masih bingung dengan perasaannya sendiri, Tata merasa
bahagia. Dia sudah yakin dengan jawaban yang akan dia berikan pada Azril. Tiba-tiba
langkahnya terhenti ketika melihat Azril sudah berdiri manis di depannya. Bahkan Azril juga
berjalan menghampirinya.
Siang poni, Jantung Tata berdetak tak karuan ketika Azril memanggilnya poni.
Berarti Azril masih ingat dengan panggilan sayang untuknya. Secara reflek wajah Tata
merona, untung saat itu suasana panas sehingga perubahan pada wajah Tata tidak begitu
tampak apalagi Tata memiliki kulit yang putih. Ya ampun panas banget ya? Mendingan kita
beli es krim yuk, muka kamu udah merah banget. Ajak Azril kemudian segera menarik
tangan kirinya.
Ta? Panggil Azril membuat Tata yang sedang menikmati es krim vanila mendongak
ke arahnya. Jadi apa jawaban kamu? Tata diam sebentar membuat Azril cemas.
Iihh Azril makannya kok belepotan gini sih. Masa iya aku pacaran sama orang yang
makan es krim aja belepotan gini. Tata malah mengelap mulut Azril yang kotor karena sisa
es krimnya. Tapi di saat dia membersihkan mulut Azril, tiba-tiba Azril meraih tangannya.
Jadi kamu terima aku lagi? Tata tidak menjawab hanya tersenyum nakal. Namun
kemudian mencium pipi kanan Azril. Hingga Azril seolah tak percaya. Karena malu, Tata
segera berlari meninggalkan Azril yang masih terdiam sambil meraba pipi kanannya.
Poniiii!!!! Kalau dapet awas, ya! Teriak Azril senang lalu berlari menyusul Tata
yang sudah berlari jauh.
***
Suasana malam itu terasa sepi. Sedari tadi, Zara hanya berada di kamar dan bertatap
dengan laptopnya. Semenjak kejadian tiga hari lalu, dia memang lebih pendiam. Apalagi
sekarang rumah sedang sepi, hanya ada dia yang di rumah. Tata pergi bersama Azril, Aska
semenjak berhenti menjadi guru privat Haykal lebih memilih kerja paruh waktu di sebuah

toko kue, sedangkan Ayla sedang pergi bersama temannya yang Zara sendiri tidak kenal.
Tiba-tiba perutnya terasa sangat sakit, itu berarti maagnya kambuh lagi.
Tampaknya kali ini benar-benar sakit, Zara bahkan tidak sanggup berdiri dan harus
berusaha meraih ponselnya yang ada di tempat tidur. Keringat dingin membasahi tubuhnya.
Hingga akhirnya, dia berhasil mendapatkan ponselnya tapi dia malah diam dan bingung harus
minta tolong pada siapa. Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan ternyata ada panggilan masuk dari
Syahir.
H... haloo? Sapa Zara dengan suara setenang mungkin, namun tak lama kemudian
Zara pingsan. Tapi di seberang sana Syahir bisa merasakan ada yang lain dari suara Zara.
Apalagi ketika dipanggil-panggil Zara tidak lagi menjawabnya. Karena merasa khawatir,
Syahir segera mengambil kunci mobilnya dan langsung pergi ke rumah Zara.
Setibanya disana, dia langsung berlari ke kamar Zara dan betapa terkejutnya dia
melihat Zara sedang merintih kesakitan di lantai dan memegang perutnya. Syahir segera
menggendong Zara dan meletakkannya di tempat tidur. Keringat dingin membasahi kening
Zara bahkan tangannya ketika dipegang Syahir terasa begitu dingin. Syahir semakin cemas
melihat kondisi Zara.
Zar? Kita kerumah sakit ya? Ajak Syahir, namun Zara menggeleng. Tangan Zara
mencekam tangan Syahir dengan kuat. Tak jauh dari situ, botol obat Zara sudah tak terisi.
Bahkan Syahir berusaha menahan sakit ketika tangannya dicekam Zara dengan kuat. Di
usapnya rambut Zara. Hingga dia menghubungi Tata dan memintanya untuk membeli obat
Zara. Tiga puluh menit kemudian, Tata datang bersama Azril. Begitu melihat kondisi Zara,
Tata langsung mendekati Zara sedangkan Syahir langsung membantu Zara minum obatnya.
Begitu selesai minum obat, genggaman tangan Zara pada Syahir sudah mulai melemah
hingga dia mulai tertidur.
Kok dia bisa kayak gini sih? Tanya Tata khawatir.
Gue juga nggak tahu, soalnya pas gue dateng dia sudah kayak gini. Jawab Syahir.
Udahlah, Zara pasti baik-baik aja kok. Hibur Azril.
Kalian berantem ya? Tanya Tata tiba-tiba. Zara memang tidak bercerita pada siapasiapa mengenai masalah antara dia dan Syahir saat ini. Kok Zara udah nggak pake cincin
dari lo lagi? Tanya Tata lagi. Akhirnya Syahir menceritakan kejadian yang sebenarnya pada

Tata. Dia menyesali sikapnya yang sempat ragu dengan hatinya sendiri. Tapi kini dia yakin
bahwa Zara adalah gadis terbaik untuknya. Bahkan dia akan menjaga Zara malam ini. Tata
mengangguk pelan mendengarkan cerita Syahir. Karena sudah malam, Azril pun pamit
pulang. Tak lama setelah itu, Ayla pulang diantar Axel dan secara tidak sengaja bertemu
dengan Syahir yang hendak pergi ke dapur. Anehnya, Syahir merasa biasa-biasa saja melihat
Ayla diantar cowok lain. Bahkan dia juga membalas ramah senyuman dari Axel.
Syahir, ini semua nggak seperti yang kamu liat kok. Kata Ayla takut Syahir salah
paham. Namun Syahir hanya merespon dengan senyum tipis.
Lo nggak usah takut, lagian gue juga ikut bahagia kok kalau lo sama dia. Hmmh
tampaknya dia cowok baik-baik. Eh, gue mau ke dapur dulu ya, takut kalau Zara lama-lama
sendirian di kamar. Syahir lalu berlalu dari hadapan Ayla. Hati Ayla kembali sakit bahkan
lebih sakit dari kejadian tiga tahun lalu. Ucapan Syahir menandakan bahwa dia sudah tidak
ada perasaan apa-apa lagi padanya.
Syahir menatap Zara yang masih tertidur. Diusapnya dengan lembut rambut Zara dan
digenggamnya erat tangan Zara. Dia sangat merindukan gadis yang selama satu tahun
terakhir ini selalu bersamanya. Bahkan dia sama sekali tidak tidur hingga subuh. Selesai
sholat subuh, dia pamitan pulang dengan Tata, Aska dan Ayla. Bahkan dia janji, ketika
mereka bertiga mau pergi kuliah dia akan datang lagi.
***
Hari sudah menunjukkan pukul tujuh. Ketika tahu itu Zara bahkan segera berlari
menuju kamar mandi. Dia tidak boleh terlambat hari ini, karena jam delapan nanti dia ada
ujian. Dua puluh menit kemudian dia langsung menuju ruang makan tapi ketika dia hendak
membuka pintu kamarnya dia teringat bahwa makalah yang seharusnya dikumpul hari ini
belum selesai dikerjakan. Akhirnya dia keluar dari kamar dengan lemas.
Loh lo udah sehat, Zar? Tanya Aska yang kaget melihat Zara sudah siap pergi ke
kampus. Zara hanya tersenyum tipis lalu duduk di samping Ayla yang menikmati roti isinya.
Kok lemes gitu? Kalau lo masih sakit, lo nggak usah kuliah deh. Kata Ayla.
Bukan gitu, tapi masalahnya tugas gue yang harusnya dikumpulin hari ini belum
selesai. Bahkan mungkin datanya sudah hilang karena belum sempat gue simpan.

Aska, ada yang nyari tuh. Tiba-tiba Tata datang. Aska yang heran karena ada orang
yang pagi-pagi begini mencarinya langsung berjalan keluar. Oh iya, Zar tugas lo udah gue
taruh di meja tamu ya. Kata Tata sambil menikmati sarapannya.
Tugas gue? Udah selesai ya? Tanya Zara seolah tidak percaya.
Udahlah. Semalam Syahir yang ngerjain. Zara yang sedang minum susu coklatnya
tiba-tiba tersedak mendengar nama Syahir. Kenapa sih? Tanya Tata heran. Tanpa
memperdulikan Tata dan Ayla yang masih heran, Zara langsung berlari menuju ruang tamu.
Ternyata benar di atas meja itu terdapat makalahnya. Zara lalu memeriksa isinya dan ternyata
semuanya disusun sesuai dengan keinginannya bahkan bisa dibilang diluar pikirannya.
Zara ingat, semalam dia sempat menerima panggilan dari Syahir namun tiba-tiba dia
merasa tubuhnya sangat lemas hanya itu yang bisa diingatnya. Tiba-tiba terdengar sebuah
mobil berhenti di depan rumah. Ketika dibukanya pintu, seorang cowok berwajah blasteran
keluar dari mobil.
Aleanya ada? Tanya cowok itu. Zara merasa kalau disini tidak ada Alea.
Siapa Zar? Hah, ngapain lo? Mata Ayla langsung terbelalak melihat Axel sudah ada
di teras rumahnya.
Lo kenal, La? Tanya Zara. Ayla lalu mengenalkan Axel pada Zara. Tak lama
kemudian, dia pun pergi dengan Axel, itupun karena bujukan Tata.
Sepeninggal Ayla, Tata yang sedang menunggu Azril kemudian menceritakan kejadian
semalam pada Zara. Dari mulai Syahir yang sangat mengkhawatirkan keadaannya hingga
Syahir sampai tidak tidur hanya untuk menjaganya. Zara mendengarkan dengan seksama
namun dalam hatinya dia sangat ingin cepat-cepat bertemu dengan Syahir. Dia sangat
merindukan Syahir. Panjang umur, tak lama kemudian mobil Syahir tiba dirumahnya.
Zara , kenapa diluar sih. Kamu itu lagi sakit mendingan istirahat deh.
Aku udah nggak apa-apa kok. Mendingan kamu anterin aku ke kampus, yuk. Aku
ada ujian pagi ini. Sahut Zara sambil menggamit lengan Syahir. Ta, mau bareng nggak?
Tawar Zara. Namun Tata menolak tawaran Zara. Akhirnya Zara dan Syahir pun langsung
pergi ke kampus.
***

Aska semakin bingung dengan sikap Haykal. Apalagi mereka ternyata pergi ke rumah
sakit. Mereka berdua berjalan menyusuri lorong rumah sakit, menuju sebuah ruangan.
Ruangan Anggrek 2, itulah nama ruangan yang kini ada di hadapan mereka dan kemudian
Haykal menarik tangan Aska untuk masuk ke ruangan itu. Betapa kaget Aska ketika melihat
mamanya Haykal sedang terbaring lemas. Seakan tahu bahwa ada yang datang, mamanya
kemudian terbangun.
Pagi, Ma? Haykal berjalan menghampiri mamanya dan kemudian mencium kening
mamanya. Aku kesini bareng Aska loh. Kata Haykal pandangannya beralih pada Aska.
Oh ya? Mana dia sekarang? Tanya mamanya Haykal. Aska lalu berjalan mendekati
wanita yang dianggapnya seperti ibunya sendiri itu. Kamu apa kabar?
Aska baik kok, Tan. Oh iya, tante kenapa?
Tante hanya kecapekan aja. Kamu kenapa udah nggak jadi guru Haykal lagi?
Padahal tante berharap banget kamu mau jadi gurunya Haykal.
Nggak kenapa-napa kok, Tan. Aska hanya... Aska masing bingung harus jawab apa.
Lalu dia memandang ke arah Haykal seolah meminta bantuan.
Aska kan sibuk, Ma. Udah deh mendingan mama istirahat aja. Lagian Aska juga mau
kuliah. Sela Haykal. Dia sendiri tidak tahu mengapa Aska tidak mau untuk menjadi gurunya.
Mamanya mengalihkan pandangan ke Haykal lalu kembali tersenyum memandang Aska. Dia
sangat menyayangi Aska, apalagi semenjak ibu dari gadis itu meninggal.
***
Senyum Syahir mengembang ketika melihat Zara sudah keluar dari kelasnya. Kini dia
semakin yakin bahwa dia hanya mencintai gadis itu, kenangannya bersama Ayla seolah-olah
hilang disapu angin. Tawa Zara, mata bening Zara, serta sikap lembut Zara yang kini selalu
ada dipikirannya. Dia sangat merindukan gadis itu semenjak kejadian beberapa hari lalu.
Loh, ngapain kesini? Tanya Zara bingung, karena dia tahu kalau hari ini Syahir
tidak ada kelas.
Hmmh, ya jemput tunangan aku dong, Jawab Syahir santai dengan posisi bersandar
di samping mobil dengan kedua tangannya dilipat di depan dada. Walaupun masih bingung,
tapi Zara tetap senang.

Makasih ya, semalem kamu udah jagain aku, Ujar Zara. Syahir lalu memandang ke
arahnya dan meraih tangan Zara. Lalu dia memasangkan kembali cincin yang sempat
dikembalikan Zara ke jari manis Zara. Ini apa? Tanya Zara heran.
Nggak ada kata terima kasih untuk cinta yang tulus. Karena aku sayang sama kamu
itu tulus dari hati aku, jadi kamu jangan pernah bilang terima kasih sama aku. Cincin ini
sebagai tanda kalau aku udah yakin, kalau orang yang aku cinta itu kamu. Jawab Syahir.
Perasaan senang sekaligus terharu kini menyelimuti hati Zara, dia lalu memeluk Syahir
karena senangnya.
Aku juga sayang banget sama kamu. Kata Zara.
Tanpa mereka sadari, ternyata Ayla tidak sengaja melihat mereka. Sakit hati yang dulu
kini kembali menganga lebar. Dia menyesal karena telah meninggalkan Syahir dulu, kini dia
kembali untuk memperbaiki semua itu. Apalagi dia sempat makan malam berdua dengan
Syahir, bahkan dia mengira bahwa Syahir bisa menerimanya lagi. Karena Syahir juga, sampai
sekarang dia tidak menerima cinta Axel. Hanya Syahir yang ada dihatinya. Tapi kini lelaki itu
menjadi milik Zara, sahabatnya sendiri.
Hey, lagi liat apa? Tiba-tiba Axel datang namun Ayla sama sekali tidak peduli
bahkan pandangannya masih ke arah Syahir dan Zara. Mata Axel mengikuti ke arah
pandangan Ayla, kini dia sadar mengapa Ayla selalu menolaknya. Ayla mencintai lelaki lain.
Masa lalu itu hanya jadi pelajaran buat kita, yang perlu ditata sekarang adalah masa depan.
Ujar Axel, tapi kemudian Ayla memeluknya dan menangis di pelukannya.
Tapi masa lalu itu selalu ada di hati gue dan gue masih berharap masa lalu itu jadi
masa depan buat gue. Lirih Ayla dengan tangis. Anehnya belaian lembut Axel di rambutnya
terasa sedikit mengurangi rasa sakit di hatinya.
***
Aska dan Haykal kini menikmati waktu malam dengan bersantai di taman rumah
Haykal. Langit bersinar dengan indahnya. Angin berhembus dengan lembutnya menyelimuti
hawa dingin di tubuh mereka berdua. Bahkan Haykal memakaikan jaketnya di bahu Aska
karena sesekali Aska mendekap kedua tangannya di bahunya. Aska yang kaget lalu menatap
Haykal yang ternyata juga menatapnya. Bertatap dengan mata tajam Haykal membuat hati
Aska tidak karuan bahkan jantungnya berdetak tak karuan.

Makasih ya. Tapi gue udah harus pulang, udah malam juga, Kata Aska
memalingkan pandangannya lalu beranjak berdiri. Namun ketika dia hendak melangkah
pulang, tangan Haykal berhasil menahan tangan kanannya. Kenapa? Aska berbalik badan
memandang ke arah Haykal. Oh iya, maaf ya gue lupa. Kata Aska lalu mengembalikan
jaket Haykal kepada Haykal. Namun Haykal langsung memeluknya dan mengabaikan jaket
itu. Aska berusaha melepaskannya, namun Haykal semakin erat memeluknya. Jujur di hati
Aska dia merasa sangat bahagia, hingga dia urung melepaskan pelukan Haykal sampai
Haykal yang melepaskannya.
Gue sayang sama lo, gue mau lo jadi pacar gue, Itulah kata-kata yang diucapkan
Haykal yang membuat Aska menganga heran tak berkedip. Gue sayang sama gadis Mickey
Mouse gue. Lanjut Haykal.
Gadis Mickey Mouse? Gue maksud lo? Tapi gue nggak suka Mickey Mouse, janganjangan lo salah orang lagi atau lo lagi latihan drama ya buat tugas sekolah.
Aska gue serius, lo masih ingat ini? Haykal lalu menunjukkan telunjuknya yang
kini berbalut plester Mickey Mouse. Aska lalu mengamati telunjuk Haykal.
Tangan lo kenapa, perasaan tadi nggak apa-apa deh tapi kok sekarang bisa kayak
gini. Haykal menarik telunjuknya dari tangan Aska.
Jadi lo nggak inget dengan malam itu? Aska menggeleng tidak mengerti. Wajar
buat lo nggak inget, guenya aja yang berharap lebih. Haykal lalu berjalan ke rumah
sementara Aska memandangnya bingung. Tapi tiba-tiba....
Mickey! Panggilan itu keluar begitu saja dari mulut Aska dan itu membuat Haykal
menghentikan langkahnya dan berbalik badan ke arah Aska. Kamu cowok yang itu? Tanya
Aska tak percaya. Kejadian itu sudah tiga tahun yang lalu dan anehnya sampai sekarang Aska
masih mengingatnya, tapi dia tidak menyangka kalau itu adalah Haykal.
Lo panggil gue, Mickey? Jadi lo udah inget? Tanya Haykal tak percaya.
Iya, gue inget dengan kejadian itu hanya gue nggak nyangka aja kalau itu lo.
Jadi? Aska kembali bingung dengan pernyataan Haykal. Jadi apaan?
Jadi lo mau jadi Minny-nya? Walaupun sempat berpikir sebentar, akhirnya Aska
mengangguk juga. Haykal lalu berlari kembali memeluknya.

***
Jadi Axel mau balik ke Inggris pagi ini? Tanya Ayla ketika dia bertanya kepada
teman-teman kuliah Axel. Setelah dua hari yang lalu, dia tidak bertemu Axel lagi, padahal dia
sangat merindukan bule setengah gila itu. Lututnya langsung terasa lemas, Tata yang
menemaninya pun bingung harus melakukan apa. Ta, gue mau susul Axel, kali aja tuh anak
belum berangkat. Lo mau ikut?
Oke, ayo! Mereka berdua pun langsung berlari menuju mobil Ayla. Hingga tiga
puluh menit kemudian, mereka tiba di bandara, namun ternyata mereka terlambat karena
pesawat yang ditumpangi Axel sudah berangkat sekitar lima belas menit yang lalu.
Sabar ya, La. Gue yakin kok Axel akan balik lagi buat lo. Hibur Tata.
Semoga aja ya, Ta. Lirih Ayla sedih. Gue harap lo balik lagi, Xel.
***
Ayla, buruan dong tiup lilinnya. Kata Aska yang sudah mulai pegal memegang kue
sementara Ayla belum juga meniup lilin kue ulang tahunnya. Harapannya masih sama dengan
harapan tahun lalu, yaitu berharap Axel akan balik lagi. Dia yakin bahwa lelaki itu akan
kembali untuknya. Sudah dua tahun berlalu tanpa adanya Axel, dia pergi ketika Ayla sudah
mulai bisa mencintainya. Sesaat kemudian, dia meniup lilin yang yang berbentuk angka 21
itu. Tepuk tangan dari para sahabatnya pun terdengar.
Oh iya, kita punya hadiah buat lo dan kita semua mau lo tutup mata.
Untuk apa, Zar? Tanyanya tidak mengerti.
Udah kita nggak bakalan bikin lo celaka kok, lo pasti senang banget dengan hadiah
ini. Sahut Tata lalu menutup mata Ayla dengan sapu tangan.
1... 2... 3.... Surprised!!!!!! Sorak sorai para sahabatnya membuat Ayla penasaran
dan membuka penutup matanya dan di hadapannya ada seseorang. Axel yang sangat
dirindukannya kini ada di hadapannya. Cowok itu tampak rapi dan jauh lebih tampan
daripada dua tahun yang lalu di tangannya kini ada seikat bunga lily, kesukaan Ayla.
Happy birthday, Alea and this is for you. Kata Axel memberikan bunga itu untuk
Ayla yang masih tidak percaya dengan kehadiran Axel.

Axel, I miss you so much. Ayla lalu memeluk Axel bahagia. Kenapa sih lo pergi
gitu aja tanpa bilang gue.
Hahahaa, ya gue itu nggak sempat bilang lo. Lagian gue juga balik lagikan buat lo.
Gue itu yakin lo bakalan kangen banget sama gue. Sebuah pukulan Ayla mendarat di bahu
Axel. So, May you to be my girlfriend?
Hmmh, gimana ya....?
Udah deh, La terima aja. Nanti nyesel lagi kalau Axel pulang ke Inggris lagi.Sela
Tata membuat Ayla langsung menatapnya galak. Namun semua sahabatnya malah tertawa.
Iya gue mau kok. Tepuk tangan para sahabatnya memberikan selamat untuk Ayla.
Dia sadar kenangan dia bersama Syahir hanya menjadi kenangan yang harus dia lupakan dan
menggantinya dengan kebersamaannya bersama Axel.
Kamu selalu bisa membuat sahabatmu bahagia, Sayang. Bisik Syahir pada Zara.
Karena aku tahu kalau cinta punya caranya sendiri untuk membuat orang yang kita
cinta itu bahagia, Jawab Zara. dan itulah yang membuat aku selalu bahagian dekat kamu. I
love you, sayang. Lanjutnya.
I love you too. Jawab Syahir merangkul bahu Zara bahagia.
Langit malam menemani waktu mereka dengan ditemani bintang dan bulan yang juga
setia menemaninya. Bahagia itu sederhana. Karena melihat orang yang kita sayang itu
bahagia itu sudah cukup. Karena cinta punya caranya sendiri untuk membuat orang yang kita
cinta itu bahagia.
The End

Anda mungkin juga menyukai