Anda di halaman 1dari 10

104

SNI Penguat Daya Saing Bangsa

BAB 8:

SEKTOR INDUSTRI BAHAN BAKU PLASTIK DAN


PRODUK PLASTIK

ektor industri bahan baku plastik dan


produk plastik sangat dipengaruhi
oleh sektor petrokimia sekunder,
khususnya produsen polyethylene
(PE) dan polypropylene (PP), yang merupakan
pemasok utama bahan baku industri ini. Tahun
2008 terjadi gejolak global di mana harga
minyak dunia melambung hingga US$ 141 per
barel di pertengahan tahun itu, harga PE dan
PP melonjak mencapai US$ 2.000 per ton.
Memasuki September 2008, harga minyak turun
ke US$ 109 per barel dan harga kedua komoditi
petrokimia tersebut ikut merosot ke harga US$
1.600 - US$ 1.650 per ton. Akan tetapi ketika
minyak anjok ke harga terendah US$ 41,96 per
barel, harga PE dan PP masih tetap bertengger
di US$ 790 - US$ 850 per ton. Fluktuasi harga
minyak bumi menimbulkan gejolak di kalangan
produsen PE dan PP, karena industri ini sangat
bergantung pada nafta yang dihasilkan kilang
minyak untuk bahan baku produk. Dan gejolak
yang terjadi di kalangan produsen PE dan PP
pada gilirannya menimbulkan guncangan dan

tekanan pada industri bahan baku plastik dan


produk plastik.
Menurut data Kementerian Perindustrian
RI, produksi PE tumbuh merambat rata-rata per
tahun 0,5% pada kurun 2005-2009. Tahun 2007,
total produksi mencapai 479.400 ton atau
meningkat 2% dibandingkan tahun 2006 yang
mencapai 470.000 ton. Tetapi, di tahun 2008
produksi anjlok hingga 11,3% menjadi 425.136
ton akibat penurunan ekonomi dunia. Tahun
2009, kondisi mulai membaik dan produksi
kembali meningkat mencapai 488.334 tons.
Titan Petrochemical Nusantara (TPN), dulunya
dikenal Petrokimia Nusantara Interindo (PENI),
merupakan kontributor utama PE dengan
tingkat produksi mencapai 293.334 ton di
tahun 2009. Tahun ini, TPN terus menambah
tingkat produksi hingga 337.500 ton. Produksi
PE hampir 80% diserap pasar domestik sisanya
diekspor ke negara lain di Asia.
Dalam lima tahun terakhir periode 20052008 kapasitas produksi industri PP di dalam

SNI Penguat Daya Saing Bangsa

105

negeri masih stagnan hanya sebesar 605.000


ton per tahun. Belum ada peningkatan kapasitas
disebabkan masih terbatasnya bahan baku
berupa propylene. Sementara tingkat produksi
mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar
3,2% per tahun yaitu dari 525.915 ton pada
2005 meningkat menjadi 593.000 ton pada
2009. Tri Polyta Indonesia (TPI) merupakan
produser utama PP dengan tingkat produksi PP
mencapai 386.000 ton pada 2009 lalu, atau naik
17% dibandingkan tahun 2008 sebesar 331.000
ton. Produksi PP dari TPI bervariasi, sesuai
kebutuhan domestik. Saat ini, TPI memasok
PP untuk industri karung plastik, karpet, dan
barang-barang rumah tangga.

1.

PET

2. HDPE
3. PVC

4. LDPE
5. PP
6. PC

106

: Botol minuman, minyak


goreng, kecap, sambal,
obat, kosmetik
: Botol kosmetik, obat, minuman, tutup plastik, jerrycan
pelumas, cairan kimia
: Cling film, tray transparan,
selang, pipa bangunan,
taplak meja plastik, cover
kursi, botol kecap, botol
sambal, botol shampoo
: Kantong/Tas kresek, plastik
tipis lainnya
: Alat-alat rumah tangga,
tutup botol, mainan anak,
cling film
: botol 5-Galon air minum,
botol susu bayi

SNI Penguat Daya Saing Bangsa

: Styrene foam, sendok,


garpu, CD case, gelas minum
pesawat terbang
8. Melamin : Gelas, piring mangkok alat
makan
Produk plastik banyak digunakan oleh
industri makanan sebagai kemasan. Hingga
kini, industri makanan menjadikan plastik
sebagai pilihan utama untuk mengemas produk
yang dihasilkan. Di samping lebih ekonomis,
kemasan dari plastik dinilai lebih baik dalam
memberikan perlindungan karena tahan air dan
kedap udara.
Gambar 8.1. Kemasan Berbahan Baku Plastik

Foto: www.iprotest.us

Bahan baku plastik yang dihasilkan oleh


industri petrokimia sekunder ini menjadi material
pokok produk plastik. Bahan baku plastik antara
lain meliputi: High Density Polyethylene (HDPE),
Linear Low Density Polyethylene (LLDPE),
Polypropylene (PP), Polyvinyl chloride (PVC),
Polystyrene (PS), polyethylene terephthalate
(PET) dan Polycarbonat (PC). Indonesia memiliki
kapasitas produksi HDPE 550.000 ton, LLDPE
200.000 ton, PP 670.000 ton, PVC 620,000 ton,
dan PS 55,000 ton. Masing-masing jenis plastik
ini dipergunakan untuk bahan baku sejumlah
produk plastik sesuai dengan sifat-sifatnya,
yakni:

7. PS

Berbagai produk mempergunakan kemasan dari bahan baku plastik


yang tidak hanya efisien tetapi juga dapat dibentuk dan didesain yang
menimbulkan daya tarik produk di mata konsumen.

Pasar produk plastik nasional sejak tiga tahun


terakhir ini terus dibanjiri oleh produk impor. Ini
terlihat dari realisasi nilai impor produk plastik
dan barang dari plastik (kelompok HS No. 39)
sepanjang Januari-November 2008 melonjak
86,75% menjadi US$ 3,76 milyar dibandingkan
dengan periode yang sama 2007 sebesar US$
2,01 milyar. Begitu juga untuk tahun ini, impor
juga meningkat tajam, pada Januari-Mei 2010
impor plastik dan barang plastik melonjak
68,23% dari US$ 1,06 milyar pada Januari Mei
2009 menjadi US$ 1,79 milyar. Banjirnya produk
impor, menurut Asosiasi Industri Plastik dan
Olefin Indonesia (Inaplas), mengakibatkan

utilisasi sektor plastik hilir tergerus 40% menjadi


50% dari sebelumnya 90%.
Mencermati situasi ini, Badan Standardisasi
Nasional (BSN) menilai bahwa sektor industri
bahan baku plastik dan produk plastik
merupakan salah satu industri nasional yang
paling terpengaruh dengan pemberlakuan
CAFTA. Untuk itu, BSN menetapkan sektor
ini sebagai sektor prioritas dalam Gerakan
Nasional Penerapan SNI.

8.1. IDENTIFIKASI SNI BAHAN BAKU


PLASTIK DAN PRODUK PLASTIK
Di sektor industri bahan baku plastik dan
produk plastik terdapat 79 SNI, dan 30 SNI di
antaranya memiliki relevansi dengan CAFTA
sementara 49 SNI lainnya tidak terkorelasi. Dari
30 SNI bahan baku plastik dan produk plastik
tersebut, 2 SNI di antaranya telah ditetapkan
sebagai SNI wajib melalui regulasi pemerintah,
dengan perincian sebagai berikut:
No.

1.

2.

3.

SNI 06-21861991

Film Bi OPP untuk logam


plastik

4.

SNI 06-29961992

Film PVC untuk dilapisi


logam

5.

SNI 06-45761998

Lembaran dan film PVC


kaku (rigit)

6.

SNI 06-45601998

Selang plastik vinil fleksible

7.

SNI 06-43841996

Pipa ABS (Acrylonitrile


Butadiene Styrene)
bertekanan

8.

SNI 12-15391989

Jas hujan dari PVC

9.

SNI 19-00571998

Karung tenun plastik


poliolefin

10.

SNI 19-49571998

Karung tenun plastik


poliolefin ukuran jumbo
(karung kontainer)

11.

SNI 01-66822002

Film PVC untuk kemasan


makanan

12.

SNI 03-12961989

Atap plastik gelombang


dari PVC

13.

SNI 03-40601996

Tegel plastik PVC

SNI

Regulasi Pemerintah

SNI 1811-2007,
Helm Pengendara
Kendaraan
Bermotor Roda
Dua
SNI 7322:
2008,Produk
Melamin Perlengkapan
makan dan minum

Peraturan Menteri
Perindustrian No.
40/M-IND/PER/6/2008

14.

SNI 12-49271998

Toples plastik

15.

SNI 19-43702004

Botol plastik untuk air


minum dalam kemasan

Peraturan Menteri
Perindustrian No.
55/M-IND/PER/5/2009

16.

SNI 19-47861998

Wadah (kemasan)
minuman bekal dari
plastik

17.

SNI 06-63122000

Tas plastik high density


polietilena (HDPE)

18.

SNI 19-43771998

Plastik polietilena untuk


mengemas

19.

SNI 12-15481989

Sepatu bot PVC cetak


tahan minyak dan lemak

20.

SNI 12-42541996

Wadah makanan bekal


dari plastik

21.

SNI 12-42592004

Gelas plastik untuk air


minum dalam kemasan

Pada tahun 2007, 3 SNI telah dikaji-ulang


dengan hasil ke-3 SNI tersebut dinyatakan tetap
tanpa perubahan. Tahun 2010 ini, BSN telah
mengkaji-ulang 27 SNI lainnya. Di luar 1 SNI yang
dinyatakan tetap berlaku yaitu: SNI 7323:2008,
Plastik - Wadah makanan dan minuman Polystyrene foam, berikut ini disampaikan
rekomendasi hasil kaji-ulang tersebut:
a. 21 SNI perlu direvisi, meliputi:
1.

SNI 06-01831987

Film PVC pelekatan panan

2.

SNI 06-21651991

Film plastik berlapis logam

b. 5 SNI perlu direvisi, meliputi:


1.

SNI 12-42541996

Wadah makanan bekal dari


plastik

2.

SNI 19-29461992

Botol plastik wadah obat,


makanan dan kosmetika

SNI Penguat Daya Saing Bangsa

107

3.

SNI 12-42592004

Gelas plastik untuk air


minum dalam kemasan

4.

SNI 12-42601996

Mangkuk plastik

5.

SNI 12-42611996

Piring plastik

11. Sacks and bags


of polymers of
ethylene

SNI 06-6312-2000, Tas


plastik high density
polietilena (HDPE)
SNI 19-4377-1998,
Plastik polietilena untuk
mengemas "

12. Office or school


supplies of plastics

Belum ada

13. Other
builders'ware of
plastics

Belum ada

Referensi

14. Other tubes, pipes


and hoses

Belum ada

1. Other plates,
sheets, film of
otherplastics

SNI 7582:2010, Terpal


plastik untuk biji-bijian
produk pertanian

15. Self-adhesive plate, Belum ada


sheet, film in rolls
of polyethylene

2. Other household
and toilet articles
of plastics, nes

SNI 03-1005-1989, Bak


mandi akrilik, Syarat
mutu

16. Fittings

3. Actuator over caps


of plastics

Belum ada

SNI 13-3502-1994,
Sistem penyisipan pipa
polyethelene untuk gas
bumi

4. Articles of apparel
and clothing
accessories of
plastics

SNI 1811-2007, Helm


pengendara kendaraan
bermotor roda dua
SNI 12-1539-1989, Jas
hujan dari PVC
SNI 10-1774:1990, Baju
penolong
SNI 18-6478-2000, Apron
proteksi radiasi sinar-X"

17. Other sanitary


ware of plastics

SNI 03-1005-1989, Bak


mandi akrilik, Syarat
mutu

18. Baths, showerbaths and washbasinsof plastics

Belum ada

19. Tubes, pipes and


hoses, rigid of
polymers of vinyl
chloride

Belum ada

20. Doors, windows


and their frames
of plastics

Belum ada

21. Other plates,


sheets, film of
polymers of
styrene

Belum ada

22. Fluorocarbon
plastic sheet/teflon

Belum ada

23. Tubes, pipes


and hoses, rigid
of polymers of
ethylene

Belum ada

24. Plates, sheets, film


of polymers of
styrene

Belum ada

25.

Noyax-sausage
casing

Belum ada

26.

Tubes, pipes
and hoses, rigid
of polymers of
propylene

Belum ada

Selain rekomendasi di atas, BSN juga


mengusulkan rekomendasi untuk perumusan
29 SNI baru yang meliputi:
No.

Usulan SNI Baru

5. Carboys, bottles,
flasks and similar
articles of plastics

SNI 19-2946-1992, Botol


plastik wadah obat,
makanan dan kosmetika

6. Sacks and bags of


other plastics

SNI 19-0057-1998, Karung


tenun plastik poliolefin
SNI 19-4957-1998, Karung
tenun plastic poliolefin
ukuran jumbo (karung
kontainer)

7. Self-adhesive
plate, sheet, film
in rolls

Belum ada

8. Other articles for


conveyance of
plastics

Belum ada

9. Other plates,
sheets, film of
polymers of vinyl
chloride

SNI 01-6682-2002, Film


PVC untuk kemasan
makanan

10. Floor coverings


of plastic of
poly-mers of vinyl
chloride

SNI 03-1296-1989 Atap


plastik gelombang dari
PVC
SNI 03-4060-1996 Tegel
plastik PVC

108

SNI Penguat Daya Saing Bangsa

27.

28.

Other form of
polymers of
propylene

Boxes, cases,
crates and similar
articles of plastics

SNI 06-1004-1989 Plastik


busa poliuretan lentur
SNI 03-4515-1008
Lembaran polikarbonat
untuk atap
SNI 06-0183-1987Film PVC
pelekatan panas
SNI 06-2165-1991 Flim PVC
kerut panas
SNI 06- 2166 1991 Film
plastik berlapis logam
SNI 06-2186-1991 Film Bi
OPP untuk logam plastik
SNI 06-2996-1992 Film
PVC untuk dilapisi logam
SNI 06-4576-1998
Lembaran dan film PVC
kaku (rigit)
SNI 12-4254-1996 Wadah
makanan bekal dari
plastik
SNI 19-2946-1992 Botol
plastik wadah obat,
makanan dan kosmetika
SNI 12-4259-2004 Gelas
plastik untuk air minum
dalam kemasan
SNI 12-4260-1996
Mangkuk plastik
SNI 12-4261-1996 Piring
plastik
SNI 12-4927-1998 Stoples
plastik
SNI 19-4370-2004 Botol
plastik untuk air minum
dalam kemasan
SNI 19-4786-1998 Wadah
(kemasan) minuman
bekal dari plastik
SNI 7323:2008 Plastik
- Wadah makanan dan
minuman - Polystyrene
foam

29.

Tubes, Pipes And


Hoses, Rigid Of
Other Plastics

SNI 06-4560-1998 Selang


plastik vinil fleksible
SNI 13-3502-1994
Sistem penyisipan pipa
polyethelene untuk gas
bumi
SNI 06-4384-1996 Pipa
ABS (Acrylonitrile
Butadiene Styrene)
bertekanan
SNI 06-6785-2002
Spesifikasi pipa resin
termoseting bertekanan
berpenguat fiberglass
SNI 06-6785-2002
Spesifikasi pipa resin
termoseting bertekanan
berpenguat fiberglass

8.2. NATIONAL DIFFERENCES


Indonesia merupakan negara dengan
penduduk mayoritas beragama islam. Produk
plastik banyak digunakan sebagai kemasan
atau wadah makanan. Mengacu pada kedua
hal tersebut, BSN yang telah berdiskusi dengan
asosiasi industri sektor ini, merekomendasikan
dimasukkannya penggunaan zat aditif atau
katalis yang berasal dari non-hewani sebagai
klausal national differences. Persyaratan ini
dimasukkan ke dalam SNI sejalan dengan
implementasi SNI halal di tanah air.

8.3. ANALISA KEMAMPUAN INDUSTRI


BAHAN BAKU PLASTIK DAN PRODUK
PLASTIK
Sektor industri bahan baku plastik dan
produk plastik nasional menjadi sektor
pendukung bagi industri lain, mulai dari industri
makanan, otomotif, bangunan, elektonik,
hingga pesawat terbang. Keberadaan sektor
ini sangat dibutuhkan oleh sektor industri lain.
Bahan baku plastik yang dihasilkan industri
nasional mencakup dua jenis bahan baku
plastik pokok, yakni: polyethylene (PE) dan
polypropylene (PP). Dari kedua jenis bahan baku
plastik ini dihasilkan berbagai jenis turunan
yang selanjutnya dijadikan bahan baku utama
bagi industri produk plastik, lihat Boks 8.1.
Profil Industri Bahan Baku Plastik dan Produk
Plastik Nasional.
Sebagaimana industri petrokimia, industri
ini sarat akan chemical content/material
yang harus ditangani secara seksama sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Standar
menjadi tuntutan industri yang harus dipatuhi.
Umumnya, penerapan SNI bagi pelaku industri
bahan baku plastik dan produk plastik tidak
menjadi persoalan, terkecuali pada industri
pengemasan plastik yang sebagian besar terdiri
dari industri kecil dan menengah. Jadi, dalam hal
penerapan SNI sektor ini terbilang sangat siap.
Hanya saja, perhatian harus ditekankan pada
peningkatan kemampuan penerapan standar di
kalangan pelaku industri pengemasan plastik.

SNI Penguat Daya Saing Bangsa

109

Boks 8.1.

Profil Industri Bahan Baku Plastik dan


Produk Plastik Nasional
Pohon Industri Bahan Baku Plastik & Produk Plastik

Petrochemical
Upstream
Industry

Petrochemical
Intermediate
Industry

Packaging:

bottles, containers, tubes,


pails, lids, caps, bags, stretch
wrap, foam, crates, etc.

Products
Plastic
Industry

Building and Construction:

glazing, window fitting and


skylights, panels and siding,
wall coverings, caves, flooring,
tiles, plumbing, pipes, fittings
and conduits, decorative
laminates, vapor barriers and
insulation, etc.

High Density Polyethylene

Polyethylene

Electrical Components:

Low Density Polyethylene

sockets, connectors, relays,


switchers, plugs and covers,
circuits and chip carriers, coil
bobbins, terminal blocks,
mounts and brackets, breaker
boxes, gears, wire coating
and insulation, telephone and
computer housing, etc.

Linear Low Density


Polyethylene

Olefin

Vinyl chloride

Polyvinyl chloride

Products
Plastic
Manufacture

Automotive &
Transportation Uses:

Propylene homopolymer

Polypropylene

There is an average of 100


kg of plastic in every new car
including bumpers, grills, body
parts, housings, filters, gaskets, fittings, seals, pipe and
hoses, cables and clips, etc.

Random copolymer
Random polymer

Furnishings:

appliances, housewares,
tableware, mattresses, etc.

Miscellaneous:

organic coatings, adhesives,


textiles, pipeline and irrigation
systems, medical supplies,
biomaterials and surgical
implants, toys and sporting
goods, suitcases, records, etc.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber.

PRODUK INDUSTRI BAHAN BAKU PLASTIK NASIONAL


Bahan baku plastik yang diproduksi
oleh industri petrokimia hulu (upstream
petrochimical industry) terdiri dari dua
jenis produk utama, yakni: Polyethylene
(PE) dan Polypropylene (PP).
Polyethylene (PE) berasal dari
material olefin. PE diproduksi melalui
polimerisasi ethylene. Berdasarkan
densitasnya, PE dikelompokkan ke
dalam dua tipe, yaitu: Low Density
Polyethylene (LDPE) dan High Density
Polyethylene (HDPE). HDPE memiliki
bentuk fisik lebih kaku dibandingkan
LDPE. Kecuali dua tipe ini, dari
penemuan baru melalui polimerisasi
LDPE pada tekanan rendah didapat
Linear Low Density Polyethylene (LLDPE).
Bentuk LDPE lembut, sehingga
biasanya digunakan sebagai bahan
baku untuk produksi plastik tipis dan
lapisan dalam kantong plastik. HDPE
umumnya digunakan pada industri
makanan untuk membuat wadah dan
botol plastik tempat minyak goreng,
oli pelumas dan sebagainya. Sedangkan
LLDPE, anti sobek, maka digunakan luas
sebagai kemasan dan bahan laminating.
110

Polypropylene (PP) juga berasal dari


olefin yang diproduksi melalui proses
propylene polimerization. PP terbagi
menjadi tiga tipe yaitu: Propylene
homopolymer,
Random
copolymer
(propylene-ethylene)
dan
Random
polymer
(propylene-ethylene-butene).
PP copolymer terbentuk dari propylene
dengan penambahan monomer lain
dalam jumlah sedikit (1% - 7% ethylene)
menjadi produk yang tahan benturan.
PP jenis ini biasanya digunakan untuk
produk tahan lama seperti peralatan
listrik, peralatan rumah tangga dan
bagian bodi mobil. Selain itu juga
digunakan dalam aplikasi lain seperti
cetakan, film dan laminasi.
Penambahan butene dalam PP
dapat mengubah karakteristik dari PP
tersebut. Biasanya digunakan sebagai
lapisan penahan panas pada PP film
selama lapisan penahan panasnya
mempunyai titik lebur yang lebih
rendah dari PP film tipe homopolimer.
PP juga dapat diubah melalui proses
compounding. Dalam proses ini
dilakukan penambahan sedikit additif

SNI Perkuat
PenguatDaya
DayaSaing
SaingBangsa
Bangsa

dalam polymer yang telah dileburkan.


Additif tersebut dapat berupa material
sejenis karet, material pengisi (filler),
material yang dapat meningkatkan daya
tahan dan material untuk menstabilkan
sinar ultra violet agar polymer tersebut
tahan untuk penggunaan diluar (outdoor use).

Highlight Industri Bahan Baku Plastik &


Produk Plastik Nasional
2007

2008

2009

1,83

3,32

2,68

Impor* (US$ milyar)


Nilai Investasi

US$ 7,4 milyar

Kapasitas Produksi
HDPE

550.000 ton/tahun

LLDPE

200.000 ton/tahun

PP

600.000 ton/tahun

PVC

620.000 ton/tahun

PS

55,000 ton/tahun

Note:
*) HS 4 digit meliputi: HS 3901, 3902, 3903, 3906, 3907,

3908, 3909, 3919, 3920, 3923, 3926.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber.

8.4. ANALISA KEMAMPUAN LPK SEKTOR


INDUSTRI BAHAN BAKU PLASTIK DAN
PRODUK PLASTIK
Berdasarkan data Lembaga Penilaian
Kesesuaian (LPK) yang ada, terdapat 8
laboratorium penguji produk plastik dan helm
serta 2 Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro)
produk plastik dan helm. Tentang LPK di sektor
industri ini lihat Tabel 8.1. LPK di Sektor Industri
Produk Plastik.
Tabel 8.1.

LPK di Sektor Industri Produk Plastik

Ruang
Lingkup

Lab Uji

Produk
Plastik

Balai Besar Kulit dan Plastik,


Yogyakarta
Laboratarium Sentra Teknologi
Polimer, BPPT
Balai Besar Kimia dan Kemasan,
Jakarta
Biochem Technology, Gresik

Helm

Balai Besar Bahan dan Barang


Teknik, Bandung
Balai Besar Teknologi Kekuatan
Struktur BPPT, Serpong
Laboratorium Penelitian dan
Pengujian Terpadu UGM,
Yogyakarta
Pengawasan dan Pengendalian
Mutu Barang, Jakarta

Ruang
Lingkup

LSPro

Produk
Plastik

LSPro Produk Plastik, Jogja


Product Assurance (JPA)

Helm

Balai Besar Bahan dan Barang


Teknik, Bandung

Dengan gambaran ini, terlihat bahwa


kekuatan LPK untuk produk plastik perlu
diperkuat, khususnya menyangkut keberadaan
LSPro yang dinilai masih jauh dari memadai.
Penguatan terkait dengan laboratorium uji,
juga diperlukan dengan fokus pada bidang
pengujian produk terpal plastik. Sebab, ada
rencana regulator akan memberlakukan SNI
terpal plastik secara wajib dalam waktu dekat.

8.5. EFEKTIVITAS
PEMBERLAKUAN
PERPRES NO. 54 TAHUN 2010
Penggunaan produk plastik sangat luas. Di
antara berbagai produk platik tersebut banyak
yang dipergunakan untuk proyek-proyek
pembangunan yang dibiayai oleh anggaran
pemerintah. Misalnya, berbagai jenis pipa PVC
dibutuhkan proyek pembangunan sistem irigrasi
di berbagai daerah dan juga pembangunan
gedung pemerintah atau perumahan rakyat
(rusun, perumnas, dan yang sejenis lainnya).
Di samping itu, produk plastik juga digunakan
untuk kemasan produk. Terdapat banyak
produk BUMN yang membutuhkan produk
plastik sebagai kemasan. Ambil contoh, BUMNBUMN yang memproduksi pupuk dan obatobatan (farmasi) membutuhkan sejumlah besar
produk plastik untuk kemasan.
Terkait dengan pengadaan kebutuhan
produk plastik baik itu untuk proyek
pembangunan pemerintah maupun kemasan
produk yang dihasilkan BUMN, pemberlakuan
Perpres No. 54 Tahun 2010 dapat diefektifkan
dengan memprioritaskan penggunaan produkproduk ber-SNI bagi proyek-proyek atau BUMN
tersebut. Untuk itu, di tingkat operasional
perlu dilakukan komunikasi dan koordinasi
dengan instansi teknis yang berpotensi dalam
pengadaan barang berupa produk plastik
antara lain: Kementerian Pekerjaan Umum,
Kementerian Negara Perumahan Rakyat,
Kementerian BUMN serta Lembaga nonkementerian lain yang terkait.

8.6. DUKUNGAN KEPADA INSTANSI


TEKNIS UNTUK INSENTIF LPK
Untuk memperkuat penerapan SNI di sektor
industri ini, BSN merekomendasikan pengadan
peralatan laboratorium untuk pengujian
produk plastik dan helm di 5 laboratorium.
Terkait dengan pengujian SNI 7582:2010, Terpal
plastik untuk biji-bijian produk pertanian, BSN
mengusulkan pengadaan alat laboratorium
Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP)
Yogyakarta, yakni: Fourier Transform Infrared
SNI Penguat Daya Saing Bangsa

111

(FTIR) Spectroscopy dan Uji permeabilitas uap


air. Selain itu, BSN juga merekomendasikan
pengadaan alat uji SNI 1811:2007, Helm
pengendara kendaraan bermotor roda dua
untuk 4 laboratorium, yang meliputi:
Lab Uji

Alat Uji

Balai Besar
Bahan dan
Barang
Teknik (B4T)
Bandung

1. Uji penyerapan kejut

3. Uji efektifitas sistem penahan

Terkait dengan penguatan pelaku industri


plastik hilir (industri pengemasan platik) dalam
penerapan SNI, BSN mengusulkan agar insentif
diberikan dalam bentuk Penyelenggaraan
Workshop Industri di Jakarta kepada pelaku
industri produk plastik hilir dengan materi SNI
ISO 9001: 2008, Sistem manajemen mutu, dan
SNI mengenai produk plastik.

4. Uji impak miring paron balok

8.8. PENYUSUNAN REGULASI TEKNIS

5. Uji impak miring paron keausan

4. Uji impak miring paron keausan

Penyusunan regulasi teknis di sektor industri


bahan baku plastik dan produk plastik masih
belum dilakukan pembahasan. BSN akan segera
mengagendakan
pembahasan
mengenai
penyusunan regulasi teknis, termasuk juga
program pelaksanan pengawasan pasar untuk
sektor industri ini.

2. Uji penetrasi
3. Uji impak miring paron balok
4. Uji impak miring paron keausan
5. Uji pelindung dagu

Balai
Pengujian
Mutu
Barang
Ekspor
dan Impor
(BPMBEI)
Jakarta

sebesar Rp. 1,53 triliun untuk 14 jenis industri


yang di antaranya termasuk industri produk
plastik mendapat pagu BM-DTP sebesar Rp
151,79 miliar. Pemberian fasilitas BM-DTP
bertujuan agar sektor-sektor tersebut bisa
meningkatkan daya saing dan memenuhi
kebutuhan dalam negeri.

1. Uji penyerapan kejut


2. Uji penetrasi

6. Uji pelindung dagu


7. Alat bantu: oven dan freezer

Balai Besar
Teknologi
Kekuatan
Struktur
(B2TKS)
Tangerang

1. Uji penyerapan kejut

5. Uji pelindung dagu

8.9. EDUKASI KONSUMEN

Laboratorium
Pengujian
dan Penelitian Terpadu (LPPT),
UGM,
Yogyakarta

1. Uji penyerapan kejut

Fokus edukasi kepada konsumen terkait


dengan penerapan SNI di sektor industri
ini, akan difokuskan pada penerapan SNI
wajib helm. Penggunaan helm ber-SNI oleh
masyarakat merupakan salah satu perlindungan
untuk mengurangi akibat dari kecelakaan
berkendaraan (roda dua) yang dapat bersifat
fatal, bahkan menimbulkan kematian.

2. Uji penetrasi
3. Uji impak miring paron balok

2. Uji penetrasi
3. Uji efektifitas sistem penahan
4. Uji impak miring paron balok
5. Uji impak miring paron keausan
6. Uji pelindung dagu
7. Uji kekuatan sistem penahan
dengan tali pemegang
8. Uji ketahanan terhadap keausan
dari tali pemegang
9. Uji pergeseran tali pemegang
10. Alat bantu: oven dan freezer

8.7. DUKUNGAN KEPADA INSTANSI


TEKNIS UNTUK INSENTIF INDUSTRI
Selama ini pemerintah telah memberikan
insentif kepada industri produk plastik dalam
bentuk Bea Masuk Ditanggung Pemerintah
(BM-DTP). Tahun 2010 ini dialokasikan anggaran

112

SNI Penguat Daya Saing Bangsa

Selain itu, edukasi konsumen juga akan


diarahkan pada pengenalan produk-produk
plastik yang aman bagi kesehatan dan
lingkungan. Ini sangat penting karena banyak
beredar produk platik yang mengandung zat
berbahaya (seperti: melamin), sementara
produk platik sering dipergunakan untuk wadah
atau pembungkus makanan. Produk-produk
platik yang sudah tidak terpakai akan menjadi
sampah an-organik, yang tidak mudah terurai.
Akumulasi sampah an-organik dari produk

plastik berpotensi membahayakan lingkungan,


khususnya pencermaran. Oleh karena itu,
masyarakat juga perlu diperkenalkan dengan
produk-produk plastik yang aman lingkungan.
Edukasi konsumen perlu melibatkan secara
aktif partisipasi lembaga-lembaga lain di luar
BSN. Untuk itu, BSN akan melakukan koordinasi
dengan pihak-pihak terkait di antaranya:
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Industri Kementrian Perindustrian, Direktorat
Perlindungan
Konsumen
Kementerian
Perdagangan, BPKN, Asosiasi Industri Olefin,
Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas),
Asosiasi Plastik Hilir Indonesia (Ap-hindo),
dan Lembaga Perlindungan Konsumen untuk
menyelenggarakan edukasi konsumen melalui
media massa atau diseminasi langsung ke
masyarakat.

SNI Penguat Daya Saing Bangsa

113

Anda mungkin juga menyukai