Anda di halaman 1dari 2

PEMANCANG TIANG PANCANG BETON DENGAN METODE JACKING PILE

Salam Baku dapa buat rekan - rekan, Kakak, Adik Alumni FT. Sipil Unsrat
Saya ada masalah dalam pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang pancang beton ,
dimana lokasi pelaksanaan berdekatan dengan rumah penduduk, dan jika
menggunakan alat pancang Hammer, terdapat masalah non teknis, yaitu protes
warga tentang adanya getaran tanah saat pemancangan yang kemungkinan
besar berdampak pada bangunan warga sekitar lokasi. Jika metode ini tetap
dilaksanakan kemungkinan besar dampak kerusakan bangunan warga sangat
besar terjadi karena pada umumnya bangunan yang ada disekitar lokasi adalah
bangunan lama yang kurang kuat menahan getaran saat pemancangan. Ini
dibuktikan saat pelaksanaan tes pile, banyak bangunan yang retak.
Dalam pelaksanaan tes pile dengan alat pancang hammer 5,5 ton, dengan daya
dukung izin tiang =120 ton/ttk, dan kedalaman rencana = 20 m, untuk dimensi
tiang pancang spun pile dia. 60 cm, hasil yang diperoleh adalah tiang pancang
masuk sampai dengan kedalaman 19 m, dengan final set/ daya dukung end
bearing =345 ton/ttk. Kita semua tau bahwa metode ini berdampak juga pada
kerusakan struktrur tanah pada saat pemancangan dimana tahanan geser = 0
pada saat pelaksanaan pemancangan dan tiang pancang akan berhenti pada
saat tahanan ujun bekerja maksimal. Tahanan geser akan bekerja secara
bertahap sampai maksimal setelah tiang pancang selesai di pancang.
Saya mengganti alternatif pelaksanaan yaitu dengan metode Jacking Pile
,metode ini adalah tiang pancang di masukkan ke dalam tanah dengan alat
pancang Jacking, yaitu tiang pancang dipancang secara hodrolis dengan alat
jacking dan beban sesuai dengan kapasitas alat yaitu = 350 ton. Secara non
teknis alat ini sangat cocok dipakai dilokasi pemancangan dimana pada sekitar
lokasi pemancangan sudah banyak bangunan gedung atau rumah karena tidak
menimbulkan polusi suara maupun getaran.
Dengan menggunakan alat jacking pile untuk tes pile kedua, secara teknis hasil
yang di capai sangat berbeda dengan metode pertama, dimana dengan tiang
pancang ukuran yang sama hasil yang diperoleh berdasarkan bacaan pada alat
jecking tersebut daya dukung = 342 ton, namun panjang tiang pancang yang
masuk ke dalam tanah = 12 m. Hasil ini jauh dari kedalaman rencana = 20 m.
Dari hasil ini secara teknis, tiang pancang tersebut berhenti atau tidak dapat di
tekan lagi karena adanya tahanan geser awal yang cukup besar saat tiang
ditekan dan akan semakin besar jika panjang tiang yang masuk ke dalam tanah
makin panjang. Namun tahanan ujung tiang pancang tersebut belum mencapai
maksimal.
Perlu di ketahui bahwa berdasarkan data tanah pada lokasi tersebut, tanah keras
terdapat mulai pada kedalaman 17 m di bawah permukaan tanah, artinya posisi
ujug tiang pancang dengan menggunakan metode jacking, hanya berada pada
tanah lunak dan belum mencapai tanah keras.
Pertanyaan saya, buat rekan - rekan, kakak, adik Alumni, kiranya dapat
memberikan masukan, dari ke dua metode pelaksanaan tersebut di atas,
metode manakah yang memenuhi kekuatan konstruksi tersebut jika memilih
salah satu dari metode di atas ?, dan jika metode Jacking Pile yang akan tetap

menjadi pilihan, adakah alat pancang Jacking pile yang lebih besar dari 350 ton
kapasitasnya?.
Salam dari alumni
FT Unsrat Angk. 86
Salun Gumalangit

Anda mungkin juga menyukai