Riset dan uji klinis telah membuktikan keampuhan dan khasiat virgin coconut oil
(VCO)untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan kehidupan sehat lainnya.
mutu AOCS (American Oil Chemist Society) dengan berat jenis =0,914 gr/ml, angka
asam =0,483, angka penyabunan= 251,98,dan angka iod = 4,1187.
Ada beberapa cara pembuatan VCO untuk skala rumah tangga. Cara pemrosesan minyak
kelapa yang banyak dikembangkan adalah penggilingan basah dan fermentasi
(enzimatis).
Pembuatan VCO dengan cara enzimatis merupakan pemisahan minyak dalam santan
tanpa pemanasan. Enzim yang digunakan dapat berupa enzim bromelin (pada nanas) atau
enzim papain (daun pepaya), enzim protease (kepiting sungai) dipilih salah satu dari
ketiga enzim tersebut. Pembuatan VCO dengan enzimatis dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu pembuatan santan, pembuatan VCO, dan penyaringan.
VCO yang dihasilkan dari proses enzimatis memiliki keunggulan sebagai berikut :
1) VCO berwarna bening, seperti kristal karena tidak mengalami proses pemanasan; 2)
Kandungan asam lemak dan antioksidan di dalam VCO tidak banyak berubah sehingga
khasiatnya tetap tingg; 3) Tidak mudah tengik karena komposisi asam lemaknya tidak
banyak berubah; 4)Cukup aplikatif bila diterapkan di tingkat petani karena menggunakan
teknologi dan peralatan yang sederhana; 5) Tidak membutuhkan biaya tambahan yang
terlalu mahal karena umumnya daun pepaya atau nanas dijual dengan harga murah; 6)
Rendemen yang dihasilkan cukup tinggi, yaitu dari 10 butir kelapa akan diperoleh sekitar
1.100 ml VCO.
Kelemahan dengan cara enzimatis yaitu membutuhkan waktu yang sangat lama dalam
proses denaturasi protein untuk memisahkan minyak dari ikatan lipoprotein yaitu sekitar
20 jam.
Tampung santan kelapa dalam wadah transparan dan diamkan sekitar satu jam
hingga terbentuk kanil (krim) pada bagian atas dan krim yang terlarut dalam air
pada bagian bawah.
Buang air pada bagian dasar wadah menggunakan selang air.
Kupas nanas dan iris tipis daging buahnya, ikutkan juga bonggolnya.
Parut nanas hingga halus, masukkan ke dalam wadah yang telah berisi krim
santan.
Jika menggunakan daun pepaya, iris-iris kecil menggunakan pisau agar getahnya
keluar.
Campur rata santan dan bahan enzim dengan cara diaduk.
Tutup wadah tersebut agar tidak terkena kotoran, diamkan selama 20 jam.
Setelah 20 jam akan terbentuk tiga lapisan, yaitu minyak, blondo, dan air.
Buang air yang berada di dasar wadah menggunakan selang.
Ambil lapisan minyak paling atas dengan sendok besar, usahakan blondo (warna
putih) tidak terikut.
Penyaringan
baik-baik digunakan ibu hamil. Juga baik bagi bayi maupun pasien yang mengalami
gangguan pencernaan dan metabolisme.
VCO juga memberi energi, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh karena mudah
dicerna dan diserap tubuh. VCO sebagai minyak sehat alami dapat menyembuhkan
berbagai penyakit dan dapat memberikan harapan hidup baru.
PEMBUATAN TEMPE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu 'bio' yang berarti makhuk hidup dan
'teknologi' yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata
tersebut European Federation of Biotechnology (1989) mendefinisikan bioteknologi
sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan
meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/atau
analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa.
Dengan definisi tersebut bioteknologi bukan merupakan sesuatu yang baru.
Nenek moyang kita telah memanfaatkan mikroba untuk membuat produk-produk berguna
seperti tempe, oncom, tape, arak, terasi, kecap, yogurt, dan nata de coco . Hampir semua
antibiotik berasal dari mikroba, demikian pula enzim-enzim yang dipakai untuk membuat
sirop fruktosa hingga pencuci pakaian. Dalam bidang pertanian, mikroba penambat
nitrogen telah dimanfaatkan sejak abab ke 19. Mikroba pelarut fosfat telah dimanfaatkan
untuk pertanian di negara-negara Eropa Timur sejak tahun 1950-an. Mikroba juga telah
dimanfaatkan secara intensif untuk mendekomposisi limbah dan kotoran. Bioteknologi
BAB II
PEMBAHASAN
Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji
kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak
nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Asam amino yang terkandung
dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani, namun penambahan bahan lain seperti
wijen, jagung atau menir adalah sangat baik untuk menjaga keseimbangan asam amino
tersebut.
Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin)
sehingga mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan tersebut
perlu diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti keripik, tahu dan tempe,
serta minuman seperti bubuk dan susu kedelai.
Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya
dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang
hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang
lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering.
Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber protein
hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi dengan
makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai.
kulit dilakukan dengan alat Burr Mill. Biji kedelai tanpa kulit dalam keadaan kering
dapat disimpan lama.
Penghilangan biji secara basah dapat dilakukan setelah biji mengalami hidrasi
yaitu setelah perebusan atau perendaman. Biji yang telah mengalami hidrasi lebih mudah
dipisahkan dari bagian kulitnya, tetapi dengan cara basah tidak dapat disimpan
lama
Proses hidrasi terjadi selama perendaman dan perebusan biji. Makin tinggi suhu
yang dipergunakan makin cepat proses hidrasinya, tetapi bila perendaman dilakukan pada
suhu tinggi menyebabkan penghambatan pertumbuhan bakteri sehingga tidak terbentuk
asam.
3. Proses Perebusan
Proses pemanasan atau perebusan biji setelah perendaman bertujuan untuk
membunuh bakteri-bakteri kontaminan, mengaktifkan senyawa tripsin inhibitor,
membantu membebaskan senyawa-senyawa dalam biji yang diperlukan untuk
pertumbuhan jamur(Hidayat, dkk. 2006).
4. Penirisan dan Penggilingan
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam biji, mengeringkan
permukaan biji dan menurunkan suhu biji sampai sesuai dengan kondisi pertumbuhan
jamur, air yang berlebihan dalam biji dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan
jamur
dan
menstimulasi
pertumbuhan
bakteri-bakteri
kontaminan,
sehingga
menyebabkan pembusukan.
5. Inokulasi
Inokulasi pada pembuatan tempe dapat dilakukan dengan mempergunakan
beberapa bentuk inokulan(Hidayat, dkk. 2006) yaitu :
a. Usar, dibuat dari daun waru (Hibiscus tiliaceus) atau jati (Tectona grandis) merupakan
media pembawa spora jamur. Usar ini banyak dipergunakan di Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
b. Tempe yang telah dikeringkan secara penyinaran matahari atau kering beku.
c. Sisa spora dan miselia dari wadah atau kemasan tempe.
d. Ragi tempe yang dibuat dari tepung beras yang dibuat bulat seperti ragi roti.
e. Spora Rhizopus oligiosporus yang dicampurkan dengan air.
f. Isolat Rhizopus oligosporus dari agar miring untuk pembuatan tempe skala
laboratorium.
g. Ragi tempe yang dibuat dari tepung beras yang dicampurkan dengan jamur tempe yang
ditumbuhkan pada medium dan dikeringkan.
5. Pengemasan
Kemasan yang dipergunakan untuk fermentasi tempe secara tradisional yaitu
daun pisang, jati, waru atau bambu, selanjutnya dikembangkan penggunaan kemasan
plastik yang diberi lubang. Secara laboratorium kemasan yang dipergunakan adalah
nampan stainless stell dengan berbagai ukuran yang dilengkapi dengan lubang-lubang
kecil.
6. Inkubasi atau Fermentasi
Inkubasi dilakukan pada suhu 25o-37o C selama 36-48 jam. Selama inkubasi
terjadi proses fermentasi yang menyebabkan perubahan komponen-komponen dalam biji
kedelai. Persyaratan tempat yang dipergunakan untuk inkubasi kedelai adalah
kelembaban, kebutuhan oksigen dan suhu yang sesuai dengan pertumbuhan jamur
Proses fermentasi tempe dapat dibedakan atas tiga fase yaitu :
a. Fase pertumbuhan cepat (0-30 jam fermentasi) terjadi penaikan jumlah asam lemak bebas,
penaikan suhu, pertumbuhan jamur cepat, terlihat dengan terbentuknya miselia pada
permukaan biji makin lama makin lebat, sehingga menunjukkan masa yang lebih
kompak.
b. Fase transisi (30-50 jam fermentasi) merupakan fase optimal fermentasi tempe dan siap
untuk dipasarkan. Pada fase ini terjadi penurunan suhu, jumlah asam lemak yang
dibebaskan dan pertumbuhan jamur hampir tetap atau bertambah sedikit, flavor spesifik
tempe optimal, dan tekstur lebih kompak.
c.
Fase pembusukan atau fermentasi lanjut (50-90 jam fermentasi) terjadi penaikan jumlah
bakteri dan jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan jamur menurun dan pada kadar air
tertentu pertumbuhan jamur terhenti, terjadi perubahan flavor karena degradasi protein
lanjut sehingga terbentuk amonia.
Dalam pertumbuhannyaRhizopus akan menggunakan Oksigen dan menghasilkan
CO2 yang akan menghambat beberapa organisme perusak. Adanya spora dan hifa juga
akan menghambat pertumbuhan kapang yang lain. Jamur tempe juga menghasilkan
antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan banyak mikrobia.
Dalam proses fermentasi, mikroorganisme harus mempunyai 3 (tiga)
karakteristik penting yaitu:
1. Mikroorganisme harus mampu tumbuh dengan cepat dalam suatu
substrat dan lingkungan yang cocok untuk memperbanyak diri.
2. Mikroorganisme harus memiliki kemampuan untuk mengatur ketahanan
fisiologi dan memilki enzim-enzim esensial yang mudah dan banyak supaya
perubahan-perubahan kimia yang dikehendaki dapat terjadi.
3. Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan harus sesuai
supaya produksi maksimum.
Berdasarkan sumber mikroorganisme, proses fermentasi dibagi 2 (dua) yaitu: (1)
fermentasi spontan, adalah fermentasi bahan pangan dimana dalam pembuatannya tidak
ditambahkan mikroorganisme dalam bentuk starter atau ragi, tetapi mikroorganisme yang
berperan aktif dalam proses fermentasi berkembang baik secara spontan karena
lingkungan hidupnya dibuat sesuai untuk pertumbuhannya, dimana aktivitas dan
pertumbuhan bakteri asam laktat dirangsang karena adanya garam, contohnya pada
pembuatan sayur asin. (2) fermentasi tidak spontan adalah fermentasi yang terjadi dalam
bahan pangan yang dalam pembuatannya ditambahkan mikrorganisme dalam bentuk
starter atau ragi, dimana mikroorganisme tersebut akan tumbuh dan berkembangbiak
secara aktif merubah bahan yang difermentasi menjadi produk yang diinginkan,
contohnya pada pembuatan tempe dan oncom.
CATATAN
1. Ruangan untuk membuat tempe harus bersih dan tidak harus terbuat dari tembok. Ruangan
untuk pemeraman diberi jendela, agar udara dapat diatur dengan membuka atau menutup
jendela tersebut. Di waktu musim hujan ruangan ini perlu diberi lampu agar suhu ruangan
tidak terlalu dingin.
2. Tempe mudah busuk setelah disimpan 2 hari dalam keadaan terbungkus, oleh karena itu
perlu diawetkan secara kering dengan cara sebagai berikut :
3. Iris tempe dengan ketebalan mm, keringkan dalam oven pada suhu 75 0 C selama 55
menit. Dengan cara pengawetan seperti ini produk tempe awetan yang dihasilkan tahan
disimpan selama 3 sampai 5 minggu.
4. Kandungan protein dan lemak tempe kedelai, masing-masing sebesar 22,5% dan 18%.
Kebutuhan protein sebesar 55g/hari dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi tempe
sebanyak 244,44 gram.
4. Keaktifan Laru
Laru yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang keaktifannya.
Karena itu pada pembuatan tape sebaiknya digunakan laru yang belum terlalu lama
disimpan agar dalam pembuatan tempe tidak mengalami kegagalan.
MANFAAT TEMPE
1. SUMBER NUTRISI
a. Protein
Setiap 100 gram tempe segar dapat menyumbangkan 10,9 gram protein bagi
tubuh konsumennya. Itu berarti lebih dari 25% kebutuhan protein yang dianjurkan per
hari bagi orang dewasa. Keunggulan tempe adalah sekitar 56% dari jumlah protein yang
dikonsumsi dapat dimanfaatkan tubuh. Nitrogen terlarutnya meningkat 0,5 2,5% dan
jumlah asam amino bebasnya setelah fermentasi meningkat 1 85 kali lipat dari
kadarnya pada kedelai mentah.
b. Enzim
Tempe juga mengeluarkan enzim protease yang diperlukan dalam proses
metabolisme protein menjadi asam amino di dalam pencernaan.
c. Lemak
Kadar lemak tempe cukup tinggi. Dalam 100 gram tempe segar terdapat 8,8 gram
lemak, dan 19,7 gram lemak pada tempe kering. Keunikannya, tempe juga mengeluarkan
enzim lipase yang akan memecah lemak itu menjadi asam lemak. Kadarnya yang terbesar
adalah asam lemak esensial linolenat (omega 3 dan omega 6), selain linoleat dan oleat
(omega 9).
d. Vitamin
Tempe merupakan sumber vitamin yang baik, khususnya tiamin, riboflavin, asam
folat, vitamin B6 (piridoksin), dan vitamin B12. Selain itu, tempe adalah sumber
beberapa mineral penting sperti kalsium, fosfor, zat besi dan seng.
e. Mineral
Zat besi pada tempe ternyata juga lebih mudah diserap tubuh dibanding pangan
nabati lainnya. Sementara mineral kalsiumnya berfungsi ganda, yaitu mencegah
osteoporosis dan menurunkan kolesterol darah.
2. MENCEGAH BERBAGAI PENYAKIT
a. Diet.
Bagi mereka yang diet rendah kalori, tempe merupakan makanan yang cocok,
yaitu hanya 157 kalori per 100 gram. Padahal beberapa makanan lain nilainya di atas 350
kalori.
b. Diabetes
Hidangan yang sesuai bagi penderita diabetes karena gula yang rendah
c. Serangan Jantung dan Stroke
Berbagai hasil penelitian terakhir menunjukkan, konsumsi tempe yang teratur
setiap hari dapat menurunkan kolesterol darah. Senyawa protein, asam lemak PUFA,
serat, niasin dan kalsium, terutama aktif menurunkan kolesterol jahat dalam darah.
Sehingga penyumbatan pembuluh darah oleh plaque kolesterol dan pengerasan
pembuluhnya dapat dicegah. Penyumbatan dan pengerasan ini sering disebut
aterosklerosis yang menyebabkan penyakit jantung, hipertensi, dan stroke. Di dalam
tempe juga terdapat senyawa yang akan menghambat aktivitas HMG-CoA reduktase,
enzim yang berperan dalam pembentukan kolesterol. Dengan menghambat aktivitas
enzim ini, maka tahap awal sintesa kolesterol dapat dicegah.
d. Osteoporosis
Tempe juga dapat membantu kecukupan kalsium tubuh dan mengurangi risiko
osteoporosis yang banyak dialami oleh orang lanjut usia.
e. Diare
Merangsang antibodi e-coli diare. Tempe, menurut Mohamad Harli, sarjana Gizi
Masyarakat dan Sumber Daya IPB, juga merangsang fungsi kekebalan tubuh terhadap Ecoli, yakni bakteri penyebab diare yang banyak diderita balita dan anak- anak.
Penyebabnya adalah sanitasi lingkungan dan higiene makanan yang mereka konsumsi
masih kurang. Protein yang terdapat dalam tempe sangat tinggi, mudah dicerna sehingga
baik untuk mengatasi diare.
f. Kanker
Senyawa tempe yang diduga memiliki aktivitas antipenyakit degeneratif seperti
kanker antara lain vitamin E, karotenoid, superoksida desmutase, dan isoflavon. Vitamin
E dan korotenoid tempe adalah antioksidan onenzimatik dan lipotik, yang mampu
memberikan satu ion hodrogen kepada radikal bebas. Sehingga radikal bebas tersebut
stabil dan tidak ganas lagi. Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina,
Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan phytoestrogen yang terdapat pada
tempe
ternyata
dapat
mencegah
kanker
prostat,
payudara
dan
penuaan
(aging).Antioksidan ini disentesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi
tempe oleh bakteri Micrococcus leteus dan Coreyne
bacterium.
g. Anemia
Penyakit anemia ini dapat menyerang wanita yang malas makan, karena takut
gemuk, sehingga persediaan dan produksi sel-sel darah merah dalam tubuh yang
menurun., tempe juga dapat berperan sebagai pemasok mineral, vitamin B12 (yang
terdapat pada pangan hewani), dan zat besi yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan
sel darah merah.
h. Infeksi
Anti infeksi. Hasil survey menunjukkan bahwa tempe mengandung senyawa anti
bakteri yang diproduksi oleh karang tempe (R. Oligosporus) merupakan antibiotika yang
bermanfaat meminimalkan kejadian infeksi
MIKROSKOP
Susunan Mikroskop Mikroskop adalah alat optik untuk mengamati benda- benda yang
sangat kecil, misalnya rambut, bakteri, dan selsehingga tampak jelas. Mikroskop
sederhana terdiri daridua buah lensa positif (cembung). Lensa positif yang berdekatan
dengan mata disebut lensa okuler. Lensa ini berfungsi sebagai lup. Lensa positif yang
berdekatan dengan bendadisebut lensa objektif.Jarak titik api lensa objektiflebih kecil
dari padajarak titik api lensa okuler. Cara Menggunakan Mikroskop Benda yang akan
diamati diletakkan di antara F dan 2F dari lensa objektif. Bayangan yang dihasilkan
bersifat nyata, diperbesar, dan terbalik. Bayangan ini akan menjadi bendabagi lensa
okuler. Sifat bayangan yang yang dihasilkan lensa okulerini adalah maya, diperbesar, dan
terbalik dari pertama. Bayangn ini merupakan bayangan akhir dari mikroskop yang kita
lihat. Perkembangan Mikroskop Suatu objek yang diamati di bawah mikroskopdapat
diabadikan dengan kamera. Biaasanya mikroskop majemuk yang mempunyai dua lensa
okuler dilengkapiengan bagian lensa untuk kamera. Teknologi hasil karya manusia setiap
waktu selalu mengalami perkembangan. Mikroskop sederhana dan beberapa mikroskop
optik lainnya hanya mampu memperbesar benda dari sekitar 100-1000 kali, sedangkan
teknologi mikroskop elektron dapat menghasilakn perbesaran hingga 1.000.000 kali.
Berdasarkan sistem pencahayaannya mikroskop dibagi menjadi dua yaitu mikroskop
optikdan mikroskop bukan optik. a. Mikroskop optik, yaitu mikroskop yang proses
perbesaran benda menggunakan cahaya biasa (cahaya tampak). Jenis- jenis mikroskop
optik antara lain mikroskop majemuk, mikroskop binokuler (dua lensa okuler),
mikroskop binokuler stereoskopi yang menghasilkan gambar 3 dimensi, dan mikroskop
ultraviolet. b. Mikroskop bukan optik, yaitu mikroskop yang memperbesar benda dengan
bantuan radiasi panjang gelombang sinar pendek. Contohnya mikroskop sinar- X,
mikroskop ion, dan mikroskop elektron. Dari ketiga jenis mikroskop bukan optik,
mikroskop elektron paling banyak digunakan. Melalui mikroskop elektrondapat dipelajari
pola- pola sel hewan, tumbuhan, dan bakteri. Mikroskop elektron juga digunakan dalam
menganalisishasil industri dan pengontrol hasil produksi.
STERILISASI
II. Teori Dasar
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada,
sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat
berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas
yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992).
Sterilisasai adalah tahap awal yang penting dari proses pengujian mikrobiologi.
Sterilisasi adalah suatu proses penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dan
spora-sporanya. Ada 5 metode umum sterilisasi yaitu :
Sterilisasi gas
Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab pengenalan alat, autoklaf adalah
alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi
(2 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara kerja penggunaan autoklaf telah disampaikan di
depan. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi
memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara
panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2
(SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,80F adalah
karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0
psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C,
sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15
psi maka air akan memdididh pada suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk
sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan
perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka
tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air.
Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi
selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih
dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara
dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara
dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses
sterilisasi dimulai dantimer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi
selesai, sumber panas dimatikan
dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka
sebelum tekanan mencapai 0 psi.
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan
mikroba
pengguji
yang
bersifat
termofilik
dan
memiliki
endospora
yaitu
Bacillus
stearothermophillus,
lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore
strip
ini
dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan
pada
media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.
B. Sterilisasi Panas Kering
Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan dengan menggunakan oven pensteril.
Karena panas kering kurang efektif untuk membunuh mikroba dibandingkan dengan uap
air panas maka metode ini memerlukan temperature yang lebih tinggi dan waktu yang
lebih panjang. Sterilisasi panas kering biasanya ditetapkan pada temperature 160-170oC
dengan waktu 1-2 jam.
Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak
efektif untuk disterilkan dengan uap air panas, karena sifatnya yang tidak dapat ditembus
atau tidak tahan dengan uap air. Senyawa-senyawa tersebut meliputi minyak lemak,
gliserin (berbagai jenis minyak), dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini
juga efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah.
Karena suhunya sterilisasi yang tinggi sterilisasi panas kering tidak dapat
digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan (contoh:alat ukur) dan
penutup karet atau plastik.
C. Sterilisasi dengan penyaringan
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah
rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi
dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang
berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan
tersaring dengan metode ini.
D. Sterilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh
mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori
dan serbuk padat. Sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang
terkristal akan dibunuh. Sterilisasi gas biasanya digunakan untuk bahan yang tidak bisa
difiltrasi, tidak tahan panas dan tidak tahan radiasi atau cahaya.
E. Sterilisasi dengan radiasi
Radiasi sinar gama atau partikel elektron dapat digunakan untuk mensterilkan
jaringan yang telah diawetkan maupun jaringan segar. Untuk jaringan yang dikeringkan
secara liofilisasi, sterilisasi radiasi dilakukan pada temperatur kamar (proses dingin) dan
tidak mengubah struktur jaringan, tidak meninggalkan residu dan sangat efektif untuk
membunuh mikroba dan virus sampai batas tertentu. Sterilisasi jaringan beku dilakukan
pada suhu -40 derajat Celsius. Teknologi ini sangat aman untuk diaplikasikan pada
jaringan biologi.
yang
bersifat
termofilik
dan
memiliki
endospora
yaitu
Bacillus
stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore
strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses
sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan
autoklaf telah bekerja dengan baik.
Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
- Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
- Paelarut organik, seperti fenol
- Buffer engan kandungan detergen, seperti SDS
Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan
hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sbb :
- Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat
- Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam
mineral lain.
- Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
- Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
- Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0
Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum dari total volumenya, sisa ruang
dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka
sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.