PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dermatitis statis adalah salah satu penyakit peradangan kulit pada
ekstremitas. Hal ini merupakan manifestasi dari Chronic Venous Disease
(CVD) yang berakibat insufisiensi dan hipertensi vena. Normalnya aliran
darah mengalir dari ke jantung dengan bantuan katup-katup vena. Katup ini
berfungsi menjaga darah tetap mengair menuju jantung melawan gravitasi.
Apabila fungsi katup tidak berjalan semestinya, darah akan mengalir
kembali ke bawah (reflux). Reflux berakibat terjadi penumpukan darah pada
vena dan bermanifestasi awal pada kulit sebagai hiperpigmentasi.1
Penyakit ini umumnya menyerang pada usia pertengahan dan usia lanjut.
Penyakit ini jarang terjadi sebelum dekade ke lima kehidupan. Kecuali pada
keadaan dimana insufisiensi vena disebabkan oleh pembedahan, trauma,
atau trombosis. Dermatitis statis dapat merupakan prekusor dari keadaan
lain seperti ulkus vena tungkai atau lipodermatoskerosis.2
1.2
Status Pasien
A. Anamnesis
Identitas Pasien
Masuk poli penyakit kulit dan kelamin RSAM
Tanggal 13 mei 2016
No. RM : 173207
Nama
: Ny. MUH
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
Status
: Menikah
Alamat
Suku
Pekerjaan
: 55 Tahun
: Jawa
: Pegawai RSAM
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Koreng dengan rasa gatal dan nyeri di kaki kanan sejak 1
bulan yang lalu.
Keluhan Tambahan
Keluar cairan berwarna putih dan nanah dari koreng
tersebut.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli penyakit kulit dan kelamin RSAM
pada tanggal 13 Mei 2016, dengan keluhan merasa gatal
dan nyeri pada koreng di kaki kanan sejak 1 bulan yang
lalu. Awalnya pasien mengeluhkan gatal pada kaki kanan,
pasien
juga
merasakan
nyeri
pada
koreng
semakin
lama
semakin
meluas.
Pasien
tidak
penyakit
hipertensi,
diabetes
mellitus,
dan
Kesadaran
Tanda vital
: compos mentis
:
o Tekanan darah
: 120/80mmhg
o Nadi
: 88 x/menit
o Pernafasan
: 20 x/menit
o Suhu
:-
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
KGB
IMT
: 30,46 ( obesitas)
Status dermatologis
Regio
distal
Effloresensi
diameter
cm,
dasar
epidermis,
LESI
E.F SEKUNDER
Numularis
Soliter
Ulkus
Hiperpigmentasi
Krusta
C. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan lab tanggal 24 maret 2014
SGOT : 12, SGPT : 14, Ureum : 22, Creatinin : 0,7, GDN :
115, GDS : 104, koleterol total : 221, HDL : 37, LDL : 167,
Trigleserida : 140
Asam urat : 5,4
Hasil pemeriksaan laboratorium kultur
Ditemukan bakteri batang gram (-) Klebsiella sp
D. Resume
Umum
a. Memberikan
sedang
penjelasan
dialami
tentang
pasien
penyakit
yang
pasien
dan
penyebab
dan
kepada
keluarganya.
b. Memberikan
informasi
tentang
II. Khusus
1. Klindamisin 300mg 2x1
2. Analsik 500mg 2x1
3. Sagestam 10mg 2x1
4. Topcort 10mg
2x1
5. Moistderm 20mg
H. Pemeriksaan Anjuran
USG Doppler
I. Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Dermatitis statis adalah dermatitis yang terjadi akibat adanya gangguan aliran
darah vena di tungkai bawah.1 Penyakit ini sering menyerang pada tungkai
bagian bawah karena tempat ini sering terjadi kelainan insufisiensi vena.5
2.2 MEKANISME
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mekanisme timbulnya dermatitis
statis, yaitu:
1
Meningkatnya
tekanan
hidrostatik
dalam
sistem
vena,
fibrinogen
diluar
pembulu
darah
akan
Pada pasien dengan dermatitis stasis, dapat kita perhatikan pada bagian
betis, karena cedera pada sistem vena karena trauma atau pembedahan
adalah faktor umum yang berkontribusi terhadap perkembangan dermatitis
stasis.2
Teori tentang penyebab peradangan kulit di insufisiensi vena berpusat
pada perfusi oksigen dari tungkai jaringan. Awalnya, sistem vena yang
tidak kompeten dianggap menyebabkan pengumpulan darah di vena
superfisial, dengan arus berkurang dan karenanya mengurangi tekanan
oksigen di kapiler dermis.
ke
jaringan
ekstrasisial
karena
meningkatnya
stasis
atau
hiperpigmentasi,
Purpura
10
2.4 DIAGNOSA
2.4.1 Kriteria Diagnosis
Anamnesis:
Keluhan awalnya kemerahan pada kulit dan sedikit bersisik, setelah
beberapa minggu atau bulan warna kulit menjadi cokelat gelap, selain itu
timbul penumpukkan darah dan terjadi bengkak. Pasien juga merasakan
kaki seperti diikat kencang dan terasa nyeri.5
Faktor resiko dermatitis stasis pada pasien meliputi faktor risiko varises
yang meliputi: Usia > 50 tahun, wanita multi para, obesitas, lebih banyak
berdiri, penyakit metabolik dan gangguan jantung-pembuluh darah.2
2.4.2
Predileksi
Pada tungkai bawah, dimana bagian tungkai bawah adalah tempat
teresering terjadinya kelainan vena.5
2.4.3
Pemeriksaan Fisik
11
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi/Doppler untuk melihat adanya perubahan (dilatasi) vena yang
dalam, trombosis atau gangguan katup. Pada pemeriksaan histologis akan
ditemukan adanya tanda-tanda inflamasi, agregasi hemosiderin di dermis
atau penebalan arteriol/venula.5
2.5 PENATALAKSANAAN
PENGOBATAN
Dalam pengobatan dermatitis statis dibeikan pengobatan kausatif dan
simtomatis. Pengobatan kausatif berupa penanganan pada sumbatan vena
dapat melalui terapi sederhana maupun dengan operasi, sedangkan
simtomatis dapat menggunakan terapi obat sistemik dan topikal
1. Sistemik
a) Pada kasus ringan dapat diberikan anti histamine, atau dapat
dikombinasikan dengan anti serotonin, anti bradikinin, dan
sebagainya. Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 6 jam
bilamana perlu.7
b) Obat dermatititis yang utama adalah kortikosteroid. Kortikosteroid
merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal
yang pembuatan bahan sintetik analognya telah berkembang
dengan pesat. Terutama diberikan pada penyakit kasus akut dan
berat.7
12
Rujukan
13
2.5 KOMPLIKASI
Dermatitis stasis dapat mengalami komplikasi berupa ulkus diatas maleolus
desebut ulkus venosum atau ulkus varikosum, dapat pula mengalami infeksi
sekunder, misalnya selulitis. Dermatitis stasis dapat diperberat karena mudah
teriritasi oleh bahan kontakan.7
2.7 PROGNOSIS
Dermatitis stasis sering merupakan penyakit dengan kondisi jangka panjang
(kronis). Kita bisa meminimalkan gejala dengan mengendalikan kondisi dan
pembengkakan.9
14
BAB III
PEMBAHASAN
1. Apakah diagnosa sudah tepat ?
Dermatitis statis adalah dermatitis yang terjadi akibat adanya gangguan aliran
darah vena di tungkai bawah.1 Penyakit ini sering menyerang pada tungkai
bagian bawah karena tempat ini sering terjadi kelainan insufisiensi vena. 5
Manifesatsi Klinis pada dermatitis statis yaitu pelebaran vena atau varises, hal
ini diesebabkan oleh tekanan vena yang meningkat pada tungkai bawah.
Edema pada pergelangan kaki, hal ini disebabkan kebocoran plasma ke
15
teraba
jaringan
kulit
dan
nyeri,
indurasi
-,
16
Faktor resiko dermatitis stasis pada pasien meliputi faktor risiko varises yang
meliputi: Usia > 50 tahun, wanita multi para, obesitas, lebih banyak berdiri,
penyakit metabolik dan gangguan jantung-pembuluh darah.2
Pada pasien ini didapatkan faktor resiko usia pasien 55 tahun,
wanita multipara, obesitas dan pasien lebih banyak aktivitas
berjalan.
2. Apakah tatalaksana pasien sudah tepat ?
Pada kasus ini penatalaksanaan yang diberikan yaitu:
A.Umum
a. Memberikan penjelasan tentang penyakit yang sedang
dialami pasien kepada pasien dan keluarganya.
b. Memberikan informasi tentang penyebab dan prognosis
penyakit yang dialami pasien, kepada pasien dan
keluarganya. Serta meminta kerjasama keluarga pasien
untuk merawat pasien.
c. Pada saat istirahat mengangkat kaki kanan lebih tinggi
diatas permukaan jantung selama 30 menit, dilakukan
sebanyak 3-4 kali.
d. Pada saat tidur malam hari, kaki kanan diganjal oleh
bantal setinggi 15-20 cm
e. Pada saat aktivitas, memakai kaos penyangga varises
atau pembalut elastis.
B. Khusus
Klindamisin 300mg 2x1
Analsik 500mg 2x1
Sagestam 10mg 2x1
Topcort 10mg
2x1
Moistderm 20mg
Dalam pengobatan dermatitis statis dibeikan pengobatan kausatif dan
simtomatis. Pengobatan kausatif berupa penanganan pada sumbatan vena
17
3. Sistemik
a) Pada kasus ringan dapat diberikan anti histamine, atau dapat
dikombinasikan dengan anti serotonin, anti bradikinin, dan
sebagainya. Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 6 jam
bilamana perlu.7
b) Obat dermatititis yang utama adalah kortikosteroid. Kortikosteroid
merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal
yang pembuatan bahan sintetik analognya telah berkembang
dengan pesat. Terutama diberikan pada penyakit kasus akut dan
berat.7
c) Antibiotik diperlukan apabila terdapat infeksi sekunder.6
4. Topikal
Terdapat beberapa prinsip umum terapi topikal:
a) Dermatitis akut/ basah (madidans) harus diobati secara basah (kompres
terbuka), bila subakut diberikan losio (bedak kocok), krim (terutama pada
daerah berambut), dan apabila kronik/kering diberikan zalf.
i) Kompres, pertama-tama menggunakan kompres
dingin dengan air keran dingin atau larutan burrow
untuk lesi-lesi eksudtif dan basah. Kenakan selama
20 menit tiga kali sehari. Hindari panas disekitar
lesi.6
ii) Losio topikal yang mengandung mentol, fenol, atau
premoksin sangat berguna untuk meringankan rasa
gatal sementara, dan tidak mensensitisasi, tidak
18
faktor
resiko
dari
penyakit
tersebut.
Pengobatan
golongan
potensi
sedang.
Pemberian
19
moisderm
pada
pasien
berguna
sebagai
antipruritus,
20
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari bahasan di
atas ialah :
1. Dermatitis statis adalah salah satu penyakit peradangan
kulit pada ekstremitas. Hal ini merupakan manifestasi dari
Chronic Venous Disease (CVD) yang berakibat insufisiensi
dan hipertensi vena.
2. Faktor resiko dermatitis stasis pada pasien meliputi faktor risiko varises
yang meliputi: Usia > 50 tahun, wanita multi para, obesitas, lebih banyak
berdiri, penyakit metabolik dan gangguan jantung-pembuluh darah.
3. Predileksi Dermatitis statis yaitu Pada tungkai bawah, dimana bagian
tungkai bawah adalah tempat teresering terjadinya kelainan vena.
4. Pada dermatitis statis sering terjadi kekambuhan sebaiknya
diberikan edukasi yang tepat tentang pengobatan secara
umum yaitu Pada saat istirahat mengangkat kaki kanan
lebih tinggi diatas permukaan jantung selama 30 menit,
dilakukan sebanyak 3-4 kali. Pada saat tidur malam hari,
kaki kanan diganjal oleh bantal setinggi 15-20 cm. Pada
saat aktivitas, memakai kaos penyangga varises atau
pembalut elastis
21
DAFTAR PUSTAKA
1
Kelamin FKUI.
Fitzpatrick, T. B., Jonhson, R. A., Polano, M.K., Suurmond, D.,
Wolff, K. 1992. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology:
Common and Serious Disease Second Edition. United States of
America : Mc.Graw-Hill.
Daili, Emmy S. S., Menaldi, Sri L., Wisnu, Made. 2005. Penyakit
Kulit Yang Umum di Indonesia : Sebuah Panduan Bergambar. Jakarta
22