RADIKULOPATI LUMBAL
Pembimbing:
dr. Zam Zanariah, Sp.S, M.Kes
Oleh :
Yuda Ayu Kusuma Wardani, S.Ked
111801141
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya
Penulis dapat menyelesaikan case report dengan judul Radikulopati Lumbal.
Adapun case report ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu
Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Lampung di RSUD DR. Hi.
Abdoel Moeloek Periode 11 Januari 2016 06 Februari 2016 dan juga bertujuan
untuk menambah informasi bagi Penulis dan pembaca.
Penulis sangat bersyukur atas terselesaikannya tugas ini. Hal ini tidak
terlepas dari dukungan serta keterlibatan berbagai pihak dan pada kesempatan ini
penulis ingin berterima kasih kepada dr. Zam Zanaria, Sp.S., M.Kes selaku
pembimbing Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUD DR. Hi.
Abdoel Moeloek
Penulis menyadari bahwa case report ini masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak. Akhir kata, Penulis mengucapkan terimakasih dan semoga case
report ini dapat memberikan manfaat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I STATUS PASIEN .................................................................................. 4
BAB II ANALISA KASUS................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. MD
Umur
: 50 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
Status
: Menikah
Suku Bangsa
: Jawa
Tanggal Masuk
: 15 Januari 2016
Tanggal pemeriksaan
: 15 Januati 2016
Perawatan hari ke
: Pasien Poliklinik
Dirawat ke
: Alloanamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada pinggang kanan belakang yang
menjalar hingga tungkai kanan. Keluhan ini sudah dirasakan kira-kira 3 tahun
yang lalu. Keluhan ini dirasakan juga pada tungkai kiri namun tidak seberat
tungkai kanan. Nyeri ini dirasakan hilang timbul dan timbul secara tiba-tiba.
Nyeri dirasakan terutama pada pagi hari dan sore hari terutama saat terlalu sering
berdiri atau duduk. Nyeri diperberat oleh aktivitas. nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk. Hal ini juga dirasakan hingga pasien sulit berjalan sehingga pasien
sering berbaring. Pasien masih dapat bekerja sehari-hari.
3 hari SMRS, os mengeluh nyeri di pinggang kanan belakang yang
menjalar ke tungkai kanan bawah dirasakan makin memberat. Nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk dan makin lama makin sakit. Nyeri ini mengakibakan pasien
mengalami keluhan saat berjalan atau duduk terlalu lama. Pasien merasakan kaki
kesemutan dan baal hanya saat nyeri hebat saja. Ketika berobat ke poli pasien
tidak merasakan baal atau kesemutan R/ hipertensi (-) R/ DM (-) R/ Trauma (+)
BAK normal BAB normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
3 tahun SMRS, os pernah jatuh terpleset di kamar mandi dengan posisi
terduduk. Setelah itu os mengeluh nyeri pada pinggang belakang dan merasa nyeri
saat berjalan. Karena dianggap tidak terlalu mengganggu aktivitas sehingga os
tidak langsung berobat ke dokter. Os lalu dipijat oleh dukun sehingga pasien tidak
mengeluhkan keluhan tersebut. Pasien lalu bekerja seperti biasa dan tidak ada
keluhan apa-apa setelah itu.
1 tahun yang lalu os merasakan nyeri yang hebat sampai tidak bisa
berjalan disertai dengan kesemutan dan baal pada kedua kaki lalu os berobat dan
dirawat di RS Kota di Bandar Lampung.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama. Riwayat darah
tinggi dan kencing manis dalam keluarga disangkal.
Riwayat Sosio Ekonomi
Pasien merupakan seorang Ibu Rumah Tangga yang memiliki 3 orang anak, pasien
tinggal bersama suami dan seorang pembantu. Pasien berasal dari keluarga dengan
tingkat ekonomi menengah ke atas.
C. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum
Kesadaran
GCS
Vital sign
Tekanan darah
Nadi
RR
Suhu
Gizi
Status Generalis
-
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
-
Leher
Pembesaran KGB
JVP
: 5 2 cmH2O
Trakhea
: di tengah
Toraks
(Cor)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: redup
Batas Kanan : Linea Parasternalis Dextra ICS IV
Auskultasi
Batas Kiri
Batas Atas
(Pulmo)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
-
Abdomen
Inspeksi
: datar, simetris
Palpasi
Perkusi
: timpani (+)
Auskultasi
Extremitas
Superior
Inferior
Status Neurologis
-
Saraf Cranialis
N.Olfactorius (N.I)
Daya penciuman hidung : normosmia/normosmia
N.Opticus (N.II)
Tajam penglihatan
Lapang penglihatan
Tes warna
Fundus oculi
: Tidak dilakukan
: (-/-)
- Endophtalmus
: (-/-)
- Exopthalmus
: (-/-)
Pupil
- Ukuran
: (3mm/3mm)
- Bentuk
: (Bulat / Bulat)
- Isokor/anisokor
: isokor
- Posisi
: (Sentral / Sentral)
: (+/+)
: (+/+)
: baik
- Lateral
: baik
- Superior
: baik
- Inferior
: baik
- Obliqus superior
: baik
- Obliqus inferior
: baik
: baik
: baik
N.Trigeminus (N.V)
Sensibilitas
- Ramus oftalmikus
: simetris
- Ramus maksilaris
: simetris
- Ramus mandibularis
: simetris
Motorik
- M. masseter
: (+/+)
- M. temporalis
: (+/+)
- M. pterygoideus
: (+/+)
Refleks
- Refleks kornea
: (+/+)
- Refleks bersin
: sulit dinilai
N.Fascialis (N.VII)
Inspeksi Wajah Sewaktu
- Diam
: simetris
- Tertawa
: simetris
- Meringis
: simetris
- Bersiul
: simetris
- Menutup mata
: simetris
: simetris
: simetris
- Mengangkat alis
: simetris
Sensoris
- Pengecapan 2/3 depan lidah
: baik
N. Vestibulocochlearis/ N. Acusticus(N.VIII)
N.cochlearis
- Ketajaman pendengaran
Test Rinne
: ( normal / normal)
: kondisi tulang lebih baik dari kondisi
udara
Test Weber
- Tinitus
: lateralisasi (-)
: (-/-)
N.vestibularis
- Test vertigo
- Nistagmus
: (-)
- Suara bindeng/nasal
: -
- Posisi uvula
: Ditengah
- Palatum mole
: simetris
- Arcus palatoglossus
: simetris
- Arcus palatoparingeus
: simetris
- Refleks batuk
: (+)
- Refleks muntah
: (+)
- Peristaltik usus
: Normal
- Bradikardi
: (-)
- Takikardi
: (-)
N.Accesorius (N.XI)
- M.Sternocleidomastodeus
: (+/+)
- M.Trapezius
: (+/+)
N.Hipoglossus (N.XII)
- Atropi
: (-)
- Fasikulasi
: (-)
- Deviasi
: (-)
: (-)
Kernig test
: (-)
Laseque test
: (+)
Brudzinsky I
: (-)
Brudzinsky II
: (-)
Sistem Motorik
Gerak
Kekuatan otot
Tonus
Superior ka/ki
Inferior ka/ki
(aktif/aktif)
(aktif/aktif)
5/5
5/5
(Normotonus/normotonus) (Normotonus/normotonus)
Klonus
(-/-)
(-/-)
Atropi
(-/-)
(-/-)
10
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Biceps (+/+)
Pattela (+/+)
Triceps (+/+)
Achiles (+/+)
Babinsky (-/-)
Chaddock (-/-)
Oppenheim (-/-)
Schaefer (-/-)
Gordon (-/-)
Gonda (-/-)
Sensibilitas
Eksteroseptif / rasa permukaan
- Rasa raba
: normal/normal
- Rasa nyeri
: normal/normal
: normal/normal
: normal/normal
: normal
- Rasa getar
: normal
: normal
: normal
Koordinasi
Tes telunjuk hidung
: Normal
: Normal
: Normal
Defekasi
: Normal
11
Salivasi
-
: Normal
Fungsi Luhur
Fungsi bahasa
: Baik
Fungsi orientasi
: Baik
Fungsi memori
: Baik
Fungsi emosi
: Baik
D. Resume
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada pinggang kanan belakang yang
menjalar hingga tungkai kanan. Keluhan ini sudah dirasakan kira-kira 3 tahun
yang lalu. Keluhan ini dirasakan juga pada tungkai kiri namun tidak seberat
tungkai kanan. 3 hari SMRS, os mengeluh nyeri di pinggang kanan belakang
yang menjalar ke tungkai kanan bawah dirasakan makin memberat. Pasien
merasakan kaki kesemutan dan baal hanya saat nyeri hebat saja. Ketika berobat ke
poli pasien tidak merasakan baal atau kesemutan R/ hipertensi (-) R/ DM (-) R/
Trauma (+) BAK normal BAB normal. 1 tahun yang lalu os merasakan nyeri
yang hebat sampai tidak bisa berjalan lalu os berobat lalu dirawat di RS Kota di
Bandar Lampung. R/ trauma (+).
Kesadaran pasien kompos mentis, Tekanan darah
80 x/menit, RR 20 x/menit Suhu 36,8
: Radikulopati
Topis
: Lumbal
Etiologis
: Trauma
F. Diagnosis Banding
Radikulopati thorakal
12
Radikulopati Servical
G. Penatalaksanaan
Umum:
-
Peroral/Diet
- Diet TKTP
Medikamentosa:
- Paracetamol 500 mg
- Tramadol 37 mg
3x1 caps
- Codein 10 mg
- Vit B kompleks 2x1 tab
Rehabilitasi
-
Fisioterapi
H. Pemeriksaan Penunjang
I.
Quo ad vitam
= Dubia ad bonam
Quo ad functionam
= Dubia
Quo ad sanationam
= Dubia
13
BAB II
ANALISA KASUS
Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan pasien menderita suspek radikulopati
lumbal, karena dari rontgen thorakolumbal tidak ada kelainan sehingga
direncanakan untuk dilakukan MRI.
2.1 Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
Diagnosis ditegakkan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan keluhan nyeri pada
pinggang kanan belakang yang menjalar ke tungkai kanan. Nyeri juga
dirasakan pada tungkai kiri tetapi tidak seberat tungkai kanan . rasa nyeri
14
berupa nyeri tajam dan bersifat menjalar serta diperberat oleh adanya aktifitas
seperti berdiri terlalu lama atau duduk terlalu lama. Pasien pernah dirawat
dirumah sakit kota sekitar satu tahun yang lalu dengan keluhan serupa. Saat
itu pasien mengeluhkan nyeri sampai tidak bisa berjalan. Keluhan nyeri
tersebut juga disertai dengan adanya rasa kesemutan dan baal pada kedua
tungkai. Berdasarkan pengakuan pasien kelainan sensorik tersebut dirasakan
hanya saat nyeri yang hebat. Pasien mengaku keluhan akan berkurang dengan
posisi berbaring. Pasien pernah jatuh terpleset di kamar mandi dengan posisi
terduduk. Setelah itu pasien mengeluh nyeri pada pinggang belakang dan
merasa nyeri saat berjalan. Karena dianggap tidak terlalu mengganggu
aktivitas sehingga tidak langsung berobat ke dokter. Pasien mengaku dipijat
oleh dukun sehingga pasien tidak mengeluhkan keluhan tersebut. Pasien lalu
bekerja seperti biasa dan tidak ada keluhan apa-apa setelah itu. Selama ini
pasien sering mengeluh nyeri yang hilang timbul namun membaik dengan
istirahat. Setelah 2 tahun kemudian barulah nyeri dirasakan makin memberat
lalu berobat ke RS Kota. Pasien berobat ke poliklinik RSAM setelah 3 hari
yang lalu mengeluh nyeri mulai kembali dirasakan
15
atau lebih radiks saraf dengan pola gangguan bersifat dermatomal (Dorlan,
2011).
lumbal yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi dari radiks saraf lumbal.
Pada radikulopati lumbal, keluhan nyeri punggung bawah (low back pain)
sering didapatkan (Adams, 2000).
Radikulopati sering ditandai oleh satu atau lebih dari gejala berikut:
(Rowlan, 1984)
1. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral dekat
vertebra hingga ke arah ekstremitas. Rasa nyeri ini mengikuti pola
dermatomal dan diperhebat oleh gerakan, batuk, mengedan, atau bersin.
2. Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.
3. Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di permukaan kulit
sepanjang distribusi dermatom radiks yang bersangkutan.
4. Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang bersangkutan. Refles
tendon pada daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan menurun
atau bahkan menghilang.
Gejala radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena (yaitu
pada servikal, torakal, atau lumbal). Nyeri radikular yang bangkit akibat lesi
iritatif di radiks posterior tingkat servikal dinamakan brakialgia, karena
nyerinya dirasakan sepanjang lengan. Demikian juga nyeri radikular yang
dirasakan sepanjang tungkai dinamakan iskialgia, karena nyerinya menjalar
sepanjang perjalanan n.iskiadikus dan lanjutannya ke perifer. Radikulopati
setinggi segmen torakal jarang terjadi karena segmen ini lebih rigid daripada
segmen servikal maupun lumbal. Jika terjadi radikulopati setinggi segmen
torakal, maka akan timbul nyeri pada lengan, dada, abdomen, dan panggul
Pada Radikulopati Lumbal terdapat nyeri punggung bawah disertai nyeri pada
kaki, tapi nyeri pada kaki lebih menjadi pertanda daripada nyeri punggung
bawah. Berikut gejala umum yang biasa muncul: (Rowlan. 1984)
1. Nyeri punggung bawah.
2. Sakit terus-menerus pada satu sisi pantat atau kaki, tapi jarang kedua sisi
kanan dan kiri
3. Nyeri yang berasal dari pinggang atau pantat dan berlanjut di sepanjang
jalur saraf siatik di bagian belakang paha dan ke tungkai bawah dan kaki
4. Nyeri yang biasanya digambarkan sebagai tajam.
5. Beberapa pengalaman sensasi mati rasa atau kelemahan, atau tusukantusukan bawah kaki
16
6. Sakit parah yang dapat membuat sulit untuk berdiri atau duduk, nyeri yang
terasa lebih baik ketika pasien berbaring.
Secara anatomi tulang belakang dibagi menjadi 5 bagian yaitu :
7 servikal
12 thorakal
5 lumbal
5 Sakral
4 coccygeus
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang
terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang
terdiri dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau
pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus yakni
procesus articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus
tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang
punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat
sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung
dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale (Mardjono, 2004).
17
18
19
pada
diskus
intervertebra.
MRI
memiliki
keunggulan
anatomis
yang
detail,
terutama
elemen
osseus
vertebra.
20
21
22
obat
analgetik
non
opioid
bekerja
melalui
penghambatan
23
menyebabkan
hepatotoksitas
berat
sehingga
terjadi
nekrosis
24
25
Untuk mengatasi nyeri sedang tramadol 50-100 mg dapat diberikan 2-3 kali
sehari. Untuk nyeri sedang-berat, 100 mg diberikan untuk mengatasi nyeri,
dan dapat diulang setiap 4-6 jam. Untuk nyeri berat dosis 100 mg dianggap
lebih efektif. Dosis maksimum tidak boleh melebihi 400mg/hari. Dapat
diberikan secara injeksi intervena, infus intravena atau intramuskular. Untuk
nyeri pasca operasi, dosis yang dianjurkan adalah 100 mg. Dosis selanjutnya
50 mg atau 100mg, dapat diulangi setiap empat sampai enam jam kemudian.
Total dosis yang dapat diberikan dalam sehari adalah 600 mg (AHFS, 2002)
Efek samping yang sering timbul adalah sakit kepala,dan mulut kering. Efek
samping yang jarang timbul adalah takikardi, depresi pernafasan, dispepsia,
pusing. Tramadol merupakan obat dengan kategori C ( tidak menyebabkan
efek teratogenik dan toksik pada penggunaan dosis terapeutik) (Keskin, 2003).
berdasarkan literature dosis yang diberikan adalah minimal 50mg. pada pasien
hanya diberikan 37 mg. hal ini berarti dosis yang diberikan kurang atau
underdose.
Codein atau methylmorphine merupakan suatu obat digunakan sebagai
analgesik, antitusif, dan antidiare. Obat ini dipasarkan sebagai garam codein
sulfate dan codein phosphate. Codein adalah alkaloid yang ditemukan dalam
opium, sekitar 0,3 3,0 %. Meskipun codein bisa diekstrak dari opium,
sebagian besar codein yang ada saat ini disintesa dari morfin melalui proses
O-methylation. Codein juga tersedia dalam preparat kombinasi dengan
parasetamol sebagai co-codamol, dengan aspirin sebagai co-codaprin, atau
dengan ibuprofen. Kombinasi ini mengurangi nyeri yang lebih besar
ketimbang penggunaan masing-masingnya. Kolaborasi codein ini juga
memungkinkan penggunaanya untuk nyeri yang hebat, semisal nyeri akibat
penyakit kanker (Farmakologi UI, 2007).
Codein dipertimbangkan sebagai prodrug, karena dimetabolisme menjadi
morfin. Meskipun demikian, obat ini kurang potensial dibandingkan morfin
itu sendiri. Hal ini disebabkan karena hanya 10% codein yang dirubah menjadi
morfin. Oleh karena itu, obat ini juga menyebabkan ketergantungan yang lebih
rendah dari morfin. Secara teoritis, agar memberikan efek analgesia setara
26
dengan morfin oral 30 mg, dosis oral codein yang harus diberikan adalah
sekitar 200 mg. Namun pada praktiknya cara ini tidak digunakan. Pasalnya,
pada pemberian dosis tunggal besar dari 60 mg dan tidak lebih dari 240 mg
per hari ada suatu ceiling effect (Farmakologi UI, 2007).
Efek samping yang umum dijumpai pada penggunaan codein di antaranya,
mual, muntah, mulut kering, gatal-gatal, drowsiness, miosis, orthostatic
hypotension, retensi urin, dan konstipasi. Toleransi terhadap berbagai efek
codein bisa terjadi pada penggunaan jangka panjang, termasuk efek terapeutik.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa codein termasuk dalam golongan morfin
dan alkaloid opium. Efek farmakologiknya sama secara kualitatif akan tetapi
berbeda secara kuantitatif dengan morfin. Gugus OH fenolik bebas
mencerminkan adanya efek analgesik, hipnotik, depresi nafas, dan obstipasi
(Farmakologi UI, 2007).
Dosis kodein yang harus diberikan adalah 60 mg, namun pada pasien hanya
diberikan 10 mg.
Vitamin B kompleks dikenal sebagai vitamin neurotropik, yang artinya
berfungsi untuk melindungi sel-sel saraf. Kekurangan vitamin-vitamin
tersebut menyebabkan gejala seperti, pegal-pegal atau tegang pada otot, atau
badan terasa kaku. Pada kekakuan otot, pasien merasa badan sangat berat
sehingga diperlukan tenaga lebih untuk bergerak. Vitamin B kompleks dapat
digunakan untuk mengurangi gejala di atas. Setiap 1 tablet suplemen
mengandung vitamin B1 sebanyak 100 mg (miligram), vitamin B6 sebanyak
200 mg, dan vitamin B12 200 mcg (mikrogram). Dosis konsumsi yang
dianjurkan yaitu 1 tablet sehari (Murray, 2000). Pada pasien di berikan 2 tablet
sehari.
Penatalaksanaan berdasarkan teori adalah :
1. Informasi dan edukasi
2. Farmakoterapi
a.
27
b.
3. Terapi nonfarmakologik
a.
b.
4. Invasif nonbedah
a. Blok saraf dengan anestetik lokal.
b. Injeksi steroid (metilprednisolon) pada epidural untuk mengurangi
pembengkakan edematous sehingga menurunkan kompresi pada radiks
saraf.
5. Bedah
a. Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari 4 minggu : nyeri
berat / intractable / menetap / progresif.
b. Defisit neurologik memburuk.
c. Sindroma kauda.
Stenosis kanal : setelah terapi konservatif tidak berhasil. Terbukti adanya
kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan radiologik.
28
dan dapat diikuti terbatasnya gerakan leher dan rasa sakit pada penekanan
tulang dan kadang-kadang disertai parestesi pada lengan.
b.
Radikulopati Torakal
Radikulopati torakal merupakan bentuk yang relatif jarang dari kompresi
saraf pada punggung tengah. Daerah ini strukturnya tidak banyak
membengkok seperti pada daerah lumbal atau servikal. Hal ini
menyebabkan area torakal lebih jarang menyebabkan sakit pada spinal.
Kasus yang sering ditemukan pada bagian ini adalah nyeri pada infeksi
herpes zoster.
c.
Radikulopati Lumbal
Radikulopati lumbal merupakan problema yang sering terjadi yang
disebabkan oleh iritasi atau kompresi radiks saraf daerah lumbal. 2 level
terendah (L4-L5) dan (L5-S1) memiliki tegangan gerakan yang paling
fleksi dan ekstensi, serta merupakan lokasi cedera yang paling sering.
Gejala radikulopati lumbal dapat berupa nyeri yang biasanya terjadi tibatiba, bersifat hebat dan tajam, menjalar ke belakang tungkai kadangkadang sampai tumit. Nyeri pada radikulopati lumbal dapat diperberat
dengan batuk atau bersin. Radikulopati lumbal sering juga disebut siatika.
DAFTAR PUSTAKA
29
Departemen Farmakologi dan Terapeutik UI. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi
5. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Gunawan A, 2009. Perbandingan Efek Analgesik antara Parasetamol dengan
kombinasi Parasetamol dan Kafein pada Mencit. Available from:
http://eprints.ums.ac.id. Diakses pada 17 Januari 2016.
Hartanto. H, 2011. Kamus Kedokteran Dorland edisi ke 29 ECG.
Keskin HL, Keskin EA, Avsar AF, Tabuk M, Caglar GS. Pethidine versus
Tramadol For Painrelief during Labor. Int. J. gynecol & Obstet. 2003; 82:
11 16
Mardjono M, 2004. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat, Jakarta. 322
Murray R K, et al. Harpers Biochemistry 25th ed. Appleton & Lange. America
2000 ,page
Nasution, Y.A., 2009. Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat
Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Available
from: http://repository.usu.ac.id. Diakses pada 17 Januari 2016.
Rowland LP. Merritts textbook of neurology. 7th ed. Philadelphia : Lea &Febiger,
1984: 304-309
Smith, Howard MD. Potential Analgesic Mechanisms of Acetaminofen. Pain
Physician Journal. 2009
Snell, Richard S. Neuroanatomi Klinik. EGC.Jakarta : 2006.
WHO. Guidelines on the pharmacological treatment of persisting pain in children
with medical illness. France. 2012
30