LATAR BELAKANG
Dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional dokter keluarga menempati
ranah pelayanan primer sedangkan dokter spesialis menempati ranah pelayanan
sekunder. Dokter keluarga sebagai penyelenggara pelayanan primer, harus bekerja
keras agar dapat menyelesaikan semua jenis masalah kesehatan yang diderita
pesiennya tanpa memandang jenis kelamin, sistem organ, jenis penyakit, golongan
usia, dan status sosialnya. Dokter keluarga terutama bertugas meningkatkan taraf
kesehatan pasien, mencegah timbulnya penyakit, segera membuat diagnosis dan
mengobati penyakit yang ditemukan, mencegah timbulnya cacat, serta mengatasi
keterbatasan akibat penyakit.
Salah satu keadaan yang harus ditangani oleh dokter keluarga adalah
Hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan penting di seluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi dan
terus meningkat serta hubungannya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke,
retinopati, dan penyakit ginjal.
Kini prevalensi hipertensi terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya
hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir
di setiap negara, hipertensi menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang
paling sering dijumpai. Menurut laporan pertemuan WHO di Jenewa tahun 2002
didapatkan prevalensi penyakit hipertensi 15-37% dari populasi penduduk dewasa
di dunia.
Mengingat sifat pengobatan penyakit hipertensi yang harus terus dilakukan
seumur hidup, maka peran serta keluarga akan sangat berpengaruh baik dalam
menjamin kelangsungan terapi maupun pengontrolan kondisi penyakit kearah
yang lebih baik sehingga perburukan ataupun komplikasi dapat dicegah. Oleh
karena itu diperlukan suatu pendekatan dokter keluarga agar penatalaksaan yang
diberikan dapat optimal. Pembinaan ini penting dilakukan untuk mengetahui
pendekatan kedokteran keluarga yang baik dan dapat optimal terutama pada kasus
yang bersangkutan.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian cross sectional, deskriptif
melaui wawancara langsung pada pasien. Data yang digunakan berupa kebiasaan
pasien, dan data faktor-faktor resiko hipertensi, seperti faktor genetik dan pola
makan yang tinggi garam. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan
diagnosa hipertensi dengan keluhan kepala pusing dan kaku pada leher dan bahu
dan pada pemeriksaan fisik didapatkan tensi melebihi batas normal.
Akan tetapi penelitian pada studi cross sectional terdapat beberapa
kelemahan yaitu kurang dapat menggambarkan proses perkembangnya penyakit,
faktor-faktor risiko tidak dapat diukur secara akurat karena keterbatasan sarana
pemeriksaan, dan kurangnya waktu yang didapatkan untuk melanjutkan survey.
Selain itu, penelitian dengan studi ini tidak menggambarkan perjalanan penyakit,
insiden, maupun prognosis penyakit.
Bahan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey antara
lain:
Cara
Cara survey yang dilakukan adalah dengan metode wawancara tatap muka
(face to face interview).
Lokasi dan waktu survey
Survey dilakukan di puskesmas Maradekaya Jl. Sungai Saddang Baru
pada tanggal 2 Mei 2016
HASIL
Seorang perempuan Ny. H umur 52 tahun datang puskesmas Maradekaya
dengan keluhan kepala pusing sejak 3 hari yang lalu. Rasa pusing dirasakan
hilang timbul. Pusing dirasakan terutama bila pasien kurang istirahat. Nyeri
kepala dirasakan di kepala bagian bawah disertai rasa pegal dan kaku pada leher
dan bahu. Adanya keluhan mual, muntah, sesak, dan nyeri dada disangkal pasien.
BAB dan BAK pasin teratur dan lancar. Pasien memiliki riwayat stroke sejak
10 tahun yang lalu, setelah mengalami stroke pasien rajin minum obat dan
kefisioterapi. Tetapi akhir-akhir ini pasien tidak teratur minum obatnya. Riwayat
hipertensi dalam keluarga ada yaitu orang tua pasien.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tampak sakit
ringan. Tanda vital: tekanan darah 170/100, nadi 88 x/menit, nafas 20 x/menit.
Status generalisata dalam batas normal. Status gizi pasien baik: berat badan 60 kg,
tinggi badan 155 cm.
Pasien merupakan ibu rumah tangga dan tinggal bersama suami, anak,
menantu dan cucunya dirumah milik sendiri. Pasien bekerja sebagai ibu rumah
tangga.
Gambar 1. Genogram
dan bahu.
Axis 2 : Diagnosis kerja yang ditegakkan adalah hipertensi
Axis 3: Risiko internal berupa mengkonsumsi makanan tinggi garam,
pasien tidak teratur minum obat, dan adanya riwayat keluarga yaitu orang
tua pasien
Axis 4: Risiko eksternal berupa pendapatan keluarga yang kurang
Axis 5: Skala fungsional pasien derajat 1, yaitu dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari tidak ada kesulitan.
Tindakan yang dilakukan meliputi tindakan terhadap pasien dan kelurga. Pada
pasien diberikan Amlodipin 5 mg dan edukasi untuk menghindari makanan tinggi
garam dan olahraga teratur. Pada keluarga diberikan edukasi tentang penyakit
hipertensi membutuhkan pengobatan yang berkelanjutan dan memerlukan
ketekunan berobat maka diperlukan dukungan keluarga.
Skor
Awal
Upaya
penyelesaian
Skor
Akhir
Fungsi biologis
-orang tua dan pasien
menderita hipertensi
Fungsi ekonomi
- pendapatan keluarga
rendah
Faktor perilaku
kesehatan
-pasien jarang kontrol
berobat
-pasien tidak pernah
olahraga
-pola makan tinggi
garam
Total Skor:
Rata- rata skor :
Edukasi mengenai
penyakit dan
pencegahannya
Terselenggara
penyuluhan
Motivasi untuk
menambah
penghasilan di
waktu luang
Keluarga berniat
memanfaatkan waktu
luang untuk
memperoleh
penghasilan tambahan
- edukasi akan
pentingnya berobat
- Menganjurkan
untuk olahraga
- Menganjurkan
pasien merubah
pola makan yang
rendah garam
2
3
12
2,4
4
5
21
4,2
PEMBAHASAN
Studi kasus yang dilakukan pada pasien Ny. H usia 57 tahun, dengan
keluhan . Rasa pusing dirasakan hilang timbul. Pusing dirasakan terutama bila
pasien kurang istirahat. Nyeri kepala dirasakan di kepala bagian bawah disertai
rasa pegal dan kaku pada leher dan bahu.
Diagnosis hipertensi ditegakkan atas dasar keluhan rasa pusing dan nyeri
kepala serta rasa kaku pada leher dan bahu. Pada pemeriksaan tanda vital
waktu luang, seperti berdagang atau bekerja paruh waktu. Masalah perilaku
kesehatan pasien yang jarang kontrol dan pola makan yang tinggi garam maka
dari itu pasien dan keluarga diberikan edukasi untuk menghindari makanan tinggi
garam dan meminta bantuan keluarga untuk memotivasi pasien untuk rajin kontrol
di puskesmas,
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2014. Dokter Keluarga. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
2. Sidabutar, R. P., Wiguno P. Hipertensi Essensial. Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 1999. p: 210.
6. Anonim.
Hipertensi.
2015.
http://medicastore.com/penyakit/
4/Tekanan_Darah_Tinggi_Hipertensi.html
Tersedia
dalam