Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS

Pendekatan Kedokteran Keluarga


pada Penatalaksanaan Hipertensi
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Abstrak: Studi kasus ini menyajikan penatalaksanaan hipertensi pada seorang


pasien dengan pendekatan kedokteran keluarga yang bersifat holistik,
komprehensif, terpadu,dan berkesinambungan. Didapatkan perbaikan masalah
klinis pasien. Dilaksanakan pula pemutusan rantai penyebaran dengan perbaikan
perilaku kesehatan pasien, keluarga, dan komunitas sekitar, serta perbaikan
lingkungan.
Kata kunci: hipertensi, kedokteran keluarga

Family Medicine Approach on Hypertension


Department of Community Medicine, Faculty of Medicine University of Hasnuddin

Abstract: The case study presents management of hypertension with holistic,


comprehensive, integrated, and continuous family medicine approach. The symptoms
of hypertension are clinically recovered. Infection chain was stopped by improving
health behavior of the patient, his family, and environmental condition.
Keywords. Hypertension, family medicine

LATAR BELAKANG
Dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional dokter keluarga menempati
ranah pelayanan primer sedangkan dokter spesialis menempati ranah pelayanan
sekunder. Dokter keluarga sebagai penyelenggara pelayanan primer, harus bekerja
keras agar dapat menyelesaikan semua jenis masalah kesehatan yang diderita
pesiennya tanpa memandang jenis kelamin, sistem organ, jenis penyakit, golongan
usia, dan status sosialnya. Dokter keluarga terutama bertugas meningkatkan taraf
kesehatan pasien, mencegah timbulnya penyakit, segera membuat diagnosis dan
mengobati penyakit yang ditemukan, mencegah timbulnya cacat, serta mengatasi
keterbatasan akibat penyakit.
Salah satu keadaan yang harus ditangani oleh dokter keluarga adalah
Hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan penting di seluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi dan
terus meningkat serta hubungannya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke,
retinopati, dan penyakit ginjal.
Kini prevalensi hipertensi terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya
hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir
di setiap negara, hipertensi menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang
paling sering dijumpai. Menurut laporan pertemuan WHO di Jenewa tahun 2002
didapatkan prevalensi penyakit hipertensi 15-37% dari populasi penduduk dewasa
di dunia.
Mengingat sifat pengobatan penyakit hipertensi yang harus terus dilakukan
seumur hidup, maka peran serta keluarga akan sangat berpengaruh baik dalam
menjamin kelangsungan terapi maupun pengontrolan kondisi penyakit kearah
yang lebih baik sehingga perburukan ataupun komplikasi dapat dicegah. Oleh
karena itu diperlukan suatu pendekatan dokter keluarga agar penatalaksaan yang
diberikan dapat optimal. Pembinaan ini penting dilakukan untuk mengetahui

pendekatan kedokteran keluarga yang baik dan dapat optimal terutama pada kasus
yang bersangkutan.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian cross sectional, deskriptif
melaui wawancara langsung pada pasien. Data yang digunakan berupa kebiasaan
pasien, dan data faktor-faktor resiko hipertensi, seperti faktor genetik dan pola
makan yang tinggi garam. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan
diagnosa hipertensi dengan keluhan kepala pusing dan kaku pada leher dan bahu
dan pada pemeriksaan fisik didapatkan tensi melebihi batas normal.
Akan tetapi penelitian pada studi cross sectional terdapat beberapa
kelemahan yaitu kurang dapat menggambarkan proses perkembangnya penyakit,
faktor-faktor risiko tidak dapat diukur secara akurat karena keterbatasan sarana
pemeriksaan, dan kurangnya waktu yang didapatkan untuk melanjutkan survey.
Selain itu, penelitian dengan studi ini tidak menggambarkan perjalanan penyakit,
insiden, maupun prognosis penyakit.
Bahan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey antara
lain:

Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama


wawancara

Kamera digital: Berfungsi sebagai alat untuk memotret kegiatan dan


lingkungan rumah pasien

Cara

Cara survey yang dilakukan adalah dengan metode wawancara tatap muka
(face to face interview).
Lokasi dan waktu survey
Survey dilakukan di puskesmas Maradekaya Jl. Sungai Saddang Baru
pada tanggal 2 Mei 2016

HASIL
Seorang perempuan Ny. H umur 52 tahun datang puskesmas Maradekaya
dengan keluhan kepala pusing sejak 3 hari yang lalu. Rasa pusing dirasakan
hilang timbul. Pusing dirasakan terutama bila pasien kurang istirahat. Nyeri
kepala dirasakan di kepala bagian bawah disertai rasa pegal dan kaku pada leher
dan bahu. Adanya keluhan mual, muntah, sesak, dan nyeri dada disangkal pasien.
BAB dan BAK pasin teratur dan lancar. Pasien memiliki riwayat stroke sejak
10 tahun yang lalu, setelah mengalami stroke pasien rajin minum obat dan
kefisioterapi. Tetapi akhir-akhir ini pasien tidak teratur minum obatnya. Riwayat
hipertensi dalam keluarga ada yaitu orang tua pasien.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tampak sakit
ringan. Tanda vital: tekanan darah 170/100, nadi 88 x/menit, nafas 20 x/menit.
Status generalisata dalam batas normal. Status gizi pasien baik: berat badan 60 kg,
tinggi badan 155 cm.
Pasien merupakan ibu rumah tangga dan tinggal bersama suami, anak,
menantu dan cucunya dirumah milik sendiri. Pasien bekerja sebagai ibu rumah
tangga.

Gambar 1. Genogram

Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi, digunakan


konsep Mandala of Health (Gambar 2). Diagnosis holistik yang ditegakkan pada
pasien adalah sebagai berikut:

Axis 1 : Alasan kedatangan pasien adalah kepala pusing hilang timbul


terutama bila kurang istirahat. Nyeri kepala disertai rasa kaku pada leher

dan bahu.
Axis 2 : Diagnosis kerja yang ditegakkan adalah hipertensi
Axis 3: Risiko internal berupa mengkonsumsi makanan tinggi garam,
pasien tidak teratur minum obat, dan adanya riwayat keluarga yaitu orang

tua pasien
Axis 4: Risiko eksternal berupa pendapatan keluarga yang kurang
Axis 5: Skala fungsional pasien derajat 1, yaitu dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari tidak ada kesulitan.

Tindakan yang dilakukan meliputi tindakan terhadap pasien dan kelurga. Pada
pasien diberikan Amlodipin 5 mg dan edukasi untuk menghindari makanan tinggi
garam dan olahraga teratur. Pada keluarga diberikan edukasi tentang penyakit
hipertensi membutuhkan pengobatan yang berkelanjutan dan memerlukan
ketekunan berobat maka diperlukan dukungan keluarga.

Tabel 1. Skoring Kemampuan Penyelesain Masalah Keluarga


Masalah

Skor
Awal

Upaya
penyelesaian

Resume Hasil Akhir

Skor
Akhir

Fungsi biologis
-orang tua dan pasien
menderita hipertensi

Fungsi ekonomi
- pendapatan keluarga
rendah

Faktor perilaku
kesehatan
-pasien jarang kontrol
berobat
-pasien tidak pernah
olahraga
-pola makan tinggi
garam

Total Skor:
Rata- rata skor :

Edukasi mengenai
penyakit dan
pencegahannya

Terselenggara
penyuluhan

Motivasi untuk
menambah
penghasilan di
waktu luang

Keluarga berniat
memanfaatkan waktu
luang untuk
memperoleh
penghasilan tambahan

- edukasi akan
pentingnya berobat
- Menganjurkan
untuk olahraga
- Menganjurkan
pasien merubah
pola makan yang
rendah garam

-pasien berjanji akan


kontrol tiap bulan
-pasien berniat mulai
olahahraga
-pasien dan keluarga
mulai menghindari
makanan tinggi garam

2
3

12
2,4

4
5

21
4,2

PEMBAHASAN
Studi kasus yang dilakukan pada pasien Ny. H usia 57 tahun, dengan
keluhan . Rasa pusing dirasakan hilang timbul. Pusing dirasakan terutama bila
pasien kurang istirahat. Nyeri kepala dirasakan di kepala bagian bawah disertai
rasa pegal dan kaku pada leher dan bahu.
Diagnosis hipertensi ditegakkan atas dasar keluhan rasa pusing dan nyeri
kepala serta rasa kaku pada leher dan bahu. Pada pemeriksaan tanda vital

didapatkan tensi 170/100 mmHg. Penegakkan diagnosis hipertensi hanya dapat


ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran tekanan darah pada kunjungan
yang berbeda dimana tekanan melebihi normal 140/90 mmHg.
Faktor risiko hipertensi di bagi dua yaitu Faktor yang tidak dapat seperti
Usia , jenis kelamin, riwayat keluarga dan genetik dan Faktor yang dapat diubah
seperti merokok, konsumsi garam/makanan asin, konsumsi minuman beralkohol
dan kurangnya aktivitas/olahraga.
Pada kunjungan pasien ke puskesmas terapi medikamentosa yag diberikan
adalah Amlodipin 5 mg. Amlodipin termasuk dalam golongan obat antagonis
kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium) bekerja menghambat
infulks masuknya ion kalsium melalui membran kedalam otot polos vaskular dan
otot jantung. Terapi non medikamentosa berupa edukasi yang diberikan adalah
mengenai penyakit darah tinggi (hipertensi), faktor resiko, komplikasi penyakit,
komplikasi jika tidak minum obat teratur serta penanganan penyakit tersebut, agar
merubah pola hidup sehari-hari menjadi lebih sehat dan olahraga teratur, minum
obat teratur. Apabila terdapat keluhan segera memeriksakan diri ke puskesmas
atau ke dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
Pembinaan yang diberikan terhadap pasien dan keluarga meliputi
melakukan pemeriksaan kepada pasien dan mengamati keadaan kesehatan rumah
dan lingkungan sekitar, Pembinaan juga meliputi penyakit penyakit yang dapat
terjadi berhubungan dengan usia dan kesehatan rumah. Dalam menatalaksana
pasien, seorang dokter perlu memperhatikan pasien seutuhnya, tidak hanya tanda
dan gejala penyakit namun juga psikologisnya. Pembinaan keluarga yang
dilakukan pada kasus ini tidak hanya mengenai penyakit pasien, tetapi juga
mengenai masalah-masalah lainnya seperti fungsi ekonomi dan pemenuhan
kebutuhan keluarga, perilaku kesehatan keluarga, dan lingkungan.
Masalah ekonomi yang dialami rendahnya pendapatan keluarga dimana
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sandang. Keluarga
dimotivasi untuk menambah sumber pendapatan tambahan melalui pemanfaatan

waktu luang, seperti berdagang atau bekerja paruh waktu. Masalah perilaku
kesehatan pasien yang jarang kontrol dan pola makan yang tinggi garam maka
dari itu pasien dan keluarga diberikan edukasi untuk menghindari makanan tinggi
garam dan meminta bantuan keluarga untuk memotivasi pasien untuk rajin kontrol
di puskesmas,

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2014. Dokter Keluarga. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
2. Sidabutar, R. P., Wiguno P. Hipertensi Essensial. Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 1999. p: 210.

3. Tjokronegoro dan H. Utama.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam II. In: E.


Susalit, E.J. Kapojos, dan H.R. Lubis ed. Hipertensi Primer. Jakarta: Gaya
Baru; 2001. p: 453-456.
4. Hipertensi. WHO. 2001. [Diakses pada: 3 September 2015]. Diunduh dari:
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21480/5/Chapter
%20I.pdf)
5. Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan
Hipertensi. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.

6. Anonim.

Hipertensi.

2015.

http://medicastore.com/penyakit/
4/Tekanan_Darah_Tinggi_Hipertensi.html

Tersedia

dalam

Anda mungkin juga menyukai