Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
Oleh:
dr. Sri Rezki Yuniarti
Pendamping:
dr. Hj. Dahlia Abbas
PUSKESMAS BARABARAYA
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN
PERIODE FEBRUARI - JUNI 2018
1
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
HALAMAN PENGESAHAN
2
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
A. LATAR BELAKANG
Sebagian besar kehamilan berlangsung normal dan tanpa perlu disertai
dengan intervensi medis. Salah satu tujuan perawatan antenatal adalah
memungkinkannya proses surveillance terhadap semua kehamilan sehingga dapat
melakukan deteksi komplikasi sedini mungkin. Di negara berkembang, banyak
ibu hamil yang tidak memperoleh perawatan antenatal yang memadai dan hal ini
dapat menyebabkan akibat yang serius. Perdarahan yang merupakan penyebab
utama kematian ibu adalah merupakan akibat dari anemia dalam kehamilan yang
tidak dikenali secara dini atau tidak mendapatkan perhatian yang memadai.(1)
Asuhan antenatal penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan
berjalan normal dan tetap demikian seterusnya. Pengawasan selama kehamilan itu
berjalan sangatlah penting karena kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat.
Sekarang ini sudah umum diterima bahwa setiap kehamilan membawa risiko
bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil
akan mengalami komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat
mengancam jiwanya. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah besar akan
mengalami suatu komplikasi atau masalah yang bisa berakibat fatal. Survei demografi
dan kesehatan yang dilaksanakan pada tahun 1997 menyatakan bahwa dari tahun
1992 sampai 1997, terdapat 26% wanita dengan kelahiran hidup mengalami
komplikasi. Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara
teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu
dan bayi menurun.(2)
Pelayanan kebidanan terdiri atas pengawasan serta penanganan wanita dalam
masa hamil, persalinan, perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan,
perawatan bayi, serta pemeliharaan laktasi. Dalam arti yang lebih luas usaha-usaha
dimulai lebih dahulu dengan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan para remaja
yang sebagai calon ayah dan ibu, dan dengan membantu mereka dalam
3
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
B. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil
akan mengalami komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat
mengancam jiwanya. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah besar akan
mengalami suatu komplikasi atau masalah yang bisa berakibat fatal. Survei demografi
dan kesehatan yang dilaksanakan pada tahun 1997 menyatakan bahwa dari tahun
1992 sampai 1997, terdapat 26% wanita dengan kelahiran hidup mengalami
komplikasi. Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara
teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu
dan bayi menurun.(2)
Di Makassar, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Bara Barayya, tidak
semua ibu mengerti pentingnya pemeriksaan Antenatal Care pada kehamilan.
Keadaan ini disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari ketidak tahuan ibu akan
pentingnya Antenatal Care atau pun kesibukan ibu.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka pengetahuan masyakarat khususnya
pemahaman ibu hamil serta keluarga pentingnya pemeriksaan Antenatal Care.
C. PEMILIHAN INTERVENSI
Oleh karena permasalahan yang terjadi di atas, maka kami bermaksud
untuk mengadakan penyuluhan kesehatan dengan cara konseling tentang
Pentingnya Pemeriksaan Antenatal Care”. Materi yang dijelaskan mengenai
pengertian pemeriksaan antenatal care, tujuan pemeriksaan, jumlah kunjungan
minimal antenatal care.
D. PELAKSANAAN
Konseling dilakukan bersamaan pemeriksaan Antenatal Care di
Puskesmas Bara Barayya pada hari/tanggal Senin, 26 Maret 2018.
4
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
E. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Dokter bersama tim medis lainnya datang tepat waktu di Puskesmas
2. Evaluasi Proses
Peserta yang ikut serta kurang lebih 13 orang. Pelaksanaan konseling
berjalan sebagaimana yang diharapkan dimana peserta memperhatikan
materi yang disampaikan dan sebagian besar peserta aktif melontarkan
pertanyaan.
3. Evaluasi Hasil
Hampir sebagian besar peserta yang hadir telah memahami apa yang
disampaikan pemateri
5
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Pengawasan wanita hamil atau asuhan antenatal adalah upaya preventif
program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan
neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
Esensi yang diuraikan oleh American Academy of Pediatrics dan
American College of Obstetricians and Gynecologists (2007) sebagai “Suatu
program perawatan antepartum paripurna yang melibatkan pendekatan terpadu
terhadap perawatan medis dan dukungan psikososial yang secara optimal dimulai
sebelum konsepsi dan berlanjut sepanjang periode antepartum”. (3)
Yang diharapkan pada Antenatal Care adalah perawatan yang ditujukan
kepada ibu hamil, yang bukan saja bila ibu sakit dan memerlukan perawatan,
tetapi juga pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar tidak terjadi kelainan
sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat. Antenatal care meliputi:
1. Antenatal Care (ANC) adalah Pengawasan sebelum persalinan
terutamaditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janindalam
rahim.
2. Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu
proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.
1. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya
(menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak)
2. Menyiapkan fisik dan mental ibu dengan sebaik-baiknya serta
menyelamatkan ibu dan anak selama masa kehamilan, persalinan dan nifas
guna tetap sehat dan normal postpartus.1
6
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
B. PELAYANAN ANTENATAL.1,2
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dijelaskan pada Antenatal Care,
antara lain :
1. Makanan (diet) ibu hamil harus mendapat perhatian terutama mengenai
jumlah kalori dan protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan
kesehatan ibu. Jumlah kalori yang dibutuhkan oleh ibu hamil setiap harinya
adalah 2.500 kalori. Pengetahuan berbagai jenis makanan yang dapat
memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara
rinci dan bahasa yang dimengerti oleh ibu hamil dan keluarganya. Jumlah
kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan
faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat
badan sebaiknya tidak melebihi 10-12 kg selama hamil.
- Protein (obstetri fisiologi)
Jumlah protein yang diperlukan ibu hamil adalah 85 gram per hari.Jumlah
ini lebih banyak dari kebutuhan protein wanita tidak hamil, karena pada
wanita hamil metabolisme bertambah untuk pertumbuhan janin,
pertumbuhan rahim, pertumbuhan buah dada, dan untuk pertambahan
volume darah.Sumber protein dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan
(kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, telur).Defisiensi protein
dapat menyebabkan kelahiran premature, anemia, dan edema.
- Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari.Kalsium
dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot
dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju,
yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan
riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
- Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan
oksigenasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan penghantaran
7
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
8
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
9
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
Perawatan Payudara
Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera
berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara untuk
mengeluarjan sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus, sebaiknya
dilakukan secara hati-hati san benar karena pengurutan yang salah dapat
menimbulkan kontraksi pada rahim. Membasahi areola dan puting susu secara
lembut dapat mencegah retak dan lecet. Untuk sekresi yang mongering pada
puting susu, lakukan pembersihan dengan menggunakan campuran gliserin
dan alkohol. Karena payudara menegang, sensitive, dan menjadi lebih berat,
maka gunakan penopang payudara yang sesuai (brassiere).
Perawatan Gigi
Paling tidak dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selam kehamilan, yaitu
pada trimester pdertama dan ketiga. Penjadwalan pada trimester pertam
dikaitkan dengan hiperemesis dan ptialisme (produksi air liur yang berlebihan)
sehingga kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga.Pada trimester ketiga
terkait dengan adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga
perlu diketahui apakah terdapat pengaruh yang merugikan pada gigi ibu
hamil.Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil
sangat rentan terhadap terjadinya caries dan gingivitis.
6. Buang air besar, pada wanita hamil kemungkinan mengalami obstipasi karena
kurang gerak badan, peristaltik usus kurang karena pengaruh hormon, dan
tekanan rektum oleh kepala. Akibat obstipasipanggu berisi penuh oleh usus
yang berisi feces dan uterus yang membesar, maka hal tersebut dapat
menimbulkan bendungan di dalam panggul.Bendungan ini memudahkan
timbulnya haemorroid dan pyelitis.Pencegahannya ialah dengan minum
banyak air, gerak badan yang cukup, makan yang banyak mengandung serat
seperti sayur dan buah.
7. Coitus, pada wanita yang mudah keguguran sebaiknya tidak melakukan
coitus pada hamil muda. Jika ingin melakukan coitus pada hamil muda, harus
dilakukan secara hati-hati. Coitus pada akhir kehamilan juga lebih baik
dihindarkan, karena kadang-kadang menimbulkan infeksi pada persalinan dan
10
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
nifas serta dapat memecahkan ketuban pada multipara. Selain itu sperma
mengandung prostaglandin yang dapat menimbulkan kontraksi uterus.
8. Kesehatan jiwa, karena ketenangan jiwa sangatlah penting dalam menghadapi
persalinan sehingga bukan saja dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan
fisik tetapi juga latihan kejiwaan.
11
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
12
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
D. FUNGSI ANC.1
Untuk dapat mendeteksi sedini mungkin segala kelainan yang terdapat
pada ibu dan janinnya, dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik mulai dari
anamnesa yang teliti sampai dapat ditegakkan diagnosa diferensial dan diagnosa
sementara beserta prognosisnya, sehingga dapat memilah apakah ibu ini dan
janinnya tergolong Kehamilan Resiko Tinggi / non Kehamilan Resiko Tinggi dan
apakah perlu segera dirawat untuk pertolongan selanjutnya, sehingga didapatkan
hasil ibu dan anak sehat fisik serta mental yang optimal.
a. Anamnesa
Anamnesa dimulai dari anamnesa pribadi seperti nama, umur, pendidikan,
suku/ bangsa, pendapatan perbulan, alamat, baik ibu maupun suaminya. Dari
anamnesa pribadi dapat diambil sesuatu mengenai nilai sosial, budaya, ekonomi,
agama dan lingkungannya, yang dapat mempengaruhi kondisi ibu dan
keluarganya. Umur penting, karena ikut menentukan prognosa kehamilan.Kalau
umur terlalu lanjut atau terlalu muda maka persalinan lebih banyak resikonya.
Kondisi lingkungan seta kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan,
misalnya tempat tinggal (daerah kumuh/miskin), kita dapat memprediksi apakah
ibu ini tergolong Kehamilan Resiko Tinggi non Kehamilan Resiko Tinggi.
Anamnesa keluhan utama yang dirasakan saat ini dan keluhan tambahan
ditanyakan jenis dan sifat gangguan yang dirasakan serta lamanya mengalami
13
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
gangguan tersebut, kemudian ditelaah anamnese utama tersebut lebih rinci. Juga
dianamnese mengenai riwayat hamil muda, apakah ada pening, mual, muntah,
hipersalivasi (emesis gravidarum) dan hiperemesis gravidarum.
Riwayat hamil yang sekarang, apakah ada mual, muntah, hipersalivasi,
bagaimana dengan nafsu makan, miksi ( kencing ), defekasi ( BAB ), tidur,
apakah ada trauma abdomen (perut), Bila mulai merasa pergerakan anak, kalau
kehamilan masih muda adakah mual, muntah, sakit kepala, perdarahan, kalau
kehamilan sudah tua adakah bengkak di kaki atau muka, sakit kepala, perdarahan,
sakit pinggang, dll. Edema dalam kehamilan dapat disebabkan oleh toxaemia
gravidarum atau oleh tekanan rahim yang membesar pada vena-vena dalam
panggul yang mengalirkan darah dari kaki, tetapi juga oleh defisiensi vitamin B1,
hipoproteinemia, dan penyakit jantung.
Anamnesa mengenai riwayat persalinan sebelumnya dan bagaimana
proses persalinannya, apakah spontan atau operatif obstetri, apakah pernah
abortus, partus immaturus, prematurus sebelumnya. Kemudian apakah anaknya
masih hidup sampai sekarang, atau meninggal disebabkan penyakit apa, apakah
pernah melahirkan anak kembar, kelainan kongenital (cacat bawaan), dan lain-
lain, sehingga kita dapat menyimpulkan apakah ibu tergolong dalam Bad
Obstetrics History (BOH) / riwayat obstetri yang jelek.
Anamnesa mengenai haid, menarche, teratur atau tidak, siklus,
banyaknya, lamanya, apakah ada dismenorea, fluor albus, pruritus vulvae ( gatal
pada kemaluan ),usia kehamilan, kapan hari pertama haid terakhir, sehingga kita
dapat menentukan taksiran tanggal persalinannya (TTP). Bila hari pertama haid
terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalinan memakai
rumus Naegele :
TTP = hari+7 , bulan -3 , tahun + 1 HT
Anamnesa mengenai penyakit-penyakit yang pernah diderita sebelum dan
selama hamil ini Apakah pernah DM, Tifus, Hepatitis, HIV, Sifilis, Herpes
Genitalia Rubella, sakit Jantung, sakit Paru, sakit Ginjal, sakit Tiroid, Anemia,
apakah ibu ini perokok, alkoholism dan obat-obatan terutama narkoba, dan lain-
lain.
14
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Status Present (kondisi saat ini): Keadaan umum Kesadaran,
keadaan emosional, gizi, nadi, TD, Pernafasan, Cyanose, Dyspnoe, suhu, anemis,
turgor, berat badan,tinggi badan.Bila ada tanda-tanda kedaruratan, maka ibu
segera dikirim ke ruang rawat inap untuk penanganan selanjutnya.
Pemeriksaan status lokalis : kepala, muka, cloasma gravidarum, mulut,
gigi(apakah ada caries), tonsil/faring (apakah ada tonsilitis/faringitis), hal ini
perlu diperhatikan karena merupakan infeksi fokal yang dapat menyebabkan
gangguan pada ibu hamil dan janinnya yang lebih serius, pemeriksaan mata,
kuping, hidung, rambut, kelenjar tiroid, dan lain-lain.
Pada pemeriksaan inspeksi abdomen diperiksa bentuk dan ukuran
abdomen, varises, jaringan parut, gerakan janin dan lain-lain. Selain itu juga perlu
dilakukan pemeriksaan palpasi dimana diminta berbaring terlentang, kepala dan
bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di
sebelahkanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi bimanual
terutama pada pemeriksaan perut dan payudara. Palpasi abdomen dilakukan untuk
menentukan besar dan konsistensi rahim (tinggi fundus), bagian-bagian janin,
letak dan presentasi, gerakan janin, sejauh mana bagian terbawah bayi masuk
pintu atas panggul, dan kontraksi Rahim Braxton-Hicks dan hiss.Palpasi dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :4
1. Knebel
Palpasi dilakukan guna menentukan letak kepala dengan cara bagian
bawah dipegang dan fundus uteri digerakkan ke kiri dan kanan.Jika
gerakan bagian bawah negatif, maka artinya kepala.Bila positif, artinya
bokong.
2. Budin
Palpasi dilakukan guna menentukan letak punggung anak dengan cara
tangan kiri menekan fundus uteri ke bawah, akan dirasakan bagian mana
yang memberi tahanan besar.
3. Leopold
15
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
LEOPOLD I
- Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita, dan melihat ke arah muka
penderita
- Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.
- Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan dan
tentukan konsistensi uterus
- Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau
kepala atau kosong).Sifat kepala ialah keras, bundar, dan melenting,
sifat bokong ialah lunak, kurang bundar, dan kurang melenting, pada
letak lintang fundus uteri kosong.
LEOPOLD II
- Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai
disamping kiri dan
- kanan umbilikus.
- Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi
denyut jantung
- janin nantinya.
16
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
LEOPOLD III
- Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat
menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien
- Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan
kanan untuk menentukan bagian terbawah janin
- Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan
apakah sudah mengalami engagement atau belum.
17
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
LEOPOLD IV
- Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki
pasien.
- Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian
terendah janin.
- Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas
panggul, dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga
panggul.
- Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari bagian terbawah
dari kepala yang masih teraba dari luar dan :
a. Kedua tangan itu convergent, hanya bagian kecil dari kepala turun
ke dalam rongga.
b. Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari kepala masuk ke
dalam rongga panggul.
c. Jika kedua tangan divergent, maka bagian terbesar dari kepala
masuk ke dalam rongga panggul dan ukuran terbesar dari kepala
sudah melewati pintu atas panggul.
Kalau pada kepala yang telah masuk ke dalam p.a.p kita masukkan tangan
ke dalam rongga panggul maka satu tangan akan lebih jauh masuk,
sedangkan tangan satunya tertahan oleh tonjolan kepala. Tonjolan kepala
pada fleksi disebabkan oleh daerah dahi, sedangkan pada letak defleksi
oleh belakang kepala.Kalau tonjolan kepala bertentangan dengan bagian
18
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
19
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
20
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
1. Conjugata diagonalis.
2. Apakah linea innominata teraba seluruhnya atau hanya sebagian.
3. Keadaan sacrum apakah konkaf dalam arah atas bawah dan dari kiri ke
kanan.
4. Keadaan dinding samping panggul apakah lurus atau konvergen.
5. Apakah spina ischiadicae menonjol.
6. Keadaan os pubis : adakah exostose.
7. Keadaan arcus pubis.
21
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
c. Pemeriksaan penunjang.4
Laboratorium (darah, urin, feses) rutin, bila ada indikasi, kita dapat
melakukan pemeriksaan skrining untuk Sifilis, Triponema Pallidum, VDRL,
HIV.Fetal anomalies dengan amniosintesis, Urine terutama diperiksa atas
glukosa, zat putih telur, dan sedimen. Adanya glukosa dalam urine orang
hamil harus dianggap sebagai gejala penyakit diabetes kecuali kalau kita dapat
membuktikan bahwa hal-hal lain yang menyebabkannya. Pada akhir
kehamilan dan dalam nifas reaksi reduksi dapat menjadi positif oleh adanya
laktosa dalam urine.Zat putih telur positif dalam urine pada nefritis, toxaemia
gravidarum, dan radang dari saluran kencing.
Darah perlu ditentukan Hb 3 bulan sekali karena pada orang hamil sering
timbul anemia karena defisiensi Fe. Selanjutnya perlu diperiksa reaksi
22
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
serologis (WR), golongan darah, dan kadar gula darah. Golongan darah
ditentukan supaya kita cepat dapat mencarikan darah yang cocok jika
penderita memerlukannya.Feses diperiksa atas telur-telur cacing.
USG (dapat mengetahui kelainan kongenital, jumlah air ketuban, posisi
anak, keadaan plasenta, dan lain-lain).Skrining untuk infeksi saluran kencing
dan penyakit hubungan seksual. Pemeriksaan radiologi, kardiotokografi,
amnioskopi, dan pemeriksaan penunjang lain.
Dari seluruh pemeriksaan diatas, dapat dibuat kesimpulan untuk
menegakkan diagnosa.Kehamilannya normal atau tidak.Kemudian dapat
melakukan penyaringan pasien apakah termasuk golongan Kehamilan Resiko
Tinggi atau normal, atau perlu segera rawat inap atas indikasi ibu dan
anak.Hal tersebut penting agar kita dapat mendeteksi kelainan sedini mungkin.
Pada ibu hamil pemeriksaan antenatal memegang peranan penting dalam
perjalanan kehamilan dan persalinannya. Ibu hamil yang tidak memeriksakan
kehamilannya pada tenaga medis akan mengalami resiko kematian 3-7 kali
dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan kehamilannya.
D. JADWAL KUNJUNGAN 1,2
Pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan sedini mungkin ialah segera
setelah seorang wanita merasakan diri hamil, supaya dokter atau bidan
mempunyai waktu yang cukup banyak untuk mengobati atau memperbaiki
keadaan-keadaan yang kurang memuaskan.
a. Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12 - 13 kali
selama kehamilan. Di negara berkembang pemeriksaan Antenatal Care
dilakukan sebanyak 4 kali sudah cukup sebagai kasus tercatat.
1) Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah diketahui terlambat
haidnya satu bulan.
2) Pemeriksaan ulang setiap dua minggu sampai umur kehamilan delapan
bulan.
3) Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah umur kehamilan delapan
bulan sampai terjadinya persalinan.
23
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
24
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
25
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20
minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12 % kehamilan akan
berakhir dengan keguguran yang umumnya 60-80 % disebabkan oelh kelainan
kromosom yang ditemui pada spermatozoa ataupun ovum. Penyebab yang sama
dan menimbulkan gejala perdarahan pada kehamilan muda dan ukuran
pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan atau lebih besar, pada
umumnya disebabkan oleh mola hidantidosa. Perdarahan pada kehamilan muda
dengan uji kehamilan tidak jelas, pembesaran uterus lebih kecil dari seharusnya,
dan adanya massa di adneksa biasanya disebabkan oleh kehamilan ektopik.1,2
Perdarahan pada kehamilan usia lanjut atau di atas 20 minggu pada
umumnya disebabkan oleh plasenta previa. Perdarahan yang terjadi sangat terkait
dengan luas plasenta dan kondisi segmen bawah rahim yang menjadi implantasi
plasenta tersebut. Pada plasenta yang tipis dan menutupi sebagian jalan lahir,
maka umumnya terjadi perdarahan bercak berulang dan apabila segmen bawah
rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit penurunan bagian terbawah janin,
maka perdarahan mulai meningkat hingga tingkatan yang dapat membahayakan
keselamatan ibu. Plasenta yang tebal yang menutupi seluruh jalan lahir dapat
menimbulkan perdarahan hebat tanpa didahului oleh perdarahan bercak atau
berulang sebelumnya.Plasenta previa menjadi penyebab dari 25 % kasus
perdarahan antepartum.1
Bila mendekati saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh solusio
plasenta (40 %) atau vasa previa (5 %) dari keseluruhan perdarah anterpartum.
Preeklampsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai
dengan peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan
preeklampsia. Data informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil
akan sangat membantu petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis
dengan preeklampsia. 2
Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum
Bila hal ini terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dan disertai dengan
riwayat dan tanda-tanda di bawah ini, maka diagnosisnya mengarah pada solusio
26
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan yang keluar (revealed) maupun
tersembunyi (concealed):
- Trauma abdomen
- Preeklampsia
- Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan
- Bagian-bagian janin sulit diraba
- Uterus tegang dan nyeri
- Janin mati dalam rahim2
Peserta Pendamping
27
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
DOKUMENTASI
28
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
LAPORAN KEGIATAN
29
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
DAFTAR PUSTAKA
30