Anda di halaman 1dari 30

F.3.

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga


Berencana (KB)

KONSELING PENTINGNYA ANTENATAL CARE

Oleh:
dr. Sri Rezki Yuniarti

Pendamping:
dr. Hj. Dahlia Abbas

PUSKESMAS BARABARAYA
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN
PERIODE FEBRUARI - JUNI 2018

1
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. Sri Rezki Yuniarti


Judul Laporan : Konseling Pentingnya Antenatal Care

Laporan Konseling Pentingnya Antenatal Care telah disetujui guna melengkapi


tugas Dokter Internsip dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP)
dan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) di bidang Upaya Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

Makassar, 26 Maret 2018


Mengetahui,
Pendamping Dokter Internsip

dr. Hj. Dahlia Abbas

2
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT


UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA)
SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)
KONSELING PENTINGNYA ANTENATAL CARE

A. LATAR BELAKANG
Sebagian besar kehamilan berlangsung normal dan tanpa perlu disertai
dengan intervensi medis. Salah satu tujuan perawatan antenatal adalah
memungkinkannya proses surveillance terhadap semua kehamilan sehingga dapat
melakukan deteksi komplikasi sedini mungkin. Di negara berkembang, banyak
ibu hamil yang tidak memperoleh perawatan antenatal yang memadai dan hal ini
dapat menyebabkan akibat yang serius. Perdarahan yang merupakan penyebab
utama kematian ibu adalah merupakan akibat dari anemia dalam kehamilan yang
tidak dikenali secara dini atau tidak mendapatkan perhatian yang memadai.(1)
Asuhan antenatal penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan
berjalan normal dan tetap demikian seterusnya. Pengawasan selama kehamilan itu
berjalan sangatlah penting karena kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat.
Sekarang ini sudah umum diterima bahwa setiap kehamilan membawa risiko
bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil
akan mengalami komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat
mengancam jiwanya. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah besar akan
mengalami suatu komplikasi atau masalah yang bisa berakibat fatal. Survei demografi
dan kesehatan yang dilaksanakan pada tahun 1997 menyatakan bahwa dari tahun
1992 sampai 1997, terdapat 26% wanita dengan kelahiran hidup mengalami
komplikasi. Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara
teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu
dan bayi menurun.(2)
Pelayanan kebidanan terdiri atas pengawasan serta penanganan wanita dalam
masa hamil, persalinan, perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan,
perawatan bayi, serta pemeliharaan laktasi. Dalam arti yang lebih luas usaha-usaha
dimulai lebih dahulu dengan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan para remaja
yang sebagai calon ayah dan ibu, dan dengan membantu mereka dalam

3
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

mengembangkan sikap yang wajar terhadap kehidupan kekeluargaan serta posisi


keluarga dalam masyarakat. Termasuk pula bimbingan kepada mereka untuk kelak
menjadi ayah dan ibu yang baik serta pengertian tentang soal-soal yang bersangkutan
dengan kesehatan reproduksi.

B. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil
akan mengalami komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat
mengancam jiwanya. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah besar akan
mengalami suatu komplikasi atau masalah yang bisa berakibat fatal. Survei demografi
dan kesehatan yang dilaksanakan pada tahun 1997 menyatakan bahwa dari tahun
1992 sampai 1997, terdapat 26% wanita dengan kelahiran hidup mengalami
komplikasi. Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara
teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu
dan bayi menurun.(2)
Di Makassar, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Bara Barayya, tidak
semua ibu mengerti pentingnya pemeriksaan Antenatal Care pada kehamilan.
Keadaan ini disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari ketidak tahuan ibu akan
pentingnya Antenatal Care atau pun kesibukan ibu.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka pengetahuan masyakarat khususnya
pemahaman ibu hamil serta keluarga pentingnya pemeriksaan Antenatal Care.

C. PEMILIHAN INTERVENSI
Oleh karena permasalahan yang terjadi di atas, maka kami bermaksud
untuk mengadakan penyuluhan kesehatan dengan cara konseling tentang
Pentingnya Pemeriksaan Antenatal Care”. Materi yang dijelaskan mengenai
pengertian pemeriksaan antenatal care, tujuan pemeriksaan, jumlah kunjungan
minimal antenatal care.

D. PELAKSANAAN
Konseling dilakukan bersamaan pemeriksaan Antenatal Care di
Puskesmas Bara Barayya pada hari/tanggal Senin, 26 Maret 2018.

4
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

E. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Dokter bersama tim medis lainnya datang tepat waktu di Puskesmas
2. Evaluasi Proses
Peserta yang ikut serta kurang lebih 13 orang. Pelaksanaan konseling
berjalan sebagaimana yang diharapkan dimana peserta memperhatikan
materi yang disampaikan dan sebagian besar peserta aktif melontarkan
pertanyaan.
3. Evaluasi Hasil
Hampir sebagian besar peserta yang hadir telah memahami apa yang
disampaikan pemateri

5
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Pengawasan wanita hamil atau asuhan antenatal adalah upaya preventif
program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan
neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
Esensi yang diuraikan oleh American Academy of Pediatrics dan
American College of Obstetricians and Gynecologists (2007) sebagai “Suatu
program perawatan antepartum paripurna yang melibatkan pendekatan terpadu
terhadap perawatan medis dan dukungan psikososial yang secara optimal dimulai
sebelum konsepsi dan berlanjut sepanjang periode antepartum”. (3)
Yang diharapkan pada Antenatal Care adalah perawatan yang ditujukan
kepada ibu hamil, yang bukan saja bila ibu sakit dan memerlukan perawatan,
tetapi juga pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar tidak terjadi kelainan
sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat. Antenatal care meliputi:
1. Antenatal Care (ANC) adalah Pengawasan sebelum persalinan
terutamaditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janindalam
rahim.
2. Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu
proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.
1. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya
(menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak)
2. Menyiapkan fisik dan mental ibu dengan sebaik-baiknya serta
menyelamatkan ibu dan anak selama masa kehamilan, persalinan dan nifas
guna tetap sehat dan normal postpartus.1

Target yang harus dicapai dalam antenatal care adalah :


1. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang-kurangnya harus sama
sehatnya atau lebih sehat.
2. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dan diobati secara
dini.

6
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

3. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi dilahirkan dengan kondisi


sehat fisik maupun mental.1

B. PELAYANAN ANTENATAL.1,2
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dijelaskan pada Antenatal Care,
antara lain :
1. Makanan (diet) ibu hamil harus mendapat perhatian terutama mengenai
jumlah kalori dan protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan
kesehatan ibu. Jumlah kalori yang dibutuhkan oleh ibu hamil setiap harinya
adalah 2.500 kalori. Pengetahuan berbagai jenis makanan yang dapat
memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara
rinci dan bahasa yang dimengerti oleh ibu hamil dan keluarganya. Jumlah
kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan
faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat
badan sebaiknya tidak melebihi 10-12 kg selama hamil.
- Protein (obstetri fisiologi)
Jumlah protein yang diperlukan ibu hamil adalah 85 gram per hari.Jumlah
ini lebih banyak dari kebutuhan protein wanita tidak hamil, karena pada
wanita hamil metabolisme bertambah untuk pertumbuhan janin,
pertumbuhan rahim, pertumbuhan buah dada, dan untuk pertambahan
volume darah.Sumber protein dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan
(kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, telur).Defisiensi protein
dapat menyebabkan kelahiran premature, anemia, dan edema.
- Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari.Kalsium
dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot
dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju,
yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan
riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
- Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan
oksigenasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan penghantaran

7
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

oksigen melalui hemoglobin di sel-sel darah merah.Untuk menjaga


konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat besi pada ibu
hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama setekah trimester kedua.Zat besi
yang diberikan dapat berupa ferrosus gluconate, ferrosus fumarate, atau
ferrosus sulphate.Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan
anemia defisiensi zat besi.
- Vitamin (obstetri fisiologi)
Pada binatang percobaan kekurangan vitamin dapat menimbulkan
kelainan bawaan dan abortus.Pada manusia pengaruh tersebut belum
terbuktitetapi bagaimanapun vitamin perlu untuk mencapai kesehatan
yang optimal.
i. Vitamin A diperlukan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap
infeksi.
ii. Vitamin B complex terdiri dari vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin),
asam nicotin dan vitamin B6. Vitamin B1 adalah vitamin anti neuritis.
Asam nikotin bersifat anti pellagra. Sedangkan jika keurangan B2
menyebabkan cheilosis. Ada kemungkinan bahwa kekurangan vitamin
B complex dapat menyebabkan perdarahan pada bayi, menambah
kemungkinan perdarahan post partum, dan atrofi dari ovaria.
iii. Vitamin C penting sekali untuk pertumbuhan janin.
iv. Vitamin D bersifat anti architis.
v. Vitamin E penting untuk reproduksi dan pertumbuhan embrio.
- Asam folat
Sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel.
Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram
per hari.Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik
pada ibu hamil.
- Air (obstetri fisiologi)
Wanita hamil harus minum cukup banyak air kira-kira 6-8 gelas sehari.
Air menambah keringat dan juga pengeluaran racun dari usus dan ginjal.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus
dan pendarahan pasca persalinan.Jika makan makanan berlebihan karena

8
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

beranggapan untuk porsi dua orang dapat menyebabkan komplikasi seperti


gemuk, pre-ekslamsia, janin besar dan sebagainya.
2. Merokok, bayi dari ibu-ibu yang merokok mempunyai berat badan lebih
kecil, sehingga ibu hamil sangat tidak diperbolehkan untuk merokok.
3. Obat - obatan, untuk ibu hamil, pemakaian obat-obatan selama kehamilan
terutama pada triwulan I perlu dipertanyakan mana yang lebih besar
manfaatnya dibandingkan bahaya terhadap janin.
4. Ibu hamil boleh melakukan pekerjaannya sehari-hari di rumah, kantor, atau
pabrik. Asalkan semua pekerjaannya bersifat ringan. Kelelahan harus dicegah
dengan cara diselingi istirahat. Di Indonesia wanita hamil diberi cuti hamol
selama 3 bulan, 1,5 bulan sebelum bersalin dan 1,5 bulan sesudahnya. Tidak
ada gunanya wanita hamil berbaring terus-menerus seperti orang sakit, karena
istirahat yang lama akan melemahkan otot dan memberikan waktu untuk
berfikir yang bukan-bukan. Istirahat yang diperlukan adalah 8 jam pada
malam hari dan 1 jam pada siang hari.
5. Perawatan tubuh dan pakaian
Wanita hamil harus menggunakan pakaian yang longgar, bersih dan tidak ada
ikatan yang ketat pada daerah perut. Kebersihan tubuh harus terjaga selama
kehamilan. Perubahan anatomik pada perut, area genitalia/ lipat paha, dan
payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah
terinvasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung saat
mandi, tidak dianjurkan berendam dalam bathtub dan melakukan vaginal
touché. Gunakan pakaian yang longgar, bersih, dan nyaman dan hindarkan
sepatu berhak tinggi dan alas kaki keras (tidak elastis) serta korset penahan
perut. Lakukan gerak tubuh ringan, misalnya berjalan kaki, terutama pada pagi
hari.Jangan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan
kerja fisik yang menimbulkan kelelahan fisik yang berlebihan. Beristirahat
cukup, minimal 8 jam pada malam hari dan 2 jam di siang hari. Ibu tidak
dianjurkan melakukan kebiasaan merokok selama hamil harena dapat
menyebabkan vasopasme yang berakibat anoksia janin, berat badan lahir
rendah (BBLR), prematuritas, kelainan congenital, dan solusio plasenta.

9
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

Perawatan Payudara
Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera
berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara untuk
mengeluarjan sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus, sebaiknya
dilakukan secara hati-hati san benar karena pengurutan yang salah dapat
menimbulkan kontraksi pada rahim. Membasahi areola dan puting susu secara
lembut dapat mencegah retak dan lecet. Untuk sekresi yang mongering pada
puting susu, lakukan pembersihan dengan menggunakan campuran gliserin
dan alkohol. Karena payudara menegang, sensitive, dan menjadi lebih berat,
maka gunakan penopang payudara yang sesuai (brassiere).
Perawatan Gigi
Paling tidak dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selam kehamilan, yaitu
pada trimester pdertama dan ketiga. Penjadwalan pada trimester pertam
dikaitkan dengan hiperemesis dan ptialisme (produksi air liur yang berlebihan)
sehingga kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga.Pada trimester ketiga
terkait dengan adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga
perlu diketahui apakah terdapat pengaruh yang merugikan pada gigi ibu
hamil.Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil
sangat rentan terhadap terjadinya caries dan gingivitis.
6. Buang air besar, pada wanita hamil kemungkinan mengalami obstipasi karena
kurang gerak badan, peristaltik usus kurang karena pengaruh hormon, dan
tekanan rektum oleh kepala. Akibat obstipasipanggu berisi penuh oleh usus
yang berisi feces dan uterus yang membesar, maka hal tersebut dapat
menimbulkan bendungan di dalam panggul.Bendungan ini memudahkan
timbulnya haemorroid dan pyelitis.Pencegahannya ialah dengan minum
banyak air, gerak badan yang cukup, makan yang banyak mengandung serat
seperti sayur dan buah.
7. Coitus, pada wanita yang mudah keguguran sebaiknya tidak melakukan
coitus pada hamil muda. Jika ingin melakukan coitus pada hamil muda, harus
dilakukan secara hati-hati. Coitus pada akhir kehamilan juga lebih baik
dihindarkan, karena kadang-kadang menimbulkan infeksi pada persalinan dan

10
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

nifas serta dapat memecahkan ketuban pada multipara. Selain itu sperma
mengandung prostaglandin yang dapat menimbulkan kontraksi uterus.
8. Kesehatan jiwa, karena ketenangan jiwa sangatlah penting dalam menghadapi
persalinan sehingga bukan saja dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan
fisik tetapi juga latihan kejiwaan.

C. STANDARD PELAYANAN. 3,4


Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada tujuh standar
pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal
dengan 7 T, yaitu :
1. Timbang berat badan
Bagaimana menghindari tingginya tingkat masa tumbuh pada trimester
pertama, atau menghindari berat badan melonjak tinggi pada saat hamil?
Jawabannya adalah gaya hidup sehat, yakni beraktivitas fisik secara proporsional
dan makan makanan sehat. Dengan pola ini, maka mereka yang sudah terlanjur
mengalami penambahan berat badan tinggi masih memiliki harapan untuk
melahirkan secara normal sesuai dengan hitungan masa kehamilan dan bebas dari
kemungkinan komplikasi.Berat badan dalam trimester ke III tak boleh bertambah
lebih dari 1 kg seminggu atau 3 kg sebulan.Penambahan yang lebih dari batas-
batas tersebut diatas disebabkan oleh penimbunan (retensi) air dan disebut pra
edema.
Taksiran berat janin dapat ditentukan berdasarkan rumus Johnson
Toshack.Perhitungan penting sebagai pertimbangan memutuskan rencana
persalinan secara spontan. Rumus tersebut adalah :
Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) - N) x 155
Dengan interpretasi hasil :
N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina ischiadika
N = 12 bila kepala masih berada di atas spina ischiadika
N = 13 bila kepala belum lewat PAP

11
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

2. Mengukur Tekanan darah, untuk mengetahui apakah ada hipertensi atau


tidak. Karena hipertensi dapat menimbulkan preeklampsia, solusio plasenta,
IUGR, IUFD dan lainnya.
3. Ukur Tinggi fundus uteri (TFU)

Gambar1. Tinggi fundus uteri dan taksiran usia kehamilan

a. Mengukur tinggi fundus uteri adalah untuk memantau tumbuh kembang


janin.
b. Untuk mengetahui usia kehamilan.
c. Pada kehamilan diatas 20 minggu fundus uteri diukur dengan pita ukur
(cm).
d. Jika usia kehamilan kurang dari 20 minggu menggunakan petunjuk-
petunjuk badan.
Umur Tinggi Fundus Uteri
Kehamilan
12 minggu 3 jari di atas simpisis
16 minggu ½ simpisis-pusat
20 minggu 3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3jari di atas pusat
34 minggu ½ pusat-prosessus xifoideus
36 minggu 3 jari di bawah prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus

4. Pemberian imunisasi TT lengkap


a. TT1 dapat diberikan pada kunjungan ANC pertama.
b. TT2 diberikan 4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 3 tahun.

12
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

c. TT3 diberikan 6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 5 tahun.


d. TT4 diberikan 1 tahun setelah TT3, lama perlindungan 10 tahun.
e. TT5 diberikan 1 tahun setelah TT4, lama perlindungan 25 tahun / seumur
hidup.
5. Pemberian Tablet Fe
a. Tablet Fe dapat diberikan setelah rasa mual hilang.
b. Pemberian minimal 90 tablet selama kehamilan.
c. Tablet Fe tidak boleh diminum bersama kopi atau teh.
d. Tablet Fe bisa diberikan secara bersamaan dengan vitamin C.
6. Tes terhadap penyakit menular seksual.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

D. FUNGSI ANC.1
Untuk dapat mendeteksi sedini mungkin segala kelainan yang terdapat
pada ibu dan janinnya, dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik mulai dari
anamnesa yang teliti sampai dapat ditegakkan diagnosa diferensial dan diagnosa
sementara beserta prognosisnya, sehingga dapat memilah apakah ibu ini dan
janinnya tergolong Kehamilan Resiko Tinggi / non Kehamilan Resiko Tinggi dan
apakah perlu segera dirawat untuk pertolongan selanjutnya, sehingga didapatkan
hasil ibu dan anak sehat fisik serta mental yang optimal.
a. Anamnesa
Anamnesa dimulai dari anamnesa pribadi seperti nama, umur, pendidikan,
suku/ bangsa, pendapatan perbulan, alamat, baik ibu maupun suaminya. Dari
anamnesa pribadi dapat diambil sesuatu mengenai nilai sosial, budaya, ekonomi,
agama dan lingkungannya, yang dapat mempengaruhi kondisi ibu dan
keluarganya. Umur penting, karena ikut menentukan prognosa kehamilan.Kalau
umur terlalu lanjut atau terlalu muda maka persalinan lebih banyak resikonya.
Kondisi lingkungan seta kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan,
misalnya tempat tinggal (daerah kumuh/miskin), kita dapat memprediksi apakah
ibu ini tergolong Kehamilan Resiko Tinggi non Kehamilan Resiko Tinggi.
Anamnesa keluhan utama yang dirasakan saat ini dan keluhan tambahan
ditanyakan jenis dan sifat gangguan yang dirasakan serta lamanya mengalami

13
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

gangguan tersebut, kemudian ditelaah anamnese utama tersebut lebih rinci. Juga
dianamnese mengenai riwayat hamil muda, apakah ada pening, mual, muntah,
hipersalivasi (emesis gravidarum) dan hiperemesis gravidarum.
Riwayat hamil yang sekarang, apakah ada mual, muntah, hipersalivasi,
bagaimana dengan nafsu makan, miksi ( kencing ), defekasi ( BAB ), tidur,
apakah ada trauma abdomen (perut), Bila mulai merasa pergerakan anak, kalau
kehamilan masih muda adakah mual, muntah, sakit kepala, perdarahan, kalau
kehamilan sudah tua adakah bengkak di kaki atau muka, sakit kepala, perdarahan,
sakit pinggang, dll. Edema dalam kehamilan dapat disebabkan oleh toxaemia
gravidarum atau oleh tekanan rahim yang membesar pada vena-vena dalam
panggul yang mengalirkan darah dari kaki, tetapi juga oleh defisiensi vitamin B1,
hipoproteinemia, dan penyakit jantung.
Anamnesa mengenai riwayat persalinan sebelumnya dan bagaimana
proses persalinannya, apakah spontan atau operatif obstetri, apakah pernah
abortus, partus immaturus, prematurus sebelumnya. Kemudian apakah anaknya
masih hidup sampai sekarang, atau meninggal disebabkan penyakit apa, apakah
pernah melahirkan anak kembar, kelainan kongenital (cacat bawaan), dan lain-
lain, sehingga kita dapat menyimpulkan apakah ibu tergolong dalam Bad
Obstetrics History (BOH) / riwayat obstetri yang jelek.
Anamnesa mengenai haid, menarche, teratur atau tidak, siklus,
banyaknya, lamanya, apakah ada dismenorea, fluor albus, pruritus vulvae ( gatal
pada kemaluan ),usia kehamilan, kapan hari pertama haid terakhir, sehingga kita
dapat menentukan taksiran tanggal persalinannya (TTP). Bila hari pertama haid
terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalinan memakai
rumus Naegele :
TTP = hari+7 , bulan -3 , tahun + 1 HT
Anamnesa mengenai penyakit-penyakit yang pernah diderita sebelum dan
selama hamil ini Apakah pernah DM, Tifus, Hepatitis, HIV, Sifilis, Herpes
Genitalia Rubella, sakit Jantung, sakit Paru, sakit Ginjal, sakit Tiroid, Anemia,
apakah ibu ini perokok, alkoholism dan obat-obatan terutama narkoba, dan lain-
lain.

14
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Status Present (kondisi saat ini): Keadaan umum Kesadaran,
keadaan emosional, gizi, nadi, TD, Pernafasan, Cyanose, Dyspnoe, suhu, anemis,
turgor, berat badan,tinggi badan.Bila ada tanda-tanda kedaruratan, maka ibu
segera dikirim ke ruang rawat inap untuk penanganan selanjutnya.
Pemeriksaan status lokalis : kepala, muka, cloasma gravidarum, mulut,
gigi(apakah ada caries), tonsil/faring (apakah ada tonsilitis/faringitis), hal ini
perlu diperhatikan karena merupakan infeksi fokal yang dapat menyebabkan
gangguan pada ibu hamil dan janinnya yang lebih serius, pemeriksaan mata,
kuping, hidung, rambut, kelenjar tiroid, dan lain-lain.
Pada pemeriksaan inspeksi abdomen diperiksa bentuk dan ukuran
abdomen, varises, jaringan parut, gerakan janin dan lain-lain. Selain itu juga perlu
dilakukan pemeriksaan palpasi dimana diminta berbaring terlentang, kepala dan
bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di
sebelahkanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi bimanual
terutama pada pemeriksaan perut dan payudara. Palpasi abdomen dilakukan untuk
menentukan besar dan konsistensi rahim (tinggi fundus), bagian-bagian janin,
letak dan presentasi, gerakan janin, sejauh mana bagian terbawah bayi masuk
pintu atas panggul, dan kontraksi Rahim Braxton-Hicks dan hiss.Palpasi dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :4
1. Knebel
Palpasi dilakukan guna menentukan letak kepala dengan cara bagian
bawah dipegang dan fundus uteri digerakkan ke kiri dan kanan.Jika
gerakan bagian bawah negatif, maka artinya kepala.Bila positif, artinya
bokong.
2. Budin
Palpasi dilakukan guna menentukan letak punggung anak dengan cara
tangan kiri menekan fundus uteri ke bawah, akan dirasakan bagian mana
yang memberi tahanan besar.
3. Leopold

15
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

Pemeriksaan presentasi dan posisi janin : Pasien diminta mengosongkan


kandung kemih dan kemudian diminta untuk berbaring telentang dengan
lutut semifleksi.

LEOPOLD I
- Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita, dan melihat ke arah muka
penderita
- Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.
- Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan dan
tentukan konsistensi uterus
- Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau
kepala atau kosong).Sifat kepala ialah keras, bundar, dan melenting,
sifat bokong ialah lunak, kurang bundar, dan kurang melenting, pada
letak lintang fundus uteri kosong.

Gambar 2. Palpasi Leopold I

LEOPOLD II
- Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai
disamping kiri dan
- kanan umbilikus.
- Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi
denyut jantung
- janin nantinya.

16
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

- Tentukan bagian-bagian kecil janin, pada letak lintang tentukan ketak


kepala janin.

Gambar 3. Palpasi Leopold II

LEOPOLD III
- Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat
menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien
- Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan
kanan untuk menentukan bagian terbawah janin
- Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan
apakah sudah mengalami engagement atau belum.

Gambar 4. Palpasi Leopold III

17
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

LEOPOLD IV
- Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki
pasien.
- Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian
terendah janin.
- Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas
panggul, dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga
panggul.
- Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari bagian terbawah
dari kepala yang masih teraba dari luar dan :
a. Kedua tangan itu convergent, hanya bagian kecil dari kepala turun
ke dalam rongga.
b. Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari kepala masuk ke
dalam rongga panggul.
c. Jika kedua tangan divergent, maka bagian terbesar dari kepala
masuk ke dalam rongga panggul dan ukuran terbesar dari kepala
sudah melewati pintu atas panggul.

Gambar 5. Palpasi Leopold IV

Kalau pada kepala yang telah masuk ke dalam p.a.p kita masukkan tangan
ke dalam rongga panggul maka satu tangan akan lebih jauh masuk,
sedangkan tangan satunya tertahan oleh tonjolan kepala. Tonjolan kepala
pada fleksi disebabkan oleh daerah dahi, sedangkan pada letak defleksi
oleh belakang kepala.Kalau tonjolan kepala bertentangan dengan bagian

18
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

kecil, maka anak dalam letak defleksi.Leopold IV tidak dilakukan, kalau


kepala masih tinggi. Palpasi secara Leopold yang lengkap ini, baru dapat
dilakukan kalau janin sudah cukup besar kira-kira dari bulan VI ke atas.
Sebelum bulan ke VI biasanya bagian-bagian anak belum jelas, jadi kepala
belum dapat ditentukan begitu pula punggung anak.Sebelum bulan ke VI
cukuplah untuk menentukan apakah ada benda (janin) yang melenting ke
seluruhannya di dalam rahim (ballottement in toto).Ballottement di dalam
rahim boleh dianggap tanda kehamilan pasti.Sebelum bulan ke III uterus
tak dapat diraba dari luar dan untuk mencari perubahan dalam besarnya,
bentuknya, dan konsistensinya dilakukan toucher atau pemeriksaan dalam.
Selain palpasi juga diperlukan pemeriksaan auskultasi.Pemeriksaan
melalui auskultasi digunakan untuk mendengar denyut jantung janin. Alat
yang digunakan adalah stetoskop monokuler yang dapat mendengar denyut
jantung janin pada pada usia kehamilan 18-20 minggu ke atas. Dengan
adanya denyut jantung janin dapat memastikan adanya kehamilan, janin
hidup serta letak janin di dalam uterus.Suara auskultasi yang berasal dari
janin dapat berupa, denyut jantung janin, gerakan janin dan bising tali
pusat. Sedangkan suara yang berasal dari ibu dapat berupa, denyut aorta,
bising uterus, bising usus.
Cara menghitung denyut jantung janin :2,4
 Dihitung dalam 5 detik dan dilakukan sampai 3 kali. Hasilnya dijumlah
dan dikalikan 4.
 Denyut jantung normal : 120-152 kali/menit
 Daerah yang terjelas guna mendengarkan denyut jantung janin disebut
punctum maksimum. Ketika mendengarkan denyut jantung janin,
perhatikan frekuensi dan irama.

Pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh pada genitalia eksterna dan bila


perlu dapat pula dilakukan pemeriksaan dalam untuk kasus-kasus tertentuyang
tidak memiliki kontra indikasi seperti dugaan plasenta previa untuk mengetahui
keadaan panggul dan turunnya bagian bawah anak, apakah dalam keadaan inpartu,
dan lain sebagainya.

19
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

Pemeriksaan dalam biasanya dilakukan pada pemeriksaan pertama pada


hamil muda dan sekali lagi pada kehamilan ± 8 bulan untuk menentukan keadaan
panggul. Fungsi pemeriksaan dalam adalah :3
1. Menentukan bagian terbawah janin.
2. Kalau bagian yang terbawah adalah kepala dapat ditentukan posisi
uuk, uub, dagu, hidung, orbita dan mulut.
3. Kalau letak sungsang dapat teraba anus, sacrum dan tuber ischii.
4. Menentukan pembukaan serviks.
5. Mengevaluasi keadaan vagina, serviksa dan panggul.
Indikasi pemeriksaan dalam :3
1. Jika pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan.
2. Jika ada sangkaan kesempitan panggul atau CPD.
3. Jika persalinan tidak maju.
4. Untuk menentukan nilai pelvis :
 Pendataran serviks.
 Pembukaan serviks.
 Konsistensi serviks.
 Turunnya bagian terbawah janin menurut hodge.
Kondisi panggul sangatlah penting, terutama pada primigravida. Hal
tersebut dikarenakan panggul belum pernah teruji dalam proses persalinan.
Sebaliknya, pada multigravida, anamnesa mengenai persalinan sebelumnya dapat
memberikan gambaran mengenai kondisi panggul.
Seorang multipara yang sudah beberapa kali melahirkan anak aterm serta
spontan, dapat disimpulkan memilki panggul yang cukup luas.Walaupun begitu
dalam keadaan tertentu pada beberapa multipara, dapat terjadi penyempitan jalan
lahir yang disebabkan oleh tumor tulang (osteoma, osteofibroma) yang berasal
dari daerah panggul ataupun yang berasal dari daerah jaringan lunak disekitar
jalan lahir.4
Ciri-ciri panggul sempit :4
1. Pada primigravida kepala belum turun pada bulan terakhir.
2. Pada multipara jika dalam anamnesis, proses persalinan yang terdahulu
sukar (riwayat obstetrik jelek).

20
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

3. Jika terdapat kelainan letak pada hamil tua.


4. Jika tubuh ibu menunjukkan kelainan seperti kifosis, skoliosis ataupun
kelainan pada tulang-tulang ekstremitas.
5. Jika ukuran luar sempit
Pemeriksaan dan pengukuran panggul biasanya dilakukan dengan toucher
guna menentukan luasnya jalan lahir. Pemeriksaan ini hanya dilakukan sekali
selama masa kehamilan. Biasanya terjadi pada bulan kedelapan. Hal-hal yang
perlu dinilai dalam pemeriksaan ini adalah :3,4

Gambar 6. Pemeriksaan Panggul

1. Conjugata diagonalis.
2. Apakah linea innominata teraba seluruhnya atau hanya sebagian.
3. Keadaan sacrum apakah konkaf dalam arah atas bawah dan dari kiri ke
kanan.
4. Keadaan dinding samping panggul apakah lurus atau konvergen.
5. Apakah spina ischiadicae menonjol.
6. Keadaan os pubis : adakah exostose.
7. Keadaan arcus pubis.

21
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

Gambar 7. Bidang Hodge

Bidang-bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai manakah


bagian terendah janin turun dalam panggul pada persalinan.3,4
• Hodge 1 : Bidang yang dibentuk sejajar dengan pintu atas panggul antara
bagian atas symphysis dan promotorium.
• Hodge 2 : sejajar dengan H 1 terletak setinggi bagian bawah symphysis.
• Hodge 3 : sejajar dengan H 1 dan H 2 terletak setinggi spina ischiadica.
• Hodge 4 : sejajar dengan H 1, H 2, dan H 3 terletak setinggi os coccygis.

c. Pemeriksaan penunjang.4
Laboratorium (darah, urin, feses) rutin, bila ada indikasi, kita dapat
melakukan pemeriksaan skrining untuk Sifilis, Triponema Pallidum, VDRL,
HIV.Fetal anomalies dengan amniosintesis, Urine terutama diperiksa atas
glukosa, zat putih telur, dan sedimen. Adanya glukosa dalam urine orang
hamil harus dianggap sebagai gejala penyakit diabetes kecuali kalau kita dapat
membuktikan bahwa hal-hal lain yang menyebabkannya. Pada akhir
kehamilan dan dalam nifas reaksi reduksi dapat menjadi positif oleh adanya
laktosa dalam urine.Zat putih telur positif dalam urine pada nefritis, toxaemia
gravidarum, dan radang dari saluran kencing.
Darah perlu ditentukan Hb 3 bulan sekali karena pada orang hamil sering
timbul anemia karena defisiensi Fe. Selanjutnya perlu diperiksa reaksi

22
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

serologis (WR), golongan darah, dan kadar gula darah. Golongan darah
ditentukan supaya kita cepat dapat mencarikan darah yang cocok jika
penderita memerlukannya.Feses diperiksa atas telur-telur cacing.
USG (dapat mengetahui kelainan kongenital, jumlah air ketuban, posisi
anak, keadaan plasenta, dan lain-lain).Skrining untuk infeksi saluran kencing
dan penyakit hubungan seksual. Pemeriksaan radiologi, kardiotokografi,
amnioskopi, dan pemeriksaan penunjang lain.
Dari seluruh pemeriksaan diatas, dapat dibuat kesimpulan untuk
menegakkan diagnosa.Kehamilannya normal atau tidak.Kemudian dapat
melakukan penyaringan pasien apakah termasuk golongan Kehamilan Resiko
Tinggi atau normal, atau perlu segera rawat inap atas indikasi ibu dan
anak.Hal tersebut penting agar kita dapat mendeteksi kelainan sedini mungkin.
Pada ibu hamil pemeriksaan antenatal memegang peranan penting dalam
perjalanan kehamilan dan persalinannya. Ibu hamil yang tidak memeriksakan
kehamilannya pada tenaga medis akan mengalami resiko kematian 3-7 kali
dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan kehamilannya.
D. JADWAL KUNJUNGAN 1,2
Pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan sedini mungkin ialah segera
setelah seorang wanita merasakan diri hamil, supaya dokter atau bidan
mempunyai waktu yang cukup banyak untuk mengobati atau memperbaiki
keadaan-keadaan yang kurang memuaskan.
a. Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12 - 13 kali
selama kehamilan. Di negara berkembang pemeriksaan Antenatal Care
dilakukan sebanyak 4 kali sudah cukup sebagai kasus tercatat.
1) Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah diketahui terlambat
haidnya satu bulan.
2) Pemeriksaan ulang setiap dua minggu sampai umur kehamilan delapan
bulan.
3) Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah umur kehamilan delapan
bulan sampai terjadinya persalinan.

23
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

b. Kunjungan Antenatal Care sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan


yaitu trimester pertama 1 kali, trimester kedua 1 kali dan trimester ketiga 2
kali.
c. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan
atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam.
d. Pada kehamilan tanpa penyulit jadwal kunjungan cukup 4 kali selama
kehamilan. Kunjungan pertama dilakukan 1 kali hingga usia kehamilan 28
minggu, lalu 1 kali kunjungan selama kehamilan 28-36 minggu, dan 2 kali
kunjungan pada usia kehamilan diatas 36 minggu. Tetapi bila kehamilan
dengan resiko tinggi atau dengan penyulit perhatian dan jadwal kunjungan
harus lebih sering.
Dari kunjungan satu ke kunjungan berikutnya sebaiknya dilakukan pencatatan:
 Keluhan yang dirasakan ibu hamil
 Hasil pemeriksaan setiap kunjungan
Umum
- Tekanan darah
- Respirasi
- Nadi
- Temperatur tubuh
Abdomen
- Tinggi fundus uteri
- Letak janin (setelah 34 minggu)
- Presentasi janin
- Denyut jantung janin
Pemeriksaan tambahan
- Proteinuria
- Glukosuria
- Keton
 Menilai kesejahteraan janin
Untuk menilai kesejahteraan janin pada kehamilan resiko tinggi dapat
dilakukan berbagai jenis pemeriksaan atau pengumpulan informasi, baik
yang diperoleh dari ibu hamil maupun pemeriksaan oleh petugas

24
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

kesehatan.Pemeriksaan yang memerlukan peralatan canggih umumnya


dilakukan alat pencatat denyut jantung janin (kardiotokografi) dan
ultrasonografi yang disebut dengan pemeriksaan profil biofisik janin
(biophysic profile).
Berbagai jenis pemeriksaan tersebut adalah:
- Pengukuran tinggi fundus uteri terutama usia kehamialn >29 minggu
yang akan disesuaikan dengan usia kehamilan saat pemeriksaan
dilakukan. Tinggi fundus yang normal sama dengan usia kehamilan.
- Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12 jam)
- Gerakan janin
- Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam dikaitkan dengan
hipoksia berat atau janin meningggal
- Denyut jantung janin
- Ultrasonografi
Bila usia kehamilan memasuki 34 minggu, selainpemeriksaan diatas, juga
dilakukan pemeriksaan tentang:
- Penilaian besar janin, letak dan presentasi
- Penilaian luas panggul.1,2

E. BEBERAPA GEJALA DAN TANDA BAHAYA SELAMA


KEHAMILAN
Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung normal dan hanya
10-12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi
kehamilan patologis. Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak
karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap
dan berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan
merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius
terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan
adanya penyakit penyerta sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat
dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik
terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya.2

25
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20
minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12 % kehamilan akan
berakhir dengan keguguran yang umumnya 60-80 % disebabkan oelh kelainan
kromosom yang ditemui pada spermatozoa ataupun ovum. Penyebab yang sama
dan menimbulkan gejala perdarahan pada kehamilan muda dan ukuran
pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan atau lebih besar, pada
umumnya disebabkan oleh mola hidantidosa. Perdarahan pada kehamilan muda
dengan uji kehamilan tidak jelas, pembesaran uterus lebih kecil dari seharusnya,
dan adanya massa di adneksa biasanya disebabkan oleh kehamilan ektopik.1,2
Perdarahan pada kehamilan usia lanjut atau di atas 20 minggu pada
umumnya disebabkan oleh plasenta previa. Perdarahan yang terjadi sangat terkait
dengan luas plasenta dan kondisi segmen bawah rahim yang menjadi implantasi
plasenta tersebut. Pada plasenta yang tipis dan menutupi sebagian jalan lahir,
maka umumnya terjadi perdarahan bercak berulang dan apabila segmen bawah
rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit penurunan bagian terbawah janin,
maka perdarahan mulai meningkat hingga tingkatan yang dapat membahayakan
keselamatan ibu. Plasenta yang tebal yang menutupi seluruh jalan lahir dapat
menimbulkan perdarahan hebat tanpa didahului oleh perdarahan bercak atau
berulang sebelumnya.Plasenta previa menjadi penyebab dari 25 % kasus
perdarahan antepartum.1
Bila mendekati saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh solusio
plasenta (40 %) atau vasa previa (5 %) dari keseluruhan perdarah anterpartum.
Preeklampsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai
dengan peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan
preeklampsia. Data informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil
akan sangat membantu petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis
dengan preeklampsia. 2
Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum
Bila hal ini terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dan disertai dengan
riwayat dan tanda-tanda di bawah ini, maka diagnosisnya mengarah pada solusio

26
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan yang keluar (revealed) maupun
tersembunyi (concealed):
- Trauma abdomen
- Preeklampsia
- Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan
- Bagian-bagian janin sulit diraba
- Uterus tegang dan nyeri
- Janin mati dalam rahim2

Gejala dan Tanda Lain yang Harus Diwaspadai


Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius selama
kehamilan adalah sebagai berikut:
 Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan (hiperemesis
gravidarum)
 Disuria
 Menggigil atau demam
 Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya
 Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang
sesungguhnya1,2

Makassar, 26 Maret 2018

Peserta Pendamping

(dr. Sri RezkiYuniarti) (dr. Hj. Dahlia Abbas)

27
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

DOKUMENTASI

28
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

LAPORAN KEGIATAN

Nama Peserta dr. Sri Rezki Yuniarti Tanda tangan:

Nama Pendamping dr. Hj. Dahlia Abbas Tanda tangan:

Nama Wahana Puskesmas Barabaraya


Tujuan Pelaksanaan Konseling Pentingnya Antenatal Care
Hari/Tanggal Senin/ 26 Maret 2018
Waktu 09.00 WITA
Tempat Puskesmas Bara Barayya
Jumlah Peserta 13 orang

29
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Penerbit Prawirohardjo ;


2009.
2. Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas
Kedokteran. Bandung : Universitas Padjadjaran Bandung ; 2003.
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Obstetri Williams volume 1. Edisi 23. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC ; 2013.
4. Mochtar R. Sinopsis obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
2004.

30

Anda mungkin juga menyukai