Anda di halaman 1dari 39

IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA

Disusun Oleh :
Departemen Pengembangan Organisasi dan Komisariat
PW IPNU Jateng 2009 2012

Sekapur Sirih

Alhamdulillah.
SAW.

Wassholatu

wassalamu

ala

rosulillah

Juklak Komisariat ini sebenarnya pernah disusun oleh Pimpinan


Wilayah IPNU Jateng masa khidmad 2004 2006 pada masa
kepemimpinan Rekan Mohammad Hasan Habibi dan disahkan
berdasarkan keputusan Rakerwil tanggal 3 Oktober 2004 di
Gedung PWNU Jateng. Seiring dengan dinamika internal
organisasi IPNU maka PW IPNU 2009 2012 merasa perlu untuk
menerbitkan kembali Juklak Komisariat ini mengingat rekan
rekan baik di PC maupun PAC dan Komisariat sangat
membutuhkan
panduan
ini
sebagai
pedoman
dalam
berorganisasi terutama untuk pedoman organisasi bagi rekan
rekan di Komisariat.
Oleh karena itu Tulisan ini sengaja dibuat dan disusun kembali
oleh Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Provinsi
Jawa Tengah Masa Khidmad 2009 2012 dengan berbagai
penambahan dan perubahan yang ada , baik karena perubahan
berdasarkan konstitusi organisasi maupun berdasarkan kondisi
obyektif di lapangan. Harapan kami Juklak ini bisa berfungsi
sebagai salah satu usaha untuk mempercepat pendirian
komisariat di sekolah, terutama di Lingkungan Maarif Nahdlatul
Ulama.
Atas segala upaya dan kerja keras bersama jadilah tulisan yang
tak seberapa ini , segala kekurangan dalam persembahan tulisan
ini adalah wujud ketidaksempurnaan, keyakinan itulah wujud
dinamisnya gerakan kader muda Nahdlatul Ulama..
Terimakasih
Semarang, 10 Maret 2010
Editor

Dwi Rahayu

Deklarasi Makassar
Tahun 2000
Setelah mengkaji secara filosofis dan mencermati historis IPNU,
serta seiring dengan tantangan zaman dan dunia global dewasa
ini. Maka dengan senantiasa memohon inayah, hidayah, dan
ridlo Allah swt. Dengan dilandasi kesadaran, pengabdian dan
demi masa depan Nahdhatul Ulama, kami menyatakan :
1. Mengembalikan IPNU pada visi kepelajaran, sebagaimana
tujuan awal pendirianya
2. Menumbuh kembangkan IPNU pada basis perjuangan ,
yaitu sekolah dan pondok pesantren
3. Mengembalikan Corp Brigade Pembangunan sebagai
kelompok

kedisiplinan,

kepanduan

dan

kepencinta

alaman.
Demikian deklarasi ini kami buat dengan sepenuh hati dan
sebanar benarnya
Wallahul Muwaffiq ilaa aqwamith Thariq
Sabtu, 19 Dzulhijjah 1420 H
25 Maret

2000 M

Deklarator
Peserta Kongres XII IPNU

PANDUAN PENDIRIAN KOMISARIAT


IPNU DI SEKOLAH MAARIF
Komisariat sebagai Aktualisasi Khittah IPNU
Kebangkitan bangsa Indonesia pada pra kemerdekaan RI,
salah satunya adalah karena kebangkitan dan bersatunya
pemuda, pelajar, dan Indonesia. Akan tetapi sejalan dengan era
Orde Baru, persatuan pelajar, santri dan pemuda Indonesia
telah disalah artikan sebagian kalangan, yakni menjadi tidak
bolehnya keragaman dan perbedaan di antara mereka. Hal ini
tampak seperti keharusan siswa masuk dalam satu organisasi
(bentukan pemerintah), misalnya: OSIS di SLTP/A, SMPT di
Perguruan Tinggi, atau Karang Taruna tingkat kelurahan /desa,
dll. Sementara untuk aktif di IPNU, ,
IRM, PII, dst tidak
diperbolehkan.
Senafas dengan bergulirnya reformasi tahun 1998, hal di
atas sudah tidak lagi relevan, sekalipun aturan hukum
kekuasaan tersebut belum dicabut, Sekarang hampir seluruh
masyarakat telah menyadari kesalahan tersebut. Berangkat dari
gagasan inilah maka pada Kongres ke-13 di Makassar (2000) dan
kemudian ditegaskan dalam Kongres ke-14 di Surabaya, IPNU
sepakat mengubah akronim P dari Putra menjadi Pelajar.
IPNU kembali pada jati dirinya yakni khittah 1954; yang
berorientasi gerakan palajar, santri pelajar dan NU, baik berada
di pesantren, sekolah, atupun perguruan tinggi
Kembali pada visi awal pendiriannya itu berarti IPNU telah
mengamalkan satu prinsip budaya yang dipegang NU atau
kelompok Ahlussunnah wal Jamaah al-muhafadzatu ala alqadimish al-shalih wa al-akhdu bi al-jadid al-aslah (melestarikan
tradisi, karya cipta yang baik dan mengambil tradisi baru, kreasi
manusia yang lebih baik lagi ). Ukhuwah jamiyyah dan jamaah
(persaudaraan lembaga dan kemasyarakatan adalah salah satu
tradisi yang perlu dilestarikan. Adapun tradisi baru yang lebih
baik lagi, misalnya IPNU perlu membentuk komisariat-komisariat
diberbagai tempat
strategis lembaga pendidikan yang
sebelumnya belum ada.
Memasuki wilayah pendidikan tersebut dengan tanpa
bermaksud
melakukan
gerakan
tandingan
-sekalipun
diperbolehkan- seperti OSIS (organisasi intra sekolah) atau
organisasi kampus yang sudah eksis selama ini (baca: PMII, HMI,
GMNI dst.), maka IPNU perlu didirikan dalam tempat strategis
tersebut. Inilah urgensi pendirian IPNU di komisariat komisariat,

sebagaimana pada masa awal kelahiran IPNU. Utamanya di


pesantren, sekolah Maarif NU, Perguruan Tinggi NU atau
Madrasah Diniyyah , dimana secara cultural bernuansa NU,
maka pendirian struktur IPNU secara formal organisatoris perlu
dilakukan, jika bukan suatu keharusan Tak berlebihan bial upaya
demikian disebut sebagai renaissance, aufklarung (pencerahan
kembali) IPNU, sehingga muncul generasi yang dicerahkan.
Selaras
dengan
renaissance
IPNU,
juga
karena
pertimbangan the lost generation (terputusnya kader ) selama
lebih kurang 15 tahun lalu dari lembaga pendidikan tersebut.
Termasuk untuk penataan kader-kader NU di berbagai tempat
itu. Hal ini penting, untuk masa depan, demi pengembangan dan
pembaharuan warga NU sebagai kader khalifah organisasi NU
sendiri. Khittah NU 1926 bagi IPNU berfungsi dalam konteks ini
dan era pasca transisi menuju demokrasi negeri ini.
Arus deras globalisasi merupakan kenyataan yang harus
dihadapi dan tidak dapat dielakkan. Baik dalam wacana global
(baca: konsep, pemikiran) ataupun ilmu pengetahuan, teknologi
dan informasi. Keberadaan IPNU jika tidak ingin ditinggal dunia
global pun demikian. Maka, ini adalah tantangan lain yang mesti
dipecahkan bersama dengan warga dunia lainya. Rincianya,
antara lain terwujud nilai-nilai universal, seperti kebebasan
berpendapat, menghormati kemajemukan, berfikir dan bertindak
inklusif (mengakui kelompok lain dan bersedia bekerja sama),
demokratisasi dan seterusnya. Semua itu, jika tidak mampu
diterima dan dijalankan, dapat pula sebagai tantangan IPNU.
Sebenarnya, untuk menghadapi dunia global tersebut, IPNU
sebagai organisasi berhaluan ahlusunnah wal jamaah (Aswaja),
telah mempunyai nilai-nilai dasar untuk hal tersebut. Seperti
lima prinsip dasar Aswaja (asal al khomsah); tasamuh (toleransi)
tawasuth (tengah-tengah) tawazun (seimbang) dan Itidal
(konsisten). IPNU, sebagaimana NU penting untuk memegang
dan mengendalikan prinsip tersebut, khususnya dalam
menghadapi globalisasi dalam segala bentuknya.
Dengan demikian, diharapkan pendirian IPNU di berbagai
komisariat, baik yang sebelumnya sudah ada lalu mati, atau
belum pernah ada, dapat mengembalikan jati diri perjuanganya
(khittah) secara pas, sehingga dapat meneruskan garis
perjuangan NU, dengan menjadi lokomotif kehidupan demokrasi
bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Khususnya, bagi
kemunculan kader-kader NU diberbagai tempat yang secara
cultural (kebiasaan beribadah) menggunakan tradisi NU.
Sekaligus, dapat menjadi kader yang dapat mengantisipasi
perkembanganya zamanya.

Sekilas kelahiran IPNU, 1954


1373 H. atau bertepatan dengan 1954 M. adalah babakan
new era bagi perjalanan generasi muda NU yang tergabung
dalam IPNU. Sebelum menggunakan nama IPNU, kegiatan
mereka di berbagai tempat bermacam-macam. Sebagian
melakukan rutinitas keagamaan, seperti tahlilan, yasinan, diba/
berjanji, dst. Kelompok pelajar seperti itu lebih banya ditemui di
pesantran-pesantren dan di kampong-kampung. Sebagian lagi,
kelompok muda NU mengadakan di Sekolah-Pesantren, Sekolah
Umum dan Perguruan Tinggi. Sekalipun tergolong masih kecil
jumlahnya.
Pendirian IPNU pada tahun tersebut, bukan tanpa proses.
Beberapa kegiatan yang telah disebut di atas. Sisi lainya adalah
dengan melalui musyawarah yang intensif, antara para kyai
pesantren, pengurus NU dan lembaga pendidikan Maarif NU.
Termasuk yang tak kalah pentingnya adalah kontribusi pemikiran
aktivis kaum pelajar NU, lebih khusus di Pesantren atau Sekolah.
Pilihan nama organisasi juga melalui proses. Bukti historis
proses tersebut sebagai berikut: beberapa tahun sebelumnya
terdapat keragaman nama bagi perkumpulan pelajar NU, seprti
Tsamratul Mustafidin di Surabaya tahun 1936, PERSANO
(Persatuan Santri Nahdlotul Oelama) tahun 1945, Persatuan
Murid NU tahun 1945 di Malang, Ijtima-ulth Tholabiyyah tahun
1945 di Madura, ITNO (Ijtimatul Tholabah NO) tahuan 1946 di
SUmbawa, PERPENO (Persatuan Pelajar NO) di Kediri 1953, IPINO
(IKatan Pelajar NO) dan IPENO tahun 1954 di Medan, dll.
Mengingat perkumpulan tersebut satu sama lain kurang
saling mengenal, karena kelahiran mereka atas inisiatif dan
kreatifitas mereka sendiri. Maka, maka dibutuhkan wadah yang
sama dan satu induk. Satu hal yang sewarna dan sejalan adalah
pijakan pada dasar keyakinan Islam Ahlusunnah Wal jamaah.
Juga atas dasar kebersamaan dan persatuan (ukhwah) sesama
umat Islam pemegang tradisi. Karena itu, IPNU merupakan induk
dan satu-satunya organisasi NU yang menangani kaum muda NU
tingkat pelajar NU, termasuk di Perguruan Tinggi. Ini juga yang
membedakan dengan PMII, yang lahir pada tahun 1960 dari
Departemen Perguruan Tinggi PP IPNU.
Tepat tanggal 24 Pebruari 1954 M. bertepatan dengan 20
Jumadil Akhir 1373 H. di Semarang, pada konferensi besar
Maarif NU se-Indonesia menyepakati nama IPNU, Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama sebagai satu-satunya wadah berhimpun dan
berkreasi Pelajar, , Santri dan remaja baik di Pesantren,
Madrasah/sekolah maupun Perguruan Tinggi. Mohammad
Tolchah Mansur ditetapkan sebagai ketua ummnya.

Menindaklanjuti ketetapan Konbes Maarif itu, para


pengurus mengadakan konferensi lima daerah; Yogyakarta,
Semarang, Surakarta, Jombang dan Kediri. Di Surakarta tanggal
29 April 1 Mei 1954. putusan-putusan penting pun dihasilkan;
selain merumuskan tujuan, juga menetapkan Tolcha Mansur
sebagai ketua umum Pimpinan Pusat IPNU dan menetapkan kota
Yogyakarta sebagai kantor pusat organisasi. Mendapat
pengakuan resmi sebagai bagian NU pada Muktamar ke 20 di
Surabaya, 9-14 September 1954, setelah ketua umum
menyampaikan gagasan IPNU dihadapan peserta MUktamar NU.
Untuk memperkokoh organisasi, IPNU melaksanakan
Muktamarnya (baca: Kongres) yang pertama pada tanggal 28
Februari 1955 di Malang Jawa Timur. Ikut hadir dalam perhelatan
Nasional itu adalah presiden RI Soekarno. Hal ini juga sekaligus
pengukuhan IPNU sebagai bagian organisasi pemuda di
Indonesia. IPNU pun mulai populer di tengah masyarakat
Indonesia. Lebih-lebih, surat kabar dan radio memberitakan
pidato Bung Karno pada Muktamar IPNU tersebut.
Sebagai organisasi pelajar dan terpelajar, beberapa tokoh
pendiri IPNU adalah orang-orang yang masih berpendidikan,
seperti Mohammad Tolchah Mansur ( UGM Yogyakarta), dan
Ismail ( IAIN Sunan Kalijogo Yogyakarta). Di daerah-daerah juga,
para pengurus IPNU saat itu banyak yang dipegang oleh para ,
seperti Mahbub Djunaedi dan M. Sahal Makmun di Jakarta ( UI).
Beberapa kader IPNU lainya di Pesantren adalah Abdurrahman
Wahid dari Jawa Timur (Ketua Tanfidziyah PBNU 1984-1999) dan
Ilyas Ruyat dari Jawa Barat (Rais Am 1994-1999).
IPNU Pasca Kongres Jombang 1988
Perubahan zaman memang tidak bisa dihindari, tetapi
dihadapi dan dilaksanakan , pernyataan itu, berlaku untuk siapa
dan apa saja, termasuk juga organisasi IPNU. Tahun 1998, saat
kongres ke-10 di jombang, IPNU harus menghadapi perubahan
zaman. Hal ini cukup berdampak luas bagi keberadaan
(eksistensi) IPNU ke depan. Perubahan ini, setidaknya bersumber
awal dari UU nomor 8 tahun 1985 yang membabi buta dalam
penerapan aturan tentang keormasan di Indonesia. Azas dan
Nama perubahan, karena tuntutan UU itu, seperti juga pada NU,
tapi, hakekatnya tetap, seperti tujuan, sasaran kelompok dll.
Kependekan nama IPNU dari IKatan Pelajar Nahdlatul Ulama
berubah menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama. Bahkan ketika
itu, tidak saja perubahan kependekan P termasuk dua huruf
dilakangnya ( NU) juaga harus dihapuskan. Karena, hal itu
dianggap sebagi bawahan ( underbouw) partai tertentu ( ingat,
tahun 1950-an NU menjadi partai sendiri ). Syukur Alhamduliilah,

pada kongres itu akhirnya diputuskan untuk tetap menjadi IPNU,


hanya P-nya saja berubah ; dari Pelajar menjadi Putra. Hal
serupa juga, terjadi pada organisasi pelajar manapun, selain PII,
Pelajar Islam Indonesia.
Dengan berubahnya kependekan P, berubah pula
orentasi dan sasaran binaanya IPNU. Dari pelajar dan sebagai
sasaran utama, berubah untuk dapat membina juga remaja yang
tidak sekolah. Dapat disebut, setelah kongres Jombang tahun
1988 hingga Kongres Garut tahun 1996 adalah masa Transisi
yang bekepanjangan. Satu misal adalah tidak pernah sampainya
pemahaman yang sema tentang orentasi bidang garap IPNU,
berikut skala prioritasnya. Pada masa itulah terjadi tarik menarik
antara kepentingan politik praktis (politisasi IPNU) dengan
prioritas program untuk membenahai warga IPNU sector awal
berdirinya IPNU; santri dan pelajar. Hal ini, ternyata berdampak
pada proses pengkaderan yang pelan-pelan semakin hilang dari
pesantren atau sekolah maarif NU.
Khittah IPNU: Deklarasi Makasar 2000
Melihat kenyataan IPNU yang masih dalam masa transisi
diatas, maka dalam menyambut millennium ke III, tahun 2000 di
Kongres IPNU ke 13 di Makasar, para kader IPNU memunculkan
kesadaran bersama (common sense) secara kolektif. Seakanakan ada hal yang baris telah kembali lagi, yakni sesuatu yang
terasa hilang, yakni pada tahun 1988. sesuai deklarasi Makasar
2000 dan hasil Kongres 13, adalah bahwa IPNU kembali pada visi
kepelajaran, lalu menumbuh-kembangkan IPNU pada basis
perjuangan; Sekolah dan Pondok Pesantren, dan terakhir
mengembalikan CBP (Corp Brigade Pembangunan) yang lahir
1965 sebagai kelompok kedisiplinan, kepanduan dan kepecinta
alaman. Semua itu dalam rangka mencapai tujuan IPNU, yaitu
terbentuknya Pelajar-Pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah
SWT, berilmu, berakhlak muli dan berwawasan kebangsaan,
serta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya syariat
Islam menurut faham Ahlussunnah waljamaah yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Kongres XIV 2003 (Surabaya): Menegaskan Khittah 1954
Deklarasi
Makasar
2000
sebagai
tonggak
awal
mengembalikan IPNU pada orentasi garapan ternyata belum
mampu mengakhiri problematika tersebut. Pada Kongres IPNU ke
14 di Surabaya, para kader IPNU memunculkan kesadaran
bersama. Kesadaran itu adalah untuk merubah nama dan
sekaligus visi kepelajaran dan orientasi pengkaderan IPNU,
khususnya di Pesantren dan sekolah-sekolah. Artinya kongres

1
0

telah mengembalikan IPNU pada garis perjuangan yang


semestinya. Secara popular, hal tersebut dikenal dengan nama
Khittah 1954. dengan demikian, perlahan tapi pasti, IPNU
berkesempatan untuk mengembalikan masa keemasan yang
telah hilang, seperti 15 tahun yang lalu. Akan tetapi, kesadaran
itu pun sebenarnya rentan, bahaya bila momen itu tidak
digunakan dengan sebaik-baiknya dan seoptimal mungkin oleh
semua jajaran NU, khususnya IPNU, lebih khusus lagi pesantren
(baca: RMI) dan Maarif.
Karena itu pimpinan Pusat IPNU masa Khidmad 2003-2006,
kini tengan memusatkan pikiran, sembari mengajak bergandeng
tangan dan merapatkan barisan pada semua eleman NU,
khususnya, untuk mengaktualisasikan kongres 2003 (khittah
1954), hingga benar-benar nyata hasilnya bagi keluarga besar
NU. Sehingga, bahwa IPNU sebagai kader NU kawah candra
dimuka atau garda terdepan dapat benar-benar menjadi
kenyataan. Jangan sampai terjadi lagi, IPNU dijadikan sebagai
lompatan politik praktis. Sebab IPNU diharapkan hanya dijadikan
lompatan untuk menciptakan kader NU yang terbaik dan
maslahat bagi bangsa Indonesia, pada umumnya. Hanya melalui
pendirian komisariat-komisariat, gagasan IPNU tersebut dapat
direalisasikan dengan benar dan tepat.
Eksplorasi Kader IPNU antara Struktur dan Kultur
Akhir-akhir ini, utamanya setelah sekian tahun masa
transisi dalam tubuh IPNU, sejak kongres Jombang1988, warga
NU yang tergolong dalam kaum mudanya, telah merasa gelisah
dengan pengkaderan. Seperti disinggung sebelum pembahasan
ini, IPNU telah kehilangan kader ditempat-tempat yang
sesungguhnya adalah milik NU atau strategis untuk didirikannya
IPNU. Mengingat hal ini, maka penting untuk dipetakan secara
sederhana dengan memetakan antara kader structural dan
kader cultural IPNU. Pembuatan kedua tipe ini, agar tidak
terkesan saling menyalahkan atau merasa benar sendiri (truth
claim).
Kader struktutral adalah kader yang telah mengikuti pola
pengkaderan IPNU dan atau mereka yang duduk dalam
kepengurusan IPNU. Kelompok ini, jumlah kadernya lebih sedikit
dibanding dengan kader kultural. Karena, kader cultural ini sejak
dini sudah merasa menjadi NU, tapi tidak terlibat di Struktur
IPNU atau semacam ini, disebabkan oleh latar belakang
keluarganya, pendidikan di pesantren, lingkungan tradisi yang
memakai budaya dan kebiasaan dengan mencontoh para ulama
NU. Umpamanya, tahlilan, Qunut, Marhabanan, Barzanji, dsi.
Mereka ini, jauh lebih banyak dari pada kader structural. Maka,

1
1

wajar jika IPNU merasa tidak punya kader secara formal


organisatoris.
Jika demikian halnya, maka banyak pertanyaan untuk
eksistensi
IPNU,
baik
aktivis
IPNU
maupun
system
pengkaderanya. Seperti, bagaimana dengan system rekrutmen
kadernya, apakah SDM nya kurang berkualitas atau
manajemennya lemah, dst, begitu pula dengan system
pengkaderan IPNU, tidak relevan lagi, kurang efektif, atau
kurang tersosialisasinya system pengkaderan hingga ke akar
rumput (grass root) dst. Lepas dari itu semua, jangan-jangan
orang-orang khususnya warga NU telah mempunyai image jelek
(negative thingking) terhadap IPNU itu sendiri. Mengingat,
misalnya karena IPNU tidak pernah melakukan kegiatan yang
langsung dapat dirasakan anggota masyarakat. Jadi, terkesan,
pengurusnya itu elitis dan ekslusif (tidak mau berbaur dengan
mass), yang penting jika ada kegiatan tingkat nasional atau
semacamnya IPNU ikut terlibat. Urusan kegiatan dan program,
tak perlu dipikirkan IPNU.
Soal-soal diatas, penting untuk dipikirkan dan diperbaharui
demi masa depan IPNU, khusunya dan NU pada umumnya.
Apalagi untuk membuat dan mendirikan IPNU diberbagai
komisariat. Bisa dikatakan, selain untuk introspeksi, juga untuk
evaluasi, efektivitas tidaknya pendirian komisariat itu. Apakah
hanya akan memperbanyak intitusi organisasi, tapi kosong
isinya. Atau sebaliknya, tidak perlu organisasi, tapi yang penting
roh dan isinya, yakni tetap menjadi warga NU atau IPNU dengan
kreativitas mereka sendiri, yang penting NU dan IPNU cultural.
Tipologi kader cultural dan structural penting di sini. Bagi
kader
kulturar,
kesan-kesan
simbolis
formalis
yang
mengharuskan pakai nama IPNU dengan beragam alasannya.
Tentu tidak mau. Inilah yang menggejala, sebelum IPNU kembali
ke Khittahnya. Seringkali, kegiatan IPNU tidak menyentuh
konstituenya (anggota yang sealiran dalam tradisinya), tapi
kegiatan IPNU hanya dirasakan oleh kelompok-kelompok
tertentu saja, biasanya hanya para pengurus yang duduk di
struktur IPNU. Karena itu, kader cultural leboh memilih aktif di
tempat-tempat yang seringkali sesuai dengan potensi,
kemampuan yang dimilikinya. Umpamanya, aktif diskusi
diberbagai
kelompok
diskusi
sekolah,
mushola,
aktif
diperkumpulan remaja masjid, aktif di pramuka, OSIS, KIR
(Kelompok Ilmiah Remaja), PMR, Pencak Silat, PII, dll.
Kegiatan-kegiatan yang disebut tadi, dalam tubuh IPNU
selama ini, seringkali ditinggalkan dan dijauhi, jika tidak
dimasukkan dalam program IPNU. Namun demikian, hal itu
bukan semata-mata kesalahan IPNU secara organisatoris saja.

1
2

Tapi
juga,
karena
telah
munculnya
Undang-Undang
pemerintahan yang dianggap telah memasung kreatifitas para
siswa, dan remaja pada umumnya, untuk tidak aktif pada
organisasi yang tidak bentukan pemerintah seperti, OSIS, Senat ,
Karang Taruna, Pramuka dll. Maka, kader kutural mengambil
posisi untuk tidak aktif dalam organisasi formal terebut,
termasuk IPNU di dalamnya.
Zaman telah berubah dengan cepat di Indonesia ini.
Pemerintah yang telah memasung kreativitas masyarakat
selama 30-an tahun lebih telah berakhir, lalu muncul presiden RI
ke 4, KH Abdurrahman Wahid, mantan ketua Umum PBNU, yang
memberikan kebebasan masyarakatnya, juga telah dipaksa
mundur. Terlepas dari kepentingan politik kelompok, semua itu
kerena bangsa ini masih dalam masa transisi atau lebih enak
disebut era reformasi.
Menyemangati positive thingking kondisi tersebut, maka
pimpinan pusat IPNU periode 2003-2006 atau era khittah IPNU
1954, telah berketetapan hati untuk menjadi IPNU sebagai
organisasi kader yang sebenarnya. Maksudnya, coba menggali
dan mengembangkan warga NU yang muda-muda untuk
berkiprah di IPNU sesuai dengan kemampuanya, dan IPNU telah
menyiapkan wadahnya. Misalnya, bagi para siswa yang inggin
aktif di kepanduan (baca: pramuka) IPNU, Kepalangmerahan
IPNU, KIR IPNU, dapat masuk dalam wadah CBP (Corp Brigade
Pembangunan) sebagai lembaga semi otonom IPNU yang
mengembangkan potensi warga NU sesuai dengan kualitas dan
keinginan untuk ahli dalam bidang-bidang tertentu. Sementara
itu IPNU sendiri menjadi wadah berhimpun semua komponen
yang ada, tidak membeda-bedakan kemampuanya.
Adapun pengembangan IPNU secara organisasi melalui
pembentukan komisariat, dapat juga memberikan kesempatan
pada semua lembaga pendidikan dan pesantren milik NU untuk
menjadikan IPNU sebagai organissi resmi dalam lembaga itu.
Sekalipun, tidak menutup kemungkinan untuk didirikanya IPNU
di luar lembaga tersebut, seperti SMU Negeri, MA Negeri.
Dengan program dan orentasi IPNU yang demikian, bukan
berarti
menafikan
adanya
kader
cultural
untuk
menghilangkanya. Justru, sebaliknya, yaitu antara kader cultural
dan structural tidak adanya saling bersitegang dan saling
menyalahkan. Diharapkan, dapat menjadi sinergi antara dua
kader tersebut. Ikhtiar IPNU, melalui mengembalikan IPNU
sebagai organisasi kader formal NU, kiranya dapat terwujud
dengan baik. Sehingga, tidak ada lagi kesan IPNU eksklusif atau
pengurus IPNU yang elitis, dan kurang bersentuhan dengan
keinginan warganya.

1
3

Jika demikan halnya, maka soal apakah system


pengkaderan IPNU masih relevan atau tidak, dapat dilihat
setelah pelaksanaan khittah IPNU tersebut. Begitu juga dengan
para aktivis IPNU, dituntut untuk selalu dekat dengan
masyarakatnya. Jadi, mengembalikan IPNU pada khittahnya,
sama dengan menjadikan IPNU jauh dari negative thingking
yang selama ini ditujukan pada IPNU, termasuk para aktivisnya.
Termasuk dengan pembentukan komisariat-komisariat IPNU di
lembaga pendidikan pesantren.
Dengan membentuk komisariat IPNU di tempat startegis
itu, ditinjau dari pembentukan masyakat warga (civic society)
yang demokratis, adil, dan beradab, maka IPNU telah
meletakakn sendi-sendi masyarakat yang benar-benar tepat.
Seperti, tidak memaksakan kehendak dan bebas menentukan
pilihanya. Apalagi, NU adalah entitas (bagian dari lingkungan)
civil islam dan civil society yang cukup signifikan (menentukan)
di Indonesia, saat ini.
Sekali lagi, IPNU adalah organisasi kader NU. Apakah
memilih menjadi kader kultufral atau structural, adalah hak
setiap warga NU. Tapi, akan lebih efektif bila dilakukan secara
kolektif dan organisasional sebagaimana yang tengah berjalan
selama ini. Karena itu, auto kritik dan korelasi kontruksi internal
bagi IPNU sangat penting.
Akhirnya, berkhidmat dengan IPNU sama dengan khidmat
dengan NU. Mencintai IPNU juga berarti mencintai NU. Saat ini
masuk di IPNU, besok masuk di NU. Dulu kader cultural, tiba
saatnya menjadi kader structural. Semua itu, tentu demi
tegaknya islam (aswaja yang dipegangi NU) dan masa depan
pemimpin bangsa in Indonesia yang tercerahkan.
Diharapkan, dengan paparan diatas, IPNU telah menanam
banih dan tunas-tunas kader. Karena itu, semoga benar-benar
menjadi kader yang handal dan mumpuni.

1
4

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN


KOMISARIAT IPNU DI LEMBAGA PENDIDIKAN
A. Sosialisasi
(Memperkenalkan)
IPNU
:
Pra
Pembentukan
Untuk menyampaikan dan memperkenalkan IPNU secara
organisatoris di lembaga Pendidikan (Sekolah, Pesantren),
maka perlu dilakukan dengan berbagai pendekatan dan caracara taktis, praktis-strategis, dan mengena. Upaya-upaya
ikhtiar itu sebagai berikut:
1. Pendekatan struktural (Sekolah, Pesantren, milik NU)
a. PW IPNU memfasilitasi pertemuan atau Rapat kerja
Segi Tiga Emas ( PC IPNU, LP Maarif , Kepala kepala
Sekolah Maarif ) dengan menghadirkan key Note
Speaker kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Depag
( Kasi Mapenda ) Tingkat kabupaten serta PC NU
setempat, dilanjutkan dengan penanda tanganan
MOU. Dalam rapat tersebut dibicarakan :
1. Sosialisasi urgensi keberadaan IPNU di sekolah
maarif.
2. Presentasi Juklak Komisariat Oleh PW atau PC
IPNU.
3. Merumuskan pola koordinasi antara PC IPNU, PC
LP Maarif dan Sekolah sekolah Maarif.
4. Membuat
kesepahaman
(MoU)
tentang
penggantian OSIS dengan IPNU sebagai opsi
pertama
atau
memasukan
IPNU
sebagai
organisasi Intra sekolah sebagai opsi yang kedua.
b. PC IPNU memfasilitasi pertemuan atau rapat kerja
bersama yang pesertanya adalah MWC NU Kepala
Sekolah di lingkungan NU se Kecamatan para
Pembina osis perwakilan osis PAC IPNU, dengan
maksud sebgai berikut :
1) Sosialisasi urgensi keberadaan IPNU di sekolah
maarif.
2) Merumuskan pola koordinasi antara PAC IPNU,
Kepala sekolah dan Komisariat.
3) Membuat
kesepahaman
(MoU)
tentang
penggantian osis dengan IPNU sebagai opsi
pertama
atau
memasukan
IPNU
sebagai
organisasi Intra sekolah sebagai opsi yang kedua.

1
5

2. Pendekatan Kepada Siswa dan santri


a. PC IPNU melakukan pendekatan kepada siswa melalui
MOS
b. PC IPNU melakukan pendekatan kepada siswa senior
yang berpengaruh dan dapat dijadikan pioner dalam
komunitasnya
c. Melakukan pendekatan pertemanan/ kekerabatan/
Kelompok siswa.
d. Menggunakan pendekatan lain secara intensif yang
arif dan elegance, sehingga dapat membuat
ketertarikan sendiri untuk bergabung dengan IPNU
sebagai wadah pengembangan diri.
3. Pendekatan Program Strategis
Pimpinan Cabang IPNU menciptakan kegiatan yang
kreatif dan strategis untuk menyajikan program yang
menarik dan diminati siswa-santri. Beberapa diantaranya:

Pengembangan wawasan intelektual keilmuan dan


religius dengan membuat study club sebagai kajian
berkala.

Menyajikan nuansa kegiatan yang kompetitif dan


prestisius, umpamanya liga SMU, PORSENI, Debat
Kontes dll.

Aktivitas yang rekreatif dan penyegaran diri


seperti: Festival Qosidah, Pagelaran Seni Budaya,
Lomba Cipta dan Baca Puisi. Dll

Sajian nuansa pengautan jiwa keagamaan dan


moralitas, misalnya persatuan terpadu remaja,
tadabbur alam, safari rohani dll.
4. Pendekatan Program dan organisasi dan Kaderisasi
a.
Latihan Kepemimpinan dan Organisasi
di Sekolah
b.
Masa Kesetiaan Anggota (MAKESTA)
da LAKMUD oleh : PAC, dan atau PC IPNU
B. Landasan Pembentukan/ Pendirian Komisariat
Mendirikan
komisariat
IPNU,
berarti
menumbuhkembangkan NU. Karena itu, jangan sampai
terjadi setelah komisariat berdiri, tapi tidak ada kegiatan
apapun. Artinya, juga NU tidak ada. Dengan kata lain, perlu
dibuktikan secara nyata kiprah dari pengurus komisariat itu.
Untuk menjadi organisasi yang kuat dan diperlukan landasan
organosasoi sebagai pijakan hukumnya.

1
6

Pendirian IPNU di komisariat-komisariat, bukanlah


hanya tanggung jawab pengurus IPNu komisariat saja, tetapi
juga pimpinan cabang , wilayah dan atau pimpinan Pusat
IPNU di Jakarta (baca: pasal 10 Bab VII peraturan Dasar
IPNU). Bahkan lebih luas lagi adalah tanggung jawab NU
(baca: PBNU) sebagai induk organisasi IPNU.
Peraturan Rumah Tangga (PRT) IPNU bab IV tentang
struktur pasal 15, pimpinan Komisariat adalah:
1. Pimpinan
komisariat
merupakan
suatu
kesatuan
organikyang memiliki kedudukan sebagai pemegang
kepemimpinan organisasi di tingkat sekolah, pesantren,
perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainya.
2. Pimpinan komisariat berkedudukan di lembaga pendidikan
yang merupakan pimpinan tertinggi IPNU di tingkat
lembaga pendidikan.
3. Pimpinan Komisariat memimpin dan mengkoordinir
anggota
di
daerah
kewenangannya,
serta
melaksanakan kebijakan Pimpinan Anak Cabang dan
Pimpinan Cabang untuk daerahnya.
4. Dalam satu lembaga Pendidikan / Pondok Pesantren yang
telah mempunyai sedikitnya 10 (sepuluh) anggota
dapat didirikan Pimpinan Komisariat, untuk selanjutnya
tidak diperbolehkan mendirikan pimpinan komisariat
yang lain.
5. Pimpinan Komisariat bertanggung jawab kepada rapat
Anggota.
PRT BAB V, Pelindung terdapat dalam pasal 17
1. Pelindung adalah pengurus Nahdlatul Ulama sesuai
dengan tingkatan kepengurusan yang bersangkutan.
2. Khsusus untuk kepengurusan Komisariat, Pelindung dapat
merupakan Pimpinan Lembaga Pendidikan / Pondok
Pesantren.
3. Fungsi pelindung
a.
Memberikan perlindungan dan pengayoman
kepada organisasi sesuai dengan tingkatanya
masing-masing
b.
Memberikan dorongan, saran-saran dan bantuan
moril maupun materiil
Dewan Pembina terdapat dalam pasal 18
1.
Dewan Pembina IPNU di semua tingkatan kepengurusan
terdiri dari:

1
7

2.
3.

Alumni pengurus IPNU sesuai dengan tingkatan


masing-masing
Orang-orang yang mempunyai hubungan moril dan
berjasa terhadap pembinaan generasi Muda
Nahdlatul Ulama.
Struktur dewan Pembina terdiri dari seorang ketua dan
beberapa anggota.
Fungsi dewan Pembina :
Memberikan pembinaan secara berkesinambungan
dan memberikan nasehat baik diminta ataupun
tidak diminta.
Memberikan dorongan moril maupun materiil
kepada organisasi.

PRT BAB VI, Kepengurusan pasal 19


a. Pengurus pimpinan Komisariat/ranting terdiri dari
pengurus
Harian,
ditambah
dengan
pengurus
departemen dan atau pengurus badan/ Lembaga
b. Pengurus harian terdiri dari : Ketua, beberapa wakil
ketua, sekretaris, beberapa wakil sekretaris, bendahara,
serta beberapa wakil bendahara.
C. Mendirikan/ membentuk Komisariat IPNU
1. Jumlah anggota sedikitnya 10 orang
2. Memilih pimpinan Komisariat (PK) untuk satu tahun
(baca: satu periode)
a. Syarat-syarat menjadi PK:
Umur setinggi-tingginya 23 tahun
Pendidikan serendah-rendahnya SLTP atau yang
sederajat
Pernah mengikuti MAKESTA
b. Ketua Komisariat dipilih langsung oleh Rapat Tahunan
Anggota
c. Teknik pemilihan ditentukan melalui sidang rapat
anggota tahunan
d. Para pengurus lengkap dipilih oleh tim formatur
e. Tim formatur terdiri dari:
Ketua terpilih (mandataris)
Perwakilan peserta
Pengurus PC IPNU
3. Pimpinan Komisariat di sahkan oleh cabang dengan
rekomendasi Pimpinan Lembaga Pendidikan.

1
8

D. Struktur dan Bagan


1.
Pelindung
:
Pimpinan Lembaga Pendidikan / Pondok Pesantren
2.
Dewan Pembina
: senior
atau alumni (3 orang)
3.
Pimpinan Komisariat
: Ketua,
Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara,
Wakil Bendahara dan beberapa deperteman dan
lembaga-lembaga sesuai dengan kebutuhan, contoh:

1
9

Pelindung
Dewan Pembina
Ketua
Wakil Ketua

Bendahara
Wakil Bendahara

Departemen

Departemen

Sekretaris
Wakil Sekretaris

Departemen

Lembaga

Hal-hal lain, berkaitan dengan kelengkapan keorganisasian dan


administrasi, tugas dan wewenang, dll. dapat dilihat dan baca
lengkap di buku Peraturan Organisasi dan Administrasi (POA).

PASCA PEMBENTUKAN : LANGKAH-LANGKAH


KERJA DAN PROGRAM STRATEGIS
Untuk merangsang kegiatan setelah pembentukan IPNU
Komisariat, dipandang perlu untuk memberikan pancingan
alternative kegiatan. Bagian ini, selain melanjutkan bagian
sebelumnya, juga menawarkan beberapa kegiatan yang
dianggap strategis, baik untuk langkah kerja atapun program
kerja. Diharapkan bagian ini dan sebelumnya, dapat menjadi
pedoman singkat untuk terbentuk dan berjalanya kegiatan IPNU
di Komisariat.
A. Langkah kerja Strategis ( LKS): Pemberdayaan
Pengurus
Maksud LKS adalah untuk memudahkan pijakan kegiatan yag
terencana dan tidak terjadi kemandekan (stagnasi) setelah
dibentuknya komisariat IPNU. Semua ini hanyalah pedoman
singkat saja, Sebagai gambaran umum dalam IPNU tingkat
komisariat
1. Pelantikan dan Rapat Kerja Pengurus
Pelasanaan kegiatan awal dari pengurus komisariat secara
resmi dan formal adalah Pelantikan, Setelah Pelantikan,

2
0

untuk efisiensi ( sederhana ) dapat dilaksanakan rapat kerja


(raker) Pengurus. Tentu raker ini dimaksudkan untuk
membuat program kerja,baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Acara kegiatan ini, tidak boleh terlalu lama sekali,
setidaknya tiga minggu setelah terbentuknya kepengurusan
lengkap Pimpinan Komisariat IPNU . Acara ini diharapakan
dapat dihadiri oleh semua kader, anggota senior dan alumni,
baik IPNU ataupun NU, Hal ini untuk menumbuhkan
semangat perjuangan yang membara dimasa mendatang.
2. Up grading; Konsolidasi kepemimpinan dan Organisasi
Setelah pelantikan, para pengurus IPNU Komisariat perlu
untuk menyamakan atau memepersatukan gagasan dan
pengetahuan dalam rangka memajukan IPNU. Selain untuk
saling mengenal lebih dekat secara emosional antar masingmasing pengurusnya. Hal demikian sering disebut dengan up
grading atau orientasi pengurus. Sebenarnya, acara
semacam ini dapat pula dirangkai dalam satu paket dengan
pelantikan, jika tidak menggangu raker jika rakernya setelah
up grading. Tentu saja secara teknis operasional terserah dan
bebas untuk masing masing kepengurusan. Materi yang
disampaikan
dalam kegiatan yang bertujuan unutk
konsolidasi pengurus ini adalah sputar kepemimpinan,
sejarah bangsa, ke NU an dank e organisasian. Lalu
manajemen untuk mengelola organisasi, khususnya IPNU,
atau materi yang berkaitan dengan teknik teknik
berorganisasi.
3. Membentuk CBP, Kepanduan, Kepalangmerahan dan
Kepencintaalaman
CBP ( Corp Barisan Pelajar ) IPNU merupakan wadah bagi
para kader IPNU yang ingin mendalami secara khusus dalam
bidang bidang tertentu dalam masyarakat sesuai dengan
potensi dan kemauanya. Setidaknya ada tiga bidang ;
kepanduan, kepalangmerahan, kepencintaalaman. Nah
setelah program kerja ditetapkan, dan dalam kepengurusan
ada lembaga khusus mengenai CBP, misalnya, maka perlu
dibentuk CBP-CBP sesuai dengan bidang garapnya. Jika
disekolah, OSISnya adalah IPNU itu sendiri, maka
Pramukanya adalah CBP. Begitu juga dengan lainya seperti
PMS (Pamalng Merah Sekolah) atau PKS ( Polisi keaanan
Sekolah). Jika OSISnya bukan IPNU, tapi tetap OSIS yang
dulu, maka CBP juga dapat berdiri sendiri tanpa harus
merubah Pramuka. Bagi anggota IPNU yang punya keinginan

2
1

aktif di Kepanduan, maka perlu membentuk CBP IPNU bidang


kepanduan. Demikian seterusnya , Jadi,. Dengan membentuk
CBP, berarti IPNU Komisariat telah memberikan wadah
khusus bagi para kader IPNU sesuai dengan aspirasi dan
gagasanya. Diharapkan, kader IPNU kedepan dapat
professional sesuai dengan bidang keahlianya.
4. Kegiatan kegiatan Tentatif Monumental.
Untuk memajukan dan menumbuhkembangkan IPNU di
komisariat, seiring dengan kegiatan kegiatan tersebut,
perlu juga unutk membuat program yang sesuai dengan
kondisi masing masing komisariat, Inilah yang dimaksud
dengan kegiatan tentative-monumental. Misalnya harlah
IPNU dibarengkan dengan acara maulud nabi Muhammad
SAW. Acara 17-an agustus digunakan untuk pelantikan
pengurus baru dsb. Yang monumental, misalnya, bulan
ramadhan digunakan untuk terawih, tadarus besama, lalu
juga dengan diadakanya kursus kursus singkat; kaligrafi,
qiraah, menjahit dll. Termasuk yang tentative menumental
adalah hari raya idul fitri ( halal bihalal ) dan hari raya
kurban ( idul adha ). Kedua ied itu, tentu saja dapat
digunakan untuk kegiatan IPNU yang bersifat sosial
keagamaan dan kemasyarakatan,
5. Pelatihan dan diskusi temporer.
Kegiatan pelatihan dan diskusi temporarer dapat pula
dimasukkkan dalam kgiatan tentative monumental. Apakah
pelatihan jenjang kedua IPNU ( LAKMUD ), atau makesta itu
sendiri. Juga, dapat pelatihan pers, kepemimpinan dsb.
Adapun diskusi temporer merupakan kegiatan diskusi untuk
melihat perkembangan an persoalan sosial yag terjadi di
masyarakat, bangsa, NU atau IPNU itu sendiri. Baik dalam
rangka untuk tukar wawasan , urun rembug atau
menyatakan sikap dan pendapat atas fenomena sosial
tersebut.
Hal
ini
penting,
untuk
mengembangkan
pengetahuan
dan
peneguhan
sifat
kepelajaran
( intelektualitas ) IPNU. Dalam diskusi, bentuknya cukup
beragam, apakah seminar, workshorp, loka karya, halaqah,
bedah buku dst. Semua itu bergantung dari kebutuhan
kegiatan.
B.

Progam Kerja Strategis : Pengkaderan IPNU

2
2

Sesuai
hasil rakernas tahun 2007, secar formal dan
berjenjang pengkaderan IPNU dibagi dalam tiga tingkatan.
Tingkat pertama disebut MAKESTA ( Masa Kesetiaan
Anggota ), LAKMUD ( Latihan Kader Muda ) dan terakhir,
tingkat lanjut disebut sbegai LAKUT ( Latihan kader Utama ).
Ketiga kegiatan ini merupakan program strategis untuk
kaderisasi IPNU. Adapun untuk IPNU di Komisariat lebih
strategis lagi adalah MAKESTA.
MAKESTA adalah suatu sarana untuk menghantarkan calon
anggota IPNU
dari kehidupan individual menjadi hidup
berorganisasi (sosial ) sekaligus sebagai sarana orientasi dan
sosialisasi terhadap kehidupan organisasi IPNU. Tujuan
umumnya, mengantarkan calon anggota IPNU ke arah
perubahan jiwa, sikap, mental dan menumbuhkan kesadaran
tentang pentingnya suatu organisasi dalam kehidupan
ermasyarakat dan secara resmi menjadi organisasi.
Secara khusus tujuan mkesta adalah pertama, menggugah
jiwanya dan menunjukkan sikap maupun mentalnya untuk
dapat hidup berorganisasi. Kedua, menumbuhkan rasa
kecintaan , menyadari akan pentingnya berorganisasi di IPNU.
Ketiga, menerapkan dirinya sebagai anggota masyarakat
yang baik dan melaksanakan tugasnya sebagai organisasi
IPNU yang dicintai. Keempat, mengetahui pengetahuan dasar
ke IPNU an dan PD PRT nya.
Dalam pelatihan jenjang pertama IPNU tersebut, diharapakan
samapai pada target agar mampu membentuk anggota IPNU
yang menyadari tugas dan tanggungjawabnya; lalu anggota
IPNU yang mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnya
berorganisasi, dan anggota IPNU yang mempunyai motivasi
tinggi untuk mengikuti latihan- latihan berikutnya.
Secara teknis, syarat menjadi peserta MAKESTA adalah para
pelajar, santri yang berusia 12-29 tahun. Agar pelatihan
berjalan dengan baik dan efektif, maka peserta jumlahnya
diusahakan tidak lebih dari 40 ( empat puluh orang ) orang.
Waktu pelaksanaan sedikitnya satu hari dan standartnya dua
hari.
Setelah pelatihan dibuka oleh Ketua NU atau Ketua PC IPNU,
maka peserta berkenalan ( taaruf) satu sama lain. Hal ini
sebagi materi perdana dalam makesta . Selanjutnya, peseta
dapat memasuki materi pokok Makesta, Aswaja ( Ahlussunah
wal jamaah ), ke NU an dan Ke IPNU an. Beberapa materi

2
3

pendukung dan tambahan bisa saja diterapkan sesuai dengan


kebutuhan kader.
Selain MAKESTA, terdapat kegiatan serupa yang dapat
menunjang para warga anggota dalam mendalami dan
menjadi kegiatan yang professional. Umpamanya, pelatihan
junalistik ( pers ) atau investigated reporting, Peltiha
kepemimpinan santri, mahsiswa dan pelajar. Dll
Pelatihan Formal jenjang kedua dalah LAKMUD IPNU. Ini
adalah pelatihan untuk lebih memantapkan jati diri kader
IPNU, baik untuk intern IPNU sebai kader yang militan, atapun
ekstrem untuk responsibility
kader IPNU atas persoalan
sosial kemasyarakatan yang terjadi. Sehingga, dapat
memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi semua.
Selanjutnya, LAKUT. Ia merupakan jenjang akhir pengkaderan
di IPNU. Dalam pelaksanaanya dapat dijadikan sebagai sarana
evaluasi kritik, utamanya krirtik yang membangun (
konstruktif ) bagi perjuangan IPNU ke depan. Termasuk dalam
LAKUT ini adalah reformulasi ( membentuk kembali) atau
rekonstruksi jati diri IPNU, baik visi, misi maupun targetnya.
Yang terpenting dari LAKUT adalah membentuk jaringan
informasi antar kader IPNU yang berkualitas, visioner dan
inovatif ( mampu merubah keadaan ) .

KONSEPSI IPNU SEBAGAI PENGGANTI OSIS


(Menjadikan IPNU sebagai organisasi intra sekolah )

Fungsi

Bentuk Kagiatan

Pelayanan Kesiswaan
(PHBI, Seminar, Bedah Buku, Diskusi Panel,
Wadah Upacara, Class Meeting)
Aktualisa Pengembangan Minat dan Bakat
(Kesenian,budaya, Pagar Nusa, Karya Ilmiah
si Kader Remaja, Majalah Sekolah, dll)
(Siswa) Sosial Kemasyarakatan
(Donor darah, Bhakti Sosial, Kuliah Kerja
Lapangan, CBP, KKP)
Penguata MOSIBA (Masa Orientasi Siswa
Baru)
n
( Berisi materi tentang pengenalan sekolah,
dan Ke-IPNUan)

Pembina

Pembina
IPNU
(Waka
kesiswaan)

Pembina
IPNU
(Waka
kesiswaan)

2
4

MAKESTA (Masa Kesetiaan


Anggota)
(satu-satunya pintu masuk siswa menjadi
anggota IPNU)
LAKMUD (Latihan Kader Muda)
(Prosesi pengkaderan sebagai kelanjutan
dari Makesta)
Pelatihan Penunjang

Kapasita
s Kader

( Pelatihan Kepemimpinan, Pelatihan


Administrasi, Pelatihan Jurnalistik dsb.)
Rapat Anggota
( Dilaksanakan setiap setahun sekali untuk
pergantian kepengurusan )
Mengikuti Konferensi Anak Cabang
& Konferensi Cabang
(Berisikan hak dan Kewajiban dari masing
Konsolida masing Pimpinan Komisariat)
Model Pembinaan Komisariat
si
Kelemba
gaan

PAC

PC
Pembina
IPNU
(Waka
kesiswaan)
PK

PC dan PAC
Waka
Kesiswaan

(Mengatur hak dan kewajiban Pembina IPNU


serta kaitanya dengan struktur di PC dan
PAC)

Struktura Kartu Tanda Anggota


l
( Sebagai prasarat pengaturan organisasi
IPNU dari tingkat cabang samapai dengan
Pimpinan Komisariat )
Keikutsertaan pada kegiatan
Ancab, Cabang, Wilayah dan Pusat)
( Sebagai Konsekuensi dari berdirinya
Pimpinan Komisariat )

Pimp.
Cabang

PAC, PC, PW,


PP

2
5

HUBUNGAN KELEMBAGAAN
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dengan LP
Maarif
I.

LATAR BELAKANG
IPNU sebagai garda terdepan perjuangan NU dituntut untuk
dapat meneruskan perjuangan para ulama yang tergabung
dalam organisasi NU, oleh karenanya keberadaan oragnisasi
ini mutlak diperlukan sebagai penerus organisasi karena
kebesaran dan kehancuran NU kedepan sangat tergantung
bagaimana kondisi IPNU sekarang.
Sebagai konsekuensi dari tujuan itu, maka IPNU dituntut
untuk mencetak kader profesional yang dapat menjalankan
roda organisasi secara sistematis. Oleh karenanya proses
pengkaderan
dan pendistribusian kader merupakan
indikator kuat keberhasilan organisasi ini.
Selama segmen garapan tidak jelas artinya siapa dan mana
yang harus digarap, maka eksistensi organisasi pun patut
dipertanyakan. Merujuk pada hasil kongres XII IPNU dan XIII
dimana segmen garapan organisasi ini adalah pelajar dan
atau seusia pelajar, merupakan satu bentuk keberanian
yang patut mendapat penghargaan tersendiri, karena
setidaknya dengan kembalinya IPNU keakar sejarah maka
semakin jelas siapa yang harus digarap dan tidak ada lagi
kata over lape dengan organisasi Ansor maupun Fatayat,
sehingga proses pengkaderan yang berjenjang benar-benar
akan terlaksana.
Saatnya IPNU menggantikan OSIS
Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama sejak didirikanya kurang
lebih 56 tahun yang lalu seharusnya telah menjadi dewasa
untuk usia sebuah organisasi pengkaderan. Konstituen IPNU
yang di topang oleh Maarif dan Nahdhatul Ulama merupakan
sebuah modal tersendiri yang sangat kuat apabila basis
IPNU mampu menangkap alur gerakan pengkaderan .
Namun seiring dengan perubahan waktu dalam Undang
Undang no 8 tahun 1985 posisi IPNU sebagai garda terdepan
Organisasi NU telah bergeser diganti dengan Organisasi
Siswa Intra Sekolah ( OSIS ). Saatnya kemudian IPNU
kembali pada basic pelajar guna mewujudkan kader yang

2
6

maju, mandiri untuk kemajuan Nahdhatul Ulama mendatang


melalui kerjasama dengan Lembaga Pendidikan Maarif. Dan
sudah saatnya IPNU
dapat berdiri mandiri di sekolah
lingkungan Maarif karena kita tidak ingin basis pengkaderan
kita terputus kembali.
II. LANDASAN KERJA
Pendirian IPNU di komisariat sekolah adalah sebagai sebuah
manivestasi amanat Kongres IPNU XIII dan Kongres XII di
Makasar untuk mengembalikan konstituen IPNU pada basic
pelajar dan santri. Sedangkan Dasar tentang pendirian
komisariat IPNU adalah sebagai berikut :
1.

Peraturan Rumah Tangga IPNU Pasal 13 tentang


Pimpinan Komisariat
2.
Pedoman Pokok Organisasi dan Administrasi IPNU
BAB XXVI tentang Pimpinan Komisariat
3.
Pedoman Pokok Organisasi dan Administrasi IPNU
BAB XXIV tentang Tata Kerja Pengurus Komisariat
4.
Memorandum Of Understanding PW IPNU dengan
PW Lembaga Pendidikan Maarif Jawa Tengah
III. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi IPNU dalam hal ini diterjemahkan
berdasarkan PD/PRT Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama serta
penterjemahan dari PPOA dan pengejawantahan secara
langsung kerjasama PW IPNU dengan PW LP Maarif. Bahwa
struktur organisasi yang dibuat disini untuk memudahkan dalam
aplikasi pelaksanaan di lapangan serta untuk mewujudkan
gagasan IPNU yang kembali pada basis pelajar dan santri dan
dimanivestasikan melalui pembentukan komisariat
di
lingkungan sekolah Maarif.
Struktur IPNU dengan LP Maarif
LP MAARIF
Cabang

PC IPNU

Kepala Sekolah

PAC IPNU

KOMISARIAT IPNU

2
7

Keterangan :
Komisariat IPNU dalam hal ini diposisikan sebagai organisasi intra
sekolah sehingga keberadaanya menjadi satu dengan pihak sekolah
melalui wakamad urusan Kesiswaan sehingga koordinasi internal
pengurus IPNU di sekolah menjadi pembinaan Wakamad Kesiswaan ,
sedangakan untuk koordinasi dengan kegiatan ke IPNU an dapat di
koordinasikan dengan Pimpinan Anak Cabang

Struktur Organisasi Dalam IPNU Komisariat.


Pelindung
Pembina

: Kepala Sekolah
: Wakamad Kesiswaan
PC IPNU ( ex Offisio )
: ( Menggantikan posisi Ketua OSIS )

Ketua IPNU

BAGAN ALIR PENDIRIAN KOMISARIAT IPNU


PW IPNU
Petunjuk Teknis Pendirian
Komisariat

PW LP MAARIF
Menyetujui Pembahasan dan
aplikasi dilapangan

PC IPNU

PC MAARIF
Persetujuan Pendirian
Komisariat di Cabang
Maarif

Pembahasan Teknis
Dan Pendekatan dengan
PC Maarif dan pihak Sekolah

PAC IPNU
Pedekatan kepada OSIS
tentang pergantian OSIS dg
Komisariat IPNU

OSIS
Deklarasi Komisariat IPNU di
sekolah atas persetujuan
kepala sekolah
IV. POLA KOORDINASI

Dalam hal ini posisi IPNU komisariat mempunyai fungsi


hampir sama dengan Pimpinan Ranting. Namun dalam hal ini
adalah Dalam Wilayah ekstrenal. sedangkan wilayah internal
Komisariat IPNU dengan pihak sekolah PAC tidak dapat turut

2
8

campur untuk persoalan internal. Pola koordinasi yang


dimaksudkan disini bahwa PC berhak masuk dalam pelatihan pelatihan formal yang diadakan oleh Komisariat ( Makesta
Lakmud Lakut ) sehingga di luar wilayah ke IPNU an PC
tidak dapat melakukan intervensi apapun terhadap sekolah.
Komisariat berhak hadir dalam konferensi Anak Cabang maupun
Konferensi Cabang sehingga statusnya sama dengan
yang
tergambarkan dalam PPOA dan PD/ PRT.

KADERISASI FORMAL DI KOMISARIAT SEKOLAH


Materi MAKESTA di Komisariat
No

Nama Materi

Perkenalan

Kontrak Belajar

Ranting
1.
2.

Fasilitator dan peserta memper-kenalkan diri.


Menyampaikan gambaran awal mengenai
pelatihan ini ke peserta.

1.

Mengajak peserta mengungkapkan harapan dan


kekhawatiran mereka berkaitan dengan pelatihan ini.
Mengajak peserta membuat tata tertib pelatihan
memahami pentingnya membuat kontrak belajar
dalam pelatihan orang dewasa..
hal-hal yang perlu dicantumkan dalam kontrak
belajar

2.
3.
4.

1.
3

Sosiologi dan
Antropologi Pelajar

2.
3.

4.
1.
2.
4

Ke Islaman
3.
4.
1.
2.

Ke NU an I

3.
4.
2.

Komponen komponen sekolah dan peran yang


dimainkannya.
Psikologi pelajar, latar belakang sosiologis
Problematika Pelajar dan sekolah.
Sekolah sebagai miniatur Negara
Islam Rahmatan Lil Alamin
Tradisi Masyarakat Islam, Pengertian dan dasar
hukumnya (tahlil, qunut, dibaiyah, ziarah kubur, haul,
tarawih 20 rakaat, adzan 2 dalam jumat, talqin,
istighotsah, dll ]
Khilafiahnya
Tradisi Islam Nusantara untuk kejayaan bangsa
masa Walisongo
kelahiran NU
lambang NU

Islam pada
Seputar
Makna filosofis

Tinjauan
tentang Sistem Organisasi NU ( Tujuan, Kepengurusan,
Keanggotaan, Usaha Usaha NU )
Metamorfosis NU

2
9

1.

Ke IPNU an I

2.
3.
4.
5.
1.

Prinsip Perjuanngan
IPNU

Keorganisasian

2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.

Metode
Pengorganisiran dan
Strategi Gerak IPNU

1.
2.
3.
1.
2.

10

Baiat

3.
4.
5.
6.

sekilas Gerakan kaum muda di Indonesia dan


pengaruhnya.
latar belakang kelahiran IPNU
Perjalanan IPNU dari Masa Ke Masa
Tinjauan PD / PRT IPNU ; lambang, tujuan, asas,
keanggotaan, dll .
Hubungan IPNU dengan NU beserta Banomnya
maupun ormas lain.
berpikir IPNU
bersikap dan bertindak IPNU
bersikap dan berorganisasi

Landasan
Cara Berpikir ,
Landasan

Jati diri IPNU


Orientasi IPNU
Devinisi dan Komponen komponen organisasi
Asas Dan Prinsip Prinsip Organisasi
Macam Dan Jenis Organisasi Beserta
Karakteristiknya.
Manfaat Organisasi ( khususnya IPNU ) bagi
anggota
Pentingnya pengorganisiran
Karakteristik Organizer
Teknik, metode dan langkah
pengorganiziran.
Kesadaran Tauhid
Kesadaran akan hakekat hidup ( dari mana, mau ke
mana dan untuk apa )
Ingatan akan mati dan resiko kehidupan
Refleksi perjuangan orang tua, pejuang pejuang
agama, Negara dan imajinasi saat ini mereka sedang
apa.
Puncak Doktrinasi Peserta Makesta
Sumpah baiat Kesetiaan

3
0

Materi LAKMUD di Komisariat


No

Nama Materi

Analisa Diri

Pengantar Wacana
Global

Konstruksi Materi
1.
2.
3.
4.
5.

Konsep Ketuhanan dalam Islam


Siklus keberadaan Manusia
Kholifah Fil Ard
Tugas tugas Kholifah Fil Ard
Tentang Dunia dan Akhirat

1.
2.
3.

Kepentingan di balik perang dunia I dan II


Dampak Perang dunia I dan II
Perubahan bentuk kolonialisme ( dari
penjajahan fsik ke penjajahan ekonomi
politik dan budaya )
Hegemoni kapitalisme terhadap dunia ketiga (
Indonesia )

4.

Ahlussunah waljamaah I

Gerakan Islam di
Indonesia dan
sejarahnya

1.
2.
3.
4.
5.
6.

dalil dali yang jadi rujukan aswaja


Genealogi aswaja di indonesia
pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
prinsip prinsip Islam Aswaja
Taqlid, ittiba, ijtihad dan istinbat
Memahami karakteristik 4 madzhab pada
masalah fiqih

1.

Perjalanan sejarah gerakan keagamaan /


keislaman di indonesia.
genealogi gerakan keislaman di Indonesia,
tujuan dan pola gerakannya.
Peran gerakan keagamaan dalam membentuk
dan mempengaruhi nalar masyarakat
Kelebihan dan kekurangan gerakan gerakan
keagamaan.

2.
3.
4.
1.

Ke NU an II

2.
3.
4.
1.
2.

Ke IPNU an II

Pengantar Jurnalistik

3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.

Leadhership

3.
4.
5.
6.

Mabadiu Khoiro Ummah , Panca Gerakan NU &


Khittoh NU
Program dan Kebijakan NU di Muktamar
terakhir.
Analisa NU dalam perkembangan / dinamika
perjuangan
Peluang dan Tantang NU di era global
Tinjauan sosiologis dan strategis
kelahiran IPNU
peristiwa dan keputusan penting dari
kongres ke kongres
Kebijakan strategis IPNU ke depan
Posisi dan peran IPNU dalam kontek
kepelajaran dan konteks kemasyarakatan
Pers dan public opini
Analisis Media
Peta dan Konstelasi Pers di
Indonesia
Pers di IPNU
Pengertian kepemimpinan
Teori munculnya pemimpin di
masyarakat
Tipologi kepemimpinan
pemimpin dan Manager
Analisis realitas kepemimpinan di IPNU
Rekonstruksi kepemimpinan pelajar
Pola kepemimpinan efektif

3
1

1.
2.

Problematika Pendidikan
Di Indonesia

3.
4.
5.

Materi
pelatihan
Komisariat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

uksi pendidikan nasional Di Indonesia

Konstr

Studi
analisis terhadap Kurikulum Pendidikan
Indonesia
Kajian
Kritis terhadap UU Sisiknas
Proble
m problem pendidikan di Indonesia.
Mencar
i Formulasi Pendidikan yang Idela bagi bangsa
Indonesia

Administrasi

dan

Organisasi

di

Managemen Organisasi
Kepemimpinan
Sistem Administrasi IPNU
Teknik Komunikasi Efektif
Specific Problem Solving
Teknik Diskusi dan persidangan
Teknik Pembuatan proposal
Networking and Lobying
Materi Ketrampilan Organisasi

3
2

PEMAKAIAN SERAGAM
A.

Seragam Resmi IPNU


1. Celana panjang berwarna Hitam
2. Jas berwarna Abu abu kehijauan ( makna filosofi abuabu, Kepelajaran sedangkan kehijauan Nahdlatul Ulama )
3.
Bentuk/ model Jas lengan panjang dengan dua
buah saku bawah
4.
Di dada Kiri terdapat Tuliasan IPNU dan tingkatan
Organisasi ( Contoh : Pimpinan Komisariat IPNU ) dan di
bawahnya ( pada saku kiri ) terdapat lambing IPNU.
5.
Sedangkan di dada sebelah kanan mengenakan
papan nama.
6.
Di lengan kanan terdapat Bedge lokasi nama
Komisariat.
7.
baju berwarna Putih
8.
Di dada berkalung senat band yang berbandul
lambang IPNU

B. Pengggunan Seragam resmi IPNU


Penggunaan seragam resmi IPNU pada acara acara resmi,
yaitu :
1. Forum forum seremonial dari tingkat Pusat sampai
dengan Ranting/ Komisariat
2. Forum forum permusyawaratan dari tingkat Pusat
sampai ranting, khusus pimpinan Sidang
3. Forum forum pengkaderan dan pelantikan
4. Menghadiri undangan yang mengatasnamakan organisasi
IPNU baik di dalam maupun diluar IPNU
C. Kostum dan Kaos Olahraga
1. Celana Panjang berwarna biru tua
2. Kaos Panjang berlengan panjang berwarna putih dan di
atas saku sebelah luar diletakkkan badge olah raga
3. Kaos bagian belakang sebelah atas melingkar tulisan
IPNU dan sebelah bawah singkatan organisasinya.

Catatan:
a. untuk komisariat sekolah tingkat Madrasah Aliyah , celana
hitam dapat diganti dengan celana sekolah berwarna abu
abu
b. untuk komisariat sekolah tingakat Madrasah Tsanawiyah
celan hitam dapat diganti dengan Celana biru panjang

3
3

c. Penempatan badge sama ( nama, logo IPNU, Tingkatan


Kepengurusan ) dengan pemakaian pada seragam resmi

CONTOH PENEMPATAN BADGE


Lengan Kanan
(Tulisan nama Pimpinan Komisariat dan Cabang )

Keter :

Garis Tepi berwarna Kuning

Tulisan Nama Berwarna Kuning

Warna tengah Hijau

Dada Kanan
Tulisan nama pemilik

Keter :

Garis Tepi berwarna


Kuning

Tulisan Nama Berwarna


Kuning

Warna tengah Hijau

Dada kiri
( Lambang IPNU; warna sesuai dengan PPOA)

Keter :

Garis Tepi berwarna


Kuning

Tulisan Nama Berwarna


Kuning

3
4

Warna tengah Hijau

Warna lambang sesuai warna


Asli di PO PA

KARTU TANDA ANGGOTA


Petunjuk teknis
1. Jenis Kertas
2. Warna Kertas putih polos dan semua tulisan berwarna
hijau sesuai warna logo
3. Ukuran Kartu yang dipakai 5 x 8,5 cm dalam bentuk
persegi panjang
4. KTA terdiri dari 2 muka, yaitu muka depan dan muka
belakang.
Muka depan memuat informasi :
a. Lambang IPNU
b. Tulisan KARTU TANDA ANGGOTA IPNU
c. Visi IPNU
d. Foto pemegang
e. Tanda tangan pemegang
Muka belakang memuat identitas pemegang yang
meliputi:
a. Nomor Induk Anggota
b. Nama
c. Tempat dan Tanggal lahir
d. Alamat Lengkap
e. Nama PR/PK dan PAC asal
f. Tanggal penerbitan
g. Tanda tangan Ketua PC IPNU dan Ketua PC. LP
Maarif beserta Stempel
5. KTA ditempel Photo ukuran 2x3 berwarna
6. Kartu
tanda
anggota
berlaku
selama
yang
bersangkutan masih memenuhi syarat keanggotaan
IPNU
7. Bagi segenap jajaran pengurus disemua tingkatan KTA
dibuat berdasar domisili masing- masing, Contoh;
Pimpinan Pusat yang berdomisili di Jakarta Utara maka
KTA dibuat oleh PC IPNU/ Jakarta utara dan seterusnya
8. Hal hal yang belum dibahas dapat diusulkan kemudian.
Ketentuan Pengisian Kolom

3
5

1.

Nomor Anggota :
XI.26.03.7354.74.150
Terdiri dari
:a/b/c/d/e/f
a. Kode wilayah Jawa Tengah : XI
b. Kode Cabang ditulis dengan angka
c. Kode Pimpinan Anak Cabang ( ditentukan oleh
Cabang)
d. Tahun kelahiran IPNU
e. Dua angka terakhir tahun kelahiran pemegang
f. Nomer registrasi pendaftaran
Petunjuk Kode Pimpinan Cabang
PIMPINAN
CABANG
PC. REMBANG
PC. KUDUS
PC. PATI
PC. JEPARA
PC. BLORA
PC. GROBOGAN
PC. DEMAK
PC. KOTA
SEMARANG
PC. KAB.
SEMARANG
PC. SALATIGA
PC. KENDAL
PC. BATANG
PC. KAB.
PEKALONGAN
PC. KOTA
PEKALONGAN
PC. PEMALANG
PC. KAB. TEGAL
PC. KOTA TEGAL
PC. BREBES

KOD
E
01
02
03
04
05
06
07

PIMPINAN CABANG

KODE

PC.
PC.
PC.
PC.
PC.
PC.
PC.

19
20
21
22
23
24
25

TEMANGGUNG
BANYUMAS
BANJARNEGARA
PURBALINGGA
CILACAP
KOTA MAGELANG
KAB. MAGELANG

08

PC. WONOSOBO

26

09

PC. KEBUMEN

27

10
11
12

PC. PURWOREJO
PC. KLATEN
PC. SRAGEN

28
29
30

13

PC. WONOGIRI

31

14

PC. KARANG ANYAR

32

15
16
17
18

PC.
PC.
PC.
PC.

33
34
35
36

BOYOLALI
SURAKARTA
SUKOHARJO
LASEM

PENUTUP : MENUAI KADER SEJAGAD


Kongres XIV di Surabaya adalah roh perjuangan IPNU untuk balik
kanan, jika bukan kembali ke khittah tahun 1954. sebagai
penegasan Dekalarasi Makasar dalam kongres ke 13. Semakin
mementapkan kader NU dijalur struktur organisasi NU secara
sistematis dan metodis. Jadi khittah NU kembali ke tahun 1926
merupakan bagian tak terpisahkan dari gerakan IPNU untuk
mendirikan dan membentuk IPNU komisariat di Lembaga

3
6

Pendidikan, Sebab perjuangan khittah NU unutk memberikan


kesempatan seluas luasnya pada kader NU yang berpotensi
haruslah didukung, karena itu brjangaka panjang dan meluas.
Akhir kata, dengan tersusunya panduan dan pedoman
pembentukan atau pendirian komisariat IPNU
di lembaga
pendidikan (Sekolah, pesantren ) semoga dapat memberikan
semangat ghiroh atau lan vital perjuangan baru bagi sifat
kepelajaran ( intelektualitas ) IPNU sebagaimana niat awal
pendiriannya ( baca ; khittah IPNU ). Dan diharapkan tidak ada
keraguan lagi untuk mendirikan IPNU di tempat strategis. Last
but not least. Kehadiran pedoman ini merupakan langkah awal
menuju perjuangan yang lebih besar lagi, demi kejayaan dan
kebesaran NU.

MARS IPNU
Wahai Pelajar Indonesia
Siapkanlah barisanmu
Bertekad bulat bersatu
Di bawah kibaran panji IPNU
Ayohai Pelajar Islam yang setia
Kembangkanlah agamamu
Dalam negara Indonesia
Tanah air yang tercinta
Dengan berpedoman kita belajar
Berjuang serta bertaqwa
Kita bina watak nusa dan bangsa
Tuk kejayaan masa depan
Bersatu wahai putra Islam jaya
Tunaikanlah
kewajiban
yang
mulia
Ayo maju pantang mundur
3
7

Dengan Rahmat Tuhan kita perjuangkan


Ayo maju pantang mundur
Pasti tercapai adil makmur

3
8

MARS IPPNU
Sirnalah gelap terbitlah terang
Mentari timur telah bercahya
Ayukan langkah pukul genderang
Segala rintangan mundur semua
Tiada laut sedalam iman
Tiada gunung setinggi cita
Sujud kepala kepada Tuhan
Tegak kepala lawan derita
Di malam yang sepi di pagi yang
terang
Hatiku teguh bagimu ikatan
Di malam yang hening di hati
membakar
Hatiku penuh bagimu pertiwi
Mekar seribu bunga di taman
Mekar cintaku pada ikatan
Ilmu kucari amal kuberi
Untuk agama bangsa negeri

3
9

Anda mungkin juga menyukai