Disusun Oleh :
Tim Kaderisasi PW IPNU Jateng 2009 - 2012
TUJUAN KADERISASI
Bagi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, Kaderisasi merupakan proses yang
sistematis dan disengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun Tujuan
tersebut adalah :
2. Pemberdayaan Anggota
Kaderisasi merupakan arena penguatan atau pemberdayaan pelajar,
santri dan remaja, membantu mempercepat proses intelektualisasi
serta penyadaran remaja, pelajar dan santri dalam sosialitas dan
historisitasnya.
Argumen ini mengharuskan abahwa kaderisasi menyediakan fasilitas dan
ruang bagi kader dalam proses pembelajarannya secara sistemik sesuai
pluralitas potensi kader. Kecenderungan dan minat bakat kader harus
difasilitasi terutama pasca kaderisasi formal.
****Catatan.
Harus diingat bahwa berbicara kaderisasi, tidak hanya sebatas kaderisasi
formal, tidak hanya berbicara kurikulum, dan tidak semua kader harus pintar
bicara. Kaderisasi merupakan hal yang sangat kompleks. Begitu juga dengan
cara yang dipakai. Sudah saatnya IPNU mengurangi gaya gaya Formalis yang
menghabiskan banyak energi dan biaya.
METODOLOGI KADERISASI
Tingkatan
No Kaderisasi Formal Kaderisasi Non Formal
Kepengurusan
1. Pelatihan Kepemimpinan
Makesta dan
Ranting /
1 Menjadi Syarat keorganisasian
Komisariat
Pengurus PR / PK 2. Pelatihan Kewirausahaan
3. Pelatihan Komputer, dll
1.
Latpel II
2.
LAKUT
Diklatama CBP
3 PC Menjadi Syarat
3.
Pengurus PC
Civic Education
4.
Legal Drafting
Catatan Penting ;
Kaderisasi formal lebih banyak materi doktrinal dan ideologis serta
pengetahuan. Karenanya untuk memberikan kecakapan hidup baik individu
maupun sosial dan teknologi harus dilanjutkan dengan Follow up kegiatan
baik dalam bentuk kaderisasi non formal maupun kegiatan kegiatan yang
lain. Ini artinya kesinambungan kegiatan yang diikuti kader menjadi suatu
keniscayaan.
TAHAPAN KADERISASI
Tahap kaderisasi
MENGAPA harus memakai pentahapan atau penjenjangan, tiada lain untuk
membawa kader menurut tujuan IPNU (secara teks resmi, tertuang dalam
Anggaran dasar IPNU)
1) Proses kaderisasi pada dasarnya dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a. rekrutment calon anggota ( Pra Makesta )
b. pelatihan formal,
c. pendampingan dan treatment
d. pengembangan
e. distribusi kader
2) Rekrutmen calon anggota sebagaimana point (1) poin a, dilakukan
dengan tahapan:
Tim fasilitator
Pendekatan pelatihan
1) Pendekatan pelatihan yang di pilih adalah pendekatan andragogy,
atau gabungan antara pendekatan andragogy dan paedagogy.
Methode pelatihan
Bentuk sertifikasi
1) sertifikasi ditandai dengan sertifikat atau nama lain yang
disepakati.
2) Pada sertifikat sebagimana point 1,dicantumkan:
a. Nama
b. Tempat dan tanggal lahir
c. Alamat
d. Lembaga/ kepengurusan pengutus
e. Kualifikasi hasil
I. MAKESTA
A. PESERTA
1. Peserta MAKESTA adalah Calon anggota formal IPNU di tingkat
Ranting atau Komisariat yang memenuhi persyaratan formal :
2. Persyaratan formal Calon Peserta MAKESTA sebagaimana angka 1
adalah :
a. Pernah mengikuti kegiatan IPNU Non Kaderisasi Formal di
Ranting / Komisariat dan atau Pernah menghadiri Kegiatan
IPNU di Semua tingkatan sebagai penggembira bebas antara 1
(satu) kali s.d. 3 (tiga) kali
b. Mengisi form pendaftaran.
c. Menyertakan data Daftar Riwpoint Hidup ( CV )
d. Menyerahkan pas foto 3 x 4 sebanyak 2 lembar
e. Mendapatkan Ijin dari Orang Tua / Wali.
f. Umur Maksimal 17 Tahun atau Kelas 1 SMA.
g. Berkomitmen tinggi untuk memenuhi persyaratan yang
diberikan.
h. Jumlah Maksimal peserta MAKESTA adalah 40 Orang ATAU, JIKA
MELEBIHI KUOTA, MAKA DIGUNAKAN SISTEM PEMBAGIAN KELAS
DENGAN KAPASITAS TIAP KELAS MAKSIMAL 30 PESERTA
II. LAKMUD
A. PESERTA
1. Peserta LAKMUD adalah utusan dari PR / PK IPNU dan atau PAC IPNU
yang memenuhi persyaratan formal
B. SCREENING / INTERVIEW
1. Materi Interview :
Review Materi Idiologi ( Aswaja, Ke-NU-an, Ke-
IPNU-IPPNU- an ) tingkat Makesta
Materi Skill Keorganisasian di Makesta
Kondisi PR / PK yang ada di daerah masing-
masing
Motivasi Calon peserta dalam mengikuti Lakmud
Harapan Peserta untuk tindakan selanjutnya di
bidang Organisasi pada khususnya
Kesanggupan untuk mengikuti dari awal sampai
akhir secara berkelanjutan
2. Personil Interview adalah Alumni PAC IPNU setempat dan atau
dari Pimpinan Cabang IPNU.
III. LAKUT
A. PESERTA
1. Peserta LAKUT adalah utusan dari PAC
IPNU yang memenuhi persyaratan formal
2. Persyaratan formal Calon Peserta
LAKUT sebagaimana angka 1 adalah :
Membawa Surat Mandat dari Pimpinan Anak Cabang yang
bersangkutan
Telah mengikuti Pelatihan Kader MUDA (LAKMUD) dibuktikan
dengan sertifikat kelulusan dan atau surat keterangan dari
komisariat /Cabang yang bersangkutan.
Mengisi form pendaftaran.
Membuat karya tulis sebagaimana ketentuan yang ada.
Menyertakan data Daftar Riwpoint Hidup ( CV )
Menyerahkan pas foto 3 x 4 sebanyak 2 lembar
Mendapatkan Rekomendasi dari Ketua MWC NU setempat.
Usia maksimal 23 Tahun.
Mendapatkan rekomendasi dari minimal 2 stake holder tingkat
Kecamatan diantaranya : Kyai Sepuh, Kepala Cabang Dinas
Pendidikan, Ketua Parpol, Pengusaha / Ketua Asosiasi, Camat,
Danramil, Kapolsek dll.
Berkomitmen tinggi untuk memenuhi persyaratan yang
diberikan.
Jumlah Maksimal peserta LAKUT adalah 20 Orang.
B. KARYA TULIS
2. Membuat dua macam Karya Tulis : Karya Tulis Tema Wajib dan
Karya Tulis Tema Pilihan.
4. Karya Tulis Tema besar pilihan adalah dengan pilihan tema yang
terdiri dari tema Kebangsaan/Sistem ketatanegaraan, Ke-IPNU-
Ian,Ke NU an, Pola Pengkaderan IPNU, Geo Politik ekonomi,
serta Permasalahan-permasalahan sosial lainnya.
C. KETENTUAN SECRENING
1. Kegiatan Screening dilaksanakan 2 ( dua ) minggu sebelum
pelaksanaan LAKUT di PC yang bersangkutan.
2. Hasil screening dikirimkan ke PAC IPNU dalam 1 (satu) minggu
sebelum pelaksanaan LAKUT.
3. Peserta screning datang di tempat pelaksanaan pada waktu dan
tempat yang ditentukan
4. Peserta screning mengisi daftar hadir yang sudah disiapkan panitia
5. Peserta screning diuji oleh tim screner berdasarkan nomor
urut/undian/kehadiran.
D. KELULUSAN PESERTA
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 15
1. LAKUT adalah pengkaderan formal tertinggi di IPNU sehingga
peserta yang berhak mengikuti adalah mereka yang benar-benar
melalui seleksi yang sangat selektif.
2. Proses kelulusan peserta dilakukan dengan penilaiaan oleh tim
screner dengan mempertimbangkan aspek persyaratan formal dan
non formal.
3. Persyaratan formal sebagaimana angka 2 adalah persyaratan-
persyaratan administrasi dan penjenjangan sebagaimana ketentuan
khusus dalam peraturan ini.
4. Persyaratan non formal sebagaimana angka 2 adalah kelayakan
calon peserta pada saat screning yang menyangkut kemampuan
calon peserta LAKUT dalam menjawab dan menyampaikan hal-hal
yang diminta oleh tim screner.
5. Ketentuan / ietem item penilaian pada persyaratan Non Formal
tersebut di atas akan ditentukan lebih lanjut oleh Tim SC LAKUT dan
Tim Screener.
E. PELAKSANAAN LAKUT
1. LAKUT dilaksanakan pada tanggal sesuai jadwal.
2. Peserta yang dinyatakan lulus wajib datang di tempat pelaksanaan
sesuai tentatif yang dijadwalkan
3. Peserta membawa ATK serta peralatan pribadi lainya
4. Peserta wajib mengikuti kegiatan dengan komitmen tinggi dari awal
hingga akhir.
5. Peserta berkomitmen tinggi memenuhi persyaratan yang di
berlakukan.
KONSTRUKSI MATERI
MAKESTA RANTING
1. Kekuata
n dan kelemahan IPNU (manajerial,
model relasi struktur, jaringan, dana
IPNU dll)
7 perspektif 2. Leadersh
organisasi ip
3. Kepemi
mpinan gerakan
1. Kekuata
n dan kelemahan IPNU dalam kaderisasi
2. Citra diri
kader IPNU
IPNU
3. Fase-
8 perspektif
fase pengkaderan dan tipologi kader
kaderisasi
4. Relasi
kader dan alumni
5. Tantanga
n ke depan berkaitan dengan kaderisasi
1. Pilar kekuatan organisasi
2. Pengertian dan urgensi networking dan
Networking dan lobying
9
Lobying 3. Memahami struktur jaringan
4. Teknik networking
5. Teknik Lobying
1. Melakukan analisa relitas internal dan
eksternal
Strategic 2. merumuskan visi misi dan program
10
Planning unggulan IPNU
3. Merumuskan program IPNU
Tokoh tokoh yang pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU
adalah :
1. Rekan M. Tolhah Mansyur ( 1954 1960 )
2. Rekan Ismail Makki ( 1960 1963 )
3. Rekan Asnawi Latif ( 1960 1966 ; 1966 1970 )
4. Rekan Tosari Wijaya
5. Rekan Zainut Tauhid
6. Rekan Hilmi Muhammadiyah ( 1996 2000 )
7. Rekan Abdullah Azwar Anas ( 2000 2003 )
8. Rekan Mujtahidurridho ( 2003 2006 )
9. Rekan Idi Muzayyad ( 2006 2009 )
10. Rekan Ahmad Syauqi ( 2009 2012 )
Sebagian besar warga Nahdliyin yang ada saat ini, jika diamati prosesnya
menjadi NU, maka sebagian besar lahir karena faktor lingkungan. Hal ini
tidaklah mengherankan, sebab kalau ditelisik lebih jauh kita menjadi orang
beragama Islam pun juga lebih dikarenakan faktor lingkungan tersebut.
Semenjak kecil kita selalu diajari solat dan mengaji di masjid atau musholla,
karena Jika kita tidak sholat dan tidak ngaji maka akan dibilang masuk
neraka. Proses proses semacam inilah yang menjadikan kita NU. Ini artinya
bahwa kita menjadi NU lebih karena konstruksi sosial. Karena itulah militansi
dan pengetahuan waraga NU sendiri tentang NU juga berbeda - beda.
Seseorang yang orang tuanya menjadi pengurus NU tentu akan mempunyai
pemahaman tentang NU yang berbeda dengan yang orang tuanya bukan NU
Secara Teks, kita tahu bahwa NU berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 atau 14
tahun sesudah Muhammadiyah berdiri. Tetapi secara tradisi, budaya, dan cara
keberagamaan, NU sudah ada sejak berabad abad yang lalu bersamaan
dengan awal perkembangan Islam di Indonesia yang disebarkan oleh
Walisongo. Dalam mengembangkan dakwah Islam di Nusantara, para wali
tersebut menggunakan cara cara yang santun, pendekatan akhlaq, Uswah
dan sangat menghormati semua tradisi masyarakat yang sudah ada / hadir di
masyarakat. Namun demikian bukan berarti semua tradisi yang ada dianggap
benar, melainkan secara perlahan lahan dimasuki dan diganti dengan unsur
unsur Islam. Sebagai bukti adalah beberapa tradisi budaya yang saat ini masih
ada di kalangan Nahdhiyyin sebagai berikut :
1. Dalam masyarakat Syiwa Budha ajaran Yoga tantra dari sekte
Sakhta ada tradisi yang dinamakan Upacara Pancamakara / Ma
Lima / 5 M : Mamsya (daging), Matsya (ikan), Madya (Minuman
keras), Maituna (bersetubuh), Mudra (semadi). Peserta upacara
terdiri dari laki laki dan perempuan membentuk lingkaran dengan
telanjang pakaian. Kemudian di tengahnya terdapat makanan, lauk
pauk dan Miras. Setelah makan dan mabuk kemudian saling
bersetubuh dan bersemadi.
Nah, para wali kemudian mengubah upacara ini dengan tetap
membentuk lingkaran tetapi makananannya diganti dengan
makanan dan minuman yang halal serta tidak ada semadi tetapi
diganti dengan sekian rapalan doa tahlil. Tradisi inilah yang
sekarang kita kenal dengan istilah kenduri. Istilah ini sendiri berasal
dari bahasa persia yaitu Kandhuri yang berarti Upacara. Di persia
ada Upacara Kandhuri untuk memperingati Fatimatuzzahro.
2. Dulu masyarakat menyebut cara beribadah dengan nama Sembah
Hyang. akan Sulit rasanya mengubah menjadi Shalat. Maka
diganti dengan kata Sembayang.
Begitu juga kata Sanggar yang digunakan sebagai tempat
sembahyang diganti dengan kata Langgar agar tidak kesulitan
mengucapkan Mushalla.
Dalam Masyarakat juga ada tradisi menahan makan dan minum yang
disebut Upawasa. Kata Shoum tentu sulit diterima. Maka yang
digunakan adalah puasa.
Dalam banyak kasus individu maupun kelompok, jika tidak ditemukan dasar
hukum suatu hal pada Nash, maka yang terjadi adalah radikalisme. Tetapi ini
tidak terjadi pada NU. Karena NU masih mempunyai banyak sumber lain.
Yaitu jika menurut Imam syafii begini.....Imam Hanafi begini.....Dll. Jika kita
sering merasa tertinggal dan merasa tidak modern dibanding orang lain,
sebenarnya karena pendekatan kita yang sudah sangat liberal. Sehingga ketika
melihat tradisi kita, akan ada rasa seperti tertinggal. Di sinilah sebenarnya
kita (baca : NU ) itu sudah lebih modern dibanding dengan kaum modernis.
Dalam memandang keberadaan kyai yang notabenenya merupakan penjaga
gawang moral NU pun, akhir akhir ini kita sering agak miring. Padahal jika
tercermati secara mendalam, maka kita akan mengetahui bahwa kyai adalah
tokoh pembaharu masyarakat. Coba aja Baca buku Kyai nyentrik : Di sana
akan ketemu Betapa banyak kyai yang pemikiannya mendahului jamannya.
Kenapa kita memandang kolot ?, itu karena cara berpikir kita saja. NU jauh
lebih maju dari yang lain. Ketika Masyumi atau yang lain tidak bisa
mendirikan dan menerima Pancasila, maka mereka memberontak. Tapi NU
yang dituduh ketingglan jaman justru bisa merumuskan pancasila tanpa
kehilangan identitasnya. Meskipun NU selalu tampak reaksioner ( ketika ada
masalah baru bisa menanggapi ) tetapi justru di sinilah letak Jiwa besar dan
betapa penuh pertimbangan jika NU mau memutuskan persoalan besar yang
berhubungan dengan ummat agar ummat tidak terjerumus.
Survive Nahdlatul Ulama hingga hari ini juga tidak lepas dari beberapa watak
yang dimiliki NU di antaranya :
1. Kosmopolitan : Menerima budaya dari peradaban lain. Sehingga NU
bisa menyatu dengan banyak masyarakat. Orang NU lebih bisa
menyatu dengan tetangga sekitar. Pondasi yang kuat NU lebih bisa
menerima perubahan tanpa terjadi guncangan di internal. Kenapa
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 38
NU bisa gampang beradaptasi ? Karena NU punya Fiqih yang menjadi
mazhab qoulnya. Memang dalam suatu waktu kadang fiqih ini tidak
bisa menjawab, maka yang dipakai adalah usul fiqih tau qaidah
fiqh.
2. Watak Transformatif : Selalu punya kekuatan untuk mengubah
masyarkat walaupun secara perlahan-lahan.
3. Mediatik : Bisa menjadi jembatan terhadap dua ideologi yang
bertentangan. Contoh kasus terpilihnya Gus Dur sebagai presiden
dianggap sebagai pihak tengah - tengah yang bisa memediasi semua
kepentingan. (di NU kan ada ungkapan Barokah. Misalnya habis
dimarahi kyai malah jadi pintar)
Karenanya tidak ada alasan untuk minder sebagai warga NU, kita berhak
menjadi apapun di negeri ini. Di sini sudah dibicarakan NU sebagai organisasi
yang mempunyai historis sangat mantap, coba cerita tentang Ormas yang lain.
Sulit ditemukan sumbangan sejarah yang besar terhadap bangsa ini
sebagaimana yang dimiliki NU. Hal yang sangat tragis NU tidak pernah
mendapat perhargaan dari pemerintah. Ini dapat berdampak pada menipisnya
rasa nasionalisme NU meskipun hal itu tidak akan pernah terjadi. Yang lebih
tragis lagi ada orang bilang NU adalah organ yang tidak punya pijakan. Suatu
saat sepakat dengan pemerintah, tapi di lain pihak tidak. Kita juga banyak
menjumpai orang yang malu mengakui sebagai warga NU. Secara otokritik kita
memang harus mawas diri akan Sumber daya Manusia di NU. Tetapi juga harus
dipahami bahwa kita harus melihat sejarah indonesia secara struktural ;
dengan melihat ini kita bisa paham kenapa NU menjadi begitu ? .Karena
sejarah mulai mengalami penyimpangan ketika masuk kolonialisme abad ke
17, kehidupan yang normal biasa menjadi berubah ketika kompeni masuk.
Pengantar
Sisa kolonialisme yang paling merusak psiko-histori masyarakat negara-
negara Dunia Ketiga adalah perasaan bawah sadar kolektif masyarakat negara
Dunia Ketiga yang meyakini bahwa Barat adalah superior, teladan, dan pusat
dunia; sementara di luar Barat merupakan subordinat. Provokasi Francis
Fukuyama bahwa demokrasi liberal + pasar bebas adalah akhir sejarah (the
end of history), benar-benar telah menghancurkan pandangan dunia dan cara
berpikir masyarakat Dunia Ketiga sampai pada tingkat yang memprihatinkan.
Peta geopolitik dunia terus bergerak sejalan dengan perubahan
aliansi, daya saing dan kecerdikan para pemimpin negara. Namun, sampai
saat ini, masih hidup di dalam pandangan banyak pemimpin Dunia Ketiga
secara permanen bahwa the West was best and the rest had to follow
(Ronaldo Munck, 1999: 201). Para petinggi republik ini merupakan salah satu
kelompok di antara pemimpin-pemimpin semacam itu.
Sejak akhir tahun 1960-an, tepatnya setelah Sidang MPRS tahun 1966
menunjuk Soeharto sebagai kepala pemerintahan sementara karena Presiden
(Soekarno) dinyatakan tidak mampu melaksanakan tugasnya, Indonesia secara
perlahan berkiblat ke Barat, khususnya Amerika Serikat. Selain menunjuk
Soeharto sebagai kepala pemerintahan, Sidang MPRS juga menginstruksikan
kepadanya untuk membentuk pemerintahan baru dengan sasaran utama:
stabilisasi politik, rehabilitasi ekonomi dengan menjalankan pembangunan
nasional, dan mempertahankan politik luar negeri yang bebas.
Tidak lama setelah pemerintahan baru dibentuk, Sultan
Hamengkubuwono IX mengumumkan bahwa Indonesia akan berusaha
memulihkan kembali hubungannya dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
Pada saat itu, Sultan Hamengkubuwono IX baru saja berhasil dalam
perundingan untuk memperoleh kredit darurat sebesar US$ 30 juta di Tokyo.
Menanggapi langkah-langkah yang diambil pemerintah Indonesia itu,
pada pertemuan di Tokyo tanggal 19 Juli 1966 kreditor-kreditor utama
Indonesia setuju untuk menjadwalkan kembali pembayaran utang-utang luar
negeri yang waktu itu diperkirakan mencapai US$ 2,3 milyar. Para kreditor
juga menyusun rencana untuk memberikan bantuan ekonomi lebih lanjut.
Juga diputuskan untuk mengembalikan kekayaan milik asing yang disita di
masa konfrontasi, dan untuk kembali berusaha menarik investasi asing (Ulf
Sundhaussen, 1986: 418)
Untuk memperkuat dukungan dan legitimasi terhadap pembangunan
nasional, TNI AD bekerjasama dengan kaum teknokrat liberal
menyelenggarakan Seminar Angkatan Darat ke-2 di SESKOAD pada tanggal 25-
31 Agustus 1966. Dalam seminar itu ditegaskan pentingnya keterlibatan ABRI
dalam menjaga stabilitas politik dan stabilitas pembangunan ekonomi. Para
perwira TNI AD dan teknokrat lulusan Amerika percaya bahwa pemulihan
kondisi perekonomian nasional hanya bisa dilakukan melalui pelaksanaan
program pembangunan (developmentalisme) yang didukung oleh doktrin dwi-
fungsi ABRI.
Dalam pandangan Benedict R. OG Anderson, ABRI dengan segera
mendukung strategi pembangunan dan memberi jaminan atas stabilitas yang
dipersyaratkan terutama demi penanaman modal asing karena pertama-
Kesimpulan:
Kehadiran Komunitas UKUSA, Uni Eropa, dan SCO yang disertai dengan
segala konflik kepentingan politik dan kepentingan ekonomi di antara mereka
dapat menjadi indikasi bahwa peta geopolitik saat ini bisa dikatakan tengah
bergeser dari geopolitik unipolar ke geopolitik tripolar.
Jika Amerika Latin dapat mengkonsolidasikan kesatuan kebudayaannya
yang berumur ratusan tahun menjadi kesatuan ekonomi yang kokoh, dapat
pula dikatakan bahwa dunia tengah bergeser ke arah geopolitik multipolar.