Anda di halaman 1dari 50

IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA

PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh :
Tim Kaderisasi PW IPNU Jateng 2009 - 2012

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 0


PETUNJUK PELAKSANAAN dan
KURIKULUM KADERISASI
IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA
PROVINSI JAWA TENGAH

TUJUAN KADERISASI
Bagi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, Kaderisasi merupakan proses yang
sistematis dan disengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun Tujuan
tersebut adalah :

1. Pewarisan Nilai nilai


Kaderisasi sebagai suatu yang ideal merupakan media dimana nilai
nilai seperti Aswaja ( Moderat, toleran, kasih sayang ),Tradisi, etos
perjuangan, militansi dan tanggung jawab sosial, disebarkan kepada
Generasi baru . Namun demikian bahwa penanaman nilai itu tidak
cukup hanya dengan waktu 1 atau 2 hari. Karenanya, kaderisasi formal
hanyalah merupakan suatu awal dimana proses pendidikan dimulai.
Dari hal semacam inilah akan berimplikasi pada pemaknaan Makesta,
Lakmud sebagai media nilai nilai, teori dan gagasan diberikan. Pada
prakteknya, nuansa indoktrinasi atau ideologisasi merupakan hal yang
tak terhindari.

2. Pemberdayaan Anggota
Kaderisasi merupakan arena penguatan atau pemberdayaan pelajar,
santri dan remaja, membantu mempercepat proses intelektualisasi
serta penyadaran remaja, pelajar dan santri dalam sosialitas dan
historisitasnya.
Argumen ini mengharuskan abahwa kaderisasi menyediakan fasilitas dan
ruang bagi kader dalam proses pembelajarannya secara sistemik sesuai
pluralitas potensi kader. Kecenderungan dan minat bakat kader harus
difasilitasi terutama pasca kaderisasi formal.

3. Memperbanyak anggota dan regenerasi


Jumlah anggota merupakan salah satu icon keberhasilan organisasi,
sebab secara obyektif dirasakan dibutuhkan oleh pelajar, remaja dan
santri. Sehingga kaderisasi merupakan media memperbanyak jumlah
anggota. Selain itu, sebuah organisasi juga membutuhkan Human
resources untuk melaksanakan kerja kerja organisasi.

4. Persaingan antar kelompok.


Dorongan yang tanpa disadari memiliki agenda tersembunyi, yakni
rivalitas antar organisasi lainnya. Kader dipersiapkan untuk bersaing
dengan kelompok lain. Karenanya politik identitas menjadi agak
dominan. Persaingan ini bisa sehat, bisa tidak, tergantung pengelolaan.

5. Melaksanakan Mandat Organisasi


Kaderisasi yang didorong oleh mandat organisasi atau kewajiban
organisasi agar tidak kehabisan kader sehingga menjadi keniscyaan
sebuah organisasi, karenanya menjadi agenda rutin.

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 1


Secara umum Hasil pengkaderan (output yang diharapkan ) menghasilkan
kader dengan kualifikasi :
1. Mempunyai Visi dan Ideologi yang Kuat ( Visioner dan Ideologis )
2. Memiliki Kapasitas Intelektual dan skill organisasi yang memadai.
3. Memiliki Integritas Moral , loyalitas dan disiplin yang tinggi.
4. Mempunyai kemampuan olah teknologi.
5. Mempunyai karakter dan kepribadian yang kuat.

****Catatan.
Harus diingat bahwa berbicara kaderisasi, tidak hanya sebatas kaderisasi
formal, tidak hanya berbicara kurikulum, dan tidak semua kader harus pintar
bicara. Kaderisasi merupakan hal yang sangat kompleks. Begitu juga dengan
cara yang dipakai. Sudah saatnya IPNU mengurangi gaya gaya Formalis yang
menghabiskan banyak energi dan biaya.

METODOLOGI KADERISASI

Metodologi adalah menyangkut cara, tahapan dan kerangka


pelaksanaan pendidikan dan kaderisasi pada suatu organisasi.

Di IPNU mempunyai 2 pengertian metodologi yakni ;


1. Metodologi dalam kontek design besar kaderisasi IPNU.
2. Metodologi dalam proses pembelajaran di ruangan / kelas.

Dalam makna yang pertama, maka terdapat pengelompokan jenis kaderisasi


di IPNU ;

Dalam pengertian yang kedua maka, terdapat banyak farian model,


pendekatan, dan metode penyampaian materi dalam suatu pelatihan.

Pengelompokan Jenis Kaderisasi

No Jenis Definisi Tujuan Umum Macam


Memberikan
Pendidikan / pemahaman
Pelatihan yang tentang dasar
secara berjenjang dasar MAKESTA
1 Formal wajib diikuti oleh berorganisasi baik LAKMUD
setiap kader yang berupa LAKUT
terbatas oleh pengetahuan,
ruang dan waktu nalar, maupun
emosional.
2 Non Pendidikan / Memberikan Dilklatama
Formal pelatihan yang pengetahuan CBP
terbatas oleh maupun skill Diklatmad
ruang dan waktu teknis tambahan Diklatnas
bersifat tambahan bagi kader sesuai Latpel I
serta tidak wajib dengan minat dan Latpel II
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 2
Pelatihan
Kepemimpin
diikuti oleh setiap an & Teknis
kader dan keorganisasi
bakat masing
merupakan an
masing dalam
pelatihan Pelatiahan
rangka
pengembangan Jurnalistik
pengembangan
sesuai dengan Civic
organisasi.
minat bakat setiap Education
anggota. Pelatihan
Advokasi
dll.
Pendidikan yang
tidak terbatas oleh
ruang dan waktu
dan pasti akan
Merupakan Kegiatan
dialami oleh setiap
aplikasi dari teori sehari hari
kader dalam
- teori maupun kader /
rangka dinamisasi
pengetahuan yang anggota
3 Informal organisasi.
sudah diberikan dalam
Kaderisasi yang
dalam pelatihan rangka
dilakukan
formal maupun mengurusi
bersamaan dengan
non formal. organisasi.
proses proses
berorganisasi. Inti
kaderisasi terletak
pada konteks ini

SIFAT SIFAT KADERISASI DI IPNU

1. Eksklusif : tertutup untuk orang luar


2. Rahasia : yang berhak masuk ke dalam ruangn hanyalah ;
pembicara, fasilitator.
3. Demokratis : Peserta dan panitia / fasilitator dikenakan hak dan
kewajiban yang sama.
4. Doktrinal : Kaderisasi utamanya pada makesta merupakan area
penanaman nilai nilai karenanya suasananya
demokratis doktrinal.

5. Administratif : semua peserta dan panitia tercatat dalam dokumen


Ranting, PAC dan PC untuk data base dan
memudahkan pemantauan kader. Setiaap peserta
juga diharuskan mendapat sertifikat untuk syarat
kaderisasi selanjutnya

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 3


JENJANG KADERISASI FORMAL DAN NON FORMAL

Tingkatan
No Kaderisasi Formal Kaderisasi Non Formal
Kepengurusan

1. Pelatihan Kepemimpinan
Makesta dan
Ranting /
1 Menjadi Syarat keorganisasian
Komisariat
Pengurus PR / PK 2. Pelatihan Kewirausahaan
3. Pelatihan Komputer, dll

Lakmud 1. Pelatihan Jurnalistik


2 PAC Menjadi Syarat 2. Latpel I
Pengurus PAC 3. Pelatihan internet, dll

1.
Latpel II
2.
LAKUT
Diklatama CBP
3 PC Menjadi Syarat
3.
Pengurus PC
Civic Education
4.
Legal Drafting

Catatan Penting ;
Kaderisasi formal lebih banyak materi doktrinal dan ideologis serta
pengetahuan. Karenanya untuk memberikan kecakapan hidup baik individu
maupun sosial dan teknologi harus dilanjutkan dengan Follow up kegiatan
baik dalam bentuk kaderisasi non formal maupun kegiatan kegiatan yang
lain. Ini artinya kesinambungan kegiatan yang diikuti kader menjadi suatu
keniscayaan.

TAHAPAN KADERISASI

Tahap kaderisasi
MENGAPA harus memakai pentahapan atau penjenjangan, tiada lain untuk
membawa kader menurut tujuan IPNU (secara teks resmi, tertuang dalam
Anggaran dasar IPNU)
1) Proses kaderisasi pada dasarnya dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a. rekrutment calon anggota ( Pra Makesta )
b. pelatihan formal,
c. pendampingan dan treatment
d. pengembangan
e. distribusi kader
2) Rekrutmen calon anggota sebagaimana point (1) poin a, dilakukan
dengan tahapan:

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 4


a. pengenalan IPNU pada calon anggota dan pelajaran pada
umumnya
b. pendataan calon anggota
c. pendekatan dengan berbagai metode dan kegiatan
3) Pelatihan formal sebagaimana point (1) poin b, adalah pelatihan
berjenjang dan pelatihan non- jenjang dalam struktur kaderisasi
formal
4) Pendampingan dan treatment sebaigaimana point(1) poin c,
dilakukan dengan berbagai methode, pendekatan dan kegiatan yang
diorIentasikan untuk mendampingi dan merawat out-put pelatihan
formal serta menjaga kesinambungan proses kaderisasi.
5) Pengembangan sebagaimana point (1) poin d, dilakukan dengan
penguatan, pendalaman dan pengembangan kapasitas,
pengetahuan,dan militansi kader.
6) Pendampingan dan pengembangan sebagaimana point (4) dan point
(5) merupakan salah satu bentuk kaderisasi informal dan non-
formal.
7) Distribusi kader sebagaimana point (1) poin e, dilakukan dengan
memfasilitasi para kader untuk mengaktualisasikan
potensi,kapasitas dan militansinya dalam kerja nyata, baik dalam
ranah internal organisasi maupun external organisasi.

Sebagaimana layaknya pentahapan pengkaderan, di IPNU dibagi setidaknya


menjadi 3 tahap berdasarkan pelatihan kader formal di IPNU,
sedangkan pasca pelatihan formal adalah pembinaan, pengelolaan
dan kanalisasi kader yang sebenarnya adalah pengkaderan
sungguhnya itu. Jika dibagi lagi tahapannya secara menyeluruh
maka akan didadapati sebagai berikut :
1. Pra-Makesta
2. Makesta
3. Pasca Makesta
4. LAKMUD
5. Pasca LAKMUD
6. LAKUT
7. Pasca LAKUT

PELAKSANA DAN FASILITATOR


Pelaksana kaderisasi

1) Program kadirisasi pada dasarnya dilaksanakan oleh departemen


kaderisasi pada masing masing tingkat kepengurusan di bawah
kaderisasi ketua/ wakil ketua yang membidangi kaderisasi
2) Departemen kaderisasi bertugas untuk melaksanakan seluruh
program kaderisasi secara umum pada tingkat yang bersangkutan.
3) Untuk mendukung penyelenggaran program kaderisasi PW, PC, dan
PAC diharuskan membentukan tim fasilitator

Tim fasilitator

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 5


1) Tim fasilitator terdiri dari tim fasilitator wilayah, tim fasilitator
cabang, dan tim fasilitator anak cabang.
2) Keanggotaan tim fasilitator disahkan dengan surat keputusan oleh
masing- masing tingkat kepengurusan.
3) Masa kerja tim fasilitator mengikuti masa khidmat kepengurusan
pada tingkat yang bersangkutan.
4) Tim fasilitator dapat dirombak dan/atau diperbarui sesuai dengan
kebutuhan.
5) jika tim fasilitator pada suatu daerah belum terbentuk, maka tugas-
tugasnya dilakukan oleh tim fasilitator pada tingkat di atasnya
6) bagi PC , dan PAC yang sudah membentuk tim fasilitator diharapkan
melakukan penyesuaian dengan aturan ini.
7) Dalam kondisi tertentu dapat di bentuk tim fasilitator gabungan dari
dua atau lebih kepengurusan setingkat pada zona tertentu
8) Anggota tim sebagaimana point 2, barasal dari pengurus pada
tingkatan yang bersangkutanr atau dari luar struktur dengan syarat:
a. Memiliki komitmen yang tinggi dalam kaderisasi
b. Sudah bersertifikasi menjadi fasilitator melalui
LAPEL,
c. Memiliki kapasitas yang mewadai dan
berpengalaman cukup dalam kegiatan fasilitator

Tim fasilator wilayah

1) Tim fasilitator wilayah di bentuk oleh PW dan disahkan


dengan SK PW IPNU.
2) Tim fasilitator wilayah sebagaimana point 1,
beranggotakan sekurang- kurangnya 7 orang.
3) Tim fasilitator wilayah bertugas:
a. Membantu departemen kaderisasi PW dalam
memetakan potensi kaderisasi di daerah kerjanya
b. Membantu departemen kaderisasi PW dalam
merumuskan dan mengimplementasikan strategi
pelaksanaan program kaderisasi pada daerah kerja
yang bersangkutan
c. Memfasilitasi capacity buiding bagi tim fasilitator
cabang
d. Mengorganisir tim fasilitator cabang dalam
melakukan tugas kefasilitatoran
e. Memfasilitasi pelatihan kader ( LATPEL II, dan
LAKUT), dan pelatihan- pelatihan lainya di daerah
kerja yang bersangkutan,
f. Membantu departemen kaderisasi PW dalam
melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
program kaderisasi di daerah kerja yang
bersangkutan.
4) Tim fasilitator Wilayah bertanggung jawab kepada ketua
PW

Tim fasilitator Cabang

1) Tim fasilitator cabang di bentuk oleh PC dan disahkan


dengan SK PC IPNU.
2) Tim fasilitator cabang sebagaimana point 1,
beranggotakan sekurang- kurangnya 5 orang.
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 6
3) Tim fasilitator Cabang bertugas:
a. membantu departemen kaderisasi PC dalam
memetakan potensi kaderisasi didaerah kerjanya
b. Membantu departemen kaderisasi PC dalma
merumuskan dan mengimplementasikan strategi
elaksanaan program kaderisasi pada daerah kerja
yang bersangkutan
c. Memfasilitasi capacity buiding bagi tim fasilitator
anak cabang
d. Mengorganisir tim fasilitator anak cabang dalam
melakukan tugas kefasilitatoran
e. Memfasilitasi pelatihan kader ( LAKMUD , dan
MAKESTA), dan pelatihan- pelatihan lainya di daerah
kerja yang bersangkutan,
f. Membantu departemen kaderisasi PC dalam
melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
program kaderisasi didaerah kerja yang
bersangkutan.
4) Tim fasilitator Cabang bertanggung jawab kepada ketua
PC

Tim fasilitator anak cabang

1) Tim fasilitator anak cabang di bentuk oleh PAC dan


disahkan dengan SK PAC IPNU.
2) Tim fasilitator anak cabang sebagaimana point 1,
beranggotakan sekurang- kurangnya 4 orang.
3) Tim fasilitator Anak Cabang bertugas:
a. membantu departemen kaderisasi PAC dalam
memetakan potensi kaderisasi didaerah kerjanya.
b. membantu departemen kaderisasi PAC dalam
merumuskan dan mengimplementasikan strategi
elaksanaan program kaderisasi pada daerah kerja
yang bersangkutan
b. memfasilitasi pelatihan kader (MAKKESTA), dan
pelatihan- pelatihan lainya di daerah kerja yang
bersangkutan,
c. membantu departemen kaderisasi PAC dalam
melakukan monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan program kaderisasi didaerah
kerja yang bersangkutan.
4) Tim fasilitator Anak Cabang bertanggung jawab kepada
ketua PAC

PENDEKATAN DAN METODE PELATIHAN

Pendekatan pelatihan
1) Pendekatan pelatihan yang di pilih adalah pendekatan andragogy,
atau gabungan antara pendekatan andragogy dan paedagogy.

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 7


2) Pada jenjang MAKESTA, pendekatan pelatihan yang di gunakan
adalah gabungan antara pendekatan paedaggogy dan andragogy,
dengan pendekatan padagogy lebih dominan
3) Pada jenjang LAKMUD pendekatan pelatihan yang digunakan adalah
gabungan antara pendekatan adalah gabungan antara pendekatan
Paedagogy dan andragogi, dengan pendekatan andragogi lebih
dominan.
4) Pada jenjang LAKUT, latpel I dan Latpel II pelatihan yang digunakan
adalah pendekatan andragogy murni dengan murni full-participatory
training.
5) Pada jenjang pelatihan sebagaiman point 4. pelatihan dilakukan
dengan menjadikan pengalaman sebagai sumber belajar.

Methode pelatihan

1) Pelatihan diselenggarakan dengan methode - methode yang


mendukung bagi pencapaian tujuan kaderisasi secara umum
2) Methode sebagaimana point 1 di antaranya:
a. ceramah
b. brainstorming
c. diskusi
d. focus group discussion (FGD)
e. game dan dinamika kelompok
f. penugasan
g. study kasus
h. praktek
i. pengamatan proses
3) pelatihan atau fasilitator di perkenankan menambah dan
mengembangkan metode sebagaimana point (2)
4) pilihan metode sebagaimana point 2. disesuakan dengan jenjang
dan kebutuhan peserta

STRATEGI PERAWATAN KADER

strategi perawatan kader

1) Untuk menjamin keberlangsungan kaderisasi dan menjaga militansi


kader serta mengembangkan dan menatapkan potensi keder, setiap
tingkatan kepengurusan harus merumuskan strategi perawatan
kader
2) Strategi perawatan kader sebagaimana point 1 dilakukan dengan
berbagai cara dan pendekatan serta kegiatan sesuai dengan
kebutuhan dan konteks daerah yang bersangkutan.
3) Kegiatan- kegiatan sebagaimana point 2. dapat berupa kejadian
dalam bentuk bozz group, bimbingan belajar, pelibatan langsung
dalam berbagai kegiatan , advokasi dan lain sebagainya.

SERTIFIKASI PELATIHAN KADER

Hak atas sertifikasi

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 8


1) Pada setiap pelatihan kader di semua tingkatan, penyelenggara
memberikan sertifikasi
2) Sertifikasi sebagaimana point 1) di berikan kepada peserta yang
telah mengikuti suatu pelatihan secara penuh dan layak
berdasarkan penilian dari fasilitator dan panitia.

Bentuk sertifikasi
1) sertifikasi ditandai dengan sertifikat atau nama lain yang
disepakati.
2) Pada sertifikat sebagimana point 1,dicantumkan:
a. Nama
b. Tempat dan tanggal lahir
c. Alamat
d. Lembaga/ kepengurusan pengutus
e. Kualifikasi hasil

3) Sertifikat diterbitkan dan ditandatangani oleh kepengurusan IPNU


Penyelenggara pelatihan.
4) Jika kegiatan pelatihan dilaksanakan bersama lembaga lain,
sertifikat dapat ditandatangani bersama dengan pimpinan lembaga
yang bersangkutan.

KADERISASI NON FORMAL


Kaderisasi Non Formal, pada dasarnya disesuaikan dengan kebutuhan di
masing masing tingkatan kepengurusan. Meskipun demikian, ada 2 macam
pelatihan yang harus diberikan rambu rambu yakni : Latpel I dan II,
Diklatama CBP,s.d. Diklatnas.

1. Latpel merupakan jenjang Pelatihan yang harus dilalui oleh kader


IPNU yang akan menjadi Fasilitator pada setiap pelatihan Formal di
IPNU. Seorang Kader yang akan menjadi Fasilitator Makesta harus
sudah menempuh LATPEL I. Dan yang akan menjadi Fasilitator
LAKMUD dan LAKUT harus sudah menempuh LATPEL II.
2. Adapun Diklatama adalah pelatihan khusus bagi kader yang akan
memilih CBP menjadi kaegiatan utama dalam IPNU. Seseorang yang
akan mengikuti Diklatama harus sudah pernah mengikuti MAKESTA
sebagai satu satunya pintu masuk organisasi IPNU ( PD/ PRT IPNU ).
3. Adapun Kurikulum kaderisasi CBP akan dirumuskan secara otonom
oleh CBP.

STRATEGI UMUM PELAKSANAAN KADERISASI

1. Semua kegiatan IPNU baik berupa Kaderisasi ( Khusus Makesta )


maupun non kaderisasi harus berbasis pada ranting / diselenggarakan di
Ranting maupun komisariat. Hal ini dimaksudkan agar setiap kader bisa
mengikuti kegiatan tanpa terbebani banyaknya biaya operasional
terutama transportasi. Dari sisi waktu maupun tenaga juga hemat.
Terlebih pada operasional kegiatan ( terutama konsumsi ) menjadi lebih
murah karena bisa bekerjasama dengan warga Nahdliyyin.

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 9


2. Untuk lebih mempercepat proses kaderisasi maka harus
diperhatikan hal hal :
a. IPNU sudah saatnya meninggalkan hal hal /
gaya yang bersifat Formalis. Contoh : Pelaksanaan Makesta /
Lakmud / Lakut tidak harus menggunakan Sound System besar,
Tamu undangan yang terlalu banyak ( bahkan tidak perlu ), Dekorasi
yang bagus maupun hal yang lain. Hal ini dilakukan mengingat
kondisi keuangan dan juga bahwa Kaderisasi Formal di IPNU adalh
proses doktrinasi yang sifatnya Rahasia Organisasi dan tidak perlu
banyak diketahui oleh pihak luar. Karenanya membutuhkan tempat
yang tenang. Juga peserta tidak boleh terlalu banyak, harus
mengacu pada kurikulum pengkaderan. Kalau sudah begini, maka
tidak ada alasan kaderisasi tidak bisa dilakukan dengan alasan yang
bermacam macam.
b. Fasilitator juga dilaksanakan secara
berjenjang ; Makesta yang memberikan materi / memfasilitasi
adalah PAC. Lakmud difasilitasi oleh PC. Dan LAKUT difasilitasi oleh
PW dan PP / orang yang direkomendasikan oleh PW. Hal ini
disamping murah, juga merangsang semua pengurus pada tingkatan
yang lebih tinggi di atas penyelenggara pelatihan untuk terus
belajar dan membaca, mengingat saat ini masih jarang ditemukan
fasilitator yang berasal dari internal IPNU dengan kapasitas
memadai. Bahkan tidak jarang pengurus di tingkatan PC belum
berani memberikan materi atau menjadi fasilitator pada Makesta.
Konsekuensinya kita harus senantiasa berbenah diri serta banyak
membaca dan diskusi.
c. Calon peserta kaderisasi di semua tingkatan
wajib melalui test wawancara dengan tim SC / Fasilitator yang
ditunjuk
d. Khusus untuk Makesta diadakan Post Test
standar secara tertulis di akhir kegiatan
e. Kaderisasi di IPNU mementingkan kualitas dari
pada kuantitas. Ini artinya meskipun hanya 10 orang peserta tetap
dilaksanakan makesta.
f. Pintu masuk kaderisasi hanyalah MAKESTA
sebagai kaderisasi formal
g. Bagi yang ingin mengikuti kaderisasi Non Formal
haruslah minimal sudah pernah mengikuti Makesta
h. Tenggang waktu bagi setiap kader untuk
mengikuti jenjang kaderisasi setingkat di atasnya minimal 6 bulan
pasca mengikuti kaderisasi setingkat di bawahnya. Hal ini dengan
tujuan agar kader berkesempatan untuk menjalani kaderisasi
informal terlebih dahulu. Sehingga tidak menjadi kader karbitan.
Dan apabila suatu saat menduduki unsur Pimpinan maka, sudah
mengetahui seluk beluk persoalan di basis.
i. Kaderisasi Formal dan Non Formal adalah
agenda tetap dan harus dilaksanakan oleh setiap tingkatan
kepengurusan.
j. Dalam satu periodesasi kepengurusan dalam
suatu tingkatan, haruslah mengadakan kaderisasi formal dan
kaderisasi Non Formal minimal sekali.
k. Peserta yang mengikuti suatu tahapan
kaderisasi ( terutama kaderisasi formal ) harus mendapatkan
sertifikat guna melanjutkan ke jenjang kaderisasi berikutnya.

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 10


l. Pengurus harus bisa mendeteksi dan
menginfentarisir kader potensial untuk didekati lewat cara bermain
ke rumah, sering diajak ngobrol, sesuai dengan hobi dan minatnya.

STRATEGI REKRUITMEN KADER

1. Tidak semua putra / putri Nahdliyin mempunyai minat yang besar


terhadap kehidupan berorganisasi, hal ini disebabkan karena faktor
orang tua, pendidikan, lingkungan, minat bakat dan sebagainya. Apalagi
tipologi remaja saat ini adalah lebih tidak suka berkumpul kecuali yang
ada hubungannya dengan hobi dan kegemaran. Karenanya pada
rekruitmen kader awalnya, apalagi bagi ranting / komisariat yang belum
terbentuk, maka kita tidak usah memburu dan memaksakan kuantitas
kader. Cukuplah sedikit saja ( 5 orang ) dengan cara :
a. Bagi pengurus PAC / PR melakukan survey ke Desa /
Sekolah / Ponpes tertentu lewat media silaturrahmi ke Pengurus NU
atau teman atau Tokoh masyarakat lain yang sudah dikenalnya,
kemudian mencari tahu beberapa kader potensial ( Potensial bisa
dilihat dari segi Pengaruh terhadap teman temannya, kapasitas
intelektual / kecerdasan, profil orang tua, pendidikan dll ).
b. Setelah selesai melakukan assesment pada point ( a )
kegiatan selanjutnya adalah mendekati target / sasaran tersebut
lewat pendekatan emosional misalnya sering main ke rumahnya,
mula mula diajak ngobrol bebas sampai tidak ada rasa canggung dan
ewuh pekewuh. Jika ini tidak dapat dilakukan sendiri, maka bisa
menugaskan kepada Rekan lokal desa tersebut atau orang yang
dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
c. Tahap selanjutny adalah mengumpulkan / mengundang 5
orang target sasaran tersebut pada pertemuan informal untuk
membicarakan banyak hal, baik kondisi Desa, sekolah , masyarakat
pada umumnya maupun NU. Kemudian pembicaraan ditarik ke arah
posisi IPNU.
d. Ending dari pendekatan ini adalah adanya kesepahaman
bersama untuk melakukan hal / tindak lanjut dengan sistem sel,
atau memotifasi mereka untuk mengumpulkan rekan rekan yang
lain.
e. Tetapi harus diingat, jika sudah banyak yang bisa didekati
/ dikumpulkan, atau bahkan pembentukan ranting / komisariat atau
bahkan bisa mengadakan makesta pun, tidak bisa kita harapkan
sepenuhnya dari keseluruhan tersebut dapat menjadi kader yang
militan. Jika ada 25 % dari total kader tersebut menjadi kader yang
militan saja, sudah cukup bagus. Inilah yang disebut dengan seleksi
alamiah pada organisasi. Kader yang 15 - 25 % tersebutlah yang
nantinya akan dioptimalkan pola dan jenjang kaderisasinya. Adapun
yang lain cukup dilibatkan sebagai penggembira yang penting ikatan
dengan IPNU masih tetap terjaga.

KETENTUAN UMUM KADERISASI FORMAL

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 11


1. Kepanitiaan kegiatan terbagi menjadi dua bagaian yaitu ; Stering
Comitte dan Organizing Comitte.
2. Stering Comite adalah bertugas menyusun dan menyempurnakan
materi Pelatihan serta ketentuan ketentuan yang ada.
3. Organizing Comitte adalah mereka yang bertugas melaksanakan
kegiatan secara teknis dan operasional.

KETENTUAN KHUSUS KADERISASI FORMAL

I. MAKESTA
A. PESERTA
1. Peserta MAKESTA adalah Calon anggota formal IPNU di tingkat
Ranting atau Komisariat yang memenuhi persyaratan formal :
2. Persyaratan formal Calon Peserta MAKESTA sebagaimana angka 1
adalah :
a. Pernah mengikuti kegiatan IPNU Non Kaderisasi Formal di
Ranting / Komisariat dan atau Pernah menghadiri Kegiatan
IPNU di Semua tingkatan sebagai penggembira bebas antara 1
(satu) kali s.d. 3 (tiga) kali
b. Mengisi form pendaftaran.
c. Menyertakan data Daftar Riwpoint Hidup ( CV )
d. Menyerahkan pas foto 3 x 4 sebanyak 2 lembar
e. Mendapatkan Ijin dari Orang Tua / Wali.
f. Umur Maksimal 17 Tahun atau Kelas 1 SMA.
g. Berkomitmen tinggi untuk memenuhi persyaratan yang
diberikan.
h. Jumlah Maksimal peserta MAKESTA adalah 40 Orang ATAU, JIKA
MELEBIHI KUOTA, MAKA DIGUNAKAN SISTEM PEMBAGIAN KELAS
DENGAN KAPASITAS TIAP KELAS MAKSIMAL 30 PESERTA

II. LAKMUD
A. PESERTA
1. Peserta LAKMUD adalah utusan dari PR / PK IPNU dan atau PAC IPNU
yang memenuhi persyaratan formal

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 12


2. Persyaratan formal Calon Peserta LAKUT sebagaimana angka 1
adalah :
a. Membawa Surat Mandat dari Pimpinan Ranting / Komisariat
yang bersangkutan
b. Telah mengikuti Masa Kesetiaan Anggota (MAKESTA) dibuktikan
dengan sertifikat kelulusan dan atau surat keterangan dari
Ranting atau komisariat yang bersangkutan.
c. Mengisi form pendaftaran.
d. Mengikuti Prosesi Screening dan dinyatakan lulus
e. Menyertakan data Daftar Riwpoint Hidup ( CV )
f. Menyerahkan pas foto 3 x 4 sebanyak 2 lembar
g. Usia maksimal 21 Tahun atau 1 tahun setelah Lulus SMA.
h. Mendapatkan Rekomendasi dari Ketua Ranting NU setempat.
i. Mendapatkan rekomendasi dari minimal 2 stake holder tingkat
Desa diantaranya : Kyai Sepuh, Kepala Desa, Sekretaris Desa,
Ketua Fatpoint, Ketua Ansor, Ketua BPD, Ketua LKMD dll.
j. Berkomitmen tinggi untuk memenuhi persyaratan yang
diberikan.
k. Jumlah Maksimal peserta LAKMUD adalah 30 Orang ATAU
dengan menggunakan prinsip pemerataan tiap Ranting /
Komisariat mendapatkan jatah mengirimkan delegasi 1 ( satu )
Orang IPNU.
l. Calon peserta dari PK ( Pimpinan Komisariat ) sekolah, minimal
tingkat MA / SMA / sederajat
m. Calon Peserta dari PR ( Pimpinan Ranting ) minimal seusia
kelas 2 SMA ( 17 Tahun )

B. SCREENING / INTERVIEW
1. Materi Interview :
Review Materi Idiologi ( Aswaja, Ke-NU-an, Ke-
IPNU-IPPNU- an ) tingkat Makesta
Materi Skill Keorganisasian di Makesta
Kondisi PR / PK yang ada di daerah masing-
masing
Motivasi Calon peserta dalam mengikuti Lakmud
Harapan Peserta untuk tindakan selanjutnya di
bidang Organisasi pada khususnya
Kesanggupan untuk mengikuti dari awal sampai
akhir secara berkelanjutan
2. Personil Interview adalah Alumni PAC IPNU setempat dan atau
dari Pimpinan Cabang IPNU.

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 13


3. Waktu Interview adalah paling lambat seminggu sebelum
pelaksanaan kegiatan.

III. LAKUT
A. PESERTA
1. Peserta LAKUT adalah utusan dari PAC
IPNU yang memenuhi persyaratan formal
2. Persyaratan formal Calon Peserta
LAKUT sebagaimana angka 1 adalah :
Membawa Surat Mandat dari Pimpinan Anak Cabang yang
bersangkutan
Telah mengikuti Pelatihan Kader MUDA (LAKMUD) dibuktikan
dengan sertifikat kelulusan dan atau surat keterangan dari
komisariat /Cabang yang bersangkutan.
Mengisi form pendaftaran.
Membuat karya tulis sebagaimana ketentuan yang ada.
Menyertakan data Daftar Riwpoint Hidup ( CV )
Menyerahkan pas foto 3 x 4 sebanyak 2 lembar
Mendapatkan Rekomendasi dari Ketua MWC NU setempat.
Usia maksimal 23 Tahun.
Mendapatkan rekomendasi dari minimal 2 stake holder tingkat
Kecamatan diantaranya : Kyai Sepuh, Kepala Cabang Dinas
Pendidikan, Ketua Parpol, Pengusaha / Ketua Asosiasi, Camat,
Danramil, Kapolsek dll.
Berkomitmen tinggi untuk memenuhi persyaratan yang
diberikan.
Jumlah Maksimal peserta LAKUT adalah 20 Orang.

B. KARYA TULIS

1. Karya Tulis berbentuk Paper adalah benar-benar karya pribadi yang


dapat akan dipertanggungjawabkan.

2. Membuat dua macam Karya Tulis : Karya Tulis Tema Wajib dan
Karya Tulis Tema Pilihan.

3. Karya Tulis Tema Wajib yang dimaksud adalah mendiskripsikan


tentang pengalaman pribadi penulis selama berkiprah di IPNU
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 14
terkait dengan Peran serta di masyarakat secara luas, Komitmen
pribadi, Komitmen terhadap Organisasi, Konsep diri serta idealisme
diri dalam melakukan pengabdian terhadap masyarakat, Bangsa,
negara pada umumnya dan pada NU maupun IPNU pada khususnya.
Sampai pada hal hal yang menurut diri pribadi merupakan suatu
idealisme gerak namun karena banyak faktor belum bisa
terselesaikan.

4. Karya Tulis Tema besar pilihan adalah dengan pilihan tema yang
terdiri dari tema Kebangsaan/Sistem ketatanegaraan, Ke-IPNU-
Ian,Ke NU an, Pola Pengkaderan IPNU, Geo Politik ekonomi,
serta Permasalahan-permasalahan sosial lainnya.

5. Paper minimal adalah terdiri dari 4 ( empat) lembar kertas A-4


(kwarto) ditulis dengan karakter huruf 12, Font Arial dengan spasi
1,5.

6. Peserta wajib menyerahkan berkas dan persayaratan formal


sebagimana dalam ketentuan khusus yang terbungkus rapi dalam
stopmap/amplop secara langsung kepada panitia atau melalui jasa
Pos dan diterima paling lambat panitia 4 (tiga) hari sebelum
pelaksanaan LAKUT.

7. Panitia tidak menerima alasan apapun selain ketentuan diatas


berkenaan dengan komplain, ketidak sesuaian, Kesulitan, hambatan
, kelengkapan berkas dll.

C. KETENTUAN SECRENING
1. Kegiatan Screening dilaksanakan 2 ( dua ) minggu sebelum
pelaksanaan LAKUT di PC yang bersangkutan.
2. Hasil screening dikirimkan ke PAC IPNU dalam 1 (satu) minggu
sebelum pelaksanaan LAKUT.
3. Peserta screning datang di tempat pelaksanaan pada waktu dan
tempat yang ditentukan
4. Peserta screning mengisi daftar hadir yang sudah disiapkan panitia
5. Peserta screning diuji oleh tim screner berdasarkan nomor
urut/undian/kehadiran.

D. KELULUSAN PESERTA
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 15
1. LAKUT adalah pengkaderan formal tertinggi di IPNU sehingga
peserta yang berhak mengikuti adalah mereka yang benar-benar
melalui seleksi yang sangat selektif.
2. Proses kelulusan peserta dilakukan dengan penilaiaan oleh tim
screner dengan mempertimbangkan aspek persyaratan formal dan
non formal.
3. Persyaratan formal sebagaimana angka 2 adalah persyaratan-
persyaratan administrasi dan penjenjangan sebagaimana ketentuan
khusus dalam peraturan ini.
4. Persyaratan non formal sebagaimana angka 2 adalah kelayakan
calon peserta pada saat screning yang menyangkut kemampuan
calon peserta LAKUT dalam menjawab dan menyampaikan hal-hal
yang diminta oleh tim screner.
5. Ketentuan / ietem item penilaian pada persyaratan Non Formal
tersebut di atas akan ditentukan lebih lanjut oleh Tim SC LAKUT dan
Tim Screener.

E. PELAKSANAAN LAKUT
1. LAKUT dilaksanakan pada tanggal sesuai jadwal.
2. Peserta yang dinyatakan lulus wajib datang di tempat pelaksanaan
sesuai tentatif yang dijadwalkan
3. Peserta membawa ATK serta peralatan pribadi lainya
4. Peserta wajib mengikuti kegiatan dengan komitmen tinggi dari awal
hingga akhir.
5. Peserta berkomitmen tinggi memenuhi persyaratan yang di
berlakukan.

KONSTRUKSI MATERI

MAKESTA RANTING

No Nama Materi Ranting


1. Fasilitator dan peserta memper-
kenalkan diri.
1 Perkenalan
2. Menyampaikan gambaran awal
mengenai pelatihan ini ke peserta.
2 Kontrak Belajar 1. Mengajak peserta mengungkapkan
harapan dan kekhawatiran mereka
berkaitan dengan pelatihan ini.
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 16
2. Mengajak peserta membuat tata tertib
pelatihan
3. memahami pentingnya membuat
kontrak belajar dalam pelatihan orang
dewasa..
4. hal-hal yang perlu dicantumkan dalam
kontrak belajar
1. Komponen komponen Desa dan peran
Sosiologi dan yang dimainkannya.
Antropologi 2. Geografis Desa dan karakteristik
3
Desa / Pelajar / masyarakat Desa
Santri 3. Pemetaan Persoalan Desa.
4. Desa sebagai miniatur Negara
1. Islam Rahmatan Lil Alamin
2. Tradisi Masyarakat Islam, Pengertian
dan dasar hukumnya (tahlil, qunut,
dibaiyah, ziarah kubur, haul, tarawih 20
4 Ke Islaman rakaat, adzan 2 dalam jumat, talqin,
istighotsah, dll ]
3. Khilafiahnya
4. Tradisi Islam Nusantara untuk kejayaan
bangsa
1. Islam
pada masa Walisongo
2. Seputar
kelahiran NU
3. Makna
5 Ke NU an I filosofis lambang NU
4. Tinjauan
tentang Sistem Organisasi NU ( Tujuan,
Kepengurusan, Keanggotaan, Usaha Usaha
NU )
2. Metamorfosis NU
1. sekilas Gerakan kaum muda di
Indonesia dan pengaruhnya.
2. latar belakang kelahiran IPNU
3. Perjalanan IPNU dari Masa Ke Masa
6 Ke IPNU an I
4. Tinjauan PD / PRT IPNU ; lambang,
tujuan, asas, keanggotaan, dll .
5. Hubungan IPNU dengan NU beserta
Banomnya maupun ormas lain.
1. Landasan
berpikir IPNU
2. Cara
Berpikir , bersikap dan bertindak IPNU
Prinsip
3. Landasan
7 Perjuanngan
bersikap dan berorganisasi
IPNU
4. Jati diri
IPNU
5. Orientasi
IPNU
8 Keorganisasian 1. Devinisi dan Komponen komponen
organisasi
2. Asas Dan Prinsip Prinsip Organisasi
3. Macam Dan Jenis Organisasi Beserta
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 17
Karakteristiknya.
4. Manfaat Organisasi ( khususnya IPNU )
bagi anggota
Metode 1. Pentingnya pengorganisiran
Pengorganisiran 2. Karakteristik Organizer
9
dan Strategi 3. Teknik, metode dan langkah
Gerak IPNU pengorganiziran.
1. Kesadaran Tauhid
2. Kesadaran akan hakekat hidup ( dari mana,
mau ke mana dan untuk apa )
3. Ingatan akan mati dan resiko kehidupan
10 Baiat 4. Refleksi perjuangan orang tua, pejuang
pejuang agama, Negara dan imajinasi saat
ini mereka sedang apa.
5. Puncak Doktrinasi Peserta Makesta
6. Sumpah baiat Kesetiaan

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 18


LAKMUD

No Nama Materi Konstruksi Materi

1. Konsep Ketuhanan dalam Islam


2. Siklus keberadaan Manusia
1 Analisa Diri 3. Kholifah Fil Ard
4. Tugas tugas Kholifah Fil Ard
5. Tentang Dunia dan Akhirat
1. Kepentingan di balik perang dunia I dan II
2. Dampak Perang dunia I dan II
3. Perubahan bentuk kolonialisme ( dari
Pengantar
2 penjajahan fsik ke penjajahan ekonomi
Wacana Global
politik dan budaya )
4. Hegemoni kapitalisme terhadap dunia
ketiga ( Indonesia )
1. dalil dali yang jadi rujukan aswaja
2. Genealogi aswaja di indonesia
3. pengertian madzhab dan sistem
Ahlussunah bermadzhab
3
waljamaah I 4. prinsip prinsip Islam Aswaja
5. Taqlid, ittiba, ijtihad dan istinbat
6. Memahami karakteristik 4 madzhab pada
masalah fiqih
1. Perjalanan sejarah gerakan keagamaan /
keislaman di indonesia.
2. genealogi gerakan keislaman di Indonesia,
Gerakan Islam tujuan dan pola gerakannya.
4 di Indonesia dan 3. Peran gerakan keagamaan dalam
sejarahnya membentuk dan mempengaruhi nalar
masyarakat
4. Kelebihan dan kekurangan gerakan gerakan
keagamaan.
1. Mabadiu Khoiro Ummah , Panca Gerakan
NU & Khittoh NU
2. Program dan Kebijakan NU di Muktamar
5 Ke NU an II terakhir.
3. Analisa NU dalam perkembangan /
dinamika perjuangan
4. Peluang dan Tantang NU di era global
1. Tinjauan sosiologis dan strategis
kelahiran IPNU
2. peristiwa dan keputusan penting dari
6 Ke IPNU an II kongres ke kongres
3. Kebijakan strategis IPNU ke depan
4. Posisi dan peran IPNU dalam kontek
kepelajaran dan konteks kemasyarakatan
7 Pengantar 1. Pers dan public opini
Jurnalistik 2. Analisis Media
3. Peta dan Konstelasi Pers di
Indonesia

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 19


4. Pers di IPNU
1. Pengertian kepemimpinan
2. Teori munculnya pemimpin di
masyarakat
3. Tipologi kepemimpinan
8 Leadhership 4. pemimpin dan Manager
5. Analisis realitas kepemimpinan di
IPNU
6. Rekonstruksi kepemimpinan pelajar
Pola kepemimpinan efektif
1. Pengertia
n SWOT
2. Manfaat
dan Fungsi SWOT
9 Analisis SWOT
3. Langkah
langkah SWOT
4. Rumusan
SWOT

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 20


LAKUT

No Nama Materi Konstruksi Materi

1. Tesis Huntington dan francis fukuyama


2. Setting negara pusat atas dunia ketiga
Studi Geopolitik
1 3. Pilar pilar kekuatan dunia
Internasional
4. Dari Geopolitik unipolar ke multipolar
5. Arah Indonesia harus bergerak
1. Antropologi masyarakat Indonesia
2. Sejarah Kepercayaan masyarakat
3. Struktur sosial dan politik masyarakat
Sejarah indonesia.
2
Masyarakat 4. Struktur mental dan pengetahuan
masyarakat Indonesia
5. Membangun masyarakat dan bangsa
berbasis khasanah asli bangsa.
1. Aswaja sebagai manhajul fikr
2. makna sejarah kelahiran firqoh dalam
islam
Ahlussunah Wal 3. Pandangan Aswaja terhadap masalah
3
Jamaah II Jihad dan masalah sosial
4. Kritik wacana dan sejarah Aswaja
5. Mempertahankan Aswaja di tengah
kepungan ideologi transnasional.
3. Kilas balik Sejarah Kultral dan
struktural NU
4. Investasi besar NU terhadap bangsa
indonesia
1. Patahan-2 sejarah dan pengaruhnya
terhadap NU
2. Gejala mutakhir marjinalisasi terhadap
4 Ke NU an III
NU
3. Basis Gerak Sistem Dunia dan
dampaknya terhadap dunia NU.
4. Membangkitkan kembali nalar produksi
warga NU.
5. Sistem dan Pola ideal distribusi kader
NU
5 Strategi dan 1. Pilihan format format gerakan
Taktik Gerakan IPNU
IPNU 2. Tafsir terhadap realitas sosial dan
bagaimana menjawab kebutuhan realitas
kader dalam IPNU
3. Strategi membangun gerakan dan
mengembangkannya
4. Kesadaran IPNU tentang
orientasi gerakan IPNU
5. Posisi tawar IPNU di medan
pergerakan
6. IPNU dalam relasikekuasaan
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 21
7. Format ideal gerakan IPNU
kultural-struktural (?)
8. Pilihan format format gerakan
IPNU
9. Strategi dan taktik gerakan
IPNU ( kesadaran relasi kawan-lawan,
aliansi taktis-strategis)
1. Sejarah
kelembagaan IPNU ( Konteks Global,
Nasional, aliansi dan Dampak IPNU )
2. Tradisi
sejarah perlawanan
3. Makna
IPNU
sejarah perjuangan IPNU
Perspektif
6 4. Tinjauan
Sejarah dan
sosiologis IPNU
ideologi
5. Makna
Filosofis Perjuangan
6. IPNU dan
ideologi IPNU (transendensi, berfikir
kritis, dialektis, transformatif dll.)

1. Kekuata
n dan kelemahan IPNU (manajerial,
model relasi struktur, jaringan, dana
IPNU dll)
7 perspektif 2. Leadersh
organisasi ip
3. Kepemi
mpinan gerakan

1. Kekuata
n dan kelemahan IPNU dalam kaderisasi
2. Citra diri
kader IPNU
IPNU
3. Fase-
8 perspektif
fase pengkaderan dan tipologi kader
kaderisasi
4. Relasi
kader dan alumni
5. Tantanga
n ke depan berkaitan dengan kaderisasi
1. Pilar kekuatan organisasi
2. Pengertian dan urgensi networking dan
Networking dan lobying
9
Lobying 3. Memahami struktur jaringan
4. Teknik networking
5. Teknik Lobying
1. Melakukan analisa relitas internal dan
eksternal
Strategic 2. merumuskan visi misi dan program
10
Planning unggulan IPNU
3. Merumuskan program IPNU

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 22


Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 23
LATPEL I

No Nama Materi Konstruksi Materi

1. Memberi kesempatan ke fasilitator dan


peserta untuk memper-kenalkan diri.
2. Menyampaikan gambaran awal
mengenai pelatihan ini ke peserta.
1 Perkenalan 3. Membantu peserta memahami
kegunaan perkenalan dalam pelatihan.
4. Mengajak peserta merancang suatu
metode perkenalan untuk dipakai dalam
pelatihan
1. Mengajak peserta mengungkapkan
harapan dan kekhawatiran mereka
berkaitan dengan pelatihan ini.
2. Mengajak peserta membuat tata tertib
pelatihan
3. Membantu peserta memahami
Kontrak
2 pentingnya membuat kontrak belajar
Belajar
dalam pelatihan orang dewasa.
4. Membantu peserta memahami
kegunaan kontrak belajar.
5. Membantu peserta mengetahui hal-hal
yang perlu dicantumkan dalam kontrak
belajar

1. Konstruksi Ideologis Pendidikan di


Indonesia
2. Paradigma dan Implikasinya
Falsafah dan tergadap metodologi pendidikan
3 prinsip 3. Konsep belajar pedagogis dan
pelatihan Andragogis
4. Subyek Pendidikan dan daur
belajar
5. Mengenal pendekatan pendekatan
dalam pelatihan
1. Argumen argumen pentingnya
kaderisasi
Sistem
2. Sistem dan Pola Kaderisasi IPNU
4 Kaderisasi
3. Analisa tentang sistem pelatihan
IPNU
dan tantangan pengembangan Kader di
IPNU.
1. Definisi Metodologi
2. Fungsi Metode dan media dalam
Metodologi pelatihan
5 dan Media 3. Mengenal Jenis jenis metode
Pelatihan pelatihan
4. Mengenal Jenis jenis media
pelatihan dan cara menggunakannya
6 Management 1. Pengertian, unsur dan fungsi
Pelatihan Managemen latihan
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 24
2. Penerapan Managemen secara
Praktis
3. Pengelolaan Pelatihan dari
persiapan awal sampai akhir
4. Moderator, Pemateri, dan
Fasilitator
1. Pengertian dan Prinsip dasar
Mengenal metodologi evaluasi pelatihan
7 evaluasi 2. Manfaat, tujuan dan sasaran evaluasi
Pelatihan dalam pelatihan
3. Cara dan Waktu melaksanakan evaluasi
Bedah
Kurikulum Kurikulum kaderisasi IPNU ( Khusus Makesta
8
Kaderisasi )
IPNU
1. kegunaan rencana sesi.
2. hal-hal yang terdapat dalam ren-
Rencana cana sesi.
9
Sessi 3. merancang suatu sesi dan
mempraktekkan langsung fasilitasi
prosessesi

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 25


LATPEL II.

No Nama Materi Konstruksi Materi

1. Memberi kesempatan ke fasilitator


dan peserta untuk memper-kenalkan diri.
2. Menyampaikan gambaran awal
mengenai pelatihan ini ke peserta.
1 Perkenalan 3. Membantu peserta memahami
kegunaan perkenalan dalam pelatihan.
4. Mengajak peserta merancang suatu
metode perkenalan untuk dipakai dalam
pelatihan
1. Mengajak peserta mengungkapkan
harapan dan kekhawatiran mereka
berkaitan dengan pelatihan ini.
2. Mengajak peserta membuat tata
tertib pelatihan
3. Membantu peserta memahami
Kontrak
2 pentingnya membuat kontrak belajar
Belajar
dalam pelatihan orang dewasa.
4. Membantu peserta memahami
kegunaan kontrak belajar.
5. Membantu peserta mengetahui hal-
hal yang perlu dicantumkan dalam
kontrak belajar
1. pengertian pelatihan.
2. kegunaan pelatihan .
Mengenal 3. arti fasilitator dan perannya dalam
3
Fasilitator suatu pelatihan.
4. gambaran singkat mengenai beberapa
metode fasilitasi.
1. langkah-langkah fasilitasi dalam
pelatihan.
2. tindakan-tindakan yang perlu
Melakukan
4 dilakukan fasilitator sebelum dan sesudah
Fasilitasi
berlangsungnya pelatihan.
3. sikap-sikap yang perlu dikembang-kan
fasilitator ketika melakukan fasilitasi.
1. dasar-dasar komunikasi.
2. beberapa hal yang bisa meng-hambat
atau merusak komunikasi.
5 Komunikasi
3. beberapa alat peraga yang diguna-kan
untuk mendukung komunikasi dalam
pelatihan.
6 Diskusi dalam 1. kegunaan diskusi dalam suatu
pelatihan pelatihan.
2. Macam macam Diskusi
3. Peran yang harus diambil Fasilitator
dalam diskusi
4. Model dan Teknik Intervensi diskusi

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 26


bagi fasilitator
5. beberapa teknik yang bisa diguna-kan
oleh fasilitator di tengah suatu diskusi
6. Beberapa masalah yang sering timbul
dalam diskusi
1. kegunaan permainan dalam pelatihan.
2. Dasar dasar permainan
7 Permainan
3. merancang suatu permainan untuk
dipakai dalam pelatihan
1. kegunaan studi kasus dalam
pelatihan.
8 Studi Kasus
2. Mengajak peserta mengadakan studi
kasus.
1. kegunaan bermain peran dalam
pelatihan.
9 Bermain Peran 2. Langkah langkah bermain peran
3. Mengajak peserta mengadakan
bermain peran.
1. Pengertian dan Prinsip dasar
metodologi evaluasi pelatihan
Mengenal
2. Manfaat, tujuan dan sasaran evaluasi
10 evaluasi
dalam pelatihan
Pelatihan
3. Cara dan Waktu melaksanakan
evaluasi
1. Dasar dasar penyusunan kurikulum
Pelatihan
Pengembangan 2. Langkah langkah penyusunan
11
Kurikulum kurikulum pelatihan
3. Pendekatan dalam pengembangan
kurikulum

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 27


TENTANG IPNU
Oleh : Tim Kaderisasi PW IPNU Jateng

Sekilas kelahiran IPNU, 1954


1373 H. atau bertepatan dengan 1954 M. adalah babakan new era bagi
perjalanan generasi muda NU yang tergabung dalam IPNU. Sebelum
menggunakan nama IPNU, kegiatan mereka di berbagai tempat bermacam-
macam. Sebagian melakukan rutinitas keagamaan, seperti tahlilan, yasinan,
diba/ berjanji, dst. Kelompok pelajar seperti itu lebih banyak ditemui di
pesantran-pesantren dan di kampung-kampung. Sebagian lagi, kelompok muda
NU mengadakan di Sekolah-Pesantren, Sekolah Umum dan Perguruan Tinggi.
Sekalipun tergolong masih kecil jumlahnya.
Pendirian IPNU pada tahun tersebut, bukan tanpa proses. Beberapa
kegiatan yang telah disebut di atas. Sisi lainya adalah dengan melalui
musyawarah yang intensif, antara para kyai pesantren, pengurus NU dan
lembaga pendidikan Maarif NU. Termasuk yang tak kalah pentingnya adalah
kontribusi pemikiran aktivis kaum pelajar NU, lebih khusus di Pesantren atau
Sekolah.
Pilihan nama organisasi juga melalui proses. Bukti historis proses
tersebut sebagai berikut: beberapa tahun sebelumnya terdapat keragaman
nama bagi perkumpulan pelajar NU, seprti Tsamratul Mustafidin di Surabaya
tahun 1936, PERSANO (Persatuan Santri Nahdlotul Oelama) tahun 1945,
Persatuan Murid NU tahun 1945 di Malang, Ijtima-ulth Tholabiyyah tahun 1945
di Madura, ITNO (Ijtimatul Tholabah NO) tahuan 1946 di SUmbawa, PERPENO
(Persatuan Pelajar NO) di Kediri 1953, IPINO (IKatan Pelajar NO) dan IPENO
tahun 1954 di Medan, dll.
Mengingat perkumpulan tersebut satu sama lain kurang saling
mengenal, karena kelahiran mereka atas inisiatif dan kreatifitas mereka
sendiri. Maka, maka dibutuhkan wadah yang sama dan satu induk. Satu hal
yang sewarna dan sejalan adalah pijakan pada dasar keyakinan Islam
Ahlusunnah Wal jamaah. Juga atas dasar kebersamaan dan persatuan
(ukhwah) sesama umat Islam pemegang tradisi. Karena itu, IPNU merupakan
induk dan satu-satunya organisasi NU yang menangani kaum muda NU tingkat
pelajar NU, termasuk di Perguruan Tinggi.
Tepat tanggal 24 Pebruari 1954 M. bertepatan dengan 20 Jumadil
Akhir 1373 H. di Semarang, pada konferensi besar Maarif NU se-Indonesia
menyepakati nama IPNU, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama sebagai satu-satunya
wadah berhimpun dan berkreasi Pelajar, Mahasiswa, Santri dan remaja baik di
Pesantren, Madrasah/sekolah maupun Perguruan Tinggi. Gagasan ini
dipelopori oleh Tolhah Mansur ( Fak. Hukum UGM ), fadlan AGN ( Fisipol
UGM ) dari Jatim, Mustahal achmad Masyhud ( Solo ) Sufyan Kholil dan Abdul
Ghoni Farida ( Semarang ) yang pada akhirnya dalam Konferensi tersebut
Mohammad Tolchah Mansur ditetapkan sebagai ketua ummnya. Gagasan
tersebut muncul karena memandang perlunya penyatuan elemen gerak
berbagai organisasi pelajar NU dalam satu wadah agar lebih solid. Sejak saat
itu, upaya pengembangan cabang terus dilakukan hingga berdiri lima cabang
yang dikenal dengan PANCA DAERAH ( Jombang, Solo, Kediri, Semarang dan
Yogyakarta )
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 28
Menindaklanjuti ketetapan Konbes Maarif itu, para pengurus
mengadakan konferensi lima daerah; Yogyakarta, Semarang, Surakarta,
Jombang dan Kediri. Di Surakarta tanggal 29 April 1 Mei 1954. putusan-
putusan penting pun dihasilkan; selain merumuskan tujuan, PD PRT, juga
menetapkan Tolchah Mansur sebagai ketua umum Pimpinan Pusat IPNU dan
menetapkan kota Yogyakarta sebagai kantor pusat organisasi. Mendapat
pengakuan resmi sebagai bagian NU pada Muktamar ke 20 di Surabaya, 9-14
September 1954, setelah ketua umum menyampaikan gagasan IPNU dihadapan
peserta Muktamar NU.
Untuk memperkokoh organisasi, IPNU melaksanakan Muktamarnya
(baca: Kongres) yang pertama pada tanggal 28 Februari 1955 di Malang Jawa
Timur. Ikut hadir dalam perhelatan Nasional itu adalah presiden RI Soekarno.
Hal ini juga sekaligus pengukuhan IPNU sebagai bagian organisasi pemuda di
Indonesia. IPNU pun mulai populer di tengah masyarakat Indonesia. Lebih-
lebih, surat kabar dan radio memberitakan pidato Bung Karno pada Muktamar
IPNU tersebut.
Sebagai organisasi pelajar dan terpelajar, beberapa tokoh pendiri
IPNU adalah orang-orang yang masih berpendidikan, seperti Mohammad
Tolchah Mansur (mahasiswa UGM Yogyakarta), dan Ismail (mahasiswa IAIN
Sunan Kalijogo Yogyakarta). Di daerah-daerah juga, para pengurus IPNU saat
itu banyak yang dipegang oleh para mahasiswa, seperti Mahbub Djunaedi dan
M. Sahal Makmun di Jakarta (mahasiswa UI). Beberapa kader IPNU lainya di
Pesantren adalah Abdurrahman Wahid dari Jawa Timur (Ketua Tanfidziyah
PBNU 1984-1999) dan Ilyas Ruyat dari Jawa Barat (Rais Am 1994-1999).

Perjalanan IPNU dari masa ke masa


IPNU Pasca Kongres Jombang 1988
Perubahan zaman memang tidak bisa dihindari, tetapi dihadapi dan
dilaksanakan , pernyataan itu, berlaku untuk siapa dan apa saja, termasuk
juga organisasi IPNU. Tahun 1998, saat kongres ke-10 di jombang, IPNU harus
menghadapi perubahan zaman. Hal ini cukup berdampak luas bagi keberadaan
(eksistensi) IPNU ke depan. Perubahan ini, setidaknya bersumber awal dari UU
nomor 8 tahun 1985 yang membabi buta dalam penerapan aturan tentang
keormasan di Indonesia. Azas dan Nama perubahan, karena tuntutan UU itu,
seperti juga pada NU, tapi, hakekatnya tetap, seperti tujuan, sasaran
kelompok dll.
Kependekan nama IPNU dari IKatan Pelajar Nahdlatul Ulama berubah
menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama. Bahkan ketika itu, tidak saja
perubahan kependekan P termasuk dua huruf dilakangnya ( NU) juaga harus
dihapuskan. Karena, hal itu dianggap sebagi bawahan ( underbouw) partai
tertentu ( ingat, tahun 1950-an NU menjadi partai sendiri ). Syukur
Alhamduliilah, pada kongres itu akhirnya diputuskan untuk tetap menjadi
IPNU, hanya P-nya saja berubah ; dari Pelajar menjadi Putra. Hal serupa
juga, terjadi pada organisasi pelajar manapun, selain PII, Pelajar Islam
Indonesia.
Dengan berubahnya kependekan P, berubah pula orientasi dan
sasaran binaanya IPNU. Dari pelajar dan Mahasiswa sebagai sasaran utama,
berubah untuk dapat membina juga remaja yang tidak sekolah. Dapat
disebut, setelah kongres Jombang tahun 1988 hingga Kongres Garut tahun
1996 adalah masa Transisi yang bekepanjangan. Satu misal adalah tidak
pernah sampainya pemahaman yang sama tentang orientasi bidang garap
IPNU, berikut skala prioritasnya. Pada masa itulah terjadi tarik menarik
antara kepentingan politik praktis (politisasi IPNU) dengan prioritas program
untuk membenahai warga IPNU sector awal berdirinya IPNU; santri dan

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 29


pelajar. Hal ini, ternyata berdampak pada proses pengkaderan yang pelan-
pelan semakin hilang dari pesantren atau sekolah maarif NU.

IPNU kembali ke Khittah 1954: Deklarasi Makasar 2000


Melihat kenyataan IPNU yang masih dalam masa transisi diatas, maka
dalam menyambut millennium ke III, tahun 2000 di Kongres IPNU ke 13 di
Makasar, para kader IPNU memunculkan kesadaran bersama (common sense)
secara kolektif. Seakan-akan ada hal yang baris telah kembali lagi, yakni
sesuatu yang terasa hilang, yakni pada tahun 1988. sesuai deklarasi Makasar
2000 dan hasil Kongres 13, adalah bahwa IPNU kembali pada visi kepelajaran,
lalu menumbuh-kembangkan IPNU pada basis perjuangan; Sekolah dan Pondok
Pesantren, dan terakhir mengembalikan CBP (Corp Brigade Pembangunan)
yang lahir 1965 sebagai kelompok kedisiplinan, kepanduan dan kepecinta
alaman. Semua itu dalam rangka mencapai tujuan IPNU, yaitu terbentuknya
Pelajar-Pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak
muli dan berwawasan kebangsaan, serta bertanggung jawab atas tegak dan
terlaksananya syariat Islam menurut faham Ahlussunnah waljamaah yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Menegaskan Khittah 1954 pada Kongres XIV 2003 (Surabaya)


Deklarasi Makasar 2000 sebagai tonggak awal mengembalikan IPNU
pada orentasi garapan ternyata belum mampu mengakhiri problematika
tersebut. Pada Kongres IPNU ke 14 di Surabaya, para kader IPNU
memunculkan kesadaran bersama. Kesadaran itu adalah untuk merubah nama
dan sekaligus visi kepelajaran dan orientasi pengkaderan IPNU, khususnya di
Pesantren dan sekolah-sekolah. Artinya kongres telah mengembalikan IPNU
pada garis perjuangan yang semestinya. Secara popular, hal tersebut dikenal
dengan nama Khittah 1954. dengan demikian, perlahan tapi pasti, IPNU
berkesempatan untuk mengembalikan masa keemasan yang telah hilang,
seperti 15 tahun yang lalu. Akan tetapi, kesadaran itu pun sebenarnya rentan,
bahaya bila momen itu tidak digunakan dengan sebaik-baiknya dan seoptimal
mungkin oleh semua jajaran NU, khususnya IPNU, lebih khusus lagi pesantren
(baca: RMI) dan Maarif.

Tokoh tokoh yang pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU
adalah :
1. Rekan M. Tolhah Mansyur ( 1954 1960 )
2. Rekan Ismail Makki ( 1960 1963 )
3. Rekan Asnawi Latif ( 1960 1966 ; 1966 1970 )
4. Rekan Tosari Wijaya
5. Rekan Zainut Tauhid
6. Rekan Hilmi Muhammadiyah ( 1996 2000 )
7. Rekan Abdullah Azwar Anas ( 2000 2003 )
8. Rekan Mujtahidurridho ( 2003 2006 )
9. Rekan Idi Muzayyad ( 2006 2009 )
10. Rekan Ahmad Syauqi ( 2009 2012 )

HUBUNGAN IPNU - IPPNU DAN ORMAS LAIN


Kaitan IPNU - IPPNU dan NU, bahwa IPNU & IPPNU secara organisatoris
merupakan badan otonom NU yang resmi tercantum pada Anggaran Rumah
Tangga NU pasal 27 poin 6 bagian f, hasil mukatamar NU lirboyo jawa timur
yang mana bahwa IPNU & IPPNU mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dengan badan otonom yang lain.
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 30
Hubungan IPNU dengan IPPNU, bahwa IPNU merupakan mitra kerja IPPNU,
sedangkan hubungan IPNU & IPPNU dengan ormas lain , bahwa IPNU & IPPNU
mempunyai kedudukan yang sejajar dengan ormas yang lain yang tergabung
dalam satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda (KNPI).
Makna Sosiologis dan Strategis IPNU Dilahirkan
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) diidrikan pada tanggal 24
Februari 1954 Masehi yang bertepatan dengan tanggal 20 Jumadil Akhir 1373
Hijriyah. IPNU didirikan pada saat itu merupakan suatu keharusan sejarah,
karena di berbagai daerah organisasi pelajar dan santri NU sudah banyak
berdiri. Sebut saja Tsamratul Mustafidin di Surabaya tahun 1936, PERSANO
(persatuan santri Nahdlotul Oelama) Tahun 1945, Persatuan murid NO tahun
1945 di Malang, Ijtimaut Tholabah Nahdlatul Oelama (ITNO) tahun 1946 di
Madura, PERPENO (Peratuan Pelajar NO ) di Kediri tahun 1953, IPINO ( Ikatan
pelajar NO ) dan IPENO Tahun 1954 di Medan, dll). Dengan demikian, ada
kebutuhan untuk membentuk organisasi di tingkat nasional yang dapat
menyatukan dan merumuskan formulasi kaderisasi bagi pelajar NU serta
mendorong pendirian organisasi yang mewadahi pelajar, santri dan
mahasisiwa NU di setiap daerah dan bahkan di setiap tingkatan organisasi NU.
Hal yang juga tidak kalah penting adalah pertarungan Ideologi pada
saat itu antara Nasionalis, Islam, dan Komunis. Dapat dilihat dalam runutan
sejarah NU sebelum masa kemerdekaan, yakni pada masa awal kemerdekaan
NU telah membuktikan diri sebagai kelompok strategis dan memiliki saham
paling besar dalam pembentukan bangsa Indonesia ini. Contoh nyata adalah
pada sidang BPUPKI simbah KH Wahid Hasyim pasang badan sebagai
penengah ditengah perdebatan bentuk negara dan dasar negara antara
kelompok Islam dan non Islam, maka diputuskan NKRI adalah bentuk final
Bangsa Indonesia.
Di tengah pertarungan Ideologi yang semakin runcing tersebut,
maka masing-masing kekuatan yang ada juga memperluas pengaruhnya di
masing-masing sektor, tak terkecuali di kalangan pelajar. Melakukan
ideologisasi Islam ala Ahlussunah Wal Jamaah dikalangan pelajar NU maka
hukumnya menjadi wajib. Tidak hanya sekedar menyelamatkan kader NU
dari kepungan ketiga ideologi diatas, akan tetapi menyelamatkan bangsa ini
dari perpecahan dan kehancuran dini. Para intelektual muda NU, Ulama dan
Kyai tidak menginginkan bangsa ini menjadi layu sebelum berkembang.
Penerimaan NU pada konsep NASAKOM merupakan pembuktian kesekian kali
bahwa NU menginginkan bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Bahwa
perbedaan yang muncul NU berusaha menerima dan memahami dan kemudian
merumuskan menjadi kekuatan bangsa.
Meskipun didirikan ditengah tengah pertarungan politik yang cukup
keras, IPNU adalah Jawaban atas kebutuhan organisasi pelajar, santri dan
mahasiswa secara nasional untuk menjawab kebutuhan proses kaderisasi di
tubuh Nahdlatul Ulama, dan kebutuhan untuk melakukan ideologisasi bagi
pelajar sekaligus memberi jaminan bahwa bangsa Indonesia ini utuh di awal
kemerdekaan, dan menjadi bangsa yang besar di kemudian hari.

Peristiwa strategis dari konggres ke konggres


Pendirian Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dimotori oleh M
Sufjan Cholil (Jombang), H. Mustahal (Solo), dan Acmad Masjhub, dan Abdul
Ghoni Farida (Semarang) yang mengusulkan kepada PB LP Maarif yang saat itu
menyelenggarakan Konferensi Besarnya di Semarang.
Sebelum menindaklanjuti pengesahan Konferensi Besar Maarif NU,
assabiqunal awwalun (sebutan bagi tiga perintis IPNU) mengadakan

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 31


Konferensi Segi Lima di Solo. Konferensi ini meliputi daerah Yogyakarta,
Semarang, Solo, Jombang, dan Kediri. Konferensi ini melahirkan beberapa
keputusan penting, yaitu bahwa organisasai berazaskan ahlussunah wal
jamaah, wilayah garapan organisasi yang khusus putra, dan tujuan
keberadaan organisasi adalah mengokohkan ajaran Islam sekaligus risalah
diniyah (penyebarluasan), meninggikan dan menyempurnakan pendidikan dan
ajaran Islam, serta menghimpun semua potensi pelajar yang berpaham
Ahlussunah wal jamaah di semua sekolah sekolah yang ada. Keputusan yang
tidak kalah penting adalah menunjuk Mohammad Tholchah Mansoer sebagai
Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU dan menetapkan Yogyakarta sebagai kantor
pusat, serta sekilas AD/ART IPNU. Berita pelaksanaan Konferensi Segi Lima
serta hasil-hasilnya segera disebarkan ke seluruh pelosk Tanah Air, terutama
kota-kota yang terdapat pesantren. Hingga sampai saat ini perkembangan
IPNU-IPPNU sangat signifikan.
Selanjutnya IPNU mendapat pengakuan resmi sebagai bagian dari
NU pada Muktamar NU ke 20 di Surabaya pada tanggal 9 14 September 1954.
Kemudian IPNU melaksanakan muktamar yang pertama pada tanggal 28
Februari 1955 di Malang Jawa Timur. Kebesaran muktamar benar benar
terwujud, dan semakin terasa istimewa karena dihadiri oleh Presiden RI Ir.
Soekarno, Wakil Perdana Menteri Zainul Arifin, Menteri Agama RI KH.
Masykur. Sedangkan dari jajaran PBNU hadir Rois Aam NU KH Abdulwahab
Chasbullah, Ketua Umum Partai NU KH Dahlan, Ketua Umum PB Maarif NU KH
Syukri Ghozali. Hal itu yang menandai pengakuan pihak Eksternal dan Internal
eksistensi IPNU sebagai salah satu organisasi kepemudaan di Indonesia.
Pada muktamar II di Pekalongan pada tahun 1957, mulai diadakan
lomba dan beberapa pertandingan cabang olahraga, diantaranya sepak bola,
bulutangkis dan catur. Pada muktamar II ini kembali Tolkhah Mansyur
dipercaya sebagai ketua Umum.
Muktamar III dilaksanakan di Cerebon, pada tanggal 27 Desember
1958. di muktamar ini IPNU mulai mendapat kritik, karena diusia yang ke-4
kader pesantren merasa ditinggalkan dan kurang diakomodir. Puncaknya
mereka menilai bahwa eksistensi IPNU sebagai organisasi tidak jauh berbeda
dengan PII. Semangat kritisisme peserta muktamar mulai kelihatan, hal ini
dapat dilihat dari Usulan-usulan baik itu kepada PP IPNU, PB Maarif, ataupun
kepada Menteri Agama, menteri PP & K, dan Menteri Perhubungan. Dalam
muktamar ini POR mulai diadakan secara resmi yang diikuti oleh 56 cabang
IPNU dari seluruh Indonesia. Selain Tolkhah Mansyur terpilih kembali sebagai
ketua Umum IPNU, yang paling penting adalah munculnya amanat Muktamar
bahwa PP IPNU harus menyusun Mukadimmah AD / ART IPNU yang akhirnya
berhasil disusun pada tanggal 16 Oktober 1959.
Muktamar IV diselenggarakan di Yogyakarta, pad tanggal 11 Februari
1961, beberapa hal penting yang dihasilkan dalam muktamar ini adalah
penghapusan departemen perguruan tinggi IPNU karena sudah ada PMII,
penggantian istilah muktamar menjadi konggres, dan perubahan istilah dari
Anggaran Dasar / Rumah Tangga (AD/ART) menjadi Peraturan Dasar /
Peraturan rumah tangga (PD/PRT) serta finalisasi bentuk lambing IPNU. Dan
terpilihnya Ismail Makky sebagai ketua Umum.
Sebelum diadakan Konggres ke V di Purwokerto, diadakan
konferensi besar di Pekalongan pada tanggal 28 Oktober 1964, lahirlah
rumusan sikap yang disebut dengan Doktrin Pekalongan, yang isinya sebuah
ekspresi kesadaran IPNU untuk terus berusaha melakukan langkah langkah
kongkrit aktualisasi perjuangan menuju cita cita Nahdlatul Ulama. Doktrin
Pekalongan juga menegaskan pemihakan IPNU kepda Pancasila, mengalahkan
manifesto Komunis maupun Declaration of Independence. Dari Doktrin
pekalongan inilah yang kemudian mendorong berdirinya Corp Brigade
Pembangunan (CBP) pada tahun 1965. Mengingat pada saat itu eskalasi politik
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 32
sedang meningkat. Operasional CBP ada pada wilayah membantu usaha
pembangunan masyarakat desa dan sebagai organ keamanan bagi IPNU.
Konggres V di Purwokerto menghasilkan ketua terpilih Asnawi Latif. Dan yang
terpenting adalah Ikrar Bersama peserta Konggres V yang berbunyi Nama
Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama tidak akan di ubah untuk
selama lamanya.
Setahun setelah CBP terbentuk, IPNU menyelenggarakan Konggres
VI di Surabaya pada tanggal 20 24 Agustus 1966, dikonggres ini juga diadakan
PORSENI IPNU / IPPNU. Di konggres ini menghasilkan keputusan yang
fundamental yaitu IPNU / IPPNU sebagai badan otonom Partai Nahdlatul
Ulama. Artinya posisi sejak konggres VI IPNU / IPPNU sejajar dengan GP
Ansor, Muslimat dan Banom banom yang lain. Dan keputusan lain yaitu
memindahkan kantor pusat IPNU dari Yogyakarta ke ibukota Jakarta.
Tahun 1988 saat kongres ke-10 di Jombang, dikarenakan UU Nomor
8 tahun 1985 tentang aturan keormasan di Indonesia. Azas dan nama berubah,
karena tuntutan UU itu, seperti juga pada NU. Tetapi hakekat dari tujuan,
sasaran kelompok dll, tetap sama. Akronim IPNU dari Ikatan pelajar NU
menjadi Ikatan Putra NU. Bahkan ketika itu, sebenarnya tidak saja
kependekan P termasuk dua huruf dibelakangnya (NU) yang harus
dihapuskan, karena hal itu dianggap sebagai bawahan partai tertentu. Pada
konggres akhirnya tetap menjadi IPNU, hanya P-nya saja yang berubah,dari
pelajar menjadi putra. Hal serupa juga terjadi pada organisasi pelajar
manapun. Perubahan nama tersebut menjadikan IPNU terpaksa merubah
focus sasaran bidang garap dari pelajar dan santri, menjadi lebih difokuskan
pada kemahasiswaan.
Namun kemudian dalam kongres ke-13 di Makasar tahun 2000, para
kader IPNU memunculkan kesadaran bersama yang terasa hilang sejak tahun
1988, sehingga menghasilkan sebuah Deklarasi Makasar yang berisi
rekomendasi bahwa IPNU kembali pada proses kepelajaran, lalu
menumbuhkembangkan IPNU pada proses perjuangan sekolah dan pondok
pesantren dan terakhir menghidupkan lagi Lembaga CBP (Corp Brigade
Pembangunan ) yang lahir 1965 sebagai kelompok kedisiplinan, kepanduan,
dan Pecinta Alam. Semua itu dalam kerangka mencapai tujuan IPNU yaitu
terbentuknya putra-putra banga yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu,
Berakhlak mulia, dan berwawaan kebangsaan, serta bertanggung jawab atas
tegak dan terlaksanakanya syariat Islam menurut paham Ahlus Sunah Wal
Jamaah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pada konggres IPNU di Surabaya, para kader IPNU membuat sebuah
kesepakatan bersama yaitu untuk merubah nama dan sekaligus Visi
kepelajaran dan orientasi Pengkaderan IPNU pada garis perjuangan yang
semestinya. Pada Kongres di Asrama Haji Sukolilo Surabaya tersebut,
sebenarnya sebagian besar peserta, terutama dari luar Jawa, tidak sepakat
perubahan Putra ke Pelajar. Namun, karena tekanan dari PBNU (karena
memang hak PBNU sebagai induk organisasi untuk mengintervensi IPNU pada
saat dipandang perlu), akhirnya pada Pleno khusus ditetapkan secara
aklamasi, bahwa IPNU kembali menjadi Ikatan Pelajar NU dengan fokus bidang
garap pada segmen Pelajar dan Santri.
Orientasi pengembangan IPNU kedepan
a. Penguatan kelembagaan
Ketidak jelasan bidang garap IPNU dalam ranah kaderisasi NU
dimulai ketika konggres Jombang memutuskan akronim P berubah dari
pelajar ke putra. Akan tetapi hal ini tidak dapat disalahkan, karena Orde Baru
sebagai jelmaan kekuasaan militer di Indonesia, pada saat itu sedang dalam
posisi On Power maka kemudian setiap potensi yang dianggap mengganggu
akan disingkirkan kalau perlu ditumpas. kebijakan kebijakan yang bernuansa
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 33
hegemonik mulai diterapkan, termasuk UU no 8 th 1985 tentang keormasan,
dilanjutkan munculnya SKB 3 Menteri yang melakukan pelarangan organisasi di
tingkat sekolah selain OSIS dan Pramuka.
Deklarasi makasar dan ditetapkannya keputusan di Konggres
Surabaya yang menyatakan perubahan nama dari Putra ke Pelajar
merupakan titik balik. Pilihan kembali kepelajar adalah bentuk kesadaran
kritis IPNU terhadap kondisi kaderisasi yang ada di tubuh Nahdlatul Ulama dan
berbagai problem bangsa kontemporer.
4 tahun sudah pilihan dijatuhkan, akan tetapi fokus gerakan IPNU
belum sepenuhnya terkonsentrasikan didunia pelajar dan santri. Sekali lagi
pemakluman yang harus disampaikan untuk kasus ini karena secara utuh
pembagian wilayah kaderisasi di NU juga carut marut!!! Bagaimana mungkin
dalam rentang usia yang panjang (20 29 tahun) dua badan otonom diberi
kewajiban melakukan kaderisasi atau malah berebut satu sama lain??? Apalagi
oleh dua badan otonom, yang satu pelajar dan yang satu pemuda, aneh
bukan?. Dalam bahasa matematika, irisan wilayah kaderisasi inilah yang
perlu dirapikan.
Memperdebatkan hal diatas memang harus, akan tetapi hasil yang
diharapkan tidak bisa di capai dalam waktu singkat. Sambil menunggu proses,
kesadaran akan fungsi organisasi kiranya menjadi solusi atas problem diatas.
Ya!!! Mencurahkan seluruh potensi yang ada di organisasi untuk lebih fokus ke
pelajar dan santri saya kira pilihan rasional. Disiplin gerak adalah kunci agar
dari waktu ke waktu karya yang dilakukan dapat diukur, dievaluasi dan
kemudian dicarikan solusi pengembangannya dikemudian hari.
Pembenahan di wilayah administrasi dan manajemen organisasi juga
menjadi PR seluruh elemen yang terlibat dikepengurusan IPNU di semua
tingkatan. Karena organisasi bekerja dan bergerak berdasarkan catatan
administrasi yang ada dan penataan manajemen yang dilakukan. compang
camping, semrawut, atau bahkan tidak ada catatan sama sekali, menjadi
temuan yang umum ketika kita membuka - buka catatan administrasi yang
dilakukan pengurus IPNU. Baik itu data base organisasi, surat masuk, surat
keluar, agenda yang sudah dilakukan ataupun agenda yang akan dilakukan,
bahkan jumlah anggota yang dimiliki juga tidak dimiliki. Bagaimana mungkin
kita mau menyusun program kerja, kurikulum kaderisasi dan strategi
pengembangan organisasi yang utuh dan rasional apabila data yang dipakai
adalah asumsi atau bahkan palsu.
Kurangnya disiplin gerak dan kacaunya sistem administrasi
organisasi memberi dampak pada lemahnya kurikulum kaderisasi, ketidak
tertiban tahapan kaderisasi (formal dan non formal ) yang dilakukan dan
kacaunya pembagian kerja diantara pengurus, sehingga kemampuan
manajemen organisasi bagi pengurus tidak dapat didesain dan diukur lewat
proses kaderisasi yang ada dalam organisasi.
b. Penataan infrastruktur organisasi
Kepengurusan IPNU ada mulai dari Pimpinan Pusat, Pimpinan
Wilayah, Pimpinan Cabang, Pimpinan Anak Cabang, dan sampai Pimpinan
Ranting dan Komisariat. kondisi dimasing masing daerah dan tingkatan
berbeda satu sama lain. Banyak hal yang mempengaruhi kondisi ini, baik itu
kultur masyarakatnya, kinerja pengurus, dan dukungan dari stakeholder yang
ada (NU, Ansor, Maarif, Pondok Pesantren, Pemerintah daerah setempat dll.)
Globalisasi semakin menengelamkan semangat kolektif bangsa
Indonesia, sehingga kesadaran berorganisasi ditingkat masyarakat juga

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 34


semakin rendah. Dampak yang muncul bagi IPNU adalah terjadi pasang surut
organisasi disemua tingkatan. Langkah yang bisa dilakukan untuk
mengantisipasi hal ini adalah :
1. Melakukan reorganisasi bagi kepengurusan yang sudah habis
periodesasinya.
2. Revitalisasi organisasi di semua tingkatan yang kepengurusannya
kurang jalan.
3. Membentuk kepengurusan IPNU di daerah yang belum terbentuk.
4. Disiplin pada aturan organisasi
5. Ketaatan pada instruksi organisasi

c. Kepemimpinan issue kepelajaran


Sebagai organisasi pelajar, IPNU selama ini belum maksimal
memerankan dan mencerminkan sebagai organisasi pelajar. Walaupun di
dalam keanggotaan dan kepengurusan banyak yang (maaf) sudah
kedaluwarsa untuk disebut sebagai pelajar, akan tetapi merumuskan issue
strategis ke-pelajar-an dalam setiap nafas kegiatan IPNU yang dibuat adalah
keharusan. Hal itu dilakukan untuk senantiasa mengingatkan jatidiri organisasi
IPNU sebenarnya.
Tugas terberat sekarang adalah bagaimana disetiap daerah setiap
ada persoalan yang berkaitan dengan pelajar, IPNU menjadi organisasi yang
pertamakali merespon, atau minimal terlibat dalam merespon persoalan
tersebut. Perlu kerja ekstra keras memang, karena kita semua harus sering
mengikuti perkembangan informasi, berdiskusi, dan merumuskan solusi
alternatif yang bisa kita tawarkan untuk menyelesaikan masalah pelajar yang
terjadi di sekitar kita. Semoga !!!.
Hal yang harus segera dilakukan adalah membuat IPNU sebagai
organisasi yang memberi pelayanan dan manfaat bagi pelajar, tidak sedikit
masalah yang dihadapi oleh pelajar misalnya, keterbatasan sarana belajar,
kekurangan biaya sekolah, hilangnya motivasi belajar, masalah antar pelajar
maupun antara pelajar dengan guru, antara pelajar dengan lingkungan
ataupun dengan orang tua dll. Belum lagi ancaman bagi pelajar yang bersifat
jangka panjang, misalnya NARKOBA, Free Sex, perdagangan anak dan
pelacuran yang melibatkan pelajar.
Alternatif yang bisa IPNU lakukan antara lain fasilitasi peningkatan
prestasii belajar (misalnya kelompok belajar / studi club dan lembaga
bimbingan belajar) dan pembentukan kelompok yang bersifat kegemaran
(olahraga dan seni). Apabila kita dapat konsisiten dalam kepemimpinan issue
pelajar, maka setiap ada pelajar yang memiliki ketertariakan untuk terlibat
aktif di organisasi, maka IPNU akan senantiasa menjadi tujuan dan pilihan
utama bagi pelajar untuk bergabung.
d. Pengembangan di remaja masjid
Globalisasi merupakan edisi baru ekspansi modal internasional ke
seluruh pelosok bumi. Apapun akan dipakai untuk satu tujuan yaitu
keuntungan sebesar besarnya bagi perusahaan internasional (Trans National
Corporation / Multinational Corporation). Indonesia dengan potensi
sumberdaya alam dan pangsa pasar yang sangat besar (jumlah penduduk 200
juta lebih), menjadi wilayah strategis untuk dijadikan ajang pertarungan
bagi modal Internasional.
Dalam konteks agama, juga tidak lepas dari hal ini, tesis Hantington
yang berjudul benturan antar peradaban, selesainya pertarungan antara
liberalisme dengan komunisme (ditandai dengan bubarnya Uni Soviet), maka
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 35
potensi yang muncul adalah pertarungan peradaban antara barat dengan
Islam. Dalam suatu forum di Malang Gus Dur pernah berpesan, sebisa mungkin
penggunaan / pelabelan nama Islam di hindari, supaya kita tidak masuk dalam
setting Hantington. Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di
dunia, saat ini sedang dipaksa untuk mengikuti desain diatas. Maka tidak
mengherankan sekarang banyak kita jumpai kelompok atau organisasi Islam di
Indonesia yang menginginkan formalisasi syariat Islam di Indonesia, dimana
pelakunya dalam berpenampilan cukup mencolok, yang laki laki, memakai
jenggot, jidat hitam, celana congkrang dan sesekali memakai jubah dan yang
perempuan memakai jilbab besar, pakai baju hamil dan kadang kita temui
memakai cadar. Yang lebih tidak nyambung itu dilakukan ketika issue tentang
terorisme sedang maraknya disuarakan oleh Amerika dan negara
pendukungnya (baca : barat). Lucu memang, serangan terorisme banyak
dilakukan di Amerika (WTC), Afganistan, dan Irak akan tetapi kampanye anti
terorisme sangat getol dilakukan di Indonesia.
NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia menjadi bidikan
utama kelompok aneh-aneh diatas. Sedangkan basis umat Islam (baca : NU)
ada di masjid masjid. Sudah banyak masjid yang selama ini di dikelola warga
NU, sekarang lepas dan di ghosob oleh kelompok- kelompok diatas. Disisi lain,
anak muda NU sekarang banyak yang mulai melupakan masjid dan musholla.
Akan sangat mudah bila sebuah rumah ditinggal penghuninya kemudian ada
orang datang dan menghuni rumah tersebut.
Menyelamatkan masjid dalam konteks ini tidak sekedar
mempertahankan apa yang dimiliki oleh NU saat ini akan tetapi adalah
mempertahankan dan menyelamatkan NKRI dari kepungan Kapitalisme Global.
Menggelola remaja masjid sebagai basis organisasi IPNU di tingkat
ranting juga sebagai pilihan strategi ketika kita memutuskan kembali ke
Pelajar, akan tetapi secara Infrastruktur kaderisasi (guru, kurikulum, strategi)
yang kita miliki untuk masuk ke sekolah terutama sekolah umum belum
memadai dan masih kalah jauh dibandingkan dengan organisasi lain (PII, IRM,
dan KAPPI). Pelajar atau remaja akan tertarik pada suatu kegiatan atau
aktifitas apabila kegiatan tersebut memberi kontribusi bagi pengembangan
dirinya, memberi tantangan, menyenangkan, dan variatif. Tantangan kita
sekarang adalah bagaimana kita mampu menjadikan organisasi remaja masjid
menjadi organisasi yang menarik bagi setiap remaja Islam yang ada di sekitar
masjid. Sanggupkah???

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 36


TENTANG NU
Oleh : MUHAIMIN ( Ketua PW IPNU Jateng 2009 2012 )

Sebagian besar warga Nahdliyin yang ada saat ini, jika diamati prosesnya
menjadi NU, maka sebagian besar lahir karena faktor lingkungan. Hal ini
tidaklah mengherankan, sebab kalau ditelisik lebih jauh kita menjadi orang
beragama Islam pun juga lebih dikarenakan faktor lingkungan tersebut.
Semenjak kecil kita selalu diajari solat dan mengaji di masjid atau musholla,
karena Jika kita tidak sholat dan tidak ngaji maka akan dibilang masuk
neraka. Proses proses semacam inilah yang menjadikan kita NU. Ini artinya
bahwa kita menjadi NU lebih karena konstruksi sosial. Karena itulah militansi
dan pengetahuan waraga NU sendiri tentang NU juga berbeda - beda.
Seseorang yang orang tuanya menjadi pengurus NU tentu akan mempunyai
pemahaman tentang NU yang berbeda dengan yang orang tuanya bukan NU

Secara Teks, kita tahu bahwa NU berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 atau 14
tahun sesudah Muhammadiyah berdiri. Tetapi secara tradisi, budaya, dan cara
keberagamaan, NU sudah ada sejak berabad abad yang lalu bersamaan
dengan awal perkembangan Islam di Indonesia yang disebarkan oleh
Walisongo. Dalam mengembangkan dakwah Islam di Nusantara, para wali
tersebut menggunakan cara cara yang santun, pendekatan akhlaq, Uswah
dan sangat menghormati semua tradisi masyarakat yang sudah ada / hadir di
masyarakat. Namun demikian bukan berarti semua tradisi yang ada dianggap
benar, melainkan secara perlahan lahan dimasuki dan diganti dengan unsur
unsur Islam. Sebagai bukti adalah beberapa tradisi budaya yang saat ini masih
ada di kalangan Nahdhiyyin sebagai berikut :
1. Dalam masyarakat Syiwa Budha ajaran Yoga tantra dari sekte
Sakhta ada tradisi yang dinamakan Upacara Pancamakara / Ma
Lima / 5 M : Mamsya (daging), Matsya (ikan), Madya (Minuman
keras), Maituna (bersetubuh), Mudra (semadi). Peserta upacara
terdiri dari laki laki dan perempuan membentuk lingkaran dengan
telanjang pakaian. Kemudian di tengahnya terdapat makanan, lauk
pauk dan Miras. Setelah makan dan mabuk kemudian saling
bersetubuh dan bersemadi.
Nah, para wali kemudian mengubah upacara ini dengan tetap
membentuk lingkaran tetapi makananannya diganti dengan
makanan dan minuman yang halal serta tidak ada semadi tetapi
diganti dengan sekian rapalan doa tahlil. Tradisi inilah yang
sekarang kita kenal dengan istilah kenduri. Istilah ini sendiri berasal
dari bahasa persia yaitu Kandhuri yang berarti Upacara. Di persia
ada Upacara Kandhuri untuk memperingati Fatimatuzzahro.
2. Dulu masyarakat menyebut cara beribadah dengan nama Sembah
Hyang. akan Sulit rasanya mengubah menjadi Shalat. Maka
diganti dengan kata Sembayang.
Begitu juga kata Sanggar yang digunakan sebagai tempat
sembahyang diganti dengan kata Langgar agar tidak kesulitan
mengucapkan Mushalla.
Dalam Masyarakat juga ada tradisi menahan makan dan minum yang
disebut Upawasa. Kata Shoum tentu sulit diterima. Maka yang
digunakan adalah puasa.

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 37


Karena tradisi NU telah ada besamaan dengan masuknya Islam di Indonesia
maka, Islam Khas Indonesia adalah Islam ala Nahdlatul Ulama. Sebelum NU
berdiri kan sudah ada : Tasywirul afkar, Nahdlatul Tujjar, dan Nahdlatl
Wathon. Dalam mengartikan NU pun, masyarakat banyak penafsiran. Ada yang
memaknai NU dengan tahlilan, ada juga yang menyebut organisasi sarungan
bahkan sampai ada yang menyebut organisasi bidah. Namun yang
sesungguhnya NU itu seperti kunci inggris. Masalah apapun, Insya Allah di NU
ada jawabannya. Karena itulah NU bisa bertahan dengan tradisinya yang kaya.
Tradisi di NU, jika sowan di kyai pasti diberi makan. Orang tentu akan bingung
mencari caran agar tidak kenyang jika kita bertamu di rumah 11 kyai, Atau
bagaimana caranya agar tamu kita yang banyak bisa makan semuanya ? Itu
semua bisa terjawab dengan tradisi NU
Kalau kita amati dengan seksama, NU itu mempunyai beberapa kekuatan yang
erat kaitannya dengan sejarah yang sangat besar di NU diantaranya : Tradisi
keilmuan dan intelektual : Tradisi keilmuan di NU antara lain lewat Kitab
Kuning yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Lewat kitab kuning ini pulalah berbagai macam ilmu besar dan penting
diwariskan seperti Fiqih, Ushul Fiqh, Ilmu Hadits dll. Baik yang pernah di
pesantran atau tidak, dalam mengaplikasikan hukum Islam bisa sempit dan
bisa fleksibel karena Fiqih. Fiqh ini sudah ribuan tahun sejak jamannya imam
madzhab atau kurang lebih 1400 tahun yang lalu. Hampir semua peradaban
besar di muka bumi ini selalu berawal dari pemikiran besar dan sejarah tradisi
yang besar. Dengan demikian, secara keilmuan, maka sebenarnya tidak ada
yang mampu menandingi NU karena kompleksitas yang dipunyai NU. Dari Fiqih
dan cabang ilmu ilmu yang lainnya inilah kita memahami alquran, hadist,
dll.

Dalam banyak kasus individu maupun kelompok, jika tidak ditemukan dasar
hukum suatu hal pada Nash, maka yang terjadi adalah radikalisme. Tetapi ini
tidak terjadi pada NU. Karena NU masih mempunyai banyak sumber lain.
Yaitu jika menurut Imam syafii begini.....Imam Hanafi begini.....Dll. Jika kita
sering merasa tertinggal dan merasa tidak modern dibanding orang lain,
sebenarnya karena pendekatan kita yang sudah sangat liberal. Sehingga ketika
melihat tradisi kita, akan ada rasa seperti tertinggal. Di sinilah sebenarnya
kita (baca : NU ) itu sudah lebih modern dibanding dengan kaum modernis.
Dalam memandang keberadaan kyai yang notabenenya merupakan penjaga
gawang moral NU pun, akhir akhir ini kita sering agak miring. Padahal jika
tercermati secara mendalam, maka kita akan mengetahui bahwa kyai adalah
tokoh pembaharu masyarakat. Coba aja Baca buku Kyai nyentrik : Di sana
akan ketemu Betapa banyak kyai yang pemikiannya mendahului jamannya.
Kenapa kita memandang kolot ?, itu karena cara berpikir kita saja. NU jauh
lebih maju dari yang lain. Ketika Masyumi atau yang lain tidak bisa
mendirikan dan menerima Pancasila, maka mereka memberontak. Tapi NU
yang dituduh ketingglan jaman justru bisa merumuskan pancasila tanpa
kehilangan identitasnya. Meskipun NU selalu tampak reaksioner ( ketika ada
masalah baru bisa menanggapi ) tetapi justru di sinilah letak Jiwa besar dan
betapa penuh pertimbangan jika NU mau memutuskan persoalan besar yang
berhubungan dengan ummat agar ummat tidak terjerumus.

Survive Nahdlatul Ulama hingga hari ini juga tidak lepas dari beberapa watak
yang dimiliki NU di antaranya :
1. Kosmopolitan : Menerima budaya dari peradaban lain. Sehingga NU
bisa menyatu dengan banyak masyarakat. Orang NU lebih bisa
menyatu dengan tetangga sekitar. Pondasi yang kuat NU lebih bisa
menerima perubahan tanpa terjadi guncangan di internal. Kenapa
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 38
NU bisa gampang beradaptasi ? Karena NU punya Fiqih yang menjadi
mazhab qoulnya. Memang dalam suatu waktu kadang fiqih ini tidak
bisa menjawab, maka yang dipakai adalah usul fiqih tau qaidah
fiqh.
2. Watak Transformatif : Selalu punya kekuatan untuk mengubah
masyarkat walaupun secara perlahan-lahan.
3. Mediatik : Bisa menjadi jembatan terhadap dua ideologi yang
bertentangan. Contoh kasus terpilihnya Gus Dur sebagai presiden
dianggap sebagai pihak tengah - tengah yang bisa memediasi semua
kepentingan. (di NU kan ada ungkapan Barokah. Misalnya habis
dimarahi kyai malah jadi pintar)

Selain itu, dilihat dari sumbangsih terhadap tegaknya bangsa ini, NU


mempunyai andil yang sangat besar dan tak ternilai harganya oleh bangsa ini:
1. Pada tahun 1938, jauh sebelum Negeri ini merdeka, KH Hasyim
Asyari sudah memberi STATUS TEOLOGIS atas Hindia Belanda ini
dengan memberi nama DARUL ISLAM ( Daerah Muslim ) Karenanya
jika didapati mpoint dimanapun harus diurus sebagaimana mpoint
muslim, terlepas apapun latar belakang, termasuk berbeda agama
sekalipun.
2. Tahun 1945 NU juga punya andil besar menyelamatkan bangsa ini
dari perpecahan. Tepatnya ketika terjadi perbedaan pendapat dan
kepentingan pada saat merumuskan dasar negara. Kelompok
Indonesia bagian timur meminta 7 Kata dalam piagam Jakarta untuk
dihapus. Sementara dari kalangan Islam kanan modernis
menginginkan tetap dipertahankan. Dengan gaya lobi yang khas
akhirnya Wahid hasyim ( yang mewakili NU ) menjadi pelopor untuk
menghilangkan 7 kata tersebut dengan asumsi jika tidak dihapus
maka Indonesia akan kehilangan sebagian besar wilayahnya.
3. Pada 22 oktober 1945 muncul yang namanya RESOLUSI JIHAD. ketika
tentara sekutu datang lewat pelabuhan dengan diboncengi NICA,
para pemimpin militer Indonesia yang alumni KNIL masih dalam
kondisi ragu - ragu. Bahkan Bung Karno pun bingung mengambil
sikap meskipun pada akhirnya Sukarno memilih jalan diplomasi
dengan sekutu. Melihat situasi ini maka pada tanggal 21-22 Okober
Kyai - kyai NU berkumpul di surabaya untuk membahas status fiqih
Indonesia yang diproklamasikan oleh Sukarno Hatta. Hasil
musyawarah tersebut antara lain diputuskan NKRI tersebut adalah
sah secara fiqih. Ini artinya Indonesia yang berdasar Pancasila UUD
sah secara Fiqh. Hasil musyawarah inilah yang menjadi rujukan bagi
NU menerima Pancasila sebagai asas. Karena itu, umat Islam wajib
membela dan mempertahankan. Maka KH Hasyim asyari
mengumumkan kepada seluruh ummat Islam sejauh radius 100 KM
dari kota Surabaya wajib hukumnya untuk mengangkat senjata guna
mengusir NICA. Inilah yang dinamakan RESOLUSI JIHAD. Ini terjadi
saat bangsa Indonesia ragu-ragu, antara melawan atau berunding.
4. Awal Dasawarsa 80 an Pemerintah Orde Baru mengeluarkan undang
- undketika NU menjadi ormas pertama yang mng tentang Asas
Tunggal Pancasila bagi semua ormas.Waktu itu hampir semua ormas
Islam menolak Asas tunggal pancasila. Maka pada tahun 1993/1994
an tampillah NU menjadi ormas pertama yang memberikan
penilaian bahwa Pancasila merupakan cerminan dari Islam itu
sendiri sehingga sah menjadi asas tunggal.

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 39


Dengan demikian maka sesungguhnya Nahdlatul Ulama dalam perjalanan
sejarahnya tidak pernah punya masalah dengan bangsa dan Negara ini. Bahkan
NU selalu menjadi Tameng di saat bangsa ini mengalami masa masa sulit.
Melihat jasa NU yang sedemikian besar tersebut, mestinya orang lain tidak
perlu ribut dengan keberadaan NU. Kalau dihitung secara matematis,
sebenarnya NU berhak mendapatkan tanda jasa yang lebih besar dari
kelompok lain. NU adalah pewaris sah tahta negara Pancasila ini. Tetapi hari
ini kenapa tradisi kita, NU secara intelektual, ekonomi dan politik selalu
dipinggirkan ?? Padahal kita memiliki semua.

Karenanya tidak ada alasan untuk minder sebagai warga NU, kita berhak
menjadi apapun di negeri ini. Di sini sudah dibicarakan NU sebagai organisasi
yang mempunyai historis sangat mantap, coba cerita tentang Ormas yang lain.
Sulit ditemukan sumbangan sejarah yang besar terhadap bangsa ini
sebagaimana yang dimiliki NU. Hal yang sangat tragis NU tidak pernah
mendapat perhargaan dari pemerintah. Ini dapat berdampak pada menipisnya
rasa nasionalisme NU meskipun hal itu tidak akan pernah terjadi. Yang lebih
tragis lagi ada orang bilang NU adalah organ yang tidak punya pijakan. Suatu
saat sepakat dengan pemerintah, tapi di lain pihak tidak. Kita juga banyak
menjumpai orang yang malu mengakui sebagai warga NU. Secara otokritik kita
memang harus mawas diri akan Sumber daya Manusia di NU. Tetapi juga harus
dipahami bahwa kita harus melihat sejarah indonesia secara struktural ;
dengan melihat ini kita bisa paham kenapa NU menjadi begitu ? .Karena
sejarah mulai mengalami penyimpangan ketika masuk kolonialisme abad ke
17, kehidupan yang normal biasa menjadi berubah ketika kompeni masuk.

1. Politik kependudukan belanda. (Kolonialisme), yang membagi


masyarakat menjadi 3 kelas :
Masyarakat barat.
Masyarakat Timur asing.
Inlander / Pribumi.
Kita sebagai pribumi justru menempati kelas 3. Akibatnya banyak
orang yang berusaha untuk naik kelas dengan cara Marsose, yaitu
mengabdi kepada Belanda. Ini adalah patahan sejarah pertama yang
membuat tradisi kita tersingkir.
2. Politik Etis : Politik balas budinya Belanda terhadap orang
Indonesia. Hal ini antara lain dengan dibukanya sekolah untuk
pribumi. Tapi itu juga hanya bisa dinikmati oleh dan untuk kalangan
priyayi sehingga masyarakat kelas bawah ( baca : NU ) tetap tidak
bisa menikmati akses kebijakan politik tersebut
3. RERA 1948 : ( Reorganisasi dan Rasionalisasi tentara ). Maksudnya
adalah perampingan dan penertiban tentara. Ada aturan bagi
anggota tentara yang tidak berijazah tidak bisa masuk tentara.
Padahal saat itu tentara terdiri atas bekas PETA, KNIL dan Laskar
kiri serta laskar kanan. Ini terjadi pada saat kabinet Hatta. Syaratya
harus punya ijasah SD. Kondisi saat itu, orang NU terutama yang
tergabung dalam laskar tidak mepunyai ijasah. Karena dari
Pesantren. Maka tidak heran jika sekarang tidak bisa kita dapati ada
jendral dari NU.
4. Developmentalis Orba. Indusrtri dikejar dulu. Sektor pertanian
sedikit tidak diurus. Asumsinya setelah 25 tahun kita chek out/
tinggal landas masyarakat akan maju dan makmur. Tetapi efek dari
industri maju, pertanian ketinggalan. Lagi lagi yang menjadi korban
adalah warga NU yang sebagian besar hidup di daerah pinggiran /
desa dengan mata pencaharian sebagai petani. Padahal kalau
pemerintah mau menggarap sektor pertanian secara serius, negeri
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 40
ini mempunyai potensi tanah yang sangat bagus. Bandingkan dengan
Cina yang sebagian besar wilayah pertaniannya berasal dari tanah
kapur. Tapi pertanian di sana sangat maju.
5. Fusi Partai tahun 1973 dari 10 Parpol hanya menjadi yaitu : PDI,
Golkar dan PPP. Hal ini kita tengarai sebagai upaya Penyingkiran
pemerintah terhadap NU ( ingat : Tahun 1955 NU Juara ke 4 Pemilu)
tahun 1971 juara 2.
Akhirnya Pada masa orba, banyak tokoh - tokoh malu mengaku NU.
Karena takut. Takut tidak naik pangkat dll. (pol etis 1960-1970 an).
Depag juga didesain untuk menyingkirkan NU. Hanya baru beberapa
tahun terakhir saja kita bisa menikmati bupati NU. Itu pun bukan
karena birokrasi, tapi karena sistem pemilu yang langsung dipilih
oleh rakyat.

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 41


Indonesia dan Geopolitik Tripolar
Oleh : Hasyim Wahid

Pengantar
Sisa kolonialisme yang paling merusak psiko-histori masyarakat negara-
negara Dunia Ketiga adalah perasaan bawah sadar kolektif masyarakat negara
Dunia Ketiga yang meyakini bahwa Barat adalah superior, teladan, dan pusat
dunia; sementara di luar Barat merupakan subordinat. Provokasi Francis
Fukuyama bahwa demokrasi liberal + pasar bebas adalah akhir sejarah (the
end of history), benar-benar telah menghancurkan pandangan dunia dan cara
berpikir masyarakat Dunia Ketiga sampai pada tingkat yang memprihatinkan.
Peta geopolitik dunia terus bergerak sejalan dengan perubahan
aliansi, daya saing dan kecerdikan para pemimpin negara. Namun, sampai
saat ini, masih hidup di dalam pandangan banyak pemimpin Dunia Ketiga
secara permanen bahwa the West was best and the rest had to follow
(Ronaldo Munck, 1999: 201). Para petinggi republik ini merupakan salah satu
kelompok di antara pemimpin-pemimpin semacam itu.
Sejak akhir tahun 1960-an, tepatnya setelah Sidang MPRS tahun 1966
menunjuk Soeharto sebagai kepala pemerintahan sementara karena Presiden
(Soekarno) dinyatakan tidak mampu melaksanakan tugasnya, Indonesia secara
perlahan berkiblat ke Barat, khususnya Amerika Serikat. Selain menunjuk
Soeharto sebagai kepala pemerintahan, Sidang MPRS juga menginstruksikan
kepadanya untuk membentuk pemerintahan baru dengan sasaran utama:
stabilisasi politik, rehabilitasi ekonomi dengan menjalankan pembangunan
nasional, dan mempertahankan politik luar negeri yang bebas.
Tidak lama setelah pemerintahan baru dibentuk, Sultan
Hamengkubuwono IX mengumumkan bahwa Indonesia akan berusaha
memulihkan kembali hubungannya dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
Pada saat itu, Sultan Hamengkubuwono IX baru saja berhasil dalam
perundingan untuk memperoleh kredit darurat sebesar US$ 30 juta di Tokyo.
Menanggapi langkah-langkah yang diambil pemerintah Indonesia itu,
pada pertemuan di Tokyo tanggal 19 Juli 1966 kreditor-kreditor utama
Indonesia setuju untuk menjadwalkan kembali pembayaran utang-utang luar
negeri yang waktu itu diperkirakan mencapai US$ 2,3 milyar. Para kreditor
juga menyusun rencana untuk memberikan bantuan ekonomi lebih lanjut.
Juga diputuskan untuk mengembalikan kekayaan milik asing yang disita di
masa konfrontasi, dan untuk kembali berusaha menarik investasi asing (Ulf
Sundhaussen, 1986: 418)
Untuk memperkuat dukungan dan legitimasi terhadap pembangunan
nasional, TNI AD bekerjasama dengan kaum teknokrat liberal
menyelenggarakan Seminar Angkatan Darat ke-2 di SESKOAD pada tanggal 25-
31 Agustus 1966. Dalam seminar itu ditegaskan pentingnya keterlibatan ABRI
dalam menjaga stabilitas politik dan stabilitas pembangunan ekonomi. Para
perwira TNI AD dan teknokrat lulusan Amerika percaya bahwa pemulihan
kondisi perekonomian nasional hanya bisa dilakukan melalui pelaksanaan
program pembangunan (developmentalisme) yang didukung oleh doktrin dwi-
fungsi ABRI.
Dalam pandangan Benedict R. OG Anderson, ABRI dengan segera
mendukung strategi pembangunan dan memberi jaminan atas stabilitas yang
dipersyaratkan terutama demi penanaman modal asing karena pertama-

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 42


tama waktu itu super inflasi sedang melanda perekonomian Indonesia
(Anderson, 1983: 488).
Namun, upaya ABRI itu juga bisa dilihat sebagai bentuk pembersihan
nama baik korps karena sepuluh tahun sebelumnya ABRI, dalam hal ini TNI AD,
justeru menjadi pelaku utama pengambilalihan perusahaan asing di Indonesia.
Sejak Desember 1957, beberapa prajurit ABRI mendapat tugas untuk
mengambil alih (nasionalisasi) perusahaan asing (Richard Robison, 1986: 251).
Setelah diambil alih, AH Nasution menginstruksikan agar perusahaan yang
dinasionalisasi berada di bawah pengawasan dan penguasaan Angkatan Darat.
Pada 1958 ketika perusahaan-perusahaan asing itu diintegrasikan ke
departemen-departemen pemerintah, Nasution mensyaratkan agar para
perwira senior aktif atau perwira senior yang tidak memiliki tugas ataupun
purnawirawan memperoleh kedudukan dalam manajemen perusahaan-
perusahaan itu. Nasution juga menginstruksikan agar perwira-perwira yang
secara administratif bertanggung jawab pada pelaksanaan UU Darurat Perang
itu di masukkan ke dalam dewan manajemen perusahaan-perusahaan asing
yang dinasionalisasi (Farchan Bulkin, 1984: 14).
Perubahan kiblat ke Amerika tidak hanya terjadi di kalangan teknokrat
dan ilmuwan sosial lainnya. Para pemikir Islam juga melakukan hal yang
sama, Nurcholish Madjid merupakan salah satunya. Menurut Greg Barton,
Nurcholish Madjid semula adalah pemikir Islam yang sangat anti-Amerika.
Namun setelah ia belajar di Universitas Chicago Amerika Serikat, sikapnya
berubah 180 derajat dengan pendirian baru yang pro-Amerika. Bahkan
Nurcholish Madjid menilai bahwa Amerika lebih Islami dari masyarakat Islam
yang pernah ia kenal, dalam hal keadilan sosial, persamaan hak dan
kesempatan (Gerg Barton, 1999: 80).
Orientasi ekonomi dan politik ke Amerika terus berlanjut sampai saat
ini, seperti dalam pembuatan kebijakan, komparasi sistem politik dan
ekonomi. Di samping itu, ada kepentingan negara besar untuk menciptakan
ketergantungan abadi pada Indonesia sendiri. Fakta demikian sekurang-
kurangnya menunjukkan dua hal sekaligus. Pertama, secara langsung maupun
tidak langsung timbul pemihakan para pengambil kebijakan kepada ideologi
ekonomi kapitalisme internasional. Dengan sendirinya, pemihakan itu
membentuk subordinasi terhadap lembaga-lembaga keuangan internasional
(World Bank/IMF/BIS) dan perdagangan internasional (WTO). Pemihakan itu
merupakan manifestasi dari pengingkaran terhadap Undang-Undang Dasar
1945 yang sejak awal menegaskan bahwa Indonesia menganut politik luar
negeri bebas aktif.
Kedua, di tengah kemunculan transisi hegemoni dalam kancah politik
dunia sejak awal 1990-an yang bahkan menjurus kepada krisis hegemoni,
kecenderungan untuk terus berkiblat kepada Amerika menunjukkan kegagalan
Indonesia membaca situasi geopolitik internasional yang mengalami
transformasi cukup dinamis. Kalau demikian halnya yang terjadi, telah terjadi
degradasi pemikiran geopolitik di kalangan para pemimpin bangsa Indonesia
saat ini.
Sebaliknya, dulu, tokoh pergerakan kemerdekaan seperti Sukarno,
Hatta, dan Tan Malaka, memiliki pemahaman relatif utuh atas struktur
geopolitik. Pemahaman yang utuh ini memungkinkan mereka merancang
kemerdekaan Indonesia lima belas tahun sebelum kemerdekaan itu
diproklamasikan. Dengan pemahaman geopolitik yang komprehensif itu pula,
para pendiri Republik dengan cerdas dan cerdik bisa mencuri momentum,
sehingga ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dalam Perang Dunia II,
mereka bisa memanfaatkan situasi untuk memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Kecerdasan dan keberanian seperti itu tidak ditemukan di kalangan
para petinggi negeri kita dewasa ini.

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 43


Dunia Unipolar: Provokasi Fukuyama dan Perangkap Huntington
Runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989 dan hancurnya Uni Sovyet
pada tahun 1991 menciptakan dampak psiko-politik yang cukup besar. Citra
sistem ekonomi kapitalisme Barat dan sistem politik demokrasi liberal
semakin populer dan menjadi rujukan banyak negara. Francis Fukuyama, juru
bicara Barat yang sangat fasih, menyebut peristiwa itu sebagai akhir sejarah:
yaitu demokrasi liberal + pasar bebas sebagai sistem paling teruji dan sebagai
puncak pencapaian peradaban manusia. Para pemimpin politik dan
pemerintahan di seluruh permukaan bumi, tak terkecuali yang otoriter,
dipaksa untuk menerapkan sistem ekonomi pasar bebas dan politik demokrasi
liberal (Francis Fukuyama, 1992: 45).
Dalam sebuah tulisan lain yang berjudul The West has Won: Radical
Islam cant Beat Democracy and Capitalism, yang dimuat dalam The
Guardian, edisi 11 Oktober 2001, Fukuyama secara provokatif juga
menyatakan bahwa there does seem to be something about Islam, or at
least the fundamentalist versions of Islam that have been dominant in recent
years, that makes Muslim societies particularly resistant to modernity.
Menurut Fukuyama, karakteristik utama modernitas adalah demokrasi liberal
dan kapitalisme pasar bebas.
Sejalan, namun berbeda dengan nalar Fukuyama, Samuel Huntington
dalam bukunya The Clash of Civilizations and the Remaking of the World
Order (1996) menyebutkan karena al-Quran menolak pembedaan agama
dengan otoritas politik, peradaban Islam tidak dapat hidup berdampingan
dengan demokrasi. Secara faktual juga tidak ada bukti bahwa Islam
kompatibel dengan sistem demokrasi dan ekonomi liberal Barat secara umum.
Di samping itu, Huntington juga menyatakan bahwa terjadi pergeseran
geopolitik dan kemunculan benturan antar peradaban (clash of civilization).
Arti penting wilayah geografis dalam konflik internasional semakin
berkurang. Negara tidak lagi dicirikan oleh wilayah tetapi dicirikan oleh
peradaban. Dengan ciri tersebut, dunia hanya terbagi menjadi tujuh negara
peradaban besar yaitu, (1) : peradaban Barat, (2) peradaban Konfusian
(China dan Indochina), (3) peradaban Jepang, (4) peradaban Islam, (5)
peradaban Hindu, (6) peradaban Latin, dan (7) peradaban Ortodoks Slavia.
Konflik yang terjadi dalam politik internasional, menurut Huntington,
bukan lagi konflik memperebutkan wilayah jajahan dalam usaha untuk
memperbesar wilayah negara tetapi merupakan konflik memperebutkan
daerah pengaruh dalam rangka memperluas peradaban mereka.
Dunia pun dibelah menjadi dua, yaitu dunia kita (Amerika) atau world
of light dan dunia mereka (non Amerika) yang dipandang sebagai world of
darkness. World of light ditandai dengan kebebasan, demokrasi, dan
berbagai kemajuan. World of darkness ditandai dengan penindasan, tirani,
keterkekangan dlsb. Pembelahan dunia menjadi dua seperti ini pernah
digambarkan of Frank Capra, sutradara Hollywood, dalam film dokumenternya
berjudul Why We Fight: Prelude to War.
Konseptualisasi atau tepatnya politik pencitraan seperti itu
sebenarnya sudah menjadi ciri khas ideologi liberal. Pada masa kolonialisme
klasik, Barat memposisikan diri sebagai civilization sementara bangsa-
bangsa yang mereka jajah disebut barbarians. Setelah era kolonialisme
berakhir, wacana itu kemudian diubah menjadi Barat adalah democracy,
sedang lawan mereka sebagai totalitarianism. Kini, wacana itu kembali
diubah. Ekspansi Barat dibawa lewat wacana globalisasi atau McWorld,
sementara pihak-pihak yang menentangnya disebut kelompok Jihad atau
pelaku terorisme (Mohammed A Bamyeh, 2000: 26) serta Jihad vs.
McWorld (Benjamin Barber, 1996) Beberapa hari setelah peristiwa 11
September 2001 misalnya, pemerintah AS mengeluarkan pernyataan resmi:
Every nation in every region now has a decision to make. Either you are with
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 44
us or you are with the terrorists. This is the worlds fight, this is
civilisations fight.
Provokasi Fukuyama dan teori konflik peradaban Huntington itu
ternyata menjadi perangkap terutama bagi kelas menengah muslim di
perkotaan. Akibatnya, dalam waktu yang tidak terlalu lama muncul berbagai
bentuk radikalisasi pemikiran dan gerakan Islam. Di Indonesia, radikalisasi
dimanifestasikan dalam berbagai pemikiran dan kelompok yang sangat
beragam. Mulai dari kelompok yang memperjuangkan Islamisasi
pemerintahan, Islamisasi masyarakat, sampai gerakan-gerakan yang
cenderung pada kekerasan dan teror. Sebagai lawan dari kelompok-kelompok
radikal ini, muncul pula gerakan Islam yang berteduh di bawah payung
liberalisme.
Radikalisasi muncul karena provokasi tersebut menimbulkan
kecemasan dan perasaan terancam di kalangan masyarakat Islam. Radikalisasi
itu didukung pula oleh fakta sejarah pertentangan teologis dan politis antara
Barat dan Islam, terutama sejak Perang Salib dan masa kolonialisme. Pada
saat itu, hampir seluruh dunia Islam yang membentang dari kawasan Maghribi
di Afrika Utara/Barat sampai Asia Tenggara dijajah oleh Barat. Rusia
menjajah kawasan Siberia dan kemudian masuk ke Asia Tengah. Belanda
menguasai Indonesia. Perancis menduduki Maroko, Aljazair dan Tunisia. Italia
menjajah Libya. Inggris menguasai Malaysia dan Asia Selatan.
Dalam pergeseran geopolitik pasca runtuhnya Tembok Berlin dan
ambruknya Uni Sovyet seperti itu, seharusnya reformasi politik Indonesia
untuk menggantikan rezim Orde Baru telah dapat dilakukan sejak awal 1990-
an. Soeharto seharusnya sudah bisa dilengserkan pada saat itu. Berakhirnya
perang dingin seharusnya dibaca oleh para pemimpin politik di Indonesia
sebagai berakhirnya dukungan AS kepada pemerintahan Soeharto, karena
bahaya komunis sudah lewat. Namun momentum seperti itu tidak terbaca
karena apa yang disebut dengan Cold War mentality masih kuat.
Jadi, walaupun akhirnya Soeharto bisa dipaksa turun, kejatuhannya
bukanlah akibat dari munculnya kekuatan-kekuatan pro-demokrasi yang sudah
mencapai kematangan, tetapi karena sudah tidak ada lagi dukungan AS.
Bahkan, antara tahun 1995-1997, komunitas intelijen AS memberikan
bantuan sedikitnya 26 juta dollar AS kepada LSM-LSM anti-Soeharto (Kompas,
9 Februari 2001). Meski AS mendukung pembantaian dan tindakan-tindakan
represif yang dilakukannya selama ini, kejatuhan Soeharto pada akhirnya
terjadi bukan karena tindak kejahatan yang dilakukannya selama berkuasa,
melainkan karena ia dianggap sudah tidak patuh lagi kepada AS dan memang
sudah tidak dibutuhkan lagi oleh AS (lihat Noam Chomsky, 2000).

Krisis Hegemoni: Menguatnya Geopolitik Tripolar


Namun, runtuhnya Uni Sovyet sebenarnya tidak dengan sendirinya
menjadikan AS dan sekutunya sebagai kekuatan hegemonik tunggal. Situasi
yang terjadi justeru apa yang disebut sebagai krisis hegemoni. Krisis ini
ditandai oleh tiga hal berbeda, tetapi saling berhubungan yaitu peningkatan
konflik sosial, kompetisi yang intensif antar-perusahaan dan antar-negara,
dan kemunculan kekuatan-kekuatan dan aliansi-aliasi baru. Dengan perkataan
lain, berakhirnya Perang Dingin tidak memunculkan stabilitas monolitik,
tetapi menyebabkan terjadinya serangkaian krisis dalam sistem politik dunia.
Krisis hegemoni AS saat ini disebabkan bukan oleh adanya tantangan
militer yang secara serius mengancamnya, melainkan oleh semakin
terkonsentrasinya AS dalam kegiatan yang mengarah kepada peningkatan
sumber daya militernya. Peningkatan itu dilakukan agar AS dapat bertindak
sebagai Polisi Dunia, khususnya setelah keruntuhan Uni Soviet yang
berakibat pada sentralisasi kapabilitas militer global ke tangan AS. Di lain sisi,

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 45


ekspansi itu tidak disertai oleh dukungan persediaan sumber daya finansial
global akibat pergeseran akumulasi finansial global ke pasar-pasar yang lebih
menjanjikan dalam tingkat kompetisi akumulasi kapital (Giovanni Arrighi &
Beverly J. Silver, 1999: 276).
Keruntuhan Uni Soviet pada satu sisi memunculkan kesempatan bagi
AS menjadi pemain tunggal untuk melakukan penyebaran kemampuan
militernya. Namun, pada sisi yang lain, berdampak pula terhadap perubahan
hubungan AS dengan sekutu-sekutu militer terdekatnya. Keruntuhan Soviet
menyebabkan hubungan AS dengan sekutu-sekutunya tidak sedekat dulu lagi
karena payung militer untuk menghadapi ancaman perang terbuka semakin
tidak relevan. Sebagai hasilnya, pertimbangan finansial secara bertahap
kemudian menjadi fokus utama manajemen militer AS dan Barat yang
berpengaruh terhadap menurunnya hegemoni AS.
Penurunan itu bisa dilihat misalnya dalam kasus NATO. NATO
merupakan alat hegemoni AS terpenting pada masa Perang Dingin. Namun
runtuhnya Soviet menyebabkan NATO kehilangan misinya dan mendorong
pemerintahan presiden Clinton untuk mengurangi porsi anggaran AS dalam
anggaran NATO. Sementara, integrasi Eropa sendiri semakin mengurangi
kemungkinan terjadinya perang terbuka di antara negara-negara Eropa dan
secara otomatis mengurangi peran NATO sebagai payung keamanan mereka.
Dalam perkembangannya kemudian, NATO lebih menjadi alat untuk
memaksakan pelaksanaan privatisasi dan liberalisasi ekonomi demi
kepentingan pasar bebas daripada pertimbangan politik dan keamanan
(Giovanni Arrighi & Beverly J. Silver, 1999: 277). Ini bisa dilihat pada sikap
politik negara-negara Eropa Timur (Hongaria, Rumania atau Bulgaria anggota
baru NATO). Pada akhirnya, bagi negara-negara tersebut, menjadi anggota
NATO hanya merupakan batu loncatan untuk bergabung dalam Uni Eropa.
Pasca keruntuhan komunisme sebagai ideologi internasional, mulai
tampak adanya persaingan di antara negara-negara Barat yang menganut
paham demokrasi. AS, Inggeris, Canada, Australia dan Selandia Baru yang
penduduknya mayoritas dari ras/etnis Anglo Saxon dan berbahasa Inggeris
tampak makin ingin mendominasi geopolitik dan geoekonomi internasional
sebagai kelanjutan dari kerjasama mereka di bidang intelijen sejak tahun
1947. Perjanjian intelijen itu disebut perjanjian UKUSA (United Kingdom,
United States, Australia) dan kemudian diperluas dengan melibatkan pula
Canada dan Selandia Baru. Inti dari komunitas intelijen UKUSA ini adalah
satelit mata-mata Echelon. (Jeffrey T. Richelson & Desmond Ball; The Ties
That Bind; 1985). Dapat dikatakan bahwa komunitas UKUSA ini adalah
metamorfosis dari Pax Britanica abad 19 menjadi Pax Americana pada
awal abad 21.
Di pihak lain, Uni Eropa makin mempererat kerjasama di antara para
anggotanya yang telah dimulai sejak tahun 1951 dengan pendirian Komunitas
Batubara dan Baja Eropa, yang kemudian berujung pada penerbitan mata
uang bersama yang disebut Euro pada tahun 2001.
Dari sudut pandang ini dapat kiranya dipahami jika kemudian Uni
Eropa menjadi salah satu kekuatan yang mencegah AS menjadi hegemon
tunggal dalam sistem politik dunia. Kasus paling mutakhir konflik antara Uni
Eropa dan AS adalah pertentangan di antara keduanya dalam soal pencabutan
subsidi untuk pertanian pada pertemuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)
di Hongkong tahun 2005 yang lalu. Ketika AS bersikeras menolak untuk
mencabut subsidi bagi petani Amerika, Perancis dan beberapa anggota Uni
Eropa lainnya juga melakukan hal yang sama.
Sebelum pertikaian di WTO, antara tahun 1993 dan 2004, ada pula
kasus yang sangat menarik yaitu dirobohkannya berbagai base station satelit
mata-mata Echelon yang terletak di berbagai negara anggota Uni Eropa. Posisi
Uni Eropa juga semakin jelas setelah Linux (produk open source Uni Eropa)
Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 46
digunakan untuk menggantikan Microsoft (produk AS) sebagai operating
system pada pusat pengolahan data Bank Sentral Eropa dengan dalih adanya
kebocoran data dari pusat data Bank Sentral Eropa. Secara singkat bisa
dikatakan bahwa dewasa ini sedang terjadi kemunculan ulang semangat Pax
Romana di tengah negara-negara Uni Eropa, meskipun di sana-sini tetap
terasa adanya persaingan kultural di antara anggota-anggota Uni Eropa.
Selain Uni Eropa, di kawasan Asia juga muncul Shanghai Cooperation
Organization (SCO) yang beranggotakan China, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan,
Tajikistan dan Uzbekistan, ditambah Iran, India, Pakistan, Turkmenistan dan
Mongolia sebagai peninjau.
SCO yang didirikan pada Juni 2001 merupakan perluasan dari Shanghai
Five yang didirikan pada 1996. Shanghai Five beranggotakan China, Russia,
Kazakhstan, Kyrgyzstan dan Tajikistan, yang kemudian ditambah dengan
Uzbekistan. Semula, Uzbekistan adalah sekutu AS yang tergabung di dalam
GUUAM, yaitu Georgia, Ukraina, Uzbekistan, Azerbaijan dan Moldova. Pada
pertemuan bulan Juli 2005, SCO sepakat menolak monopolizing or
dominating international affairs dan menuntut dengan tegas non-
interference in the internal affairs of sovereign states.
SCO menjadi kekuatan geopolitik yang penting diperhitungkan karena
beberapa alasan mendasar. Pertama, empat negara anggota SCO adalah
pemilik senjata nuklir. Kedua, jumlah total penduduk anggota tetap dan
anggota peninjau SCO lebih dari setengah jumlah penduduk dunia, sehingga
akan menjadi pasar yang paling besar dengan economies of scale yang sangat
memadai, ditambah dengan posisi China sebagai pemilik cadangan devisa
terbesar di dunia saat ini. Ketiga, negara-negara anggota SCO memiliki latar
belakang kultural-historis kekuatan imperium di masa lalu.
China saat ini berdiri kokoh sebagai kelanjutan imperium Han. Rusia
juga mewarisi watak imperium Rusia yang berkibar pada abad ke-14.
Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Usbekistan berlatar belakang
imperium Timur Leng. India hari ini berdiri di atas kebesaran masa lalu
imperium Chandragupta. Pakistan adalah ahli waris imperium Mogul. Mongolia
dapat pula dilihat sebagai kelanjutan imperium Jenghiz Khan. Sedangkan Iran
adalah penerus imperium Manichaeisme Darius dan imperium Safawi Syiah.
Menarik untuk disimak bahwa pada bulan Juli 2001, tiga bulan
sebelum terjadinya peristiwa 911/WTC di New York, negara-negara anggota
SCO telah menandatangani perjanjian mutual fight against terrorism,
fundamentalism and extremism. Perjanjian itu menunjukkan bahwa SCO
memiliki aparat intelijen yang cukup mampu mengantisipasi peristiwa-
peristiwa penting dunia.
Perjanjian investasi di bidang eksploitasi minyak mentah antara Cina
dan Nigeria yang ditandatangani pada tanggal 26 April 2006, perjanjian jual-
beli gas alam antara Rusia dan Jerman yang ditandatangani pada tanggal 27
April 2006, serta perjanjian jual-beli minyak mentah, gas alam, sistem alat
utama pertahanan maupun kerjasama di bidang antiterorisme antara Cina dan
22 negara anggota Liga Arab yang ditandatangani pada tanggal 30 Mei 2006
menunjukkan pula agresivitas SCO dalam memperluas wilayah pengaruhnya
secara geopolitik dan geoekonomi.
Kekuatan lain yang juga potensial mendorong tata dunia multipolar
adalah Amerika Latin. Di kawasan ini, sekarang, berdiri kokoh negara-negara
ultra nasionalis baru dengan presiden yang cenderung anti dominasi Amerika
Utara. Hugo Chavez (terpilih sebagai Presiden Venezuela tahun 1998), Lula Da
Silva (Brazil, terpilih tahun 2001), Nestor Kirchner (Argentina, terpilih tahun
2003), Martin Torrijos (Panama, terpilih tahun 2004), Tabare Ramon Vasquez
(Uruguay, terpilih tahun 2005), Evo Morales (Bolivia, terpilih tahun 2005), dan
yang terakhir Michelle Bachelet (Chili, terpilih 2006).

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 47


Munculnya klub pemimpin anti-AS di Amerika Latin saat ini tidak lepas
dari tiga fakta penting. Pertama, Chavez dan kawan-kawan adalah produk
dari nilai Kelatinan berwatak ultra-nasionalis yang dibangun oleh para
pendahulu mereka sejak tahun 1960-an seperti Andre Gunder Frank di bidang
ekonomi, Octavio Paz di bidang antropologi dan sosiologi, Pablo Neruda dan
Gabriel Marquez di bidang kebudayaan. Di tahun 1970-an, muncul ahli
ekonomi mazhab strukturalis, Raoul Prebisch, yang di susul pada tahun 1980-
an oleh ekonom Hernando de Soto. Mereka dengan giat menyerukan bahwa
baik pemikiran Adam Smith (kapitalisme) maupun Karl Marx (komunisme)
tidaklah cocok dengan kondisi Amerika Latin. Oleh karenanya negara-negara
Amerika Latin harus mencari bentuk dan sistem ekonominya sendiri. Kedua,
sejak tahun 1960-an, negara-negara di Amerika Latin dipimpin oleh para
diktator lalim yang didukung AS. Hal ini menyebabkan kejengkelan laten
rakyat di banyak negara Amerika Latin. Ketiga, gerakan-gerakan kemandirian
rakyat Amerika Latin dipayungi oleh sayap kiri Gereja Katolik Amerika Latin
dengan pertumbuhan pemikiran Teologi Pembebasan yang dipelopori oleh
Uskup Dom Helder Camara dan rekan-rekan seperjuangannya.
Munculnya pemimpin-pemimpin ultra nasionalis baru di Amerika Latin
dengan sendirinya berdampak pada menurunnya pengaruh AS di kawasan ini.
Dalam usaha untuk meraih kembali pengaruhnya di Amerika Latin, pada bulan
November 2005 lalu, pemerintah AS mengadakan KTT di Mar del Plata,
Argentina. Dalam KTT ini, Presiden Bush mendesak dibentuknya zona
perdagangan bebas yang membentang dari Alaska sampai ujung Argentina
(FTAA). Namun, beberapa negara peserta KTT termasuk Argentina, Brazil, dan
Venezuela menentang usulan ini. KTT pun berakhir tanpa ada hasil.
Namun terpilihnya presiden Alan Garcia yang didukung oleh Amerika
Serikat di Peru pada tanggal 5 Juni 2006 menunjukkan tanda bahwa faksi pro
Amerika Serikat di anak benua Amerika Latin perlahan-lahan mulai berhasil
menahan momentum gerakan faksi ultra nasionalis yang dipimpin oleh
Venezuela.
Munculnya aliansi-aliansi strategis di Eropa, Asia Tengah dan Amerika
Latin menunjukkan bahwa provokasi Fukuyama dan teori Huntington menjadi
tidak relevan. Sejarah belum berakhir. Sosialisme bangkit dengan berbagai
revisi dan akomodasi terhadap pasar. Kapitalisme juga diimplementasikan
dalam berbagai varian mazhab seperti di Perancis, Jerman, Belanda, dan
tentunya juga di Cina yang mengadopsi kapitalisme dan komunisme sekaligus
sebagai sistem ekonominya dengan semboyan satu negara dua sistem.
Perbedaan latar belakang kultural-historis tidak menghalangi Iran yang
Syiah dan Pakistan yang Sunni untuk bergabung dengan blok Cina yang
Konfusius dan Rusia yang separuh sekuler dan separuh Katolik Ortodoks.
Aliansi-aliansi strategis yang melampaui sekat peradaban dan bersifat
supranasional itu bersatu di bawah a single logic of rule. Aliansi serupa ini
oleh Antonio Negri dan Michael Hardt (2001) disebut sebagai Empire atau
Imperium.

Kesimpulan:
Kehadiran Komunitas UKUSA, Uni Eropa, dan SCO yang disertai dengan
segala konflik kepentingan politik dan kepentingan ekonomi di antara mereka
dapat menjadi indikasi bahwa peta geopolitik saat ini bisa dikatakan tengah
bergeser dari geopolitik unipolar ke geopolitik tripolar.
Jika Amerika Latin dapat mengkonsolidasikan kesatuan kebudayaannya
yang berumur ratusan tahun menjadi kesatuan ekonomi yang kokoh, dapat
pula dikatakan bahwa dunia tengah bergeser ke arah geopolitik multipolar.

Indonesia: Kemana Harus Bergerak?

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 48


Dilihat dari produk undang-udang yang dihasilkan oleh DPR dan
pemerintah dan dari kebijakan yang dilaksanakan, terlihat jelas bahwa
ekonomi dan politik Indonesia masih dipengaruhi secara kental oleh intervensi
luar, khususnya AS. Fakta ini merupakan indikasi bahwa Indonesia adalah
sekutu AS secara langsung maupun tidak langsung.
Undang Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas,
misalnya, mengizinkan pihak swasta (perusahaan multinasional) mengelola
sektor migas baik di hulu maupun hilir, seperti tertuang pada pasal 9 point
(1). Sementara badan usaha yang sudah melakukan kegiatan di sektor hulu,
yaitu Pertamina, tak diijinkan melakukan kegiatan yang sama di sektor hilir
(Pasal 10, point 1).
Dari sudut Undang-Undang Dasar 1945, pengaruh luar dalam
pembuatan kebijakan dan juga kesediaan para pemimpin untuk didikte pihak
asing merupakan pelanggaran terhadap politik luar negeri yang bebas aktif
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Swastanisasi sumber
daya alam yang menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti air, listrik dan
migas, juga merupakan pelanggaran terhadap UUD 1945 terutama pasal 33.
Di satu sisi, pelanggaran terhadap UUD 1945 tersebut merupakan
preseden yang sangat buruk bagi kehidupan politik bangsa di masa
mendatang. Pelanggaran terhadap hukum tertinggi (konstitusi) sebenarnya
merupakan penghancuran terhadap sendi-sendi kehidupan bernegara yang
paling dasar.
Di sisi lain, apa yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa kalangan
pengambil keputusan tertinggi negara terlihat masih terperangkap dalam
mentalitas Perang Dingin. Akibatnya, pergeseran peta geopolitik dunia
tidak bisa dibaca dengan baik oleh mereka. Jika para pengambil kebijakan itu
bisa membaca dengan seksama munculnya kekuatan-kekuatan baru dalam
percaturan geopolitik internasional, tentu mereka dapat belajar dan
bertindak lain. Dengan demikian, kebijakan yang dibuat tidak seperti yang
terlihat sekarang ini: merugikan kepentingan nasional (national interest) dan
melanggar konstitusi negara.
Fakta geopolitik tripolar dalam sistem dunia saat ini sebenarnya
memberi ruang yang sangat terbuka bagi bangsa-bangsa Dunia Ketiga,
termasuk Indonesia, untuk menata kembali sistem ekonomi politiknya dan
politik luar negerinya secara bebas aktif dan mandiri. Kemandirian itu sangat
penting untuk menjaga tujuan dan kepentingan nasional sehingga seluruh
kebijakan negara itu bersumber pada aspirasi masyarakat secara nasional dan
ditegakkan untuk kepentingan seluruh warga negara Indonesia tanpa kecuali.
Sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, empat cita-cita
kemerdekaan bangsa adalah (1) melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, (2) memajukan kesejahteraan umum, (3)
mencerdaskan kehidupan bangsa dan (4) ikut melaksanakan perdamaian
dunia. Jadi, seyogyanya sudah sangat jelas alur pikiran dan semangatnya bagi
semua warganegara Indonesia, kecuali, tentunya, bagi mereka yang sengaja
menafikan dan melanggarnya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak
asing.***

Juklak & Kurikulum Kaderisasi PW IPNU Jateng.... 49

Anda mungkin juga menyukai