Anda di halaman 1dari 39

REFRESHING

SISTEM
LAKRIMAL
Pembimbing : dr. Harie, Sp.M

SISTEM LAKRIMAL

Apparatus Sekresi
Sistem
lakrimalis

Apparatus Ekskresi

Aparatus Sekretori Lakrimalis


Terdiri dari kelenjar lakrimal utama, kelenjar lakrimal
assesoris (kelenjar Krausse dan Wolfring), glandula
sebasea palpebra (kelenjar Meibom), dan sel-sel goblet
dari konjungtiva (musin). Sistem sekresi terdiri dari
sekresi basal dan refleks sekresi.

Kelenjar Lakrimasi
Duktus kelenjar ini mempunyai panjang berkisar 6-12 mm, berjalan pendek
menyamping di bawah konjungtiva.
Dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi :
Terletak di dalam fossa glandulae lakrimalis di segmen temporal atas
anterior orbita yang dipisahkan dari bagian palpebra oleh kornu lateralis
muskulus levator palpebrae
Lobus palpebra yang lebih muara ke forniks temporal superior. Bagian
palpebra yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal forniks
konjungtiva superior. Duktus sekretorius lakrimal, yang bermuara pada
sekitar 10 lubang kecil, yang menghubungkan bagian orbita dan bagian
palpebra kelenjar lakrimal dengan forniks konjungtiva superior..

Kelenjar Lakrimal Aksesorius


Meskipun hanya sepersepuluh dari massa kelenjar utama, kelenjar
lakrimal aksesorius mempunyai peranan penting. Struktur kelenjar
Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama, tetapi tidak
memiliki ductulus. Kelenjar - kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva,
terutama di forniks superior Sel-sel goblet uniseluler, yang juga
tersebar di konjungtiva, mensekresi glikoprotein dalam bentuk musin.
Modifikasi kelenjar sebasea Meibom dan Zeis di tepian palpebra
memberi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar
keringat yang juga ikut membentuk film air mata

Sekresi kelenjar lakrimal dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan
menyebabkan air mata mengalir berlimpah melewati tepian palpebra
(epifora). Kelenjar lakrimal aksesorius dikenal sebagai pensekresi
dasar". Sekret yang dihasilkan normalnya cukup untuk memelihara
kesehatan kornea. Hilangnya sel goblet berakibat mengeringnya kor
nea meskipun banyak air mata dari kelenjar lakrimal.

Aparatus Ekskretorius Lakrimalis


Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan sesuai dengan kecepatan
penguapannya sehingga hanya sedikit yang sampai ke sistem
ekskresi
Dari punkta ekskresi air mata akan masuk ke kanalikulus
bermuara di sakus lakrimalis melalui ampula air mata akan di
eksresikan melalui duktus nasolakrimalis sepanjang 12-18 mm ke
bagian akhir di meatus inferior.

Sistem ekskresi terdiri atas punctum, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan


duktus nasolakrimalis.
1. Punctum Lakrimalis
Ukuran dengan diameter 0,3 mm terletak di sebelah medial bagian
superior dan inferior dari kelopak mata. Punctum relatif avaskular dari
jaringan sekitarnya, selain itu warna pucat dari punctum ini sangat
membantu jika ditemukan adanya sumbatan. Jarak superior dan
inferior punctum 0,5 mm, sedangkan jarak masing-masing ke kantus
medial kira-kira 6,5 mm dan 6,0 mm. Air mata dari kantus medial
masuk ke punctum lalu masuk ke canalis lakrimalis.

2. Kanalikuli Lakrimalis
Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium
yang sangat kecil, bernama puncta lacrimalia, pada
puncak papilla lacrimales, terlihat pada tepi ekstremitas
lateral lakrimalis. Duktus superior, yang lebih kecil dan
lebih pendek, awalnya berjalan naik, dan kemudian
berbelok dengan sudut yang tajam, dan berjalan ke arah
medial dan ke bawah menuju lacrimal sac. Duktus inferior
awalnya berjalan turun, dan kemudian hampir horizontal
menuju lacrimal sac. Pada sudutnya, duktus mengalami
dilatasi dan disebut ampulla. Pada setiap lacrimal papilla
serat otot tersusun melingkar dan membentuk sejenis
sfingter.

3. Sakus Lakrimalis (Kantung Lakrimal)


Merupakan ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal,
dan terletak dalam cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh
tulang lakrimal dan prosesus frontalis maksila. Bentuk sakus lakrimalis
oval dan ukuran panjangnya sekitar 12-15 mm; bagian ujungnya
membulat, bagian bawahnya berlanjut menjadi duktus nasolakrimal.
4. Duktus Naso Lakrimalis
Kanal membranosa, panjangnya sekitar 18 mm, yang memanjang dari
bagian bawah lacrimal sac menuju meatus inferior hidung, dimana
saluran ini berakhir dengan suatu orifisium, dengan katup yang tidak
sempurna, plica lakrimalis (Hasneri), dibentuk oleh lipatan membran
mukosa. Duktus nasolakrimal terdapat pada kanal osseus, yang
terbentuk dari maksila, tulang lakrimal, dan konka nasal inferior.

Air Mata
Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 um Yang menutupi
epitel kornea dan konjungtiva. Fungsi lapisan ultra-tipis ini adalah :
Membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan
meniadakan ketidakteraturan minimal di permukaan epitel
Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva
yang lembut
Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan
mekanik dan efek antimikroba
Menyediakan kornea berbagai substansi nutrien yang diperlukan.

Lapisan Air Mata


Terdiri dari 3 lapisan:
1. Lipid (lapisan superfisial)
Dihasilkan kel.Meibom
Fungsi:
Menghambat penguapan
Meningkatkan tekanan permukaan
Melumasi kelopak mata

2. Akueosa (lapisan tengah)


Dihasilkan kelenjar lakrimal utama & tambahan
Merupakan lapisan paling tebal
Fungsi:
Memberi oksigen pd permukaan epitel kornea
Mengandung zat antibakteri (laktoferin, lisozim, betalisin)
Membentuk permukaan optik yg halus
Membersihkan debris

3. Musinosa (lapisan dalam)


Dihasilkan sel goblet, kripte henle, & kel.Manz
Fungsi:
Mengubah permukaan kornea dari hidrofobik mjd hidrofilik
Memperhalus permukaan kornea shg air dapat menempel

Komposisi Air Mata


Volume air mata normal diperkirakan 7 2 L di setiap
mata.
Albumin mencakup 60% dari protein total air rnata; sisanya
globulin dan lisozim yang berjumlah sama banyak.
Terdapat imunoglohulin IgA, IgG, dan IgE.

Dinamika Sekresi Air Mata

Distribusi

volume air mata pada permukaan okular


umumnya sekitar 6-7 L yang terbagi menjadi tiga
bagian
Mengisi sakus konjungtiva sebanyak 3-4 L.
Melalui proses berkedip sebanyak 1 L akan
membentuk TF dengan tebal 6-10 m dan luas
260 mm2.
Sisanya sebanyak 2-3 L akan membentuk tear
meniscus seluas 29 mm2 dengan jari-jari 0,24
mm

Distribusi Air Mata

Kontraksi otot orbikularis okuli

menimbulkan tekanan menekan dan


mendorong seluruh air mata melewati
kanalikuli, sakus lakrimalis, duktus
nasolakrimalis dan meatus inferior.
Kanalikuli akan memendek dan
menyempit serta sakus lakrimalis dan
duktus nasolakrimalis akan tampak
seperti memeras
punkta yang
teroklusi akan
melebar

Mekanisme Ekskresi Air Mata

Mekanisme yang dapat menyebabkan penipisan air mata


absorbsi ke kornea (inward flow)
pergerakan paralel air mata sepanjang permukaan kornea
(tangential flow)
dan evaporasi

GANGGUAN SISTEM
LAKRIMALIS

Kelainan Kongenital dan Kelainan


Perkembangan Sistem Lakrimal
Atresi duktus nasolakrimal
Hampir 30% neonatus mengalami penutupan duktus nasolakrimal
Atresi biasanya ditemukan pada mukoperiosteum nasal dekat valvula
Hasner
Atresi ini dapat bersifat sementara atau menetap setelah 3 minggu
kelahiran
Terdapat penimbunan air mata dan mukus dalam sakus lakrimal, yang
ditunjukkan dengan adanya regurgitasi mukus pada penekanan daerah
sakus lakrimal.

Dakrioadenitis Akut
Suatu peradangan yang terjadi pada kelenjar lakrimalis

Keluhan

rasa tidak
enak
nyeri pada
orbita
pada
bagian
superior
dan
temporal

Diagnos
is
Banding

hordeolum
internum

abses
palpebra

Pengoba
tan

kompres
hangat
antibiotika
lokal dan
sistemik
insisi bila
terjadi
abses

Dakrioadenitis Kronik
Penyebab dari penyakit ini adalah sarkoidosis, tuberkulosis, leukimia
limfatik, trakoma
pembengkakan yang dapat diraba melalui kelopak mata
Pengobatan ditujukan pada penyebabnya

Dakriosistitis Akut
Peradangan supuratif sakus lakrimal
penyumbatan duktus nasolakrimal
sering ditemui pada anak-anak dan orang dewasa usia
diatas 40 tahun

Gejala
pembengkakan
merah dan
nyeri
epifora dan
regurgitasi
demam ringan

Diagnosa
Banding
sinusitis
etmoidal akut.
hordeolum
internum

Pengobatan
kompres hangat
antibiotika lokal
dan sistemik
insisi bila
terdapat abses

Hordeolum
Merupakan peradangan supuratif kelenjar Zeis dan Moll (hordeolum
eksternum), kelenjar Meibom (hordeolum internum).
Penyebab infeksi Stafilococcus

Pembagian
Hordeolum
Internum
Hordeolum
Eksternum

Gejala
Bengkak pada
kelopak mata
Rasa
mengganjal
dan sakit
Mata Merah
Nyeri bila
ditekan
Peka terhadap
cahaya terang

Pengobatan
Kompres
hangat
Pemberian
antibiotik dan
insisi bila ada
fluktuasi

Kalazion

Merupakan peradangan lipogranuloma kronis kelenjar


Meibom.

Penyebab tidak diketahui, diduga gangguan sekresi yang


menyebabkan sumbatan.

Gejala
Benjolan
pada kelopak
Tidak
hiperemi,
Tidak ada
nyeri tekan,
Adanya
pseudoptosis
.

Pengobat
an

Memberikan
kompres
hangat
Antibiotic
setempat
dan sistemik.

Obstruksi sakus
lakrimal
Obstruksi sakus lakrimal jarang ditemui,
biasanya disebabkan oleh dakriolit

Pengobatan obstruksi sakus lakrimal dapat


dilakukan dengan cara antibiotik lokal, irigasi,
dan pembedahan

Obstruksi duktus nasolakrimal,


pungtum, dan kanalikuli lakrimal
Obstruksi duktus nasolakrimal biasanya terdapat pada orang tua yang
kausanya idiopatik
Hal ini disebabkan oleh proses degenarasi mukosa dan adanya stenosis,
yang mengakibatkan epifora dan mukokel sakus lakrimal
Penyumbatan pungtum dan kanalikuli biasanya didapatkan bersamaan
dengan penyakit atau kelainan konjungtiva: Sindrom Steven Johnsons,
pemfigus, trauma mekanik, trauma kimiawi atau termis.
Pengobatannya :
- probing dengan tuba silastik bila penyumbatan tidak sempurna
- Pembedahan bila disertai penyumbatan kanalikuli.

Kanalikulitis
Kanalikulitis disebabkan oleh infeksi streptothrix (acinomices irsaeli)
Bila terdapat stenosis atau obstruksi, dilakukan insisi dan dilatasi
Bila hanya stenosis dilakukan probing, dipasang tuba silastik
Bila terdapat epifora yang berat dan penyumbatan total pada
pungtum dan kanalikuli dilakukan tindakan pembedahan

Infusiensi Akueous (Mata


Kering)

Terjadi defisiensi sekresi lakrimal seiring dengan pertambahan usia


dan hal ini menyebabkan keratokonjungtivitis sika

Gejala
Rasa
kelilipan
Fotofobia
Berat pada
kelopak
mata
Kelelahan
mata

Pengobatan
Suplementasi

air

mata buatan
kacamata pelindung

Produksi Mukus Tidak Adekuat


Destruksi sel goblet terjadi pada kebanyakan mata kering,
namun terutama pada kelainan konjungtiva sikatrisial
seperti eritema multiforme (sindrom Steven-Johnson). Pada
penyakit ini terdapat episode inflamasi akut yang
menyebabkan lesi target makular pada kulit dan lesi
bersekret pada mata, mulut, dan vulva. Pada mata hal ini
menyebabkan pengerutan konjungtiva dengan adhesi
antara bola mata dan konjungtiva (simblefaron)
Gejalanya serupa dengan gejala pada defisiensi akueous

Kelainan Drainase Air Mata

Bila produksi air mata melebihi kapasitas sistem drainase


Ini disebabkan oleh
Iritasi permukaan mata, misalnya karena benda asing
pada kornea, infeksi, atau blefaritis;
Oklusi pada bagian manapun di sistem drainase

Obstruksi Drainase Air Mata (Bayi)


Sistem nasolakrimal berkembang sebagai tabung solid yang
kemudian mengalami kanalisasi dan menjadi paten tepat sebelum
cukup bulan. Obstruksi kongenital duktus sering terjadi. Ujung distal
duktus nasolakrimalis bisa tetap imperforata sehingga menyebabkan
mata berair.
Jika kanalikuli terobstruksi, sebagian kumpulan air mata yang tidak
mengalir dalam sakus dapat terinfeksi dan berakumulasi sebagai
mukokelatau menyebabkan dakriosistitis.
Kebanyakan obstruksi menghilang secara spontan pada tahun
pertama kehidupan. Jika epifora terus berlangsung setelah saat
tersebut, patensi dapat dibuat dengan melewatkan satu probe melalui
pungtum ke duktus nasolakrimalis untuk melubangi membran yang
tertutup (probing).

Obstruksi Drainase Air Mata (Dewasa)


Sistem drainase air mata dapat tersumbat di titik manapun, meski
tempat tersering adalah duktus nasolakrimalis. Penyebabnya antara
lain infeksi atau trauma langsung pada sistem nasolakrimal.
Anamnesis: pasien mengeluh mata berair, kadang disertai dengan
sekret yang lengket. Mata terlihat putih.
Obstruksi drainase air mata pada orang dewasa mempunyai gejala
yaitu, pungtum yang mengalami stenosis dapat terlihat dengan slit
lamp.

Pemeriksaan Sistem
Lakrimalis :
1.

Dye dissapearance test (DDT) dilakukan dengan meneteskan zat warna


fluorescein 2% pada kedua mata, masing-masing 1 tetes. Kemudian
permukaan kedua mata dilihat dengan slit lamp.

2.

Fluorescein clearance test dilakukan untuk melihat fungsi saluran


ekskresi lakrimal. Uji ini dilakukan dengan meneteskan zat warna
fluorescein 2% pada mata yang dicurigai mengalami obstruksi pada
duktus nasolakrimalisnya. Setelah itu pasien diminta berkedip beberapa
kali dan pada akhir menit ke-6 pasien diminta untuk beringus (bersin)
dan menyekanya dengan tissue. Jika pada tissue didapati zat warna,
berarti duktus nasolakrimalis tidak mengalami obstruksi.

Jones dye test


Jones dye test juga dilakukan untuk melihat kelainan fungsi saluran ekskresi
lakrimal. Uji ini terbagi menjadi dua yaitu Jones Test I dan Jones Test II.
Pada Jones Test I, mata pasien yang dicurigai mengalami obstruksi pada duktus
nasolakrimalisnya ditetesi zat warna fluorescein 2% sebanyak 1-2 tetes.
Kemudian kapas yang sudah ditetesi pantokain dimasukkan ke meatus nasal
inferior dan ditunggu selama 3 menit. Jika kapas yang dikeluarkan berwarna
hijau berarti tidak ada obstruksi pada duktus nasolakrimalisnya.
Pada Jones Test II, caranya hampir sama dengan Jones test I, akan tetapi jika
pada menit ke-5 tidak didapatkan kapas dengan bercak berwarna hijau maka
dilakukan irigasi pada sakus lakrimalisnya. Bila setelah 2 menit didapatkan zat
warna hijau pada kapas, maka dapat dipastikan fungsi sistem lakrimalnya
dalam keadaan baik. Bila lebih dari 2 menit atau bahkan tidak ada zat warna
hijau pada kapas sama sekali setelah dilakukan irigasi, maka dapat dikatakan
bahwa fungsi sistem lakrimalnya sedang terganggu.

Anel test dan Probling test


- Anel test merupakan suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi ekskresi air
mata ke dalam rongga hidung. Tes ini dikatakan positif bila ada reaksi
menelan. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi sistem ekskresi lakrimal normal.
- Pemeriksaan lainnya adalah probing test. Probing test bertujuan untuk
menentukan letak obstruksi pada saluran ekskresi air mata dengan cara
memasukkan sonde ke dalam saluran air mata. Pada tes ini, punctum lakrimal
dilebarkan dengan dilator, kemudian probe dimasukkan ke dalam sackus
lakrimal. Jika probe yang bisa masuk panjangnya lebih dari 8 mm berarti
kanalis dalam keadaan normal, tapi jika yang masuk kurang 8 mm berarti ada
obstruksi.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai