Anda di halaman 1dari 6

Tugas PLPG

NAMA : WYNNE RAPHAELA/131424027


KELAS : 3A TKPB
RECOVERY GAS CO2
1. Blast Furnace Gas Recovery di Industri baja
Gas-gas produk samping keluaran dari Blast Furnace atau yang disebut dengan Blast
Furnace Gas (BFG) rata-rata masih memiliki nilai kalor sekitar 750kkal/NM3. Gas-gas
tersebut dapat dimanfaatkan untuk proses pembakaran di dalam pabrik untuk mengurangi
penggunaan bahan bakar utama, misalnya sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Biasanya
gas hasil daur ulang dari Blast Furnace ini dicampur dengan gas-gas hasil daur ulang proses
lainnya, seperti Coke Oven Gas (COG), Basic Oxygen Furnace Gas, untuk ditingkatkan
nilaik kalornya sebelum digunakan untuk proses pembakaran. Sebagai ilustrasi, pemanfaatan
BFG dan COG sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik di pabrik KS saja dapat
menurunkan emisi CO2 sampai dengan 132 ribu t-CO2/thn.

2. Reduksi Emisi CO2 dengan Capture dan Storage


Reduksi emisi gas karbon dioksida (CO2) ternyata banyak manfaatnya. Secara kesehatan,
reduksi ini berguna menyegarkan udara yang kita hirup, membuat kita lebih bebas dan sehat
menghirup udara terutama di perkotaan. Pada gambar 1, Indonesia sudah cukup meyumbang
CO2 yang cukup besar kepada dunia.
Secara ekonomi, ternyata juga menguntungkan, karena pengurangan emisi gas tersebut
menuntut berbagai produsen atau pabrik yang mengeluarkan CO2, memproduksi sebuah
barang atau benda yang bisa menekan emisi gas tersebut. Dampak nya apa? bahwa produk
tersebut ternyata meningkatkan mutu dan daya tahan barang. Mengapa demikian? karena
pabrik tersebut terpaksa menggunakan teknologi baru dan ramah lingkungan, sehingga
produk yang dihasilkan lebih bermutu dengan teknologi terkini.

gambar 1. Emisi CO2 dunia pada tahun 2005


Pada kendaraan bermotor yang telah berstandarisasi EURO 2, maka gas pembuangan
kendaraan akan memenuhi batas CO2 yang diberikan. Hasilnya adalah pembakaran yang
lebih baik, sehingga konsumsi bahan bakar kendaraan lebih irit dari sebelum EURO 2.
Emisi CO2 terbesar adalah dari sektor energi (pembangkit listrik) dan transportasi. Bila
dalam sektor transportasi salah satunya dengan pembatasan gas buang, dalam sektor
pembangkit listrik bisa dengan menggunakan energi alternatif. CO2 tersebut juga dapat
digunakan untuk menambah produksi energi. Jadi pembatasan emisi gas buang sangatlah
menguntungkan. Coba kita lihat lagi untuk sektor industri, dan sektor geologi (gambar 2).
Mengutip dari harian cetak Kompas (minggu pertama Mei 2009), terdapat sebuah perusahaan
pemurnian karbon dioksida dari gas pembuangan pabrik di daerah Cilegon. Perusahaan
tersebut beroperasi dengan menghasilkan karbon dioksida cair 3 ton per jam yang diambil
dari CO2 PT Krakatau Steel. Menurut perusahaan tersebut, sebanyak 72 ton CO2 per hari
langsung habis diserap pasar. Hasil pemurnian CO2 tersebut dipakai untuk proses
pengawetan makanan, ikan, industri pengelasan, minuman ringan, hingga fumigasi. Selain
dari pada itu, pemurnian CO2 juga dipakai untuk dijual dengan mekanisme pembangunan
berih, dengan sertifikat pengurangan emisi per tonnya mencapai 10 euro.

gambar 2. reduksi emisi CO2 dimanfaatkan dalam geologi.


Dalam halnya capture dan storage, skema ini dapat dipakai untuk menambah produksi
minyak dan gas bumi, serta pada coal bed methane (CBM). Cara ini dipakai untuk enhanced
oil recovery (EOR) yang membantu minyak dapat naik dari reservoir ke permukaan untuk di
produksi (gambar 3). Dalam hal ini CO2 yang di tangkap (capture) dari berbagai tempat,
seperti pabrik, di injeksikan kedalam reservoir melalui suatu lubang pemboran, kemudian
pada sisi lubang pemboran lain minyak di produksi. Reservoir minyak dan gas bumi yang
membentuk antiklin (depleted) juga dapat menjadi tempat yang baik untuk meyimpan CO2
ini. CO2 akan tersimpan dengan baik karena tertahan oleh batuan penu tup (seal rock).

gambar 3. beberapa metoda EOR.


Penggunaan lain adalah untuk membantu memproduksi CBM, metodanya sama seperti
minyak, hanya saja kali ini pada lapisan batubara. CO2 tersebut juga dapat disimpan pada
lapisan batubara yang tidak ditambang. Dalam hal ini, batubara tersebut kemungkinan
memiliki kedalaman yang cukup dalam, sehingga kurang ekonomis untuk dikerjakan
(gambar 2).
Penyimpanan CO2 lain adalah dengan menginjeksikannya kedalam akuifer di darat dan di
laut (gambar 4).

gambar 4. skema penyimpanan CO2 pada akuifer.


Mineralisasi dengan bantuan CO2, dapat memberikan karbonisasi pada mineral yang berguna
untuk kehidupan. Sebagai contoh pada gambar 5 dibawah adalah pencampuran batuan
dengan CO2 menghasilkan mineral magnesit dan silika karbonat yang berguna. Produk
lainnya adalah serpentinit dan dunit, seperti Ni, Co, Cr, Fe dan Mn.

gambar 5. penggunaan CO2 pada mineral.


Pada gambar 6 dibawah ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan CO2 dalam rangka
capture dan storage berguna untuk produksi migas, CBM, mineral, dan membantu
mengurangi CO2 dengan menyimpannya di formasi geologi. CO2 didapatkan dari berbagai
pabrik, pembangkit listrik, dan pabrik petrokimia. Nantinya CO2 ini akan menjadi siklus
yang baik, dengan dimanfaatkannya lagi hasil pengolahan tersebut menjadi berbagai
komoditas mineral, industri, dan membantu produksi migas.

gambar 6. skema reduksi CO2 dengan capture dan storage.

Sebenarnya dimana potensi pengembangan ini bisa diterapkan di Indonesia?

Sumber : Lubis, Ibrahim.2009. Reduksi Emisi CO2 dengan Capture dan Storage.
https://ibrahimlubis.wordpress.com/2009/05/13/reduksi-emisi-co2/ (diases 16 mei 2016)
Anonim.http://repositori.bppt.go.id/index.php?action=download&dir=_data%2FDownload
%2FOUTLOOK+ENERGI+2013&item=Buku+Perencanaan+Efisiensi+dan+Elastisitas+Energi+
2013.pdf&order=name&srt=yes&lang=en (Diakses : 16 Mei 2016)

Anda mungkin juga menyukai