Anda di halaman 1dari 4

1.

Jelaskan pengertian sistem PI dan mengapa auditor perlu memahami sistem


pengendalian internal kliennya
2. Sebutkan dan jelaskan resiko audit yang saudara ketahui serta bagaimana
hubungannya dengan pengumpulan bahan bukti
3. Jelaskan bagaimana tingkat materialitas mempengaruhi perencanaan audit
4. Jelaskan apa manfaat/ tujuan dibuatnya perencanaan audit , sebutkan
tahapan-tahapan dalam perencanaan audit
5. Jelaskan secara singkat 4 pedoman umum terkait dnegan pemisahaan tugas
yang memadai untuk mencegah kecurangan dan kesalahan
6. Auditor umumnya menggunakan 3 jenis dokumen untuk memperoleh dan
mendokumentasikan pemahamannya atas rancangan pengendalian internal.
Salah satunya dalam bentuk narasi. Uraikan secara singkat 4 hal pokok yang
harus dicakup dalam narasi pengendalian internal
7. Sebutkan dan jelaskan secara singkat sumber-sumber informasi untuk
menilai resiko kecurangan
8. Jelaskan secara singkat 5 pengujian audit yang biasanya dilakukan auditor
untuk memperoleh bukti yang kompeten dan cukup
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan prosedur analitis dan bagaimana
prosedur tsb biasa dilakukan dalam audit
10.Jelaskan hubungan pengendalian aplikasi dan tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi antara pengendalian umum dan pengendalian aplikasi
disertai contohnya masing-masing

Jawab :
1. Sistem pengendalian intern merupakan suatu perencanaan yang meliputi
struktur organisasi dan semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan
yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga
keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data
akuntansi, mendorong efisiensi, dan membantu mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.
Mengapa Auditor perlu memperoleh pemahaman tentang SPI kliennya ?
Arti pentingnya SPI bagi manajemen dan auditor independen sudah lama
diakui dalam profesi akuntansi, dan pengakuan tersebut makin meluas
dengan alasan :
Semakin luas lingkup dan ukuran perusahaan mengakibatkan di dalam
banyak hal manajemen tidak dapat melakukan pengendalian secara langsung
atau secara pribadi terhdap jalannya perusahaan.
Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern
yang baik dapat akan pula melindungi dari kelemahan manusia dan
mengurangi kekeliruab dan penyimpngan yang akan terjadi

Di lain pihak, adalah tidak praktis bagi auditor untuk melakukan


pengauditan secara menyeluruh atau secara detail untuk hampir semu
transaksi perusahaan dalam waktu dan biaya terbatas.
Menurut Bambang Hartadi, Ak berikut di bawah ini di pandang sebagai alasan
mengapa sistem pengendalian intern diperlukan.
1. Luas dan ukuran kesatuan usaha yang menjadi begitu kompleks dan
meluas sehingga manajemen harus mempercayai berbagai macam laporanlaporan dan analisis-analisis. Untuk mengendalikan operasi secara efektif.
2. Pengawasan dan penelaahan yang melihat pada sistem pengendalian intern
yang baik mampu melindungi terhadap kelemahan manusia dan mengurangi
kemungkinan kesalahan atau ketidakberesan akan terjadi.
1. Resiko Inheren
Resiko inheren berkenaan dengan kemungkinan adanya kekeliruan dalam
segmen audit yang melampaui batas toleransi sebelum memper-hitungkan
faktor efektivitas pengendalian internal. Resiko inheren adalah faktor
kerentanan laporan keuangan terhadap kekeliruan yang material dengan
asumsi tidak adanya pengendalian internal. Oleh karena itu bila risiko inheren
tinggi, maka auditor harus mengumpulkan bukti audit yang lebih banyak.
Faktor-faktor yang perlu ditelaah auditor dalam menetapkan risiko inheren
adalah sifat bidang usaha organisasi, integritas manajemen, motivasi
manajemen, hasil audit sebelumnya, hubungan istimewa, transaksi non rutin,
dan kerentanan terhadap fraud.
2. Resiko Pengendalian
Risiko pengendalian berkenaan dengan kemungkinan adanya kekeliruan
dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi yang tidak terdeteksi
atau tidak dapat dicegah oleh pengendalian internal. Resiko pengendalian
dipengaruhi oleh faktor efektivitas pengendalian internal, dan keandalan
penetapan risiko yang direncanakan (penetapan di bawah 100%), oleh karena
itu bila resiko pengendalian ditetapkan tinggi, maka auditor harus
mengumpulkan bukti audit yang lebih banyak.
3. Resiko Pendeteksian
Resiko pendeteksian berkenaan dengan kemungkinan terjadinya kekeliruan
dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi yang tidak terdeteksi
karena pengujian menggunakan uji petik, prosedur audit yang tidak tepat/
salah aplikasi, kekeliruan interpretasi atas hasil implementasi prosedur audit.
Guna meminimalkan risiko pendeteksian, auditor harus mengembangkan
perencanaan audit secara tepat, dan melakukan supervisi atas pelaksanaan
audit.

Konsep audit berbasis risiko menempatkan kegiatan observasi dan analisis


terhadap pengendalian sebagai starting point, kemudian mengembangkan
auditnya pada bidang/ area yang memerlukan pengujian dan evaluasi lebih
lanjut. Bila pengendalian internal lemah (artinya risiko pengendalian tinggi),
maka auditor cenderung untuk memperluas ruang lingkup auditnya, sehingga
dia memperoleh kayakinan bahwa tanggungjawab auditnya dapat
dilaksanakan sesuai dengan standar profesional yang berlaku.
3.Tidak praktis apakah akuntan untuk memeriksa secara keseluruhan dan
keterbatasan uang jasa (fee) tanpa mempercayai sistem pengendalian intern.

RISIKO AUDIT
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit.
Menurut SA Seksi 312 risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit,
risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material.
3. Pertimbangan Awal tentang MATERIALITAS
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan auditnya. Penentuan materialitas ini, yang seringkali disebut
dengan materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat
materialitas yang digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan
dalam mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan yang melingkupi
berubah (2) informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama
berlangsungnya audit.
MATERIALITAS pada tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. (1) auditor
menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan (2) pada saat
mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
MATERIALITAS pada Tingkat Saldo akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang
mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji
material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh
dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
Alokasi MATERIALITAS laporan Keuangan ke Akun
Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus
dikeluarkan untuk memverifikasi akun tersebut.
4. Tujuan Perencanaan Audit:
Memperoleh bukti kompeten yang mencakupi dalam situasinya pada saat
itu
Menekan biaya audit
Menghindari salah pengertian dengan klien

Tahap-tahap Proses Audit dan Risiko yang Harus Dipertimbangkan oleh


Auditor
1. memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien
2. melaksanakan prosedur analitis
3. membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
4. mempertimbangkan resiko audit
5. mengembangkan strategi audit awal untuk asersi
6. memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern
Diposkan oleh Rama Abdoel di 13.10

Anda mungkin juga menyukai