Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL


Obat Tetes Mata Promethazin HCl

Disusun oleh:
Kelompok D1-3
Anggota

Majdina Irmawati

( 2013210127 )

Muhammad Faisal Alfarizi

( 2013210143 )

Muhammad Hilman

( 2013210145 )

Nadia Afifah

( 2013210155 )

Nur Safitri Andriani

( 2013210176 )

Putri Ratu Wijaya

( 2013210184)

Reyvi Denira

( 2013210197 )

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2016
I.

PENDAHULUAN

Sediaan tetes mata


Dalam sediaan tetes mata ini menggunakan zat aktif Prometasin HCl.
Prometasin HCl ialah salah satu golongan obat antihistamin. Dalam sediaan
tetes mata prometasin digunakan untuk konjungtivitis (mata merah) pada mata
yang disebabkan virus,bakteri dan alergi.
Zat tambahan yang digunakan ialah pengawet karena sediaan tetes
mata ini digunakan dalam dosis ganda sehingga untuk menghindari terjadinya
terkontaminasi sediaan tetes mata ini dari jasad renik harus digunakan zat
pengawet.
Zat tambahan lain yang digunakan ialah antioksidan. Antioksidan
ditambahkan karena prometasin mudah terdegradasi oleh oksigen dan cahaya
sehingga

dengan

penambahan

antioksidan

dapat

meningkatkan

kestabilannya.Selain antioksidan ditambah pula zat pengelat agar dapat


mengikat logam-logam yang dapat menyebabkan Prometasin HCl terdegradasi.
NaCl ditambahkan sebagai pengisotonis untuk menghasilkan sediaan mata
yang isotonis.
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan cara meneteskan pada selaput lendir mata disekitar kelopak
mata dan bola mata.(Farmakope Indonesia edisi III, tahun 1979 hal 10).
Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing.Larutan
obat mata merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa sesuai
digunakan pada mata.(Farmakope Indonesia edisi IV, tahun 1995 hal 12).
Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia.Oleh karena itu
sediaan obat mata mensyaratkan kualitas yang lebih tajam.Tetes mata harus
efektif dan tersatukan secara fisiologis (bebas rasa nyeri, tidak merangsang)
dan steril.
A. Persyaratan (Ansel hal 540-541, Lachman hal 1317, Voight hal 522)
1. Steril

Semua larutan untuk mata harus dibuat steril jika diberikan dan bila
mungkin ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk menjamin sterilitas
selama pemakaian. Pencemaran oleh mikroorganisme dapat berasal dari bahan
obat dan bahan pembantu, atau akibat prosedur kerja yang tidak aseptik dan
kesalahan pada cara sterilisasi akhir, serta akibat terkontaminasi selama
pemakaian.
2. Jernih
Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat
bahan jarah asing yang mampu mengiritasi.
3. Sedapat mungkin isotonis
Cairan mata memiliki tekanan osmotik, yang harganya sama dengan
darah dan cairan jaringan. Harganya sebanding dengan larutan natrium klorida
0,9 % dalam air. Mata memiliki daerah toleransi tonisitas yang lebih lebar,
yang tidak atau sangat jarang terjadi pengaruh fisiologis yang merugikan
kisaran 0,7- 1,45 % dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat
menyebabkan keluarnya air mata.
4. Sedapat mungkin isohidris
Pengaruturan larutan pada kondisi isohidris (pH= 7,4) adalah berguna
untuk mencapai rasa bebas nyeri yang sempurna. Obat tetes mata dengan pH
5.5 -11.4 masih dapat diterima.
Farmakologi (Farmakologi dan terapi hal. 278/280) DI hal. 1270
Mekanisme aksi, derivative fenotiazin dengan efek antidopaminergic.Membloker
reseptor mesolimbic dopamine dan reseptor alfa adrenergic di otak.
Efek antihistamin, H1- reseptor bloker
Prometazin hydrochloride sebagai AH! Menghambat efek histamin pada
pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat

untuk mengobati reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang disertai pelepasan
histamin endogen berlebih. Histamin endogen bersumber dari daging dan bakteri
dalam lumen usus atau kolon yang membentuk histamin dari histidin. Dosis terapi
AH1 umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat dengan gejala
seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi yang lambat,
mekanismenya mengantagonir histamine dengan jalan memblok reseptor H1 di
otot licin dari dinding pembuluh, bronchi dan saluran cerna, kandung kemih dan
rahim. Efek samping ini menguntungkan bagi pasien yang memerlukan istirahat
namun diraa mengganggu bagi mereka yang dituntut melakukan pekerjaan dengan
kewaspadaan tinggi. Jadi sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan setelah
penggunaan Promethazin hydrochloride merupakan salah satu efek samping dari
obat tersebut.

II. TABEL DATA PRE FORMULASI SEDIAAN STERIL


1. Nama zat aktif

:Promethazin HCl

2. Data Pendukung

:
Nama Zat Aktif
Sifat Fisika Kimia
Cara Sterilisasi
Khasiat/Dosis
Cara Penggunaan

PROMETAZIN HCl
(FI Edisi IV hal.705-706; Drug Information 88 hal.1269-1271; Martindale Edisi
28 hal.1295-1296)
Pemerian
Serbuk hablur, putih sampai kuning lemah; praktis tidak berbau; jika dibiarkan
lama di udara berwarna biru.

Kelarutan

:Sangat mudah larut dalam air, dalam etanol mutlak panas dan

dalam kloroform; praktis tidak larut dalam eter, dalam aseton dan dalam etilasetat.
Stabilitas

:Sediaan prometazin hidroklorida harus terlindung dari cahaya.

Sediaan parenteral prometazin hidroklorida harus disimpan pada suhu dibawah


400C.
OTT :
Dengan alkali dan larutan alkali, seperti larutan aminofilin, barbiturat, dan sodium
fenitoin.
pH

3,5 - 5
Wadah & Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Autoklaf (Martindale 28 hal. 1295)
Khasiat: Anti alergi.
Dosis: 25 50 mg sehari. (Drug Information 88 hal.1271)

DATA ZAT TAMBAHAN


Nama Zat
Benzalkonium
Klorida

Kegunaan
Pengawet

Sifat fisika kimia

Konsentrasi/
dosis

Pemerian:gel

kental 0.01 %

atau

seperti (Handbook

potongan

gelatin, putih atau puih of


kekuningan.

Biasanya Pharmaceuti

berbau aromatik lemah. cal


Larutan di air berasa Excipients
pahit,

jika

dikocok 6th hal 57)

Sterilisasi
Autoklaf

sangat

berbusa

dan

biasanya sedikit alkali.


(FI IV, hal 130)
Kelarutan:

sangat

mudah larut dalam air


(1:<10) dan etanol (FI
IV, hal 130)
pH: 5-8
(Handbook

of

Pharmaceutical
Excipients 6th hal 56)
OTT:
Aluminum,
anionik,

surfaktan

sitrat,

fluorescein,

kapas,
hidrogen

peroksida, hypromellose,
iodida, kaolin, lanolin,
nitrat,

surfaktan

nonionik

pada

konsentrasi
permanganat,

tinggi,
protein,

salisilat, garam perak,


sulfonamida, tartrat, zinc
oksida,

zinc

sulfat.

(Handbook
Pharmaceutical
Excipients 6th hal 56)

of

Stabilitas:
Benzalkonium

klorida

bersifat higroskopik dan


mungkin

terpengaruh

oleh cahaya, udara, dan


logam. Larutannya stabil
pada rentang pH dan
temperatur

yang

luas

serta dapat disterilisasi


dengan autoklaf tanpa
kehilangan
efektivitasnya.
(Handbook

of

Pharmaceutical
Excipients 6th hal 56)
NaCl

Zat

(Hand Book of pengisotonis


Pharmaceutica
l Excipients ed
6hal 637)

Untuk

Pemerian :

Serbuk kristal putih,atau menghasilkan


kristal tidak berwarna, larutan
isotonis pada

rasa asin.

i.v atau
sediaan tetes

Kelarutan:
Larut dalam air, larut
dalam air mendidih
pH : Dalam larutan air
6,7 7,3
(Handbook
Pharmaceutical
Excipients 6th hal 56)
OTT:

of

mata 0,9 %

Autoklaf

Stabilitas:
Stabil dalam larutan air
tapi dapat menyebabkan
pemisahan partikel gelas
dari wadah gelas tipe
tertentu
Pelarut atau

Aqua pro

pembawa

injeksi
(FI III hal 97)

dalam
injeksi

Pemerian:

cairan

jernih, tidak berwarna;


tidak

berbau;

tidak

mempunyai rasa (FI III


hal 97)
Stabilitas:
tertera

uji

yang

pada

uji

keamanan hayati (FI ed.


III hal.97)

III. FORMULA
Formula dasar : (Martindale 28 hal. 1295)
Promethazin HCl

2%

Dibromoproponidine isotionat

0,15%

Water miscible

ad 100%

Rencana formula :
Zat aktif
Promethazin HCl

25 mg/ml

Zat tambahan
Benzalkonium Klorida

0,01%

Aqua bakteriostatik pro injeksi

ad 10 ml

Dididihkan
selama 30
menit.

Prometazin HCl

2% x 10ml

= 0,2 g

Benzalkonium klorida 0,01% x 10ml = 0,001 g


Isotonisitas : ( W 1 x E1 + ( W 2 x E2 ) x 111,1
=(0,25 x 0,13) + (0,001 x 0,16) x 111,1= 2,91
% Isotonis

2,91
x 0,9 % = 0,2619 % hipotonis
10

NaCl yang dibutuhkan = 0,9% - 0,2619% = 0,64%


Formula jadi
Prometazin HCl
Benzalkonium Klorida
NaCl
Aqua pro injeksi

2%
0,01%
0,64%
ad 100%

Latar belakang pemilihan formula


1. Benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet yang digunakan
untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme selama pemakaian,
karena merupakan sediaan dosis ganda.Benzalkonium klorida adalah
salah satu pengawet yang mempunyai aktivitas antirmikroba dengan
spektrum luas dan pH dari benzalkonium klorida ialah 5.0-8.0,pH
benzalkonium klorida mendekati pH prometasin HCl (5-7,4) dan
mendekati pH mata kita yaitu 7.4 sehingga dengan pemilihan pH yang
hampir sama diharapkan sediaan ini akan isohidris. Dosis yang umum
dipakai pada sediaan tetes mata adalah 0,01%.
2. NaCl

digunakan

sebagai

pengisotonis

untuk

kenyamananpenggunanya.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
-

Beaker glass
Erlenmeyer
Corong glass

Tetes mata
Pipet tetes
Gelas ukur

meningkatkan

Kertas saring
Batang pengaduk
Spatula

Pinset
Kaca arloji
Penjepit besi

Bahan :

Prometasin HCl
Benzalkonium Klorida
Natrium metabisulfit
Dinatrium edetat
NaCl
Aqua p.i
V. Cara Pembuatan
Perhitungan
Dibuat 2 botol tetes mata @ 10 ml
- Volume total
= (n x v) + 10 30% (n x v)
= (2 x 10 ml) + 30% (2 x 10ml)
= 20ml + 6ml
= 26 ml
1. Prometazin HCl
= 2% x 26 ml = 0,52 g = 520 mg
2. Benzalkonium klorida
= 0,01% x 26 ml = 0,0026 g = 2,6 mg
2,6 mg
x 10 ml = 2,6ml (2ml+12tetes)
Pengenceran =
10 ml
3. NaCl
= 0,64 % x 26 ml = 0,1664 g ~ 0,170 g
4. Aqua p.i
ad 100% x 26 ml = 26 ml
-

Nama alat dan cara sterilisasinya:

N
-

= 26 ml (0,52 g + 2,6 ml + 0,170 g)


= 22,71 ml

Alat yang

digunakan
-

Cara

sterilisasi

Beaker

Waktu Sterilisasi
Awal

Akhi
r

12.45

13.45

12.50

13.05

glass,Erlenmeyer, - Oven 150oC selama 1

Corong

jam(FI ed. III hal

glass,Tetes

18)

mata,Pipet tetes.
2

Gelas ukur,Kertas

Autoklaf

saring.

121oC selama 15

menit(FI ed. III hal


18)
-

4
-

Batang pengaduk,

Direndam

spatula,Pinset,Kac

alkohol selama

a arloji,Penjepit

30 menit

besi

Karet tutup tetes

Direbus dalam

mata, karet tutup

air suling 30

pipet tetes

menit

Aqua p.i.

Didihkan 30

12.55

13.25

13.20

13.50

13.00

13.30

menit (FI ed.


III hal 14)

Sterilisasi sediaan
tetes mata
(sterilisasi akhir)

Autoklaf

121C, 15 menit

4.45

5.00

- Cara Pembuatan
1. Buat aqua pro injeksi (aquadest dipanaskan sampai mendidih, setelah
mendidih tutup dengan penyumbat lalu panaskan lagi selama 30 menit
lalu angkat dan dinginkan).
2. Kalibrasi botol tetes mata 10 ml dan kalibrasi beaker gelas 26 ml.
3. Disterilkan semua alat yang digunakan
4. Disiapkan bahan-bahan, timbang
5. Dilarutkan Prometasin HCl dalam aqua p.i secukupnya (larutan A).
6. Dibuat pengenceran Benzalkonium Klorida dengan cara ditimbang
benzalkonium klorida sebanyak 10 mg didalam 10 ml aqua pi.
Kemudian diambil sebanyak 2 ml 12 tetes (larutan B)
7. Larutan NaCl dibuat untuk mendapatkan larutan yang isotonis,
dilarutkan dalam aqua p.i (larutan C)
8. Dicampur semua larutan satu per satu dalam beakerglass yang telah
dikalibrasi.

9. Di cek pH sebelum tanda kalibrasi. (persyaratan pH 5-7,4)


10. Ditambahkan aqua p.i ad 26 ml.
11. Disaaring, masukkan filtrat dalam wadah.
12. Dilakukan uji IPC (Uji Kejernihan dan uji keseragaman volume)
13. Sterilisasi dalam autoklaf pada 121o selama 15 menit.
14. Dilakukan Uji QC (Uji Kejernihan, Keseragam volume, dan kebocoran)
15. Diberi etiket, dikemas, dan diserahkan.
-

VI. EVALUASI
In Process Control

1. Uji kejernihan (Lachman III, hal. 1356)


-

Produk dalam wadah diperiksa di bawah penerangan cahaya yang

baik, terhalang terhadap reflex dari mata, berlatarbelakang hitam dan putih
dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
-

Syarat: semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang

terlihat dibuang dari infus volume besar, batas 50 partikel 10m dan lebih
besar 5 partikel 25 m/ml
- 2.
-

Uji pH (Farmakope Indonesia edisi IV, hal. 1039-1040)


Harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik

(pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya,


electrode indicator yang peka terhadap aktivitas ion hydrogen, electrode
kaca dan electrode pembanding yang sesuai seperti electrode kalomel atau
electrode perak-perak klorida.Uji pH dapat dilakukan menggunakan pH
meter, sebelum digunakan pH meter harus diperiksa elektroda dan
jembatan garam jika ada perlu isi lagi larutan jembatan garam. Untuk
pembakuan pH meter pilih 2 larutan dapar untuk pembakuan yang
mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit. Isi sel dengan salah satu
larutan dapar untuk pembakuan pada suhu larutan ujimya akan diukur.
Pasang kendali suhu pada suhu larutan dan atur kontrol kalibrasi untuk
membuat pH identik. Bila elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan

dapar untuk pembakuan, isi sel dengan larutan tersebut pada suhu yang
sama dengan larutan uji. pH dari larutan dapar ke 2 0.07 unit pH dari
harga yang dalam label yang tertera. Jika penyimpangan terlihat besar,
periksa electroda atau ganti. Ulangi pembakuan hingga ke 2 larutan dapar
untuk pembakuan memberikan harga ph tidak lebih dari 0,02 unit pH dari
harga yang tertera dalam label. Isi sel dengan larutan uji dan baca harga
pH. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan atau pengceneran larutan uji.
Jika hanya diperlukan harga pH perkirakan dapat digunakan indikator dan
kertas indikator.
-

3. Uji Keseragaman Volume (FI ed. IV hal. 1044)


Pilih 1 atau lebih wadah bila volume 1m. Ambil isi tiap wadah

dengan alat suntik hipodemik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali
volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik no. 21
dengan panjang tidak kurang dari 2,5 m. Keluarkan gelembung udara
dari jarum dan alat suntik. Pindahkan isi dalam alat suntik tanpa
mengosongkan bagian jarum ke dalam gelas ukur kering volume tertentu
yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurangkurangnya 40% volume dari kapasitas tertera.
Quality Control
1. Uji Sterilitas (FI ed. IV hal 861)
-

Menggunakan teknik penyaringan membran :

Bersihkan permukaan luar botol, tutup botol dengan bahan

dekontaminasi yang sesuai, ambil isi secara aseptik.


-

Pindahkan secara aseptik seluruh isi tidak kurang dari 10 wadah

melalui tiap penyaring dari 2 rakitan penyaring.Lewatkan segera tiap


spesimen melalui penyaring dengan bantuan pompa vakum/tekanan.
-

Secara aseptik, pindahkan membran dari alat pemegang, potong

menjadi setengah bagian (jika hanya menggunakan satu).Celupkan


membran atau setengah bagian membran ke dalam 100 ml media inkubasi
selama tidak kurang dari 7 hari.

Lakukan penafsiran hasil uji sterilitas.

2. Uji Keseragaman Volume (FI ed. IV hal. 1044)


-

Pilih 1 atau lebih wadah bila volume 1m. Ambil isi tiap wadah

dengan alat suntik hipodemik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali
volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik no. 21
dengan panjang tidak kurang dari 2,5 m.
-

Keluarkan gelembung udara dari jarum dan alat suntik.

Pindahkan isi dalam alat suntik tanpa mengosongkan bagian jarum

kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga
volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari
kapasitas tertera.
3. Uji kadar (FI IV, hal 648)
-

Pipet 1ml injeksi ke dalam labu tentukur 200ml, encerkan dengan

air sampai tanda. Pipet 3ml larutan ini ke dalam corong pisah, tambahkan
10ml air, basakan dengan ammonium hidroksida 6N. Ekstraksi beberapa
kali, tiap kali dengan 5ml kloroform P, dan uapkan ekstrak hingga kering.
Larutkan residu dalam asam klorida 0.1N, encerkan dengan pelarut yang
sama hingga 100.0ml (larutan uji).ukur serapan larutan uji dan larutan
baku dalam papaverin hidroksida BPFI dengan kadar lebih kurang 4.5g
per ml dalam asam klorada 0.1N. hitung jumlah dalam mg,
C20H21NO4.HCl, dalam injeksi yang digunakan dengan rumus:
-

6.67 C (Au/As)
C adalah kadar papaverin HCl BPFI dalam g per ml larutan baku;

Au dan As berturut-turut adalah serapan larutan uji dan larutan baku.


-

Syarat: mengandung C20H21NO4.HCl tidak kurang dari 95,0% dan

tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
4. Uji pirogenitas (FI IV, hal 908)
-

Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji

pirogen dan dengan kondisi lingkungan yang sama dengan ruang


pemeliharaan , bebas dari keributan yang menyebabkan kegelisahan.
Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian. Minum dibolehkan
pada setiap saat, tetapi dibatasi pada saat pengujian. Apabila pengujian
menggunakan termistor, masukan kelinci ke dalam kotak penyekap
sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar
sehingga dapat duduk dengan bebas. Tidak lebih dari 30 menit sebelum
penyuntikan larutan uji, tentukan suhu awal masing-masing kelinci yang
merupakan dasar untuk menentukan kenaikan suhu. Beda suhu tiap kelinci
dalam satu kelompok tidak boleh lebih dari 1 o dan suhu awal setiap kelinci
tiak boleh lebih dari 39,8o.
-

Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi, suntikan

10ml per kg bobot badan, melalui vena tepi telingga 3 ekor kelinci dan
penyuntikan dilakukan dalam waktu 10 menit. Larutan uji berupa sediaan
yang bila perlu dikonstitusi seperti yang tertera pada etiket maupun bahan
uji yang diperlakukan seperti yang tertera pada masing-masing monografi
dan disuntikan dengan dosis seperti yang tertera. Untuk uji pirogen alat
atau perangkat injeksi, gunakan sebagai larutan uji hasil cucian atau
bilasan dari permukaan alat yang berhubungan langsung dengan sediaan
parenteral, tempat penyuntikan atau jaringan tubuh pasien. Semua larutan
harus bebas dari kontaminasi, hangatkan larutan pada suhu 37 O 20
sebelum penyuntikan. Rekam suhu berturut-turut antara jam kesatu dan
jam ketiga setelah penyuntikan dengan selang waktu 30 menit.
-

Syarat:sediaan memenuhi syarat apabila tak seekor kelincipun

menunjukan kenaikan suhu 0,5O atau lebih. Jika ada kelinci menunjukan
kenaikan suhu 0,5O atau lebih, lanjutkan pengujian dengan menggunakan 5
ekor kelinci. Jika tidak lebih dari 3 ekor dari 8 ekor kelinci masing-masing
menunjukan kenaikan suhu 0,5O atau lebih dan jumlah kenaikan suhu
maksimum 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3OC sediaan dinyatakan bebas
dari pirogen.
-

5. Uji Kebocoran (Lachman Hal. 1354)


-

Letakkan vial didalam zat warna (biru metilen 0,5 1,0 %) di

dalam ruang vakum.Tekanan atmosfer berikutnya menyebabkan zt warna


berpenetrasi kedalam lubang dapat dilihat setelah vial dicuci untuk
membersihkan zat warnanya.Masing-masing vial diletakkan dalam
keadaan terbalik. Dilihat apakah ada larutan obat yang merembes keluar
ampul.
6. Uji Kejernihan (Lachman III Hal. 1358)
- Produk dalam wadah diperiksa dibawah penerangan cahaya yang baik,
terhalang terhadap reflek mata, berlatar belakang hitam dan putih, dengan
rangkaian isi dijalankan dengan sesuatu aksi memutar.Syarat : semua
wadah diperiksa secara visual dan bahan tiap partikel yang terlihat dibuat.
Batas 50 partikel 10 m dan lebih besar atau sama dengan 20 m per ml.
-

VII. DAFTAR PUSTAKA


1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi
III. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: 1979.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi

IV. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: 1995.


3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi
V. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: 2014.
4. Evory MC, Gerald K. Drug Information. USA: American Society of
Health-System Pharmacist; 2003.
5. Kibbe, Arthur H. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Fifth edition.
Washington D.C: American Pharmaceutical Association.
6. Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Edisi ketiga. Jakarta: UI-press; 1994.
7. Reynolds JEF, Martindale The Extra Pharmacopoeia. 28th edition. London:
The Pharmaceutical Press; 1982.
8. Sprowls, JB. Prescription Pharmacy. Second edition. Philadelphia: J.B.
Lippincott Company; 1970.
9. Turco S, King RE. Sterile Dosage Forms. Second edition. Philadelphia:
Lea & Febiger: 1979.
10. Trissels, Lawrence A. Handbook on Injectable Drugs. 11th Edition.
11. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai