Disusun oleh:
Kelompok E1-4
2013210228
Shella Yolanda S.
2013210230
Siti Fatimah
2013210235
Tri Kumala N
2013210250
Vincent Pratama
2013210259
2013210265
Ruri Handayani
2014212194
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2016
JUDUL PRAKTIKUM
Larutan Injeksi Difenhidramin HCl dalam Ampul
I.
PENDAHULUAN
Histamin adalah sebuah protein yang menggunakan sistem kekebalan tubuh
untuk membantu melindungi sel-sel tubuh terhadap infeksi. Sistem kekebalan
tubuh adalah pertahanan alami tubuh terhadap penyakit dan infeksi.
Histamin dihasilkan oleh bakteri yang mengkontaminasi ergot.
Dihistamin juga ditemukan pada berbagai jaringan tubuh, oleh karena itu
diberi nama histamin (histos= jarigan)
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin
(penghambatan saingan). Secara farmakologi reseptor histamin dapat dibagi
dalam dua tipe , yaitu reseptor-H1 da reseptor-H2.
Berdasarkan penemuan ini, antihistamin juga dapat dibagi dalam dua
kelompok, yakni antagonis reseptor-H1 (singkatnya disebut H1-blockers atau
antihistaminika) dan antagonis reseptor H2 (H2-blockers atau zat
penghambat-asam)
Difenhidaramin
adalah
turunan
etanolamin,
generasi
pertama
memberikan efek yang cepat pada pasien yang mengalami alergi dengan
diberikan melalui jalur parenteral. Dengan jalur parenteral, difenhidramin
HCl langsung masuk ke dalam sirkulasi sistermik, dimana melalui jalur ini
obat tidak memerlukan waktu untuk melalui sistem pencernaan (jalur oral)
sehingga obat dapat langsung memberikan efek.
HCl
diberikan
secara
parenteral/injeksi.
Injeksi
II.
DATA PREFORMULASI
a. Zat aktif
Nama
Cara
Khasiat/dosis
Cara
zat aktif
Difenhidramin
Stabilitas
Pemerian:
sterilisasi
Autoklaf atau Khasiat :
penggunaan
Injeksi IV
HCl
filtrasi
Antihistamin
atau IM
Rumus Molekul
tidak berbau
Martindale
Dosis:
C17H21NO.HCl
Kelarutan:
28 hal 131
10-50 mg
Bobot Molekul
meskipun
291,82
dapat diberikan
Pustaka :
100 mg dan
FI V hal. 315,
maksimum 400
Martindale 28th
(1:2)( Martindale
mg diberikan
hal 131,
dalam 24 jam.
USP 37 2014
(Drug
hal.2655
(USP 37 2014
Information 88
hal.2655)
hal 17)
pH sediaan : 5-6
(Drug Information 88
hal 16)
Stabilitas:
Difenhidramin
HCl
di
ruang
dalam
yang
temperaturnya terjaga
(25-30OC)
(Drug Information 88
hal 16)
OTT
Amphotericin,
cephalotion sodium,
pentobarbitone
sodium,
phenobarbitone
sodium,
quinalbarbitone
sodium, thiopentone
sodium dan
hydrocortisone
sodium succinate.
Penyimpanan
Dalam wadah dosis
tunggal terlindung
dari cahaya
b. Zat aditif
Fungsi zat
Nama zat
aditif
Zat pembawa
Aqua pro
injeksi
injeksi
Sifat fisika
kimia
Pemerian:
Konsentra
Cara
si
-
sterilisasi
-
Alasan
pemilihan
Bersifat inert
Cairan jernih
sehingga tidak
tidak berwarna,
akan
Pustaka :
tidak berbau,
mempengaruhi
tidak berasa
zat lain.
FI IV hal 112
dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik serta harus mempunyai
tingkat kemurnian tinggi. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam
penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan
semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologi. (lachman, hal
1292).
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan
steril. Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta
sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup.
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas
dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya ini termasuk sediaan parenteral,
mata dan irigasi. (Lachman ed 3 hal 1292)
Injeksi merupakan terapi parenteral. Terapi parenteral memiliki beberapa
keuntungan
penting
dibandingkan
enteral.
Sejak
pemilihan
tempat
memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya
adalah 1, 2, 5, 10, 20, kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah
wadah takaran tunggal oleh karena total jumlah cairannya ditentukan oleh
pemakaiaannya yaitu untuk 1 kali injeksi. (R.Voight hal 464).
Dipilih rute pemberian secara intravena dikarenakan pemberian secara
intravena menghasilkan efek yang lebih cepat dibandingkan dengan
pemberian secara intramuskular. Hal tersebut diharapkan memberikan respon
yang cepat mengingat gejala yang ditimbulkan alergi sangat tidak
menyenangkan, sehingga diperlukan efek yang cepat. Selain itu, rute
pemberian melalui intravena tidak mengalami first pass metabolisme di hati.
Dipilih
volume
ampul
sebanyak
ml
dikarenakan
kelarutan
Difenhidramin HCl yang sangat mudah larut dalam air (1 g larut dalam 1 ml
air) sehingga tidak diperlukan jumlah pelarut yang terlalu banyak.
Dipilih dosis Difenhidramin HCl sebesar 10 mg yang merupakan dosis
terendah dari Difenhidramin HCl dalam penggunaan parenteral (Dosis untuk
parenteral 10-50 mg) dikarenakan dengan dosis yang terendah pun
Difenhidramin sudah dapat memberikan efek sebagai antihistamin.
a. Terapi parenteral diperlukan untuk obat yang tidak efektif idak secara
oral atau akan rusak oleh sekresi saluran cerna seperti insulin, hormon
lain dan antibiotika.
b. Pengobatan untuk pasien yang tidak koperatif atau tidak sadar harus
diberikan melalui injeksi.
c. Permberian obat secara parental dapat pula memberikan efek local jika
diperlukan.
Syarat-syarat sediaan parental: (Sediaan Farmasi Steril Goeswin Agoes
hal 15)
a. Aman secara toksikologi.
b. Steril, bebas dari kontaminasi mikroorganisme, baik bentuk
vegetatif, patogen, spora dan non patogen
c. Bebas dari kontaminasi pirogen.
d. Bebas dari partikel partikulat asing.
e. Stabil, tidak hanya secara fisika dan kimia, tapi juga secara
mikrobiologi.
Pemberian obat secara intravena menghasilkan kerja obat yang cepat
dibandingkan dengan cara-cara pemberian lain dan karena absopsi obat
tidak menjadi masalah, maka tingkatan darah optimum dapat dicapai
dengan ketetapan dan kesegaran yang tidak mungkin didapat dengan caracara lain. Pada keadaan gawat, pemberian obat-obat ntravena dapat
menjad cara yang menyelamtkan hidup karena penempatan obat langsung
kesirkulasi darah dan kerja obat yang cepat terjadi. Sebaliknya, sekali obat
diberikan leat intravena maka obat itu tidak dapat ditarik lagi, ini
merupakan keburukan obat lewat intravena.
obat langsung masuk ke dalam aliran darah dan tidak melalui proses
metabolisme di saluran pencernaan.
Difenhidramin memiliki kelarutan mudah larut dalam air, sehingga
cukup dengan menggunakan air difenhidramin dapat larut dengan baik.
Pada formula tidak digunakan bahan tambahan berupa pengawet karena
sediaan injeksi dalam ampul merupakan dosis tunggal yang digunakan
sekali pakai. Difenhiframin stabil pada pH yang netral dan menggunakan
pelarut air yang memiliki Ph netral, sehingga tidak membutuhkan dapar
dalam formulasinya.
3. Farmakologi
Difenhidramin HCl termasuk antihistamin golongan etanolamin
yang mempunyai khasiat antara lain dapat berefek sebagai antihistamin
yaitu dapat mengatasi reaksi alergi, berefek sedatif yang dapat
menguntungkan bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit ataupun pasien
yang perlu banyak tidur, berefek sebagai antikolinergik dan juga
antiemetik. Disamping itu difenhidramin HCl dapat mengatasi paralisis
agitans, mengurangi rigiditas dan memperbaiki kelainan pergerakan.
Setelah pemberian oral atau parenteral, difenhidramin HCl
diabsorpsi secara baik. Untuk mengatasi reaksi alergi, maka diharapkan
obat tersebut langsung dapat memberikan efek sehingga rasa gatal, sakit,
bercak merah, dan udem dapat langsung diatasi. Untuk dapat memberikan
efek yang cepat biasanya diphenhidramin HCl diberikan secara
parenteral/injeksi. Injeksi diphenhidramin HCl dapat diberikan secara
intravena maupun intramuskular.
a. Farmakodinamik
Difenhidramin ini memblokir aksi histamin, yaitu suatu zat dalam tubuh
yang menyebabkan gejala alergi. Difenhidramin menghambat pelepasan
histamin (H1) dan asetilkolin (menghilangkan ingus saat flu). Hal ini
memberi efek seperti peningkatan kontraksi otot polos vaskular, sehingga
mengurangi kemerahan, hipertermia dan edema yang terjadi selama reaksi
FORMULA
1. Formula Dasar (Handbook of Injectable Drugs 10th Edition hal.
399)
Tiap mL mengandung:
Difenhidramin HCl
50 mg/ml
Aqua pro injection
ad 1 mL
2. Rencana Formula (Drug Information 88 hal.17)
Tiap mL mengandung:
Difenhidramin HCl
10 mg
Aqua pro injection
ad 1 mL
RANCANGAN FORMULA (Drug Information 88 hal.17)
Latar belakang penetapan formula
1) Difenhidramin HCl
Difenhidramin HCl berfungsi sebagai penekan batuk dan mempunyai
efek antihistamin (antialergi) dan mempunyai manfaat mengurangi
batuk kronik pada bronkitis. Memiliki efek samping yaitu pengaruh
pada kardiovaskular dan SSP seperti sedasi, sakit kepala, gangguan
psikomotor, gangguan darah, gangguan saluran cerna, reaksi alergi,
efek antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, pandangan
kabur dan gangguan saluran cerna, palpitasi dan aritmia, hipotensi,
reaksi hipersensitivitas, ruam kulit, reaksifotosensitivitas, efek
ekstrapiramidal,
bingung,
depresi,
gangguan
tidur,
tremor,
10 mg
ad 1 ml
a. Alat:
b. Bahan:
1. Beaker glass
1. Difenhidramin HCl
2. Erlenmayer
3. Corong glass
4. Ampul 1 mL
5. Kertas saring
6. Gelas ukur
7. Batang pengaduk
8. Spatula
9. Pinset
10. Kaca arloji
11. Pipet tetes
12. Penjepit besi
V.
PEMBUATAN
a. Perhitungan
Rumus Perhitungan volume
V = ((n+2) v + (2x3)) mL
Keterangan n
v
= jumlah ampul
= volume ampul + kelebihan volume
= ((n+2) v + (2x3)) mL
= [(10+2) x(1+ 0,1 mL) + (2x3)] mL
= [12 x 1,10 + 6] mL
= 19,2 ml 19,5 ml
Total Difenhidramin HCl = 19,5 mL
1 mL
= 195 mg
a. Penimbangan
Difenhidramin HCl = 19,5 mL x 10 mg
1 ml
= 195 mg
x 10 mg
Bobot Teoritis
195 mg
Ad 19,5 mL
b. Cara Kerja
Prinsip: sterilisasi akhir dengan autoklaf
1.
2.
3.
4.
masing-masing alat.
Dikalibrasi beaker glass ad 19,5 mL dan ampul 1,1 mL
Buat aqua pi dengan cara :
- Aquadest disaring dengan kertas saring lalu masukkan ke dalam
erlenmeyer
- Tutup erlenmeyer dengan sumbat kasa lalu didihkan selama 30
arloji
Dilarutkan Difenhidramin HCl dengan aqua pi, sampai mendekati
7.
8.
9.
(dispensasi syring)
10. Ditutup ampul dengan menggunakan alat Rotary Sealing Ampoule
Cara tarikan yang merupakan cara terbaik yaitu dengan semburan
nyala api, diarahkan pada bagian tengah leher ampul. Setelah gelas
melunak, bagian atas leher dijepit dengan menggunakan sebuah pinset
(pada kerja manual) atau dilakukan dengan alat khusus (masinel)
kemudian ditarik keatas sehingga ampul dapat ditutup. (Voight hal
460-470).
11. Dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf 121oC selama 15
menit.
12. Dilakukan
evaluasi
QC
yaitu
uji
sterilitas,
uji
kejernihan,
Cara Sterilisasi
Waktu
Literatur
1 jam
FI III hal 18
15 menit
FI III hal 18
30 menit
Disinfection
saring
Batang pengaduk, kaca Alkohol
arloji, pinset, spatula,
sterilitation
penjepit besi
and
preseruation
vol
Didihkan
dalam 15 menit
hal
225
FI III hal 18
aquadest
Sediaan akhir ampul
Autoklaf 121C
15 menit
Martindle
28 hal 1311
VIII. EVALUASI
a.
In Process Control
1. Uji Kejernihan ( Lachman III, hal 1356 )
Pengamatan secara visual dengan menggunakan latar hitam-putih, harus
bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata, yaitu partikel
yang berukuran 30-40 m
2. Uji pH ( FI ed IV, hal 1039-1040)
Cara :
Penetapan pH sediaan menggunkan alat pH meter. Sebelum digunakan
pH meter dibakukan dahulu dengan larutan dapar air, kemudian
digunakan untuk mengukur pH larutan. Keasaman dapat diukur
perbandingan
permukaan
dengan
kedalaman
media
sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari setengah bagian atas media yang
mengalami perubahan warna sebagai indikasi masuknya oksigen pada
akhir masa inkubasi. Sterilisasi dalam autoklaf. Jika lebih dari sepertiga
bagian atas terjadi warna merah muda, media dapat diperbaiki satu kali
dengan pemanasan di atas tangas air atau dalam uap yang mengalir bebas
hingga warna merah muda hilang. Media siap digunakan jika tidak lebih
dari sepersepuluh bagian atas media berwarna merah muda. Gunakan
media tioglikolat cair untuk inkubasi dalam kondisi aerob.