Anda di halaman 1dari 17

INJEKSI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

1. Aileen (202051017)
2. Arum Dewi Wijayanti (202051030)
3. Dumora Bertine (202051046)
4. Ernawati (202051051)
5. Fitri Dewi Julianti (202051061)
6. Ina Mutiara (202051068)
7. Nurul Aliyah (202051111)
8.http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Riki Apriadi (202051129)
INJEKSI
Farmakope edisi IV
Injeksi adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100 mL
atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang
bisa diberikan secara intravena.

Farmakope Edisi VI
Sediaan parenteral adalah sediaan yang ditujukan untuk
penyuntikan melewati kulit atau batas jaringan eksternal
lain, dimana zat aktif yang diberikan dengan adanya
gravitasi atau kekuatan, mengalir langsung ke pembuluh
darah, organ, atau jaringan.
KETENTUAN SEDIAAN INJEKSI
DALAM PELAYANAN RESEP

 Ada permintaan tertulis dari dokter


 Memiliki kelengkapan resep sesuai peraturan
 Sediaan injeksi hanya bisa diberikan di instalasi yang memiliki
tenaga professional dalam pemberiannya.
 Diberikan label “OBAT SUNTIK” di etiketnya
 Disimpan sesuai ketentuan yang tercantum dalam setiap sediaan
injeksi
Keuntungan Sediaan Injeksi
 Obat memiliki onset (mulai kerja) yang cepat
 Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna
 Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinalis dapat dihindarkan
 Memberikan efek yang cepat
 Tidak melalui First Pass Effect
 Dapat diberikan apabila penderita dalam keadaan tidak dapat bekerjasama
dengan baik, tidak sadar, atau tidak dapat dengan cara pemberian lain
(seperti oral)
 Kadar obat didalam darah yang hasilnya lebih bisa diramalkan
 Dapat diberikan untuk obat yang rusak /tidak diabsobsi dalam sistem saluran
cerna contoh: insulin (protein drug)
Kekurangan Sediaan Injeksi
 Harus dilakukan oleh personel yang terlatih
 Pemberian obat secara injeksi sangat berkaitan dengan ketentuanprosedur aseptik
 Rasa nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak selalu dapat dihindari
 Bila obat telah diberikan secara injeksi, sukar sekali untuk menghilangkan/merubah efek
fisiologisnya karena obat telah berada dalam sirkulasi sistemik
 Harganya relatif lebih mahal
 Masalah lain dapat timbul pada pemberian obat secara injeksi seperti septisema, infeksi
jamur, inkompatibilias karena pencampuran sediaan parenteral dan interaksi obat
 Persyaratan sediaan injeksi tentang sterilitas, bebas dari partikel partikulat, bebas dari
pirogen, dan stabilitas sediaan parenteral harus disadari oleh semua personel yang
terlibat.
 
HAL HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM SEDIAAN INJEKSI

A. Bahan Aktif
1. Kelarutan 0
2. pH stabilitas
3. Stabilitas zat aktif
B. Dosis
C. Pelarut
D. Bahan Tambahan (Sumber FI ed
VI hal 51)
E. Pembawa
CONTOH RESEP

Untuk pasien Atas nama Ny. Hani Evasari Umur 34 Th , Mendapatkan Resep
1(satu) macam obat yaitu :
R/ nicardipine 1 ampul
Dengan cara pakai i.m.m (in manum medici) berikan pada dokter atau di
tangan dokter.
Karena di Rumah sakit tersebut tidak tersedia obatnya, Pihak Farmasi
melakukan tindakan menghubungi dokter untuk konfirmasi pergantian obat
yang tersedia dengan kandungan yang sama, contohnya Tensilo. Karena
sudah mendapat persetujuan dari dokter maka obat diganti dengan Tensilo.
Obat ini memiliki efek untuk mengurangi frekuensi terjadinya angina.
CONTOH RESEP

Dikerjakan Sesuai Perintah Resep :


Untuk pasien atas nama Ny. Adriana Murniati P umur 38 th, Mendapatkan
Resep 1 (satu) golongan Narkotika .
Golongan obat ini untuk pengambilannya dicatat di Red Book, lalu dicap H.A
(High Alert) yang pemakaiannya dalam pengawasan, juga diberi cap V2
yaitu verifikasi oleh orang kedua/pengecekan kembali
R/ Pethidin ampul 1
Dengan cara pakai pemakaian diketahui.
Obat ini mempunyai efek untuk penahan saki t.
CONTOH RESEP

Dikerjakan Sesuai Perintah Resep :


Untuk pasien atas nama By. Elizabeth Meifani Lamsundy. Umur ( baru lahir )
Mendapatkan resep 2 macam obat dan 1 alat kesehatan
R/Vaksin ENGERIX B 10 MCG/0,5 ML VACCINE (PED) 1 ampul
Di resep tanpa keterangan di berikan dosis kecil karena bayi baru lahir
Cara pakai i.m.m (in manum medici) artinya berikan pada dokter atau di tangan
dokter.
Vaksin ini adalah Vaksin Hepatitis B yang diberikan dalam waktu 24 jam setelah bayi
lahir.
R/ Vitadion Injeksi 1 ampul
Cara pakai i.m.m ( in manum medici ) artinya berikan pada dokter atau di tangan
dokter.
Obat ini berfungsi membantu proses pembekuan darah dan mencegah pendarahan
yang bisa terjadi pada bayi. Karena bayi baru lahir memiliki jumlah Vitamin K sangat
sedikit dalam tubuhnya.
Terakhir diminta Face shield 1 (alat kesehatan untuk pelindung wajah)
HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN
DENGAN SEDIAAN INJEKSI YANG
PERLU DIBAHAS
A. Air untuk injeksi
 Air yang digunakan untuk injeksi harus memenuhisyarat
kimia dan fisikayaitu :
1. Bebas mikroba
2. Bebas pirogen
3. pH =5,0-7,04.Jernih
4. Tidakberwarna
5. Tidak berbau
6. Bebas partikel
HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN
DENGAN SEDIAAN INJEKSI YANG
PERLU DIBAHAS
 
B. Formulasi Injeksi
Bahan-bahan yang diperlukan pada pembuatan sediaan
injeksi terdiri dari:
1. Bahan aktif (obat)
2. Bahan tambahan, terdapat dua macam yaitu esensial
dan non esensial
3. Bahan pembawa/pelarut
C. Jenis-jenis bahan tambahan yang digunakan
pada formulasi sediaan injeksi adalah:
 
1. Antioksidan
2. Antimikroba
3. Buffer
4. Gas inert
5. Chelating agent
6. Protectant
7. Solubilizing agent
8. Surfaktan
9. Tonisity adjusting agents
D. Peralatan utama yang diperlukan pada pembuatan
sediaan injeksi antara lain:
 
 Peralatan mixing
 Mat sterilisasi
 Laminar air flow
 Peralatan pengemas

E. Terdapat dua macam metode pembuatan sediaan


Injeksi steril :
 Nasterilisasi /sterilisasi akhir/ terminally sterilized
dimana Proses ini dilakukan apabila bahan-bahan
yang digunakan tidak tahan terhadap pemanasan.
 Aseptis, Proses ini dilakukan apabila bahan-bahan
yang digunakan tidak tahan terhadap pemanasan.
F. Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan terhadap :
• Alat
• Bahan
• Sediaan jadi
• Lingkungan
Beberapa metoda sterilisasi yang biasa digunakan adalah :
 Kimia, misalnya menggunakan ethilen oxide dan
formaldehid
 Fisika, misalnya radiasi, pemanasan(panas besah dan
panas kering)
 Filtrasi, menggunakan filter dengan 0,2 µ
Sterilisasi untuk sediaan injeksi dalam Farmakope Indonesia Ed V dan VI tidak ditemukan oleh karena itu tim
penulis menyadur dari Edisi III dan IV.

A. Menurut FI ed III (hal. 18)


1. Cara A yaitu pemanasan secara basah : otoklaf pada suhu 115 C – 116 C selama 30 menit)
2. Cara B yaitu dengan penambahan bakterisida
3. Cara C yaitu dengan penyaring bakteri steril
4. Cara D yaitu pemanasan kering ; Oven pada suhu 150 C selama satu jam dengan udara panas
5. Cara Aseptik.

B. Menurut FI ed IV (hal. 1112)


1. Sterilisasi Uap, menggunakan uap jenuh di bawah tekanan berlangsung di suatu bejana yang disebut otoklaf.
Suatu siklus otoklaf yang ditetapkan dalam farmakope, untuk media atau pereaksi adalah selama 15 menit, 121 C,
kecuali dinyatakan lain
2. Sterilisasi Panas Kering, biasanya dilakukan dengan suatu proses bets dalam suatu oven yang didesain khusus
untuk tujuan tersebut
3. Sterilisasi Penyaring Bakteri, suatu cara yang baik untuk menghindari pemanasan, namun perlu perhatian
khusus dalam pemilihan, perakitan dan penggunaan alat-alat. Sedapat mungkin gunakan penyaring steril 1x pakai.
( FI IV hal 13)
4. Sterilisasi Gas, sebagai alternatif dari sterilisasi termal sering dilakukan jika bahan yang akan disterilkan tidak
tahan terhadap suhu tinggi pada proses sterilisasi uap atau panas kering. Bahan aktif yang umumnya digunakan
pada sterilisasi gas adalah etilen oksida dan dapat dipakai yaitu formaldehid
5. Sterilisasi Radiasi Ion, yaitu dengan menggunakan radiasi ion.
6. Teknik Aseptis
G. Kontrol kualitas
Kontrol kualitas terhadap sediaan injeksi meliputi:
1. Steril
2. Larutan jernih/tidak berwarna
3. Bebas partikel
4. Isotonis
5. Isohidris
6. Ada keseragaman volume
7. Kadar zat aktif sama
8. Bebas pirogen
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai