Penyusun :
Fadhlil M Fajarianto
Muhammad Faisal Fakhri
Muhammad Gunawan Hendro Martoyo
PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA
2015 / 2016
STATEMENT OF AUTHORSHIP
Saya/kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir
merupakan murni hasil dari pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain
yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini belum/tidak pernah dasajikan/digunakan sebagai bahan makalah/tugas pada
mataajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan
dengan jelas menggunakanya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Nama
: Fadhlil M Fajarianto
NPM
: 1406645286
Tanda Tangan
Nama
NPM
: 1406645752
Tanda Tangan
Nama
NPM
: 1406645765
Tanda Tangan
Mata Kuliah
Judul Makalah
Tanggal
Dosen
DAFTAR ISI
STATEMENT OF AUTHORSHIP..........................................................................................I
DAFTAR ISI............................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1
Latar Belakang.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1.
2.2.
2.3
2.4
2.5
Posisi Dominan............................................................................................................9
2.6
2.7
2.8
Sanksi........................................................................................................................15
2.9
Pidana Pokok.............................................................................................................16
Kesimpulan................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam rangka penegakan hukum dalam persaingan usaha di Indonesia,
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. UndangUndang ini mengatur aturan tentang larangan praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat.
Peraturan UU yang dikeluarkan ini bertujuan untuk terciptanya
pembangunan ekonomi yang sehat dan mengarahkan kepada terwujudnya
kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Setiap warga negara akan memiliki kesempatan yang sama dalam melakukan
usaha dan memberikan partisipasi yang baik bagi pertumbuhan ekonomi negara.
Dalam pelaksanaannya, terdapat komisi yang mengawasi persaingan usaha
di Indonesia. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) diamanatkan dalam
Pasal 35 huruf f UU No.5/1999 mempunyai tugas untuk menyusun pedoman dan
atau publikasi berkaitan dengan UU No. 5/1999.
Dalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang larangan praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sesuai dengan Undang-Undang No 5
Tahun 1999, mulai dari pengertian monopoli, perjanjian-perjanjian yang dilarang,
komisi pengawas persaingan usaha, dan denda bagi pelanggar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok
pelaku usaha, sedangkan praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi
oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan
atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antarpelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.
2.2.
2.3
Oligopoli
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
Penetapan Harga
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang
harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan
yang sama. Ketentuan ini tidak berlaku bagi:
a) suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan; atau
b) suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku.
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan
pembeli yang satu harus membayar dengan harga yang berbeda dari harga
yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan atau jasa yang
sama. Pelaku usaha juga dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha pesaingnya untuk menetapkan harga di bawah harga pasar, yang
dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
lain yang memuat persyaratan bahwa penerima barang dan atau jasa tidak
3
akan menjual atau memasok kembali barang dan atau jasa yang
diterimanya, dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang telah
diperjanjikan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha
tidak sehat.
3.
Pembagian Wilayah
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
Pemboikotan
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha
Kartel
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha
6.
Trust
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
7.
Oligopsoni
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
Integrasi Vertikal
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
Perjanjian Tertutup
5
Persaingan Usaha Tidak Sehat kegiatan yang dilarang diatur dalam pasal 17
sampai dengan pasal 24. Undang undang ini tidak memberikan defenisi
kegiatan,seperti halnya perjanjian. Namun demikian, dari kata kegiatan kita
dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kegiatan disini adalah
aktivitas,tindakan secara sepihak. Bila dalam perjanjian yang dilarang merupakan
perbuatan hukum dua pihak maka dalam kegiatan yang dilarang adalah
merupakan perbuatan hukum sepihak.
Adapun kegiatan kegiatan yang dilarang tersebut yaitu :
1
atau
mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam
Penguasaan pasar
7
tidak sehat.
Persekongkolan
Adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha
dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar
bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol (pasal 1
angka 8 UU Nomor 5 Tahun 1999)
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. (UU No. 5 Tahun
1999 Pasal 22)
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan
sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat. (UU No.5 Tahun 1999 Pasal 23)
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku
usaha pesaingnya dengan maksud agar barang dan atau jasa yang
ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik
dari jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan. (UU
No. 5 Tahun 1999 Pasal 24)
2.5
Posisi Dominan
Artinya pengaruhnya sangat kuat, dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang
dalam kaitan dengan pangsa yang dikuasai atau pelaku usaha mempunyai posisi
tertinggi diantara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan
kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan, penjualan, serta
kemampuan untuk menyesuaikan pasokan dan permintaan barang atau jasa
tertentu.
Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk:
a
b
c
satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50% (lima
puluh persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu;
atau
dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75%
(tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau
jasa tertentu.
1
Jabatan Rangkap
Dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dikatakan
Secara bersama dapat mengusai pangsa pasar barang dan atau jasa
tertentu, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
10
tidak sehat;
menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan
Undang-undang ini;
memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.
menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang
dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat;
melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau
tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
11
sehat;
memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
ini;
meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,
saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf
diperlukan.(pasal 39 UU 5 1999)
Pelaku usaha dan atau pihak lain yang diperiksa wajib menyerahkan alat
bukti yang diperlukan dalam penyelidikan dan atau pemeriksaan. Pelaku
usaha dilarang menolak diperiksa, menolak memberikan informasi yang
diperlukan dalam penyelidikan dan atau pemeriksaan, atau menghambat
5 1999)
Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pelaku usaha menerima
pemberitahuan putusan Komisi, pelaku usaha wajib melaksanakan putusan
tersebut dan menyampaikan laporan pelaksanaannya kepada Komisi.
Pelaku usaha dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri
selambat-lambatnya
14
(empat
belas)
hari
setelah
menerima
13
14
2.8
Sanksi
Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif
sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal 16; dan atau
perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal
f
g
2.9
Pidana Pokok
Pada Pasal 48 UU 5 1999 menerangkan pidana pokok bagi pelanggar UU
ini. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14,
Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana
denda serendah-rendahnya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah)
dan setinggitingginya Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.
Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15,
Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-undang ini diancam
pidana denda serendah-rendahnya Rp 5.000.000.000,00 ( lima miliar rupiah) dan
setinggi-tingginya
15
Pelanggaran
Pasal 4, Pasal 9-14, Pasal 16-19, Pasal 25,
Paasl 27, Pasal 28
Denda Pidana
Min = Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima
miliar rupiah
Max = Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah)
Pasal 41
16
a
b
tahun; atau
Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya
kerugian pada pihak lain
Yang dikecualikan dari ketentuan undang-undang ini adalah (Pasal50):
indonesia; atau
Perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor yang tidak
h
i
dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup orang
banyak serta cabang-cabang produksi yang penting bagi negara diatur dengan
undang-undang dan diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dan atau
badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh Pemerintah. (Pasal 51)
17
18
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Terdapat beberapa praktek yang akan merugikan tiap warga negara dalam
19
DAFTAR PUSTAKA