Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

A. Judul
Difraksi
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh jarak antar celah pada pembentukan pola difraksi pada celah
ganda?
2. Bagaimana pengaruh lebar celah pada pembentukan pola difraksi pada celah ganda?
3. Bagaimana pengaruh jumlah celah terhadap pembentukan pola difraksi?
4. Berapa nilai panjang gelombang laser, melalui percobaan difraksi pada celah
tunggal dan kisi?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami pengaruh jarak antar celah pada pembentukan pola
difraksi pada celah ganda.
2. Mahasiswa dapat memahami pengaruh lebar celah pada pembentukan pola difraksi
pada celah ganda.
3. Mahasiswa dapat memahami pengaruh jumlah celah terhadap pembentukan pola
difraksi.
4. Mahasiswa dapat menentukan panjang gelombang laser, melalui percobaan difraksi
pada celah tunggal dan kisi.
D. Teori Singkat
Difraksi adalah fenomena gelombang, difraksi didasarkan pada penyebaran
gelombang ketika menghadapi kendala atau melalui sedikit kendala.Difraksi terjadi pada
semua jenis gelombang, dari gelombang suara, gelombang pada permukaan cairan dan
gelombang elektromagnetik seperti cahaya dan gelombang radio. Hal ini juga terjadi
ketika sekelompok gelombang merambat dalam ukuran terbatas, misalnya karena
difraksi, sinar sempit dari gelombang cahaya dari laser akhirnya menyimpang dalam
balok yang lebih luas pada jarak dari emitor. Perbandingan antara difraksi dan pola
interferensi yang dihasilkan oleh celah ganda (atas) dan lima celah (bawah) ( Haliday,
1999: 104).
Dalam spektrum elektromagnetik sinar-X memiliki panjang gelombang sama
dengan jarak interatomik dalam bidang ini. Hal ini dimungkinkan oleh karena itu untuk
menggunakan difraksi sinar-X sebagai metode untuk menjelajahi sifat dari struktur
kristal. Difraksi oleh struktur kristal memverifikasi hukum Bragg ( Haliday, 1999: 105).
Apabila cahaya datang pada celah tunggal yang lebarnya a, pola intensitas pada
layar yang jauh menunjukkan maksimum difraksi tengah yang luas yang mengecil
menjadi nol pada suatu

yang diberikan oleh :

a sin
besaran a sin

=n

.............................................(1)

merupakan perbedaan lintasan antara sinar cahaya yang meningalkan

bagian atas celah dan sinar yang meninggalkan bagian bawah celah. Pada setiap sisi
maksimum tengah terdapat maksimal sekunder dengan intensitas yang jauh lebih lemah
(Herman, 2015: 26).

Gambar 1. Difraksi celah tunggal


Pola difraksi interferensi Fraunhofer dua celah sama dengan pola interferensi
untuk dua celah sempit yang dimodulasi oleh pola difraksi celah tunggal.

Gambar 2. Skema ilustrasi difraksi pada celah ganda


Pada jarak yang sangat jauh dari celah, garis-garis dari kedua celah ke satu titik P
dilayar akan hampir sejajar, dan perbedaan lintasan , seperti yang ditunjukkan pada
Gambar diatas.
Sebuah daerah gelap terjadi bila mana

a
2

sin
= 2

, atau sin

a . Tanda dalam persamaan mengatakan bahwa daerah-daerah yang simetris diatas


dan di bawah titik O. Daerah di ats ( >0 terjadi di sebuah titik P dimana cahaya dari
setengah bagian bawah celah menjalani

lebih jauh ke P daripada yang dijalan oleh

cahaya dari setengah bagian atas; daerah sebelah bawah ( <0

terjadi di mana

cahayaa dari setengah bagian atas celah menjalani

lebih jauh dari pada yang dijaln

oleh cahaya dari setengah bagian bawah. Jadi syarat untuk daerah gelap adalah sin

m
2

(m=1, 2, 3,.....) (daerah gelap dalam difraksi celah tunggal) (Young, 2002:

620).
Pada eksperimen celah banyak, digunakan goresan-goresan dari sebuah mistar
baja konvensional sebagai kisi refleksi. Susunan perangkatnya ditunukkan pada gambar
dibawah. Berdasarkan dengan prinsip tersebur , dapat diperoleh panjang gelombang laser:

y m

y 20

d
( m )=

2 D2

( )

...............(2)

Gambar 3. Difraksi pada celah banyak


E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Diafragma dengan 3 celah ganda 469 84
b. Diafragma dengan 4 celah ganda 469 85
c. Diafragma dengan 5 celah ganda 469 86
d. Laser He-Ne, terpolarisasi linear 471 830
e. Dudukan dengan klip pegas 460 22
f. Lensa dalam bingkai, f= +5 mm 460 01
g. Lensa dalam bingkai, f= +50 mm 460 02
h. Presisi bangku optic, 1 m 460 32
i. Pengendara 4 optik, H = 60 mm / B = 36 mm 460 370
j. Layar tembus 441 53
k. Pelana dasar 300 11
F. Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
1. Variabel bebas
: jarak celah ke layar ( L ) dan lebar celah ( b )
2. Variabel manipulasi
: jarak antar celah ( d )
3. Variabel respon
: jarak rata rata pola difraksi maksimum

1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah

Kegiatan 2
1. Variabel bebas
: jarak celah ke layar ( L ) dan jarak antar celah ( d )
2. Variabel manipulasi
: lebar celah ( b )
3. Variabel respon
: jarak rata rata pola difraksi maksimum
Kegiatan 3
1. Variabel bebas
: jarak antar celah ( d ) dan lebar celah ( b )
2. Variabel manipulasi
: jumlah celah ( N )
3. Variabel respon
: jarak rata rata pola difraksi maksimum
Kegiatan 4
1. Variabel bebas
: jarak celah ke layar ( L )
2. Variabel manipulasi
: jenis celah dan orde
3. Variabel respon
: jarak rata rata pola difraksi maksimum
G. Definisi Operasional Variabel
Kegiatan 1
1. Variabel bebas
a. Jarak celah kelayar adalah jarak yang diukur dari posisi celah tempat difragma
lensa diletakkan pada layar tempat pola difraksi terbentuk. Jarak ini diukur dengan
menggunakan mistar dan memiliki satuan cm.
b. Lebar celah adalah lebar yang dimiliki oleh celah pada diafragma yang digunakan
dalam percobaan ini.
2. Variabel manipulasi
Jarak antar celah adalah jarak dari celah satu ke celah yang lain yang ada pada
diafragma. Pada percobaan ini jarak antar celah diubah sebanyak 4 kali yaitu 0,25
mm;0,50 mm; 0,75 mm; dan 1,00 mm.
3. Variabel respon
Jarak rata-rata pola difraksi maksimum adalah jarak rata rata antar titik (gelapterang) yang terbentuk dan diberi tandapada bidang kertas yang nantinya akan diukur.
Jarak ini diukur dengan menggunakan mistar dan memilki satuan cm dan diubah
kedalam satuan mm.
Kegiatan 2
1. Variabel bebas
a. Jarak celah ke layar adalah jarak yang diukur dari posisi celah tempat difragma
lensa diletakkan pada layar tempat pola difraksi terbentuk. Jarak ini diukur dengan
menggunakan mistar dan memiliki satuan cm.
b. Jarak antar celah adalah jarak dari celah satu ke celah yang lain yang ada pada
diafragma.
2. Variabel manipulasi
Lebar celah adalah lebar yang dimiliki oleh celah pada diafragma yang digunakan
dalam percobaan ini. Pada percobaan ini lebar celah diubah sebanyak 3 kali yaitu 0,10
mm;0,15 mm; dan 0,20 mm.
3. Variabel respon
Jarak rata-rata pola difraksi maksimum adalah jarak rata rata antar titik (gelapterang) yang terbentuk dan diberi tanda pada bidang kertas yang nantinya akan diukur.
Jarak ini diukur dengan menggunakan mistar dan memilki satuan cm dan diubah
kedalam satuan mm.
Kegiatan 3
1. Variabel bebas
a. Jarak antar celah adalah jarak dari celah satu ke celah yang lain yang ada pada
diafragma. Lebar celah adalah lebar yang dimiliki oleh celah yang ada pada
diafragma dan digunakan dalam percobaan ini.

b. Lebar celah adalah lebar yang dimiliki oleh celah pada diafragma yang digunakan
dalam percobaan ini.
2. Variabel manipulasi
Jumlah celah adalah banyaknya celah yang digunakan dalam percobaan ini. Dalam
praktikum ini jumlah celah diubah sebanyak 5 kali, yaitu 2 celah, 3 celah, 4 celah, 5
celah, dan 40 celah.
3. Variabel respon
Jarak rata-rata pola difraksi maksimum adalah jarak rata rata antar titik (gelap-terang)
yang terbentuk dan diberi tanda pada bidang kertas yang nantinya akan diukur. Jarak
ini diukur dengan menggunakan mistar dan memilki satuan cm dan diubah kedalam
satuan mm.
Kegiatan 4
1. Variabel bebas
Jarak antar celah adalah jarak dari celah satu ke celah yang lain yang ada pada
diafragma.
2. Variabel manipulasi
a. Jenis celah adalah jenis dari celah yang digunakan ada dua yaitu celah tunggal dan
celah banyak/ kisi.Orde adalah jarak cahaya terang berikutnya dari terang pusat.
b. Orde dalam percobaan diubah sebanyak 4 kali, yaitu orde 1, orde 2, orde 3, dan
orde 4.
3. Variabel respon
Jarak rata-rata pola difraksi maksimum adalah jarak rata rata antar titik (gelap-terang)
yang terbentuk dan diberi tanda pada bidang kertas yang nantinya akan diukur. Jarak
ini diukur dengan menggunakan mistar dan memilki satuan cm dan diubah kedalam
satuan mm.
H. Prosedur Kerja
Kegiatan 1
Pertama memasukkan diafragma dengan 4 celah (469 85) tepat pada jalur yang
dilalui sinar laser, kemudian mengamati pola difraksi celah ganda dengan jarak antar
celah d= 1,00 mm; 0,75 mm; 0,50 mm; dan 0,25 mm satu demi satu. Kemudian
melakukan pengukuran pada setiap jarak d untuk mengetahui pengaruh jarak antar celah
terhadap pola interferensi.setelah itu menggambar pembentukan pola difraksi pada layar
dengan menandai pola yang terbentuk,dan kemudian mencatat jarak pisah pusat terang ke
terang berikutnya ( orde 1, 2 dan seterusnya )
Kegiatan 2
Pertama memasukkan diafragma dengan 3 celah (469 84) tepat pada jalur yang
dilalui sinar laser, dan mengamati pola difraksi celah ganda untuk lebar celah b= 0,20
mm; 0,15 mm; 0,10 mmsatu demi satu, Kemudian melakukan pengukuran pada setiap
jarak b untuk mengetahui pengaruh lebar celah b terhadap pola interferensi, setelah itu
menggambar pembentukan pola difraksi pada layar dengan menandai pola yang
terbentuk, dan mencatat jarak pisah pusat terang ke terang berikutnya (orde 1, 2 dan
seterusnya).
Kegiatan 3
Pertama memasukkan diafragma dengan 5 celah (569 86) dan mengamati pola
difraksi dari 2, 3, 4, 5, dan 40 celah satu demi satu, setelah itu melakukan pengukuran
pada setiap nomor celah yang ada untuk mengetahui pengaruh jumlah celah terhadap pola
interferensi, kemudian menggambar pembentukan pola difraksi pada layar dengan
menandai pola yang terbentuk, dan mencatat jarak pisah pusat terang ke terang
berikutnya ( orde 1, 2 dan seterusnya ).
Kegiatan 4

Menggunakan celah tunggal dan kisi kemudian membentuk pola difraksi pada
layar, dan menggambar pembentukan pola difraksi pada layar dengan menandai pola
yang terbentuk untuk celah tunggal dan kisi.Setelah itu mengukur jarak pisah pusat terang
ke terang berikutnya ( orde 1, 2 dan seterusnya ), mencatat hasilnya dalam table hasil
pengamatan.
I. Hasil Pengamatan dan Analisis Data
Hasil Pengamatan
Kegiatan 1.Ketergantungan difraksi celah ganda, pada jarak antar celah d.
NST mistar
NST =

1
cm= 0,1 cm
10

x = 0,05 cm
NST meteran
NST =

1
cm= 0,1 cm
10

x = 0,05 cm
Jarak celah ke layar (L) =
Lebar celah (b)
No
1

|437,00 0,05| cm

= 0,20 mm

Tabel 1.Pola difraksi pada celah ganda untuk beberapa jarak antar celah (d)
Jarak antar celah d (mm)
Jarak rata-rata difraksi maksimum berdekatan
(mm)
0,25
|12,8 0,5|

0,50

|5,6 0,5|

0,75

|5,1 0,5|

1,00

|3,1 0,5|

Kegiatan 2.Ketergantungan difraksi celah ganda, pada lebar celah (b)


Jarak celah ke layar (L) =

|437,00 0,05| cm

Jarak antar celah (d) = 0,25 mm


Tabel 2.Pola difraksi pada celah ganda untuk beberapa lebar celah (b)
No
Lebar celah b (mm)
Jarak rata-rata pola difraksi maksimum berdekatan
(mm)

0,10

|11,8 0,5|

0,15

|11,4 0,5|

0,20

|11,2 0,5|

Kegiatan 3.Ketergantungan difraksi pada jumlah celah (N)


Jarak antar celah (d) = 0,025 cm
Lebar celah (b) = 0,020 cm
Tabel 3.Pola difraksi pada sejumlah celah (N)
No
Jumlah celah N (mm)
Jarak rata-rata difraksi maksimum berdekatan (mm)
1

|11,9 0,5|

|11,7 0,5|

|9,0 0,5|

4
5

|7,9 0,5|

40

|11,2 0,5|

Kegiatan 4. Difraksi pada celah tunggal dan kisi


Jarak celah ke layar (L) =

|437,00 0,05| cm

Lebar celah (b) = 0,20 mm


N = 100 garis/mm

d=

1
1
=
=0,01 mm
N 100

Tabel 4. Difraksi pada celah tunggal dan kisi


No
Jenis celah
Jarak rata-rata difraksi dari terang pusat ke orde ken (mm)

Celah tunggal

Orde I |4,0 0,5|


Orde II |7,0 0,5|

Orde III |9,0 0,5|


Orde IV |11,5 0,5|
2

Kisi

Orde I |282,5 0,5|


Orde II |569,5 0,5|

Orde III |863,5 0,5|


Orde IV |1170,0 0,5|

K. Kesimpulan
1. Pengaruh jarak antar celah pada pembentukan pola difraksi yaitu semakin besar jarak
antar celah, maka akan semakin kecil pola difraksi yang teroobentuk. Sebaliknya,
semakin kecil jarak antar celah maka akan semakin besar pola difraksi yang terbentuk.
2. Lebar celah tidak mempengaruhi pembentukan pola difraksi pada celah ganda.
3. Jumlah celah tidak mempengaruhi pembentukan pola difraksi yang terbentuk pada
celah ganda.
4. Panjang gelombang cahaya sinar laser yang digunakan dalam praktikum ini
rentangnya adalah 611,55 nm 690,23 nm.
L. Saran
1. Laboratorium: Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan saat praktikum diperhatikan
kondisinya, apakah layak pakai atau tidak agar praktikan dapat memaksimalkan
kerja saat melakukan praktikum.
2. Praktikan : Saat praktikum berlangsung sebaiknya praktikan lebih tertib, disiplin
agar tidak sampai mengganggu praktikan lain dan lebih menjaga kebersihan
laboratorium. Praktikan juga harus lebih teliti saat melakukan pengamatan agar
mengurangi kesalahan dalam pengambilan data hasil praktikum.
M. Daftar Pustaka
Halliday, David dan Resnick, Robert. 1999. Fisika Jilid 2 Edisi Ketiga (Terjemahan).
Jakarta: Erlangga.
Herman. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Makassar: Unit Laboratorium Fisika
Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNM.
Young, Hugh. 2002. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai