Anda di halaman 1dari 22

Bab 6

Sistem sosial

sistem sosial adalah semua unsur sosial yang


saling berhubungan antara satu sama lain dan dimana
hubungan tersebut saling mempengaruhi dalam kesatuan
sosial. Dalam sistem sosial setidaknya harus ada dua
orang atau lebih, yang saling berinteraksi satu sama lain,
memiliki tujuan dari interaksi tersebut, memiliki
struktur, simbol dan tujuan bersama. Atau sistem sosial
bisa di artikan sebagai bagian-bagian yang saling
berhubungan, masing-masing bekerca sendiri dan saling
mendukung dan bertujuan untuk mencapai tujuan
bersama.
Adapun pengertian sistem sosial juga banyak di
kemukakan oleh para ahli yang diantaranya adalah:
- Talcott Persons, sistem sosial dapat di definisikan
sebagai suatu proses interaksi yang terjadi di dalam
masyarakat diantara para pelaku sosial. Interaksi
yang terjadi diantara para pelaku sosial ini tentunya
akan melibatkan sebuah struktur relasi yang menurut
Talcott Persons di sebut sebagai sebuah sistem.
Dengan adanya pendapat dari Talcott Person ini,
banyak orang yang mengambil kesimpulan yang di
dapat dari hasil pemikiran Talcott Persons yaitu
sistem sosial juga terdiri dari sebuah dari kolektivitas
dan juga peran.
Oleh Karena itu, interaksi yang terjadi antara satu
individu dan individu lainnya menurut Talcott Person
akan mampu melahirkan sebuah sistem sosial.
Sebagai salah satu contohnya adalah sistem sosial di
dalam penjara dimana individu-individu yang ada di
dalamnya lebih dari satu orang yang tentunya
melibatkan interaksi di dalamnya.
- Tatang (Abdulsyani, 1994) istilah sistem berasal dari
bahasa Yunani yaitu systema yang mempunyai
pengertian sebagai berikut:
Suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian
banyak bagian.
Hubungan yang berlangsung di antara satuan-
satuan atau komponen secara teratur.
- Abdulsyani (1994) mengatakan sistem adalah
himpunan dari bagian-bagian yang saling berkaitan,
masing-masing bagian bekerja sendiri dan bersama-
sama saling mendukung; semuanya dimaksudkan
untuk mencapai tujuan bersama, dan terjadi pada
lingkungan yang kompleks.
- Nasikun (1993) tidak lain adalah suatu sistem
daripada tindakan-tindakan. la terbentuk dari
interaksi sosial yang terjadi di antara berbagai
individu, tumbuh dan berkembang tidak secara
kebetulan, melainkan tumbuh dan berkembang di
atas standar penilaiaan umum masyarakat. Sistem
Sosial adalah sistem bermasyarakat itu sendiri.
- Jhonson (1986) sistem sosial hanya salah satu dari
sistem-sistem yang termasuk dalam kenyataan sosial.
Sistemsistem sosial tersebut merupakan bentukan
dari tindakan-tindakan sosial individu.
- Menurut Selo Soemardjan mengacu pendapat
Loomis suatu sistem sosial harus terdiri atas
sembilan unsur sebagai berikut.
1. Kepercayaan dan Pengetahuan
Unsur kepercayaan dan pengetahuan merupakan
unsur yang paling penting dalam sistem sosial karena
perilaku anggota dalam masyarakat sangat dipengaruhi
oleh apa yang mereka yakini dan apa yang mereka
ketahui tentang kebenaran, sistem religi, dan cara-cara
penyembahan kepada sang pencipta.
2. Perasaan
Perasaan adalah keadaan jiwa manusia yang
berkenaan dengan situasi alam sekitarnya termasuk di
dalamnya sesama manusia. Perbedaan latar belakang
budaya suatu masyarakat akan membedakan keadaan
kejiwaan masyarakat yang membentuk suatu sistem
sosial. Perasaan terbentuk melalui hubungan yang
menghasilkan situasi kejiwaan tertentu yang bila sampai
pada tingkat tertentu harus dikuasai agar tidak terjadi
ketegangan jiwa yang berlebihan.

3. Tujuan
Dalam setiap tindakannya manusia mempunyai
tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut,
yaitu suatu hasil akhir atas suatu tindakan dan perilaku
seseorang yang harus dicapai melalui perubahan maupun
dengan cara mempertahankan suSistem Sosial dan
Struktur Sosialatu keadaan yang sudah bagus.

4. Norma/Kaidah/Peraturan Sosial
Norma adalah pedoman-pedoman tentang
perilaku yang diharapkan atau pantas menurut kelompok
atau masyarakat. Norma-norma sosial merupakan
patokan tingkah laku yang diwajibkan atau dibenarkan
dalam situasi-situasi tertentu dan merupakan unsur
paling penting untuk meramalkan tindakan manusia
dalam sistem sosial. Norma-norma sosial dipelajari dan
dikembangkan melalui sosialisasi sehingga menjadi
pranata-pranata sosial.

5. Kedudukan (Status) dan Peran (Role)


Kedudukan adalah posisi seseorang secara umum
dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain,
dalam arti lingkungan pergaulan, prestasi, hak-hak, serta
kewajibannya. Kedudukan menentukan apa yang harus
seseorang perbuat bagi masyarakat.

Di dalam setiap sistem sosial dijumpai


bermacam-macam kedudukan baik yang diperoleh secara
turun-temurun, dengan usaha sendiri maupun kedudukan
yang diberikan sebagai penghargaan dari lingkungan
sendiri, sedangkan peran (role) adalah pelaksanaan hak
dan kewajiban seseorang sesuai dengan kedudukannya.

6. Tingkat/Pangkat
Pangkat berkaitan dengan kedudukan dan
peranan seseorang dalam masyarakat. Seseorang dengan
pangkat tertentu berarti mempunyai proporsi hak-hak
dan kewajiban-kewajibannya. Pangkat diperoleh setelah
melalui penilaian terhadap perilaku seseorang yang
menyangkut pendidikan, pengalaman, keahliannya,
pengabdiannya, kesungguhannya, dan ketulusan
perbuatan yang dilakukannya.

7. Kekuasaan
Kekuasaan adalah setiap kemampuan untuk
mempengaruhi pihak-pihak lain. Kalau seseorang diakui
oleh masyarakat sekitarnya maka itulah yang disebut
wewenang.

8. Sanksi
Sanksi adalah suatu bentuk imbalan yang
diberikan terhadap seseorang atas perilakunya. Sanksi
dapat berupa hadiah dan dapat pula berupa hukuman.
Sanksi diberikan oleh masyarakat untuk menjaga tingkah
laku para masyarakat supaya sesuai dengan aturan yang
berlaku. Setiap masyarakat akan menerapkan sanksi baik
yang positif maupun sanksi yang negatif kepada
anggotanya, tetapi wujud dan tingkatan sanksi yang
diberikan sangat tergantung pada peradaban masyarakat
tersebut.

9. Fasilitas (Sarana)
Fasilitas adalah semua bentuk cara, jalan,
metode, benda-benda yang digunakan manusia untuk
menciptakan tujuan sistem sosial itu sendiri. Fasilitas di
sini sama dengan sumber daya material yang berupa
gagasan atau ide.

Menurut Selo Soemardjan mengacu pendapat


Talcott Parson, unsur-unsur dalam suatu sistem sosial itu
paling sedikit terdiri atas empat subsistem, yaitu sebagai
berikut.

a. Subsistem Kebudayaan
Subsistem ini menghasilkan kebudayaan
kebendaan, sistem ilmu pengetahuan, dan sistem nilai
budaya atau adat istiadat.

b. Subsistem Sosial
Subsistem sosial ini menghasilkan nilai-nilai,
norma-norma, dan kaidah-kaidah sosial yang melekat
dalam setiap perilaku manusia.

c. Subsistem Kepribadian
Subsistem kepribadian menghasilkan corak
perilaku masyarakat sebagai akibat interaksi sosial dan
sosialisasi yang terus-menerus.

d. Subsistem Kelompok Biologis


Subsistem biologis ini berkenaan dengan
perlakuan manusia terhadap lingkungan hidup di
sekitarnya. Struktur sosial mencakup susunan status dan
peran yang terdapat di dalam satuan sosial, ditambah
nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur interaksi
antarstatus dan peran sosial. Di dalam struktur sosial
terdapat unsur-unsur sosial seperti kaidah-kaidah sosial,
lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, dan
lapisan-lapisan sosial.

Melalui proses sosial unsur-unsur sosial itu


terbentuk, berkembang, dan dipelajari oleh individu
dalam masyarakat. Proses sosial itu sendiri adalah
hubungan timbal balik antara bidangbidang kehidupan
dalam masyarakat dan memahami norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
Pada umumnya masyarakat mengartikan sistem
adalah suatu cara atau rangkaian kegiatan yang
menyangkut teknis melakukan sesuatu. Namun tidak
demikian halnya di dalam kajian sosiologis. Sosiologis
melihat sistem merupakan suatu rangkaian berbagai
unsur yang satu sama lain berhubungan secara utuh
tanpa dapat dipecah-pecahkan.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai sistem
sosial, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
sistem sosial adalah sebuah kumpulan bagian-bagian
yang saling berkaitan satu sama lain dan terbentuk dari
interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan maupun
lingkungan sehari-hari.
Menurut pandangan ilmu sosial, struktur sosial
merupakan suatu sistem pengharapan-pengharapan yang
berpola dari prilaku individu-individu yang menempati
status-status tertentu dalam sistem sosial. Selama
sekelompok peran tersebut penting secara strategi bagi
sistem sosial, kompleks pola-pola yang mendefenisikan
perilaku yang diharapkan di dalam peran-peran itu bisa
disebut sebagai suatu lembaga. Struktur-struktur
kelembagaan dalam pengertian ini merupakan unsur
fundamental dari stuktur sistem sosial.
Contoh sistem sosial misalnya seperti yang dapat
kita ambil dari masyarakat pada lingkungan sekitar kita,
misalnya seperti pada sistem yang ada di suatu
Universitas atau Sekolah, lalu bisa juga di dalam
masyarakat seperti adanya kecamatan, kelurahan, Rukun
Warga, dan Rukun Tetangga.
Lalu contoh lain dari sistem sosial yaitu adanya
seorang individu yang hidup bersama dengan individu
lainnya, minimal ada dua orang individu. Individu
tersebut saling berinteraksi antara satu sama lain
sehingga terjadi adaptasi dan terbentuk
pengorganisasian, lalu muncul-lah pada setiap individu
rasa persatuan, dan mereka juga sadar bahwa mereka
merupakan satu kesatuan.
Suatu kelompok dapat dikatakan sebagai sistem
sosial, dan yang paling penting dalam kelompok tersebut
terdapat interaksi. Interaksi tersebut misalnya seperti
kerjasama, persaingan, persahabatan, dan sebagainya.
Hal seperti itu merupakan beberapa contoh dari sistem
sosial yang dapat kita temui dilingkungan sekitar kita.
Kita ketahui bahwa masyarakat merupakan
himpunan manusia yang di dalamnya saling berinteraksi
atau saling berhubungan antara satu sama lain dan terikat
oleh aturan serta memiliki kebiasaan bersama. Tentunya
kehidupan yang ada dalam masyarakat merupakan salah
suatu sistem sosial, karena pada masyarakat terdapat
unsur-unsur sistem sosial. Karena dalam masyarakat
orang-orang akan saling berhubungan, saling
berinteraksi antara satu sama lain dalam suatu
keseluruhan serta memiliki tujuan bersama. Selama
setiap individu yang ada dalam masyarakat saling
memiliki ketergantungan satu sama lain dan masih
mempunyai kesamaan perilaku maupun tujuan maka
fungsi unsur-unsur sosial masih dijalankan. Dengan
memiliki ketergantungan antara satu sama lain, maka
setiap individu akan memiliki arti yang sangat penting
terhadap kehadiran individu yang lainnya.
Selain itu kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat maka dapat menghasilkan kinerja yang baik
terutama untuk mengatasi berbagai masalah sosial yang
ada di dalam masyarakat, karena sangat sulit jika
pemerintah menyelesaikan persoalan sosial tanpa
bantuan dan dukungan dari masyarakat, maupun
sebaliknya. Unsur-unsur sistem sosial pada masyarakat
misalnya seperti: status, peranan, keyakinan, perbedaan,
dan lain-lain Proses-proses didalam sistem sosial , antara
lain ialah sebagai berikut:
a. Komunikasi
b. Memelihara tapal batas
c. Penjalinan sistem
d. Sosialisasi
e. Pengawasan sosial
f. Pelembagaan
g. Perubahan social
Kehidupan bermasyarakat dipandang ialah
sebagai suatu sistem /sistem sosial, yakni suatu
keseluruhan bagian maupun unsur-unsur yang saling
berinteraksi / berhubungan didalam suatu kesatuan.
Alvin L. Bertrand, suatu sistem sosial terdapat:
a. 2 orang atau lebih
b. Terjadi interaksi antara mereka
c. Bertujuan
d. mempunyai struktur, harapan-harapan bersama yang
didomaninya.
Dalam suatu sistem sosial pada dasarnya terdapat
suatu proses yang saling mempengaruhi. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya saling keterkaitan diantara satu
unsur dengan unsur yang lainnya.
Margono Slamet, sistem sosial tersebut
dipengaruhi oleh adanya ekologi, demografi,
kebudayaan, kepribadian, waktu, sejarah, dan juga latar
belakang. Ciri utama sistem sosial ialah menerima unsur-
unsur yang dari luar (terbuka).
Namun juga akan menimbulkan terjalinnya suatu
ikatan diantara unsur-unsur dengan unsur yang lainnya
(internal) serta terjadi saling pertukaran diantara sistem
sosial itu sendiri dengan lingkungannya (eksternal).
Fungsi dari setiap sistem sosial menurut
Halminton (1990) ada empat yaitu:
1. Fungsi Pemeliharaan Pola. Fungsi Pemeliharaan
Pola mengacu pada keharusan mempertahankan
stabilitas pola-pola budaya terlembaga yang
mendefenisikan struktur dari sistem tersebut. Dalam
hal ini fungsi esensial adalah pemeliharaan, pada
tingkat kultural, dan stabilitas nilai-nilai terlembaga
melalui proses-proses yang mengartikulasikan nilai-
nilai dengan sistem kepercayaan, yaitu keyakinan-
keyakinan agama, idiologi, dan semacamnya. Selain
itu adanya fungsi kendali yang menyangkut motivasi
komitmen individual.
2. Fungsi Pencapaian Tujuan. Fokus dari orientasi
tujuannya terletak dalam hubungannya sebagai suatu
sistem terhadap kepribadian-kepribadian dari
individu-individu peserta. Karena itu ia menyangkut
bukannya komitmen kepada nilai-nilai masyarakat,
tetapi motivasi untuk menyumbang apa yang perlu
bagi berfungsinya sistem : "Sumbangan-sumbangan"
ini berbeda menurut kedaruratannya.
3. Fungsi Adaptasi Fungsi. Adaptasi ini merupakan
suatu tindakan penyesuaiaan dari sistem terhadap
"tuntutan kenyataan" yang keras yang tidak dapat
diubah 'yang datang dari lingkungan'.
4. Fungsi Integrasi. Dari keseluruhan fungsi integrasi
adalah fokus dari sifat-sifat dan prosesproses yang
paling menonjol. Pentingnya integrasi
mengisyaratkan bahwa semua sistem, kecuali dalam
kasus tertentu, ituPengertia didefenisikan dan
dipecahpecah menjadi unit-unit yang relatif
independen, yaitu harus diperlakukan sebagai sistem-
sistem lain, yang dalam hal ini subsistem-subsistem
lain dari sistem sama yang lebih luas. Dalam suatu
masyarakat yang sangat terdeferensial, fokus primer
dari fungsi integrasi didapati dalam sistem norma-
norma legalnya dan pelaku-pelaku yang berhubungan
dengan manajemennya, terutama pengadilan dan
profesi hukum.

Dalam dunia pendidikan, pendidikan dimanapun


tidak akan pernah berdiri secara terpisah dari kegiatan
kelas yang memberikan kesempatan kepada seorang
pendidik untuk memberikan pemahaman kepada peserta
didiknya. Oleh karena itu wajarlah bila pelaksanaan
pendidikan selalu menuntut sarana kelas sebagai tempat
yang mampu menghubungkan antara guru dan siswa
dalam sebuah proses interaksi
Hubungan yang terjalin melalui kegiatan kelas
mampu menempatkan seorang guru dan para murid
dalam konteks dialogis, serta membangun persepsi
secara horisontal, berupa hubungan emosional antar
individu sebagai subjek yang sama, dan secara bersama-
sama dalam mengamati objek pengetahuan. Sehingga,
tanpa disadari, sesungguhnya aktivitas yang berlangsung
tersebut merupakan kenyataan terhadap eksistensi sistem
sosial dalam kegiatan pendidikan.
Meskipun demikian, jangkauan sistem sosial
tersebut sangatlah terbatas. Sebab yang nampak hanya
berupa kompleksitas interaksi yang berlangsung melalui
aktivitas pembelajaran kelas. Sebagai upaya untuk
memaparkan realitas tersebut, maka melalui makalah ini
penulis berupaya untuk merunut pemahaman kita ke
dalam sebuah perspektif tentang kegiatan kelas sebagai
suatu sistem sosial, melalui penelusuran tentang
pengertian kelas beserta ruang lingkup interaksi yang
berlangsung di dalamnya sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dalam wawasan sosiologi pendidikan.
Dalam kegiatan yang berlangsung di dalam kelas,
interaksi antara guru dengan para murid, dan antar
sesama murid adalah bagian dari proses pembelajaran
yang sangat kompleks. Mengenai hal ini, jika ingin
mengetahui bagaimana interaksi tersebut dikatakan
sangat kompleks, maka terlebih dahulu mesti diketahui
pengertian dari interaksi sosial tersebut.
Pengertian interaksi sosial menurut beberapa
pakar (Ary H. Gunawan, 2000:30-31) adalah:
1. Menurut Bonner, interaksi sosial ialah suatu
hubungan antara dua orang atau lebih, sehingga
kelakuan individu yang satu mempengaruhi,
mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu
yang lain, dan sebaliknya.
2. Menurut Young, interaksi sosial ialah kontak timbal
balik antara dua orang atau lebih.Menurut Psikologi
Tingkah Laku (Behavioristic Psychology), interaksi
sosial berisikan saling perangsangan dan pereaksian
antara kedua belah pihak individu.

Berdasarkan pernyataan di atas, jelaslah bahwa


interaksi sosial adalah polarisasi hubungan antar individu
yang saling mempengaruhi. Dari interaksi sosial inilah
kemudian terjadi interaksi personal sosial, yaitu interaksi
dengan orang (person) dalam situasi (lingkungan)
sosial, serta interaksi kultural, berupa hubungan
seseorang dengan kebudayaan kelompoknya.
Mengenai hal tersebut terdapat pembagian dalam
interaksi sosial. Pembagian interaksi sosial tersebut
dapat disimak melalui pernyataan di bawah ini mengenai
beberapa macam interaksi sosial (Ary H. Gunawan,
2000:32-33), yakni: Pertama, dilihat dari sudut
subjeknya, ada tiga macam interaksi sosial, yaitu:
Interaksi antar orang perorangan, Interaksi antar orang
dengan kelompoknya, dan sebaliknya, Interaksi antar
kelompok; Kedua, dilihat dari segi caranya, ada dua
macam interaksi sosial, yaitu: Interaksi langsung (direct
interaction), yaitu interaksi fisik, seperti berkelahi,
hubungan seks/kelamin, dan sebagainya; serta Interaksi
simbolik (symbolic interaction), dengan mempergunakan
bahasa (lisan/tertulis) dan simbol simbol lain (isyarat),
dan lain sebagainya; dan, Ketiga, menurut bentuknya,
Selo Soemardjan membagi interaksi menjadi empat,
yaitu: Kerjasama (cooperation), Persaingan
(competition), Pertikaian (conflict), dan Akomodasi
(accommodation), yakni bentuk penyelesaian dari
pertikaian.
Kompleksitas interaksi sosial yang terjadi dalam
kegiatan kelas antara guru dan siswa serta antar sesama
siswa telah terpolarisasi sedemikian rupa dalam kegiatan
didalam kelas. Hal ini merupakan gambaran dalam
proses riil pembelajaran. Oleh karenanya , dalam
interaksi edukatif yang terjalin tersebut guru merupakan
komponen utama yang (semestinya) mampu
mengarahkan berlangsungnya proses interaksi edukatif
ke arah yang positif. Sebab, guru merupakan pengelola
sekaligus pengatur jalannya interaksi pembelajaran
tersebut.
Kita semua mengetahui, bahkan pernah
merasakan, ketika proses pembelajaran tengah
berlangsung, ada murid yang merasa terganggu saat
mengikuti pelajaran di kelas karena ulah teman
sekelasnya, atau ada pula yang merasa terganggu ketika
salah seorang murid mengajak temannya berbicara, atau
ada yang bertingkah usil dengan menyembunyikan alat
tulis, atau kita sendiri selaku pendidik merasa dilecehkan
oleh siswa ketika salah seorang di antaranya selalu
mendominasi pembicaraan saat diskusi kelompok,
mendebat kita selaku guru secara tidak wajar, dan
sebagainya.
Tentu ada juga yang pernah merasa terganggu
karena ruang kelas sangat panas dan pengap, penerangan
kurang jelas, tempat duduk tidak nyaman, barang-barang
dalam kelas tidak teratur, dan sejenisnya. Demikian pula
tentu ada yang pernah merasa kecewa, tersinggung,
marah, malu, dan sebagainya, karena perlakuan tertentu
dari guru meskipun sebenarnya apa yang diajarkan olen
guru tersebut menarik untuk disimak.
Kondisi sebagaimana yang digambarkan di atas
menunjukkan bahwa dalam kegiatan kelas semua orang
berhubungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan
belajar-mengajar. Dan secara kompleks, interaksi
pembelajaran yang terjadi telah membentuk sistem
sosial, baik disadari secara langsung, maupun tidak.
Dalam situasi seperti ini terdapat seorang individu dalam
kegiatan kelas yang dihormati, disegani, dipatuhi
perkataannya, dan ada pula yang sebaliknya, diejek,
dimarahi, dikucilkan,direndahkan kedudukannya di
antara rekan-rekannya yang lain.

Kondisi tersebut pada akhirnya membentuk


klasifikasi sosial dalam interaksi kelas, baik yang
berpretensi material, seperi antara kaya dan miskin, atau
immaterial, seperti terhormat, kurang terhormat dan
tidak terhormat. Atau, yang bersifat formil, seperti
pandai dan bodoh, yang bersifat informil, seperti cantik,
tampan dan sebaliknya.
Kondisi seperti dipaparkan di atas membutuhkan
penanganan dalam bentuk kerjasama (cooperation) dan
akomodasi (accommodation), yakni bentuk penyelesaian
dari pertentangan. Seorang guru diharuskan menjadi
mediator pembelajaran kelas dengan sistem sosial yang
telah terbentuk sedemikian rupa ke arah bentuk
pembelajaran kelompok yang antara satu dengan lainnya
dapat bekerjasama dengan baik serta saling memahami
kedudukan atau posisi antar individu yang terdapat di
dalam kelompok.
Seorang guru, dalam kondisi seperti itu juga
mesti mempersempit jarak perbedaan di atara individu
satu dengan yang lainnya, menyamaratakan sikap dan
perlakuan kepada seluruh personil kelompok, dan
memberikan penghargaan yang tidak berlebihan atas
prestasi yang dicapai oleh individu maupun kelompok.
Saat melakukan kegiatan siswa, ada beberapa
yang memfasilitasi Anda untuk bekerja secara kelompok.
Hal ini diharapkan agar Anda dapat bekerja sama dan
dapat menghargai peran serta pekerjaan teman kelompok
Anda saat melakukan kegiatan. Misalnya pada kegiatan
pembelajaran Anda diminta untuk membuat kelompok
dan melakukan diskusi mengenai hubungan polusi udara
dengan efek rumah kaca.
Pada kegiatan praktikum tersebut Anda dituntut
untuk melakukan secara berkelompok meskipun
praktikum tersebut dapat dilakukan secara individu. Hal
ini sengaja dibentuk untuk membangun rasa saling
menghargai dan saling mempercayai pekerjaan
antarsesama. Selain itu, Anda dapat merasakan suatu
pekerjaan akan terasa ringan jika dilakukan secara
bersama-sama dan saling bekerja sama.

Anda mungkin juga menyukai