PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendengaran merupakan salah satu fungsi penting dalam kehidupan manusia.
Dengan mendengar, kita dapat mengetahui atau mendapat berbagai macam informasi
dalam bentuk suara. Organ yang berperan adalah organ telinga. Dimulai dari daun
telinga sampai dengan bagian cochlea. Selain untuk pendengaran, telinga juga
berfungsi sebagai pusat keseimbangan tubuh manusia.
Beberapa kebiasaan yang manusia lakukan seperti malas berobat karena
penyakit yang dianggap sepele, berenang, membersihkan telinga yang salah dan
masih banyak lagi dapat menyebabkan gangguan pada telinga. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan pada fungsi telinga sendiri yaitu gangguan pendengaran dan
gangguan lainnya.
Infeksi juga dapat menyebabkan gangguan telinga. Penyakit yang sering
dianggap sepele seperti batuk pilek juga dapat menyebabkannya. Terdapat sebuah
jalan yang menghubungkan hidung bagian belakang dengan telinga tengah, jalan
tersebut disebut dengan tuba eustachius. Tuba ini berfungsi untuk menjaga tekanan
udara normal di telinga dan hidung. Tuba ini akan terbuka ketika manusia menelan.
Patogen yang menyebabkan pilek dapat menjalar melalui tuba ini menuju ke
telinga tengah dan menginfeksi di sana. Hal ini akan kami bahas lebih lanjut di
bawah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Skenario
LBM 1
Congek atau Tolek
B. Terminologi
1. Otorea : Sekret yang keluar dari telinga, khususnya sekeret purulent (Dorland,
1572)
2. Otoskop
C. Permasalahan
1. Jelaskan anatomi telinga manusia
2. Jelaskan fisiologi pendengaran
3. Mengapa bisa keluar cairan kekuningan dari telinga Omes dan apa hubungan pilek
4.
5.
6.
7.
D. Pembahasan
1. Anatomi dan Fisiologi Telinga Manusia
a. Anatomi Telinga
3
batas luar
: membrane timpani
batas depan : tuba eustachius
batas bawah : vena jugularis
batas belakang: aditus ad antrum, kanalis
batas atas
batas dalam
darah
sehingga
tekanan
di
telinga
tengah
menurun
rambut bebas yang melekat pada otolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi
kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan impuls
yang akan dikirim ke otak.
2. Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran
yang
mengamplifikasi
akan
getaran
luas
membrane
dan
timpani
tingkap jorong.
Energi getar yang telah
diamplifikasi
ini
akan
tingkap
bergerak.
skala
vestibuli
Getaran
Jaras Pendengaran
Serabut-serabut nervus koklearis masuk ke permukaan anterior batang otak di pinggir
bawah pons. Saat memasuki pons, serabut
ini terbagi 2 , satu cabang masuk ke
dalam nucleus koklearis posterior
dan yang lain ke nervus koklearis
posterior, yang selanjutnya akan
berakhir di korpus trapizoideum dan
nucleus
kason-akson
olivatorius.
tersebut
Selanjutnya
naik
dan
mencapai
mesensefalon
gatal.
Ketika cairan dan pembengkakan pada kanal telinga sudah cukup
besar maka dapat menyebabkan tuli konduktif.
Penyebab
-
10
Pseudomonas
membengkak.
Menggerakan atau menyentuh telinga luar akan meningkatkan
rasa nyerinya.
Penatalaksanaan
-
sembuh sendiri.
Jika infeksi nya dalam tahap sedang hingga berat, pemberian agen
pengasaman dan pengeringan kanal telinga adalah solusi yang
efektif. Burows solution adalah tetes telinga yang efektif melawan
baik itu bakteri ataupun jamur. Tetes ini mengandung aluminium
sulfate, antibiotik dan asam asetat. Asam ini berguna untuk sedikit
mengasamkan kanal telinga yang bertujuan untuk memperlambat
pertumbuhan pathogen.
Komplikasi
-
Stadium OMA
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
12
13
Normal
Naik
Tes
Batas Atas
Tujuan : Untuk menetukan
frekuensi garpu tala yang dapat
didengar oleh pasien bila dibunyikan
pada intensitas ambang normal.
Cara : Bunyikan semua garpu tala
mulai dari intensitas rendah hingga
tinggi di teliga pasien.
128 Hz, 256 Hz, 512 Hz, 1024 Hz,
2048 Hz
Interpretasi :
Normal : Dapat mendengar pada
semua Frekuensi
Tuli Sensorineural : Batas atas turun
(tidak dapat mendengar pada
frekuensi tinggi)
Batas Bawah
Tuli Sensorineural
Menurun
Normal
2048 Hz
Interpretasi :
Normal : Dapat mendengar pada
semua Frekuensi
Tuli Konduktif : Batas bawah naik
(tidak dapat mendengar pada
frekuensi rendah)
Rinne
Negatif
Memanjang
Memendek
Organisme
dari
nasofaring
diantaranya
streptococcus
viridans
2.
3.
4.
5.
6.
faktor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau perubahan mekanisme
pertahanan tubuh.
PATOLOGI
Omsk lebih merupakan penyakit kekambuhan daripada menetap, keadaan ini
lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi,
ketidakseragaman ini disebabkan oleh proses peradangan yang menetap atau
kekambuhan
disertai
dengan
efek
kerusakan
jaringan,
penyembuhan
dan
PENATALAKSANAAN
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konstervatif atau dengan medika
mentosa. Bila sekret yang keular terus-menerus, maka diberikan obat pencuci
telinga, berupa larutan H2o2 3 % selama 3 5 hari. Setelah sekret berkurang
terapi dilanjutkan dengan obat tetes telinga yang mengandung antibiotic dan
kortikosteroid, kultur dan tes resisten penting untuk perencanaan terapi karena
dapat terjadi strain-strain baru seperti pseudomonas atau puocyaneous.
Infeksi pada kolesteatom sukar diobati sebab kadar antibiotik dalam
kantung yang terinfeksi tidak biasa tinggi. Pengangkatan krusta yang
menyumbat drainage sagaat membantu. Granulasi pada mukosa dapat diobati
dengan larutan AgNo3 encer ( 5 -100 %) kemudian dilanjutkan dengan
pengolesan gentian violet 2 %. Untuk mengeringkan sebagai bakterisid juga
berguna untuk otitis eksterna dengan otorhea kronik.
Cara terbaik mengangkat polip atau masa granulasi yang besar,
menggunakan cunam pengait dengan permukaan yang kasar diolesi AgNo3 2550 % beberapa kali, selang 1 -2 minggu. Bila idak dapat diatasi , perlu dilakukan
pembedahan untuk mencapai jaringan patologik yang irreversible. Konsep dasar
pembedahan adalah eradikasi penyakit yang irreversible dan drainase adekwat,
rekontruksi
dan
operasi
konservasi
yang
memungkinkan
rehabilitasi
21
tipe
benigna
tidak
menyerang
tulang
sehingga
jarang
menimbulkan komplikasi, tetapi jika tidak mencegah invasi organisme baru dari
nasofaring dapat menjadi superimpose otitis media supuratif akut eksaserbsi
akut dapat menimbulkan komplikasi dengan terjadinya tromboplebitis vaskuler.
Prognosis dengan pengobatan lokal, otorea dapat mongering. Tetapi sisa
perforasi sentral yang berkepanjangan memudahkan infeksi dari nasofaring atau
bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan
membrane timpani disarankan.
22
23
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil anamnesa dan juga beberapa pemeriksaan fisik yang telah dilakukan
terhadap Omes, dapat disimpulkan bahwa Omes mengalami Otitis Media Supuratif Kronik
yang disebabkan karena penyebaran infeksi yang awalnya berasal dari pilek yang ia derita.
Selain itu, dari pemeriksaan fisik juga diketahui bahwa Omes mengalami perforasi membrane
timpani yang dicurigai merupakan akibat infeksi yang tidak diobati sekian lama. Infeksi ini
menyebabkan keluarnya cairan dan juga penurunan fungsi pendengaran. Namun perlu
dilaksanakan pemeriksaan penunjang untuk menentukan apakah OMSK nya termasuk
golongan yang benigna atau maligna.
Penatalaksanaan yang tepat yang dapat kita lakukan adalah pembersihan atau
pemberian obat cuci telinga untuk membersihkan secret yang keluar, pemberian antibiotik
untuk membunuh bakteri ataupun virus yang menginfeksi dan menyebabkan peradangan serta
dilakukan edukasi kepada pasien agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.
24
DAFTAR PUSTAKA
Chandrasoma, Parakrama, Clive R.Taylor. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Dewi Asih
Mahanani dkk (eds). Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal: 441-443
Djaafar, Z.A., Helmi, dan Restuti, R. 2007. Kelainan Telinga Tengah, dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Eds. Soepardi, E.A.,
Iskandar, N., Bashiruddin, J., Resturi, R.D. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. pp: 64-77
Dorland, W.A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Huriawati Hartanto dkk (eds). Edisi 29.
Jakarta: EGC, hal : 2386
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., Setiowulan, W. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius , hal: 79-82
Paparella, Michael M., George L. Adams, Samuel C.Levine. 1997. Penyakit Telinga Tengah
dan Mastoid, dalam BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Harjanto Effendi (Ed). Jakarta :
EGC, hal: 95-99
Rosenfeld, R. M.; Schwartz, S.R.; Cannon, C, R.; Roland, P.S; Simon, G.R; Kumar, K.A.;
Huang, W.W.; Haskell, H.W; Robertson, P.J. (February 2014). Clinical Practice
Guideline: Acute Otitis Externa Executive Summary. Otolaryngology Head and
Neck Surgery 150 (2): 161-168
25