Objektif
Assesment
Ny Y. 49 tahun
KU :
+Pusing
+Mual
+Nyeri perut kanan dan
kiri bawah
-Nyeri kencing
-Dysuria
-Anyang-anyangan
-Hematoma
-Leukhorea
RPD :
+Sakit yang sama
kurang lebih 2 bulan
yang lalu.
TD : 150/80
mmHg
-Hipertensi
Grade 1
-Dyspepsia
-Nyeri tekan
epigastrium
-Lumbal
dextra et
sinistra
-Bakteri
-ISK
Subjektif
Anak PU
Umur 8 bulan
a) Kulit merah di
pipi dan dagu
selama 2
bulan.
b) Luka merah,
mongering
menjadi warna
kuning.
c) Benjolan
seperti
gelembung
pada muka,
pipi dan tubuh.
Plan
Hipertensi
a. Non-farmakologi
Modifikasi gaya hidup
(istirahatcukup,olahraga teratur,pola makan
seimbang).
b. Farmakologi
Losartan 12,5 mg 1x1
Dispepsia
a. Non-farmakologi
-Modifikasi gaya hidup (Makanan
seimbang,istirahat cukup)
b. Farmakologi
-Omeprazole 20 mg 1x1
a. Non-farmakologi
-Modifikasi gaya hidup (Makanan seimbang,
istirahat cukup)
b. Farmakologi
-Cortimoxazol
(Trimetropin+sulfometoksazol)
Trimetropin 160 mg dan sulfometoksazol 800
mg 2x1 selama 3 hari
Objektif
Assesment
Plan
a) Alergi:
Ampicillin
b) Diperparah
Dermatitis atopik.
a) Farmakologi:
Hidrocortison 1 %
bila
memakan:
Tomat,
telurdan
yang dapat
strawberry
memperparah dan
PP : igE 15 IU/ml
menimbulkan
dermatitis atopik.
2. Mandi dengan air
hangat teratur dua
kali sehari lalu
dibilas dengan air
biasa.
3. Hindari sabun dan
ATPase, kemudian terbentuk ikatan disulfide diantara inhibitor aktif dan enzim, dengan
demikian dapat menginaktifkan enzim secara efektif. Sehingga menghambat pembentukan
asam lambung baik dalam keadaan basal ataupun pada saat adanya rangsangan
Farmakokinetik:
Omeprasol dimetabolisme secara sempurna terutama dihati, sekitar 80% metabolit
diekskresikan melalui urin dan sisanya melalui feses.
Dalam bentuk garam natrium omeprazole diabsorpsi dengan cepat. Sembilan puluh lima
persen natrium omeprazole terikat pada protein plasma.
Indikasi :
Pengobatan jangka pendek tukak duodenal dan yang tidak responsif terhadap obat-obat
antagonis reseptor H2.
Pengobatan jangka pendek tukak lambung.
Pengobatan refluks esofagitis erosif / ulceratif yang telah didiagnosa melalui endoskopi.
Pengobatan jangka lama pada sindroma Zollinger Ellison.
Kontra indikasi :
Penderita hipersensitif terhadap omeprazole.
Interaksi obat :
(prekursor DNA danRNA) dan senyawa-senyawa ini diperlukan untuk pertumbuhan selular
dan replikasi sel bakteri. Jika asamfolat ini tidak ada maka sel dalam bakteri tidak dapat
tumbuh atau membelah (Gunawan, 2007).
Farmakokinetik
Profil farmokokinetik sulfametoksazol dan trimetoprim hampir mirip namun tidak benar-benar
cocok untuk mencapai rasio konstan 20:1 untuk konsentrasinya didalam darah dan jaringan.
Rasio dalam darah sring kali lebih besar dari pada 20:1 sedangkan rasionya dalam jaringan
seringkali lebih kecil. Setelah pemberian sediaan kombinasi dalam dosis oral tunggal,
trimetoprim diabsorpsi lebih cepat daripada sulfametoksazol. Pemberian kedua obat tersebut
se=cara bersamaan tampaknya memperlambat absorpsi sulfametoksazol. Konsentrasi
puncak trimetoprim dalam darah biasanya terjadi dalam waktu 2 jam padan sebagian besar
pasien, smentara konsentrasi puncak sulfametoksazol terjadi dalam waktu 4 jam setelah
dosis oral tunggal. Waktu paruh trimetoprim sekitar 11 jam dan sulfametoksazol sekitar 10
jam.
Ketika 800 mg sulfametoksazol diberikan bersama 160 mg trimetoprim (dalam rasio
konvensional 5:1) dua kali sehari, konsentrasi puincak obat tersebut dalam plasma sekitar
40 dan 2 g/ml, yang merupakan rasio optimal. Konsentrasi puncaknya setelah infuse
intravena 800 mg sulfametoksazol dan 160 mg trimetoprim dalam waktu 1 jam hampir
sama yaitu 46 dan 3,4 g/ml.
Trimetoprim dengan cepat terdistribusi dan terkonsentrasi dalam jaringan, dan sekitar 40%
terikat pada protein plasma dengan adanya sulfametoksazol. Volume distribusi trimetoprim
hampir 9 kali volume distribusi sulfametoksazol. Obat ini dengan mudah memasuki sairan
serebrospinal dan sputum.
ditemukan dalam empedu. Kurang lebih 65% sulfametioksazol terikat pada protein plasma.
Sekitar 60% trimetoprim dan 25% h5ngga 50% sulfametoksazol diekskresikan di dalam urin
malam waktu 24 jam. Dua pertiga sulfonamide berada dalam bentuk tidak terkonjugasi.
Metabolit trimetoprim juga dieksresikan. Kecepatan ekskresi dan konsentrasi kedua
senyawa dalam urin menurun secara signifikan pada pasien yang mengalami uremia
(Gunawan, 2007)
Efek Samping
Tidak ada bukti yang menunjukkan trimetoprim-sulfametoksazol pada dosis anjuran akan
menginduksi defisiensi folat pada individu normal. meskipun demikian, batas toksisitas
untuk bakteri dan untuk manusia relative sempit jika sel-sel pasien mengalami defisiensi
folat. Pada kasus semacam ini, trimetoprim-sulfametoksazol dapat menyebabkan atau
mempercepat
timbulnya
megaloblastosis,
leucopenia,
tau
trombositopenia.
Pada
penggunaan rutin, kombinasi ini tampaknya menunjukkan sedikit toksisitas. Sekitar 75%
efek merugikan ini melibatkan kulit. Hal ini umum terjadi pada obat-obat yang
menggunakan
sulfonamide.
Namun,
trometoprim-sulfometoksazol
dilaporkan
menyebabkan reaksi kulit hingga tiga kali sulfisoksazol yang diberikan tunggal. Dermatitis
eksfoliatif, sindrom Steven-jhonson, dan nekrolisis epidermis toksis (sindrom Lyells)
jarang ditemukan, menifestadi ini muncul terutama pada pasien lanjut usia. Mual dan
muntah merupakan reaksu gastrointestinal yang paling sering; diare jarang terjadi. Glositis
dan stomatitis relative sering terjadi. Ikterus ringan yang bersifat sementara pernah terjadi
dan tampak memiliki cirri histologis hepatitis kolestatik alergi. Reaksi system saraf pusat
terdiri atas sakit kepala, depresi, dan halusinasi, yakni menifestasi-manifestasi yang yang
diketahui disebabkan oleh sulfonamide. Reaksi-rekasi hematologis yang terjadi adalah
berbagai reaksi anemia (termasuk anemia aplastikm, hemolitik, dan makrosistik), gangguan
koagulasi, granulositopenia, agranulositosis, purpura, purpura Henoch-Schonlein, dan
sulfhemoglobinemia. Kerusakan permanen fungsi ginjal dapat terjadi setelah penggunaan
trimetoprim-sulfometoksazol pada pasien yang menderita oenyakit ginjal, dan penurunan
bersihan kreatinin secra reversible pernah teramati pada pasien yang fungsi ginjalnya
normal (Gunawan, 2007).
Pasien AIDS sering mengalami efek samping jika diberi trimetoprim-sulfametoksazol untuk
mengobati infeksi akibat P.cranii. efek samping ini meliputi ruam, neutropenia, sindrom
Steven-Jhonson, sindrom Sweet, dan infiltrasi pulmonal. Terapi masih bisa dilanjutkan
dengan cara desensitisasi oral yang cepat .
Penggunaan Terapi Pada Infeksi Saluran Urin
Pengobatan infeksi saluran urin bagian bawah tanpa komplikasi dengan menggunakan
trimetoprim-sulfametoksazol seringkali sangat efektif untuk bakteri yang peka. Sediaan ini
terbukti menghasuilkan efek terapi yang lebih baik daripada pemberiaan masing-,asing
komponennya secara terpisah jika mikroorganisme penginfeksinya merupakan family
Enterobactericeae. Terapi dosis tunggal (320 mg trimetoprim ditambah 1600 mg
sulfametoksazol pada orang dewasa) efektif pada beberapa kasus pengobatan infeksi saluran
urin akut tanpa komplikasi, namun terapi minimal 3 hari kemungkinan akan lebih efektif.
Kombinasi ini tampak memiliki efiksasi khusus pada infeksi saluran urun kronis dan
kambuhan. Dosis kecil ( 200 mg sulfametoksazol ditambah 40 mg trimetoprim setiap hari,
tau dua hingga empat kali jumlah tersebut, satu atau dua kali perminggu) tampaknya efektif
dalam menurunkan jumlah kekambuhan infeksi saluran urin pada wanita dewasa. Efek ini
kemungkinan berkaitan dengan tercapainya konsentrasi terapeutik trimetoprim dalam secret
vagina. Enterobactericeae yang berada disekiling lubang uretra akan tereliminasi atau
banyak berkurang jumlahnya, sehinggga akan mengurangi kesempatan terjadinya reinfeksi
ke bagian atas. Trimetoprim juga ditemuian dalam konsentrasi terapeutik pada sekresi
prostat, dan trimetoprim-sulfametoksazol seringkali efektif untuk pengobatan prostatitis
akibat bakteri (Gunawan, 2007).
Dosis kecil (200 mg sulfametoksazol dan 40 mg trimetropim perhari 2-4 kali dosis tersebut
dosis tersebut diberikan satu atau dua kali perminggu) efektif untuk mengurangi frekuensi
kambuhnya infeksi saluran kemih pada wanita. Trimetropim saja cukup juga cukup efektif
untuk pengobatan infeksi saluran kemih. Dosis dewasa yang digunakan ialah 100 mg setiap
12 jam. Untuk memberikan pengobatan dengan sediaan kombinasi tersebut perlu
pemeriksaan sensitivitas mikroba
1) Hidrokortison
Mekanisme kerja obat
Hidrokortison bekerja dengan mengurangi komponen vascular dari respon infalamsi dan
menurunkan pembentukan cairan inflamasi dan eksudat seluler, menurunkan inflamasi