Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN COLIK KRENAL

A. Pengertian
Kolik renal adalah nyeri yang disebabkan oleh obstruksi akut di ginjal, pelvis
renal atau ureter oleh batu. Nyeri ini timbul akibat peregangan, hiperperitalsis, dan spasme
otot polos pada sistem pelviokalises ginjal dan ureter sebagai usaha untuk mengatasi
obstruksi. Istilah kolik sebetulnya mengacu kepada sifat nyeri yang hilang timbul
(intermittent) dan bergelombang seperti pada kolik bilier dan kolik intestinal namun pada
kolik renal nyeri biasanya konstan. Nyeri dirasakan di flank area yaitu daerah sudut
kostovertebra kemudian dapat menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio inguinal, hingga
ke daerah kemaluan. Nyeri muncul tiba-tiba dan bisa sangat berat sehingga digambarkan
sebagai nyeri terberat yang dirasakan manusia seumur hidup. Kolik renal sering disertai mual
dan muntah, hematuria, dan demam, bila disertai infeksi
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak
zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.
Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks
ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian
turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah
karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu
uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
B. Insidens dan Etiologi
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status
gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 112 % penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik)
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran
kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih
Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih adalah:
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk
batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu
dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin
dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan
terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium
fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan
tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan
timbulnya batu residif.
Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan
yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium
adalah:
1. Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi
karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif),

gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal)


dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada
hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai
pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat
seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau
terutama bayam.
3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam
urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu
kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan
kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium
sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan
hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi
atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi
dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan
kalsium ddengan oksalat.
Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini
dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan
pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah
urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini
memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu
magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami
oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan
urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi
protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume
urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.

C. Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi
urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas
dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran
kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan
ginjal permanen (gagal ginjal)

Batu Saluran Kemih

Obstruksi

Hidronefrosis
Hidroureter

Infeksi

Pielonefritis
Ureritis
Sistitis

Pionefrosis
Urosepsis

Gagal Ginjal

D. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu
dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera
serebrovaskuler, tirah baring lama)
2.

Sirkulasi
Tanda:
Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

3.

Eliminasi
Gejala:
Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya

Penrunan volume urine


Rasa terbakar, dorongan berkemih
Diare
Tanda:
Oliguria, hematuria, piouria
Perubahan pola berkemih
4.

Makanan dan cairan:


Gejala:
Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
Muntah

5.

Nyeri dan kenyamanan:


Gejala:
Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu
(batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

6.

Keamanan:
Gejala:
Penggunaan alkohol
Demam/menggigil

7.

Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout,
ISK kronis
Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat,
tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.
4.

Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis


Resiko syok berhubungan dengan faktor resiko sepsis
Mual berhubungan dengan nyeri
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang
paparan sumber informasi

RENCANA dan INTERVENSI KEPERAWATAN


a. Pada klien dengan penyakit Colik Renal pre-operasi
NO
1

Dx Keperawatan
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
agens
cedera biologis

NOC
NIC
Setelah
dilakukan
tindakan Manajemen nyeri
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri terkontrol :
1. Kaji
secara
No
Kriteria
Score
komphrehensif
1
Mengenal faktor
5
tentang
nyeri,
penyebab nyeri
meliputi: skala nyeri,
2
Mengenali tanda
lokasi, karakteristik
dan gejala nyeri
dan onset, durasi,
3
Mengetahui onset
5
frekuensi,
kualitas,
nyeri
intensitas/beratnya
4
Menggunakan
5
langkah-langkah
nyeri, dan faktorpencegahan nyeri
faktor presipitasi.
5
Menggunakan
5
2. Observasi
isyaratteknik relaksasi
isyarat non verbal dari
6
Menggunakan
5
ketidaknyamanan
analgesic
yang
3. Berikan
analgetik
tepat
sesuai dengan anjuran
7
Melaporkan nyeri
5
sebelum
memulai
terkontrol
aktivitas
4. Gunakan komunkiasi
terapeutik agar klien
dapat
mengekspresikan
nyeri
5. Kaji latar belakang
budaya klien
6. Evaluasi
tentang
keefektifan
dari
tindakan mengontrol
nyeri
yang
telah
digunakan
7. Berikan
dukungan
terhadap klien dan
keluarga
8. Berikan
informasi
tentang nyeri, seperti:
penyebab,
berapa
lama terjadi, dan

tindakan pencegahan
9. Motivasi klien untuk
memonitor
sendiri
nyeri
10. Ajarkan penggunaan
teknik relaksasi nafas
dalam
11. Evaluasi keefektifan
dari
tindakan
mengontrol nyeri
12. Tingkatkan
tidur/istirahat
yang
cukup
13. Beritahu dokter jika
tindakan tidak
berhasil atau terjadi
keluhan.

Resiko
syok
berhubungan
dengan
faktor
resiko sepsis

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
status tanda-tanda vital adukuat
dengan kriteria hasil:
NO Kriteria
Score
1
Temperature:36,3- 5
37,5oC
2
Tekanan
darah 5
normal
systole:100140mmhg,
diastole:7090mmhg
3
Nadi:60-100x/mnt 5
4
Frekuensi
5
pernapasan:1824x/mnt

Pencegahan syok
1. Monitor status
sirkulasi (tekanan
darah, warna kulit,
suhu tubuh, suara
jantung, denyut
jantung, denyut nadi
perifer dan capillary
refill)
2. monitor adanya tanda
dan gejala
ketidakadekuatan
jaringan oksigenasi
3. monitor adanya
kecemasan dan
perubahan status
mental
4. monitor status
pernafasan
5. monitor intake dan
output
6. monitor nilai
laboratorium
(hemoglobin,
hematokrit, clotting
profile, nilai elektrolit,
cultures, dam profil
kimia)

7. catat adanya petechiae


dan kondisi membran
mukosa
8. catat warna, jumlah
dan frekuensi dari
BAB dan muntah
9. monitor adanya nyeri
abdomen
10. monitor secara dini
respon kehilagan
cairan (peningkatan
denyut jantung,
peningkatan tekanan
darah, kulit yang
dingin)
11. posisikan pasien
supinasi, jaga
kepatenan jalan nafas,
berikan terapi
oksigenasi.
3

Defisiensi
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurang
paparan
sumber
informasi

Setelah
dilakukan
tindakan Mengajarkan
tentang
keperawatan selama 1x24 jam proses penyakitnya
Pengetahuan
tentang
proses 1. Kaji pengetahuan
penyakitnya terpenuhi dengan
klien tentang
kriteria hasil :
penyakitnya
2. Jelaskan tentang
proses penyakitnya
No
Kriteria
Score
(tanda dan gejala)
1
Pasien
familier
5
3. Jelaskan tentang
dengan
proses
kondisi klien
penyakitnya
4. Jelaskan tentang
2
Pasien/keluarga
5
program pengobatan
dapat
dan alternatif
mendeskripsikan
pengobatan
proses
5.
Diskusikan perubahan
penyakitnya,
gaya hidup yang
kondisi, prognosis
mungkin digunakan
dan
program
untuk mencegah
pengobatan
komplikasi
3
Pasien
dan
5
6. Eksplorasi
keluarga mampu
kemungkinan sumber
melaksanakan
yang bisa digunakan/
prosedur
yang
mendukung
dijelaskan secara
7.
Instruksikan kapan
benar.
harus ke pelayanan
8. Tanyakan kembali
pengetahuan klien
tentang penyakitnya
9. Prosedur perawatan

Mual berhubungan Setelah


dilakukan
tindakan
dengan nyeri
keperawatan selama 1x24 jam
status nutrisi : intake makanan dan
cairan terpenuhi dengan kriteria
hasil sebagai berikut :
No
Kriteria
Score
1. Intake makanan
5
oral
2
Intake minuman
5
oral
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
hidrasi terpenuhi dengan kriteria
hasil sebagai berikut :
No
Kriteria
1. Hidrasi kulit
2
Kelembapan
membran mukosa
3
Tekanan darah :
(100-140/6090mmhg)
4
Urin output :
(0,5-1cc/kg
bb/jam)

Score
5
5
5
5

dan pengobatan.
Manajemen mual :
1. Anjurkan
pasien
untuk
mengkontrol
mualnya
2. Kaji mual pasien
meliputi : frekuensi,
durasi keparahan dan
faktor penyebab
3. Kaji riwayat diet
pasien meliputi :
pilihan
makanan
kesukaan dan yang
tidak disukai
4. Identifikasi riwayat
penggunaan medikasi
sebelumnya
5. Kolaborasi pemberian
obat antiemetik
6. Kaji
efektivitas
pemberian
obat
antiemetik
7. Ajarkan pasien untuk
menggunakan terapi
nonfarmakologi
:
relaksasi
dan
distraksi.
8. Anjurkan
pasien
untuk istirahat dan
tidur yang adekuat
9. Monitor kefektifitasan
manajemen
mual
yang dilakukan
Monitor cairan :
1. Monitor intake dan
output cairan
2. Monitor tekanan
darah nadi dan rr
3. Monitor kondisi
membran mukosa
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor warna,
jumlah, kualitas urin
Diet staging:
1. Kaji bising usus
2. Monitor
toleransi
pasien
terhadap
masukan makanan
3. Kolaborasikan dengan

ahli gizi perencanaan


diet pasien
4. Monitor
kemajuan
toleransi
terhadap
intake makanan

a. Pada Klien dengan Colik Renal Post Operasi dengan General Anastesi
No
1

Dx. Keperawatan

NOC

Nursing Intervention
Clasification
NIC
Ketidakefektifan
Setelah
dilakukan
tindakan Manajemen jalan nafas:
pola
napas keperawatan
sesuai
dengan 1. Berikan posisi semi
berhubungan
kondisi pasien 1x24 jam, pola
fowler
dengan disfungsi nafas efektif dengan criteria hasil:
2. Berikan terapi
Neuromuskular
oksigenasi sesuai
kondisi pasien.
No
Kriteria
Score
1
Respiratori Rate :
5
Monitor Pernafasan:
(18-24 x/mnt)
1. Monitor hemodinamik
2
Tidak didapatkan
5
pasien
penggunaan otot2. Monitor
frekuensi,
otot tambahan
ritme,
kedalaman
3
Tidak ada suara
5
pernafasan
nafas tambahan
3.
Catat pergerakan dada
4
Tidak ada retraksi
5
kesimetrisan
dada
4.
Penggunaan
otot
5
Tidak ada dispnea
5
tambahan
6
Tidak
ada
5
5. Monitor pola nafas :
orthopnea
bradipneu, takipneu,
hiperventilasi
6. Palpasi ekspansi paru
7. Auskultasi
suara
pernafasan
8. Monitor
sekresi
pernafasan pasien
9. Berikan O2 sesuai
prosedur
10. Berikan posisi semi
flower
Nyeri
akut Setelah
dilakukan
tindakan Manajemen Nyeri
berhubungan
keperawatan selama 1x24 jam 1. Kaji
secara
dengan agen cedera nyeri terkontrol :
komphrehensif
(biologis)
tentang
nyeri,
meliputi: skala nyeri,
No
Kriteria
Score
lokasi, karakteristik
1
Mengenal faktor
5
dan onset, durasi,
penyebab nyeri
frekuensi,
kualitas,
2
Mengenali tanda

intensitas/beratnya
dan gejala nyeri
nyeri, dan faktor3
Mengetahui
5
faktor presipitasi.
lamanya (onset)
2. Observasi
isyaratnyeri
isyarat
non
verbal
dari
4
Pasien
dapat
5
ketidaknyamanan
menggunakan
3.
Berikan
analgetik
metode
non
sesuai dengan anjuran
analgetik
untuk
sebelum
memulai
mengurangi nyeri
aktivitas
5
Menggunakan
5
4. Gunakan komunkiasi
teknik relaksasi
terapeutik agar klien
6
Menggunakan
5
dapat
analgesic
yang
mengekspresikan
tepat
nyeri
7
Pasien
dapat
5.
Kaji latar belakang
melaporkan gejala
budaya klien
nyeri
pada
6.
Evaluasi
tentang
perawat/dokter
keefektifan
dari
8
Melaporkan nyeri
5
tindakan
mengontrol
terkontrol
nyeri
yang
telah
9
Melaporkan
5
digunakan
tingkat / skala
7.
Berikan
dukungan
nyeri, frekuensi
terhadap klien dan
nyeri berkurang,
keluarga
lama
episode
8. Berikan
informasi
nyeri berkurang
tentang
nyeri,
seperti:
10 Ekspresi
oral
5
penyebab,
berapa
tentang
nyeri
lama
terjadi,
dan
berkurang
tindakan
pencegahan
11 Ekspresi
wajah
5
9. Motivasi klien untuk
tentang
nyeri
memonitor
sendiri
berkurang
nyeri
12 Perilaku
5
10.
Ajarkan penggunaan
perlindungan diri
teknik relaksasi nafas
dari rasa nyeri
dalam
berkurang
11. Evaluasi keefektifan
13 Tidak
ada
5
dari
tindakan
ketengangan otot
mengontrol nyeri
14 Nadi :
5
12. Tingkatkan
(N : 60-100
tidur/istirahat
yang
x/mnt)
cukup
15 Tekanan darah :
5
13. Beritahu dokter jika
(100-140/60tindakan
tidak
90mmhg)
berhasil atau terjadi
16 Respirasi :
5
keluhan.
(18-24x/menit)
Resiko
Infeksi Setelah
dilakukan
tindakan Kontrol infeksi
berhubungan
keperawatan selama 1x24 jam
1. Bersihkan ruangan
dengan
faktor risiko terkontrol dengan kriteria
sebelum digunakan

resiko
invasif

prosedur hasil : klien bebas dari tanda dan


gejala infeksi :

tindakan pada pasien


2. Ganti peralatan untuk
tindakan pada pasien
3. Batasi jumlah
No
Kriteria
Score
pengunjung
1
Tidak
terdapat
5
4. Ajarkan pada pasien
rubor
untuk melakuakn cuci
2
Tidak
terdapat
5
tangan dengan benar
kalor
5.
Instruksikan pada
3
Tidak
terdapat
5
pengunjung untuk
dolor
melakukan cuci
4
Tidak
terdapat
5
tangan sebelum ke
tumor
pasien
5
Tidak
terdapat
5
6.
Gunakan sabun
fungsiolesa
antimikroba untuk
cuci tangan
7. Bersihkan tangan
sebelum dan setelah
melakukan tindakan
pada pasien
8. Gunakan universal
precaution
9. Gunakan sarung
tangan sesuai standar
universal precaution
10. Kolaborasi pemberian
antibiotik sesuai
dengan kondisi pasien
11. Ajarkan pada pasien
dan keluarga untuk
mengenali tanda dan
gejala infeksi serta
melaporkan pada
tenaga kesehatan
ketika terdapat tanda
dan gejala infeksi.
Hambatan
Selama
dilakukan
tindakan Exercise
Therapy
:
mobilitas
fisik keperawatan x24 jam mobilisasi Ambulasi
berhubungan
pasien meningkat dengan kriteria : 1. Latih klien dalam
dengan nyeri dan No
pemenuhan kebutuhan
Kriteria
Score
kelemahan otot
perawatan dirinya
1
Balance
5
2. Dekatkan tempat tidur
performance
yang dekat dengan
2
Posisi
tubuh
5
fasilitas (meja, dll)
sesuai
3.
Bantu klien untuk
3
Tidak
5
duduk dan fasilitasi
sempoyongan
posisi yang sesuai
4
Pergerakan otot
5
4. Konsultasi dengan
baik
dokter/ fisioterapist
5
Pergerakan sendi
5
tentang perencanaan
baik

6
7

Kerusakan
integritas
Kulit
berhubungan
dengan medikasi

Mampu berpindah
Ambulasi
bertahap (miring
kanan-kiri, duduk,
berdiri, kemudian
berjalan).

5
5

tahap ambulasi yang


dibutuhkan pasien
5. Instruksikan pasien
bagaimana tehnik
pengaturan posisi dan
proses berpindah yang
aman
6. Berikan alat bantu
jika diperlukan
7. Dorong pasien untuk
melakukan ambulasi
secara mandiri
Nursing
Intervention
Clasification
(NIC)
:pengobatan pada kulit
1. Lakukan prosedur 5
benar dalam
pemberian obat
2. catat adanya alergi
pasien
3. kaji pengetahuan
pasien tentang cara
pengobatan
4. kaji kondisi sekitar
kulit sebelum
dilakukan pengobatan
5. berikan pengobatan
dengan jumlah yang
benar sesuai dengan
standar
6. monitor efek dari
pengobatan.

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
sesuai
dengan
kondisi pasien 1x24jam integritas
kulit dan membran mukosa baik
dengan kriteria hasil :
No Kriteria
Score
1
Temperature :
5
(36,5 37,5 c)
2
sensasi dalam batas
5
normal
3
elastisitas dalam
5
batas normal
4
pigmentasi dalam
5
batas normal
5
perspiration dalam
5
batas normal
6
warna kulit dalam
5
batas normal
7
teksture dalam
5
batas normal
8
perfusi jaringan
5
baik
9
pertumbuhan
5
rambut di kulit
baik.
Defisiensi
Setelah
dilakukan
tindakan Mengajarkan
tentang
pengetahuan
keperawatan selama 1x24 jam proses penyakitnya
berhubungan
Pengetahuan
tentang
proses 10. Kaji pengetahuan
dengan
kurang penyakitnya terpenuhi dengan
klien tentang
paparan
sumber kriteria hasil :
penyakitnya
informasi
11. Jelaskan tentang
proses penyakitnya
No
Kriteria
Score
(tanda dan gejala)
1
Pasien
familier
5
12.
Jelaskan tentang
dengan
proses
kondisi klien
penyakitnya
13.
Jelaskan tentang
2
Pasien/keluarga
5
program pengobatan
dapat
dan alternatif

mendeskripsikan
proses
penyakitnya,
kondisi, prognosis
dan
program
pengobatan
Pasien
dan
keluarga mampu
melaksanakan
prosedur
yang
dijelaskan secara
benar.

pengobatan
14. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin digunakan
untuk mencegah
komplikasi
15. Eksplorasi
kemungkinan sumber
yang bisa digunakan/
mendukung
16. Instruksikan kapan
harus ke pelayanan
17. Tanyakan kembali
pengetahuan klien
tentang penyakitnya
18. Prosedur perawatan
dan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai