Jan Goerzen
30-8-2010
INDO 2010
Pengalaman Liburan
Teman-teman saya bertanya saya tentang liburan musim panas ini, dan mereka bertanya apa
yang saya pelajari belajar tentang hidup? Meskipun ada banyak jawabam nya, ada satu yang paling
penting. Untuk belajar budaya, seorang kita harus melakukannya di Negara lain. Kalau belajar di dalam
kelas di Amerika saja, seorang kita tidak akan mendapat pengalaman yang sama. Jalan-jalan di kota,
mencoba makanan yang baru, dan naik angkot adalah beberapa contohnya yang tidak bisa terjadi di
dalam kelas. Liburan musim panas ini, saya mengalami banyak hal di keluar ruang kelas.
Pengalaman yang pertama nomer satu: bepergian sendirian di Indonesia susa sekali. Waktu
saya di bandara di Surabaya untuk sebelum pergi ke Denpasar, pegawai bandara di belakang meja
meminta pajak bandara. Beberapa menit kemudian setelah saya akhirnya bisa mengerti pertanyaannya,
saya menyadari saya tidak punya uang dalam Rupiah. Juga, saya tidak bisa mengubah dari menukarkan
dolar ke Rupiah saya karena tidak ada waktu sebelum pesawat saya berangkat. Jadi Karena itu, saya
menangis. Pegawai itu cepat-cepat mengatakan menyuruh saya untuk pergi, tidak apa-apa kalau tidak
ada uang. Nanti, Lalu saya tidak bisa mendengar pengumuman dari pengeras suara tentang
penergangan saya. Juga, penergangannya satu jam terlambat dan nomer pintu gerbangnya berubah. Ini
Pengalaman yang nomer kedua: apa bagaimana kebiarsaan memberi persenan di Indonesia?
yang biasa untuk tip? Beberapa kali saya di situasi yang saya tidak tahu apa yang saya seharusnya saya
me lakukan. Kalau saya naik taksi untuk selama dua-puluh menit, berapa jumlah saya seharus tip
persenan untuk sopir taksinya? Atau kalau saya makan di restoran yang bagus mewah, berapa jumlah
saya seharus tip pelayannya? Saya tahu jumlah yang biasa di Amerika, tapi saya pikir berbeda di
Indonesia. Kalau saya memberi terlalu banyak, mereka akan pikir saya orang yang suka memamerkan
kekayaan saya. Kalau saya memberi tip yang kurang cukup terlalu sedikit, mereka akan pikir saya tidak
senang dengan layanannya. Ini terjadi beberapa kali dan setiap kali saya bingung.
Pengalaman nomer yang ketiga: bersiap-siap untuk foto dengan keluarga asuh. Keluarga asuh
saya di Madiun ingin foto yang termasuk mengajak saya berfoto. Se sore-sore sehari, saya sedang
istirahat. Pembantunya membangunkan saya dan meminta saya untuk mandi. Saya tidak tahu
mengapa. Setelah saya mandi, ada dua wanita di kamar tamu. Mereka dari salon, dan akan memberi
mendandani muka saya make-up dan menata gaya rambut saya dengan gaya yang tradisional. Untuk
Selama satu jam wanitanya bekerja dengan ibu itu mengerjakan rambut saya. Dia memberi saya
memakaikan rambut palsu gadungan, dan yang warnanya hitam. Kepala saya sakit sekali dari ini
memakainya. Nanti, wanitanya lain memberi saya make-up. Lalu, ibu yang satu lagi mendandani muka
saya. Saya tidak biasa pakai banyak make-up memakai dandanan yang tebal, tapi kali ini saya akan
mendapat lebih banyak make-up yang saya pernah lihat untuk pertama kalinya saya pakai dandanan
yang luar biasa tebalnya! Dia memberi saya tutup memasang bayangan mata palsu dan bulu mata
palsu. Untuk kulit di majah saya, dia memberi saya make-up yang terlalu gelap. Dia juga memakaikan
bedak yang terlalu gelap di muka saya. Tapi, yang pali menarik, dia membuat hidung saya muncul lebih
mancung lagi dengan warna makeup. Nanti, untuk mengenakan Lalu, pakaian tradisionalnya saya mem
pilih dari pakaian ibu asuh saya. Saya mendapat mengambil rok dan kemeja yang saya sukai. Tapi waktu
saya mencoba diganti pakaian, tidak cocok! Saya lebih gemuk dari ibu asuh saya. Setelah mencoba
beberapa kali upaya, akhirnya rok dapat yang cocok, tapi malam itu saya tidak bisa bergerak cepat-
cepat.
Pengalaman nomer yang keempat: dipaksa untuk menari. Setiap kali saya mengunjungi
sekoloah baru untuk mengajar bahasa Inggris, murid-murid memberi saya presentasi. Ada musik dan
tari tradisional. Setelah saya menonton murid-murid menari, mereka meminta saya ikut. Saya orang
yang tidak bisa menari dengan baik dan saya tidak suka menari di depan banyak orang. Tapi di
Indonesia, saya bisa menari di depan ratusan orang. Satu kali Pernah di SMP, saya mencoba menari,
dan setelah saya muali saya dengar ratusan murid-murid tertawa. Saya melihat-lihat dan lihat tahu
murid-murid yang tertawa dan titik menuding pada saya. Saya merasa malu, tapi satu-satunya hal yang
dan Prambanan adalah dua candi untuk orang Budis dan Hindu. Di ruang kelas saya bisa melihat foto-
foto dari internet, tapi tidak sama dengan mengunjungi tempat-tempat ini. Tempat-tempat ini
menakjubkan dan besar sekali. Sudah sangat tua dan ada banyak informasi untuk belajar yang saya
dapat dari teman Indonesia saya yang ikut. Saya heran dengan melihat gambar yang diukir di batu, dan
dengan ukuran candi-candinya. Saya pikir tentang bertanya-tanya berapa lama untuk candi-candi itu
mem dibangunkan candi-candi waktu saya tatapan ke itu memandanginya. Kecantikan seperti ini tidak
hanya bisa dihargai kecuali seorang kalau kita bisa mengunjungi tempatnya.
Ini hanya lima dari banyak pengalaman yang baru dari liburan musim panas ini. Ada
pengalaman yang baik, juga ada pengalaman yang susa untuk saya. Tapi saya belajar dari semua
pengalaman itu saya belajar dari semua, dan sekarang saya tahu lebih banyak tentang budaya Indonesia.
Saya berterimakasih untuk mensyukuri pengalaman ini dan saya tahu ini akan membantu saya belajar