Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

EKONOMI
DI

OLEH

NAMA : ALAMSYAH
KELAS : 2 IPS II

MADRASAH ALIYAH NEGERI


1 KOTA BIMA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga dalam


penyajian makalah ini saya mengangkat satu tema yang mengenai ”EKONOMI”.
Adapun penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
pelajaran EKONOMI. Dan makalah ini dapat saya selesaikan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Guru mata pelajaran yang
telah memberikan tugas ini, sehingga saya dapat mengetahui dan membuka
wawasan tentang kebutuhan dan motivasi, dan tidak lupa saya sampaikan ucapan
terima kasih kepada rekan-rekan yang telah memberikan dukungan, baik moril
maupun pikran dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari ada keterbatasan dan kemampuan, baik ilmu maupun
wawasan oleh sebab itu demi kesempurnaan makalah ini, saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan
makalah yang akan datang.
Akhir kata, mudah-mudahan makalah in ada nilai tambah dan bermanfaat
bagi saya Amiiiiinnnn.............. !!!!!!

Wassalam

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I. TENAGA KERJAAN DAN PENGANGGURAN


1. Angkatan kerja, Tenaga kerja, Kesemptan Kerja, dan Pengangguran
2. Upaya Peningkatan Kualitas Kerja
3. Sistem Upah yang Berlaku di Indonesia

BAB II. PEMBANGUNAN EKONOMI


1. Perbedaan Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
2. Faktor-faktor Penentu
3. Pembangunan Ekonomi di Negara Maju
4. Tujuan Pembangunan Ekonomi di Indonesia
5. Permasalahan Pembanguanan Ekonomi di Indonesia

BAB III. KEUANGAN PUBLIK DAN KEBIJAKAN ANGGARAN


1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
 Penyusunan APBN
 Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN
 Struktur apbn
 Pembiayaan
 Asumsi APBN
 Asumsi APBN
 Prinsip Penyusunan APBN
 Azas Penyusunan APBN
2. Tujuan APBN
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB IV. PASAR KEUANGAN


1. Pasar Uang
2. Pasar Modal

BAB V. PERDAGANGAN INTERNASIONAL


1. Pengertian Perdagangan Internasional

BAB VI. NERACA PEMBAYARAN


1. Pengertian Neraca Pembayaran
 Cara-cara Melakukan Pembayaran Internasional
 Alat-alat Pembayaran Internasional
 Jenis Devisa

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

TENAGA KERJA DAN PENGANGGURAN

1. ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA


DAN PENGANGGURAN

Permasalahan ketenagakerjaan dan pengangguran setiap tahunnya


semakin meningkat. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, mulai
dari peningkatan lapangan pekerjaan sampai pada perlindungan tenaga
kerja.
Angkatan kerja adalah jumlah penduduk yang terdapat dalam suatu
perekonomian pada suatu waktu tertentu yaitu semua orang yang mampu
dan bersedia bekerja.
Setiap tahun, ribuan bahkan jutaan masyarakat bersaing untuk
dapat ambil bagian dalam bursa tenaga kerja. 

Klasifikasi Tenaga Kerja:

Tenaga kerja menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2


disebutkan : Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Kesempatan kerja adalah
jumlah lapangan kerja yang tersedia bagi masyarakat baik yang telah
ditempati maupun jumlah lapangan kerja yang masih kosong (permintaan
tenaga kerja).
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau
sedang mencari kerja.

2. UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KERJA

Upaya peningkatan kualitas kerja dapat dilakukan melalui :

1. Pengembangan Kemampuan Tenaga Kerja, misalnya melalui latihan kerja


2. Pengelolaan Prestasi Tenaga Kerja, misalnya dengan meningkatkan
profesionalisme
3. Pengelolaan Fungsi Sumber Daya Manusia, misalnya peningkatan gizi,
kesehatan dan kulitas mental dan spiritual.
3. SISTEM UPAH YANG BERLAKU DI INDONESIA

Di Indonesia dikenal beberapa sistem pemberian upah, yaitu :

a. Upah menurut waktu, sistem upah dimana  besarnya upah didasarkan pada
lama bekerja seseorang. Satuan waktu dihitung per jam, per hari, per
minggu atau per bulan.
Misalnya pekerja bangunan dibayar per hari / minggu
b. Upah menurut satuan hasil Menurut sistem ini, besarnya upah didasarkan
pada jumlah barang yang dihasilkan oleh seseorang. Satuan hasil dihitung
per potong barang, per satuan panjang, atau per satuan berat.
Misal upah pemetik daun teh dihitung per kilo
c. Upah borongan
Menurut sistem ini pembayaran upah berdasarkan atas kesepakatan
bersama antara pemberi dan penerima pekerjaan. Misalnya upah untuk
memperbaiki mobil yang rusak, membangun rumah dll.
d. Sistem bonus
Sistem bonus adalah pembayaran tambahan diluar upah atau gaji yang
ditujukan untuk merangsang (memberi insentif) agar pekerja dapat
menjalankan tugasnya lebih baik dan penuh tanggungjawab, dengan
harapan keuntungan lebih tinggi. Makin tinggi keuntungan yang diperoleh
makin besar bonus yang diberikan pada pekerja.
e. Sistem mitra usaha
Dalam sistem ini pembayaran upah sebagian diberikan dalam bentuk
saham perusahaan, tetapi saham tersebut tidak diberikan kepada
perorangan melainkan pada organisasi pekerja di perusahaan tersebut.
Dengan demikian hubungan kerja antara perusahaan dengan pekerja dapat
ditingkatkan menjadi hubungan antara perusahaan dan mitra kerja.
Kebijakan Upah Minimum Propinsi (UMP) dan Kebutuhan Hidup
Minimum (KHM)
Di Indonesia pemerintah menetapkan upah minimum yang harus
dibayarkan oleh perusahaan. Upah minimum tiap-tiap daerah berbeda-
beda, karena memiliki keragaman sumberdaya, adat istiadat dan
kebudayaan serta struktur  ekonomi dan kinerjanya
BAB II

PEMBANGUNAN EKONOMI

1. PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN


EKONOMI
a. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita
yang terus-menerus dalam jangka panjang
b. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan
total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan
bagi penduduk suatu negara.

Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah


proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional[1]. Suatu
negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi
peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan
ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi


keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan
dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang
dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat
kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat
perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input
pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga,
pengetahuan, sosial dan teknik.

2. FAKTOR-FAKTOR PENENTU

1. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan


pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor
tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi
dan faktor nonekonomi.

2. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan


pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam,
sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau
kewirausahaan.

3. Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti
kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan
hasil laut, sangat mempengaruhi pertumbuhan industri suatu
negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi.
Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk
mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki
nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).

4. Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan


pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk.
Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk
memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk
menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.

5. Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk


mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan
investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan.
Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting
bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena
barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

6. Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di


masyarakat, keadaan politik, kelembagaan, dan sistem yang
berkembang dan berlaku.
3. PEMBANGUNAN EKONOMI DI NEGARA MAJU

PEMBANGUNAN sosial adalah strategi yang bertujuan


meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna.
Pembangunan sosial lebih berorientasi pada prinsip keadilan sosial
ketimbang pertumbuhan ekonomi. Beberapa sektor yang menjadi pusat
perhatian pendekatan ini mencakup pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, jaminan sosial dan pengentasan kemiskinan.
Secara sempit, pembangunan sosial dapat didefinisikan sebagai
pembangunan kesejahteraan sosial. Ia berorientasi pada peningkatan
keberfungsian sosial (social functioning) kelompok-kelompok tidak
beruntung (disadvantage groups) atau Pemerlu Pelayanan
Kesejahteraan Sosial (P2KS), yang meliputi fakir miskin, anak
terlantar, anak jalanan, pekerja anak, keluarga rentan, wanita rawan
sosial ekonomi, dan komunitas adat lokal. 
Pembangunan sosial dapat dilihat dari output indicators
(indikator keluaran), seperti tingkat kemiskinan, melek hurup, harapan
hidup, dan partisipasi sosial. Indikator standar hidup ini telah
dikembangkan sejak tahun 1970an. Misalnya, Social Accounting
Matrix (SAM) yang digagas oleh Pyatt dan Round (1977); Physical
Quality of Life Index (PQLI) oleh Morris (1977), dan Human
Development Index oleh tim UNDP (Mahbub Ul Haq, Amartya Sen,
Paul Streeten dkk.). 
Pembangunan sosial bisa pula diukur dari input indicators
(indikator masukan) yang umumnya dilihat dari pengeluaran
pemerintah untuk sektor pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial.
Dalam kaitannya dengan indikator masukan ini, masih berkembang
anggapan bahwa pembangunan sosial adalah “pengeluaran mahal”
yang tidak akan mampu dilakukan oleh negara-negara berkembang.
Hanya negara-negara kaya saja yang pantas melakukan investasi sosial
yang mewah ini. 
Potret Negara Berkembang
Tabel 1 dan 2 mengilustrasikan pembangunan sosial di
beberapa negara berkembang di Asia Tenggara di lihat dari output
indicators dan input indicators. Secara sederhana, data tersebut
menginformasikan bahwa:
1.   Pembangunan ekonomi yang berhasil umumnya diikuti oleh
membaiknya kualitas hidup. Ini menunjukkan bahwa pembangunan
ekonomi penting bagi peningkatan kualitas hidup manusia.
2.  Tingginya pendapatan nasional senantiasa diikuti oleh tingginya
pengeluaran pemerintah untuk sektor sosial. Artinya, semakin kaya
suatu negara semakin besar pemerintah tersebut mengeluarkan
anggaran sosial.
3.  Tingkat kualitas hidup ternyata ditunjang pula oleh tingkat pengeluaran
sosial. Dapat dikatakan bahwa kemajuan sosial tidak hanya ditentukan
oleh kemajuan ekonomi, melainkan pula oleh adanya proporsi
pengeluaran sosial yang memadai.
 

 
Negara Lemah versus Negara Sejahtera
Sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa pembangunan
ekonomi tidak selalu berjalan linier dengan perbaikan standar hidup.
Alasannya sederhana. Pertumbuhan ekonomi baru berdampak pada
perkembangan hidup, jika disistribusikan secara proporsional untuk
pembangunan sosial (Ranis dan Stewart, 1999).  Menurut Haq (1995),
idealnya negara berkembang dan maju dapat mengeluarkan anggaran
untuk pembangunan sosial antara 15 – 20 persen dari pengeluaran
pemerintahnya. Penelitian UNDP (1990) membuktikan bahwa
“developing countries are not too poor to pay for human
development”. Karenanya, negara berkembang tidak perlu menunggu
perekonomiannya tumbuh terlebih dahulu, baru melakukan investasi
sosial. 
Studi di negara-negara Eropa, Amerika, Australia dan Selandia
Baru yang dilakukan penulis (Suharto, 2002) memperlihatkan bahwa
pembangunan ekonomi (GDP) tidak selalu diikuti dengan tingginya
pengeluaran sosial. Begitu pula pengeluaran sosial yang rendah di
suatu negara tidak selalu dikarenakan pembangunan ekonominya yang
rendah. 
Spektrum mengenai hubungan antara pembangunan ekonomi (PE)
dan pengeluaran sosial (PS) tersebut dapat dikategorikan kedalam empat
model, yaitu: 
1.   Negara Lemah. Negara ini ditandai dengan PE yang rendah dan PS
yang rendah pula. Indonesia, Kamboja, Vietnam termasuk dalam
kategori ini. GDP negara-negara ini masih dibawah US$5.000 dan
mengeluarkan belanja sosial kurang dari 3 persen dari pengeluaran
pemerintahnya. 
2.   Negara Pelit. Meskipun negara ini memiliki PE yang tinggi, tetapi
PS-nya relatif rendah. Amerika Serikat, Australia dan Jepang
termasuk dalam kategori ini. Secara berturut-turut negara ini
memiliki pendapatan (GDP) sebesar US$21.449; US$17.215; dan
US$23.801. Namun, mereka hanya membelanjakan anggaran negara
untuk pembangunan sosial sebesar 14,6 persen, 13,0 persen dan 11,6
persen. 
3.   Negara Baik Hati. PE di negara ini relatif rendah. Kondisi ini tidak
menghalangi negara untuk memberi porsi besar terhadap PS. Yunani
dan Portugal memiliki GDP sebesar US$6.505 dan US$6.085.
Namun negara-negara ini mengeluarkan belanja sosial sebesar 20,9
persen dan 15,3 persen. 
4.   Negara Sejahtera. Negara sejahtera merupakan sosok negara ideal,
karena memiliki PE dan PS yang tinggi. Posisi negara sejahtera
diduduki terutama oleh negara-negara Skandinavia yang menerapkan
sistem welfare state murni, seperti Swedia (PE US$26.652 – PS
33,1%); Norwegia (PE US$24.924 – PS 28,7%); Denmark (PE
US$25.150 – PS 27,8%); dan Finlandia (PE US$27.527 – PS
27,1%). Negara-negara Eropa Barat juga termasuk kategori ini:
Belanda (PE US$18.676 – PS 28,8); Prancis (PE US$21.105 – PS
26,5%); Austria (PE US$20.391 – PS 24,5%); Jerman (PE
US$23.536 – PS 23,5%); dan Inggris (PE US$16.985 – PE 22,3%).
Dengan PE US$13.020 dan PS 19,0%, Selandia Baru termasuk
kategori negara sejahtera.
Mobil Mewah dan Baju Dinas
Saat ini, lebih dari 38 juta atau 23 persen dari penduduk Indonesia
hidup di bawah garis kemiskinan dan 12,7 juta diantaranya adalah fakir
miskin (Republika, 5 Mei 2003). Selain kemiskinan, Indonesia juga masih
dililit problema pengangguran yang mencapai 38,3 juta jiwa angkatan
kerja. Sebanyak 30,2 juta jiwa diantaranya adalah pengangguran terbuka
yang mencapai 78,85 persen (Republika, 21 Agustus 2003). 
Haryanto (12 tahun), seorang murid SD di Kabupaten Garut
menggantung diri karena malu tidak mampu membayar Rp.2.500 untuk
kegiatan ekstrakurikuler. Ayahnya adalah buruh pikul di pasar Garut yang
penghasilannya sehari Rp.20.000 (Media Indonesia, 3 September 2003).
Gambaran makro dan mikro di atas menunjukkan masih banyaknya
penduduk di Indonesia yang hidup serba kekurangan. Pendidikan, sebagai
salah satu kebutuhan dasar dan vital juga masih atau bahkan semakin sulit
dijangkau oleh masyarakat kelas menengah ke bawah. Itu artinya, betapa
buramnya potret pembangunan sosial di Indonesia.
Memang benar, pembangunan sosial adalah tanggungjawab
bersama antara pemerintah dan masyarakat. Namun, bila kita cermati
praktik di negara lain, baik negara maju maupun berkembang, pemerintah
mengemban amanat yang besar untuk mengalokasikan dananya bagi
sektor sosial secara lebih proporsional. 
Keterbatasan dana sudah tidak memadai lagi dijadikan alasan
ketertinggalan ini. Dengan komitmen dan pengaturan yang baik,
pemerintah di negara-negara berkembang sesungguhnya sudah mampu
untuk meningkatkan anggarannya lebih besar lagi bagi pembangunan
sosial. Persoalannya kerapkali terletak pada misalokasi dan mismanajemen
anggaran pembangunan.
Seperti banyak dilaporkan mass media, anggaran belanja
pemerintah pusat maupun daerah seringkali tidak mengedepankan
kepentingan masyarakat banyak (lihat Utomo, 2003a). Pada KTT ASEAN
di Bali 7-8 Oktober nanti, pemerintah berencana menyediakan mobil
BMW Seri 7 untuk para kepala negara dan Seri 5 untuk pejabat setingkat
menteri. Jumlah kepala negara yang akan diundang (berikut negara tamu
Cina, Jepang, Korea, dan India) adalah sebanyak 14 orang. Apabila setiap
negara membawa dua menteri, maka akan hadir 28 menteri. Harga BMW
Seri 7 yang termurah (735Li) adalah Rp. 1,88 miliar. Sedangkan harga
termurah BMW Seri 5 (tipe 530) adalah Rp. 815 juta. Dengan demikian,
dana yang diperlukan untuk kendaraan kepala negara adalah Rp. 26,32
miliar dan untuk para menteri sebesar Rp. 22,82 miliar. mewah dan
kamuflase kemiskinan gaya Orde Mega ini tampaknya diwariskan dari
orde sebelumnya: Orde Gus Dur maupun Orde Baru. Pada KTT G-15
(negara-negara yang terbilang miskin) pemerintahan Gus Dur
menyediakan 50 mobil mewah (dari rencana sebelumnya 400 unit).
Mercedes Benz Seri S-500, S-600, ML-320, Audi A-6, Nissan Patrol, dan
VW Caravelle adalah beberapa merk yang disediakan untuk para delegasi.
Untuk para kepala ekonomi negara-negara APEC pada pertemuan di Istana
Bogor tahun 1994, pemerintahan Soeharto mengimpor 200 mobil mewah,
seperti Mercedes Benz S-600 dan BMW 740. Sebelumnya, pada KTT ke-
10 Nonblok tahun 1992, pemerintah Soeharto juga mengimpor mobil luks
built up seperti Mercedes Benz 300 SEL (110 unit), Volvo 960 (210 unit),
Nissan Patrol (210 unit), dan VW Caravelle (210 unit) untuk para
delegasi. 
Conscious cruelty pemerintah daerah ternyata sami mawon. Dana
rakyat tidak jarang digunakan oleh eksekutif dan legislatif dengan semena-
mena untuk “hil-hil yang mustahal” yang bernama “kebutuhan dinas”
(rumah dinas, mobil dinas, baju dinas) atau paket-paket “kadeudeuh”
lainnya di luar kewajaran. Di DKI Jakarta, misalnya, anggaran baju dinas
untuk 85 anggota DPRD adalah sebesar Rp. 1,04 miliar dan untuk
gubernur sebesar Rp. 65 juta. Anggaran ini ternyata masih kurang, untuk
tahun anggaran berikutnya anggaran ini minta dinaikan lagi sebesar Rp.
434,7 juta. Ketidakwajaran anggaran ini tidak hanya di Jakarta. DPRD
Riau juga menganggarkan Rp. 850 juta untuk anggotanya yang berjumlah
55 orang (Utomo, 2003b). 
Refleksi
Praktik pembangunan di negara-negara berkembang di Asia
Tenggara menunjukkan bahwa tingkat kemajuan ekonomi berhubungan
secara positif dengan tingkat pengeluaran sosial. Namun demikian, melihat
masih kecilnya pengeluaran sosial di negara-negara ini (antara 2–6 persen)
dapat dinyatakan bahwa komitmen pemerintah terhadap pembangunan
sosial masih rendah. 
Anggapan bahwa pengeluaran sosial yang tinggi merupakan
“kemewahan” dan hanya mampu dilakukan oleh negara-negara kaya
ternyata tidak terbukti. Kenyataan di banyak negara menunjukkan bahwa
tingginya pengeluaran sosial tidak selalu ditentukan oleh tingginya GDP,
seperti diperlihatkan model negara lemah versus negara sejahtera. Sebagai
contoh, GDP AS, Australia dan Jepang lebih besar dari Yunani dan
Portugal, tetapi pengeluaran sosial ketiga negara tersebut jauh di bawah
Portugal dan Yunani. GDP Malaysia (US$ 7.730) juga lebih besar dari
GDP Yunani (US$ 6.505) dan Portugal (US$ 6.085), tetapi pengeluaran
sosial Malaysia (5,8%) jauh di bawah kedua negara tersebut (20,9% dan
15,3%). Pendapatan Thailand (US$ 6,490) hanya terpaut sedikit di bawah
Portugal dan Yunani, namun pengeluaran sosial Thailand (4,2) jauh
tertinggal oleh Portugal dan Yunani.
Laporan tahunan UNDP, Human Development Report, yang kini
menjadi acuan di berbagai negara di dunia, secara konsisten menunjukkan
bahwa pembangunan manusia mendorong pertumbuhan ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi yang tidak memperhatikan pembangunan manusia
tidak akan bertahan lama (sustainable). Ini sejalan dengan temuan pakar
ekonomi pemenang Nobel 1998, Amartya Sen. Ia dengan sempurna
membuktikan bahwa hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
kemajuan sosial tidaklah otomatis. Agar berjalan positif dan berkelanjutan
harus ditunjang oleh kebijakan sosial (social policy) pemerintah yang pro
pembangunan sosial. 
4. TUJUAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA
Tujuan pembangunan ekonomi jangka pendek yang berhubungan
dengan tujuan pembanguinan nasional adalah untuk meningkatkan taraf
hidup,kecerdasan,kesejahteraan masyarakat yang semakin adil dan merata
serta meletakkan landasan yang kuat untuk pembangunan berikutnya.
Tujuan pembangunan ekonomi jangka panjang adalah mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual
berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang merdeka,bersatu berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman,tenteram,tertib,dan dinamis dalam
lingkungan pergaulan dunia yang merdeka,bersahabat,tertib,dan
damai.Pada tahap awal pembangunan dititikberatkan pada bidang ekonomi
dengan harapan akan berpengaruh pada bidang lain.

5. PERMASALAHAN PEMBANGUANAN EKONOMI DI INDONESIA


Pembangunan ekonomi telah lama dilakukan semenjak Orde
Lama.Namun pada era Orde Lama pembangunan masih tersendat - sendat
karena masalah politik atau kesadaran bernegara yang belum mantap.
Pembangunan pada masa Orde Baru banyak membawa hasil yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Tetapi walaupun berhasil,banyak
juga kelemahan yang terjadi.Kelemahan itu antara lain sebagai berikut:

1. Bahan - bahan dasar industri banyak yang harus di impor


2. Hasil - hasil pembangunan yang kurang merata
3. Sistem lembaga keungan seperti bank yang belum mantap
4. Ketergantungan pembiayaan dari pinjaman luar negeri
5. Menumpuknya pembayaran pokok dan bunga hutang pinjaman luar
negeri
BAB III
KEUANGAN PUBLIK DAN KEBIJAKAN ANGGARAN
1. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, atau disingkat
APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar
sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan
pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember).
APBN, Perubahan APBN, dan Pertanggungjawaban APBN setiap tahun
ditetapkan dengan Undang-Undang.
Tahapan penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban
APBN.
 PENYUSUNAN APBN
Pemerintah mengajukan Rancangan APBN dalam bentuk RUU
tentang APBN kepada DPR. Setelah melalui pembahasan, DPR
menetapkan Undang-Undang tentang APBN selambat-lambatnya 2 bulan [1]
sebelum tahun anggaran dilaksanakan.
 PELAKSANAAN APBN
Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan
APBN dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.
Berdasarkan perkembangan, di tengah-tengah berjalannya tahun
anggaran, APBN dapat mengalami revisi/perubahan. Untuk melakukan
revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan RUU Perubahan APBN untuk
mendapatkan persetujuan DPR.Perubahan APBN dilakukan paling lambat
akhir Maret, setelah pembahasan dengan Badan anggaran DPR[2].
Dalam keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam),
Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia
anggarannya.
 PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN
Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden
menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN
kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan.
 STRUKTUR APBN
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara saat ini adalah:
Belanja Negara
Belanja terdiri atas dua jenis:
Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk
membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang
dilaksanakan di pusat maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas
pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan menjadi:
Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembiayaan Bunga
Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja
Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya.
Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah
Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang
bersangkutan. Belanja Daerah meliputi:
a. Dana Bagi Hasil
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus
d. Dana Otonomi Khusus.
 PEMBIAYAAN
Pembiayaan meliputi:
Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan,
Privatisasi, Surat Utang Negara, serta penyertaan modal negara.
Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:
Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program
dan Pinjaman Proyek
Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh
Tempo dan Moratorium.
 ASUMSI APBN
Dalam penyusunan APBN, pemerintah menggunakan 7 indikator
perekonomian makro, yaitu:
a. Produk Domestik Bruto (PDB) dalam rupiah
b. Pertumbuhan ekonomi tahunan (%)
c. Inflasi (%)
d. Nilai tukar rupiah per USD
e. Suku bunga SBI 3 bulan (%)
f. Harga minyak indonesia (USD/barel)
g. Produksi minyak Indonesia (barel/hari)
h. Teori mengenai APBN
i. ASUMSI APBN
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan
pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan
pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan
menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan,
alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak
dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun
anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara
dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran
berikutnya.
 Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
 Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat
menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun
tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka
negara dapat membuat rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan
tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun
proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah
dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa
berjalan dengan lancar.
 Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman
untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah
bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang
negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak.
 Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta
meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.
 Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
 Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi
alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.
 PRINSIP PENYUSUNAN APBN
Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada
tiga, yaitu:
a. Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan
penyetoran.
b. Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
c. Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan
penuntutan denda.
Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN
adalah:
a. Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.
b. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.
c. Semaksimah mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri
dengan memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.
d.
 AZAS PENYUSUNAN APBN
APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:
a. Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.
b. Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
c. Penajaman prioritas pembangunan
d. Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara
2. TUJUAN DAN FUNGSI APBN
Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah suatu daftar
atau penjelasan terperinci mengenai penerimaan dan pengeluaran Negara
untuk suatu jangka waktu tertentu bisanya satu tahun.
Tujuan APBN adalah untuk memelihara stabilitas ekonomi dan mencegah
terjadinya anggaran yang deficit.
Fungsi APBN adalah :
a. Fungsi alokasi
Anggaran pendapatan Negara merupakan sumber anggaran biaya
yang harus dikeluarkan oleh Negara. Dengan masuknya sumber
pendapatan ke kas Negara maka Negara atau pemerintah dapat
menggunakan pendapatan ini untuk pembiayaan program pembangunan
dan mengalokasikan dana tersebut sesuai dengan sasaran – sasaran yang
dituju.
b. Fungsi distribusi
Sumber endapatan Negara yang berasal dari rakyat harus
digunakan untuk kepentingan umum, namun dapat juga disalurkan
kembali kepada masyarakat. Misalnya subsidi pupuk, subsidi BBM dan
listrik.
c. Fungsi stabilitas
Anggaran pendapatan Negara dilaksanakan untk mengatur
perekenomian dan pemerintahan dengan baik. Pelaksanaan anggaran
sebaiknya dilaksanakan sesuai dengan disiplin anggaran. Apabila semua
yang tercantum dalam anggaran itu tidak dilaksanakan maka penyusunan
APBN tidak ada artinya.
3. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan
Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai
dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
APBD terdiri atas:
 Anggaran pendapatan, terdiri atas
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan
penerimaan lain-lain
b. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil,
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
c. Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana
darurat.
 Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan
penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah.
 Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya.
 Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara :
Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar
untuk merealisasi pendapatan dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa
dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk
dilaksanakan.
Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah
menjadi pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan
penyelenggaraan pemerintah daerah.
Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus
diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran,
dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas
perekonomian daerah.
Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan
dalam penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.
Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi
alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekono-mian daerah.
4. KEBIJAKAN ANGGARAN
Perlu disadari bahwa terciptanya Otonomi Daerah memerlukan
suatu proses transformasi paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan di daerah. Paradigma penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan di Propinsi DKI Jakarta telah mengalami pergeseran
yang cukup berarti, dari pelaksanaan oleh pemerintah daerah kepada
pemberian peluang yang lebih besar bagi peran serta masyarakat.
Salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan adalah sistem pengelolaan keuangan sebagai realisasi dari
kebijakan anggaran, yang menjamin adanya semangat efisiensi dan
efektivitas anggaran, transparansi dan akuntabilitas publik, rasa keadilan
masyarakat, serta pencapaian kinerja yang optimal. Seiring dengan
Otonomi Daerah, maka semangat desentralisasi, demokratisasi,
transparansi dan akuntabilitas mewarnai proses penyelenggaraan
pemerintahan, khususnya dalam proses pengelolaan keuangan daerah.
Untuk menghindari timbulnya in-efisiensi pengguna anggaran,
dibangun struktur anggaran baru menurut bidang, fungsi, dan program
yang diharapkan dapat memberikan ukuran kinerja yang jelas dan terukur.
Dengan diberlakukannya Perda Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pokok-
pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, diharapkan pengelolaan keuangan
dan pelaksanaan anggaran akan sejalan dengan aspirasi masyarakat.
BAB IV
PASAR KEUANGAN
1. PASAR UANG
Pasar uang (bahasa Inggris: money market) merupakan pertemuan
demand dan supply dana jangka pendek. Dalam pasar uang, valuta asing
diperlukan untuk membayar kegiatan ekspor impor, hutang luar negeri.
Ciri-ciri Pasar Uang 1. Menekankan pada pemenuhan dana jangka pendek.
2. Mekanisme pasar uang ditekankan untuk mempertemukan pihak yang
mempunyai kelebihan dana dan yang membutuhkan dana. 3. Tidak terikat
pada tempat tertentu seperti halnya pasar modal.
Pelaku Pasar Uang
1. Bank
2. Yayasan
3. Dana Pensiun
4. Perusahaan Asuransi
5. Perusahaan-perusahaan besar
6. Lembaga Pemerintah
7. Lembaga Keuangan lain
8. Individu Masyarakat
2. PASAR MODAL
Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.[1] Pasar Modal menyediakan berbagai alternatif
bagi para investor selain alternatif investasi lainnya, seperti : menabung di
bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar
Modal bertindak sebagai penghubung. Pasar Modal bertindak sebagai
penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi
pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang seperti
obligasi, saham, dan lainnya. Berlangsungnya fungsi pasar modal (Bruce
Lliyd, 1976), adalah meningkatkan dan menghubungkan aliran dana
jangka panjang dengan "kriteria pasarnya" secara efisien yang akan
menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan.[2]
 Struktur Pasar Modal
Struktur Pasar Modal di Indonesia tertinggi berada pada menteri
Keuangan menunjuk Bapepam merupakan lembaga pemerintah yang
bertugas untuk melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-
hari pasar modal dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan pasar
modal yang teratur, wajar, efisien serta melindungi kepentingan
masyarakat pemodal.[3]
 Peran Pasar Modal
a. Pasar Modal
Pasar Modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien.
Investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui
pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun yang diperdagangkan
di Pasar Modal. Sebaliknya, perusahaan dapat memperoleh dana yang
dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang
melalui Pasar Modal tersebut. .
b. Pasar Modal sebagai alternatif investasi
Pasar Modal memudahkan alternatif berinvestasi dengan
memberikan keuntungan dengan sejumlah resiko tertentu
c. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional
Dengan keberadaan Pasar Modal, perusahaan - perusahaan akan
lebih mudah memperoleh dana, sehingga akan mendorong perekonomian
nasional menjadi lebih maju, yang sekanjutnya akan menciptakan
kesempatan kerja yang luas, serta meningkatan pajak bagi pemerintah
 Manfaat Pasar Modal
1. Pasar Modal bagi emiten yaitu : [4]
a. jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar
b. dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana
selesai
c. tidak ada "convenant" sehingga manajemen dapat lebih bebas
dalam pengelolaan dana/perusahaan
d.solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra
perusahaan
e. ketergantungan emiten terhadap bank menjadi lebih kecil
2. Pasar Modal bagi investor yaitu : [5]
a. nilai investasi perkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham
yang mencapai kapital gain
b. memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki/memegang
saham dan bunga yang mengambang bagi pemenang obligasi
c. dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen
yang mengurangi resiko
 Lembaga dan Struktur Pasar Modal Indonesia
a. Pasar Modal di Indonesia terdiri atas lembaga-lembaga sebagai
berikut:
b. Badan Pengawas Pasar Modal
c. Bursa efek, saat ini ada dua: Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya namun sejak akhir 2007 Bursa Efek Surabaya melebur ke
Bursa Efek Jakarta sehingga menjadi Bursa Efek Indonesia
d. Perusahaan efek
e. Lembaga Kliring dan Penjaminan, saat ini dilakukan oleh PT. Kliring
Penjaminan Efek Indonesia (PT. KPEI)
f. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, saat ini dilakukan oleh PT.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (PT. KSEI)
BAB V
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
1. PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan
oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar
kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa
antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan
pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah
negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah
satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan
internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber
Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru
dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut
mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan
kehadiran perusahaan multinasional.
2. Teori Perdagangan Internasional
Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan
perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit
dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya
batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan,
misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor.
Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan
budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam
perdagangan.
 Model Ricardian
Model Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan
mungkin merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan
internasional. Dalam Sebuah model Ricardian, negara mengkhususkan
dalam memproduksi apa yang mereka paling baik produksi. Tidak seperti
model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi dimana negara-negara
akan menjadi spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi
bermacam barang komoditas. Juga, model Ricardian tidak secara langsung
memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal
dalam negara.
 Model Heckscher-Ohlin
Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model
Ricardian dan dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan
kompleksitasnya yang jauh lebih rumit model ini tidak membuktikan
prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan
teoritis model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan
memakai mekanisme harga neoklasikal kedalam teori perdagangan
internasional.
Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional
ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini
memperkirakan kalau negara-negara akan mengekspor barang yang
membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan
mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka
secara intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai
Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji empiris oleh Wassily Leontief
yang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk
mengekspor barang buruh intensif dibanding memiliki kecukupan modal.
 Faktor Spesifik
Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang lain
sangatlah mungkin ketika modal tidak bergerak antar industri pada satu
masa pendek. Faktor spesifik merujuk ke pemberian yaitu dalam faktor
spesifik jangka pendek dari produksi, seperti modal fisik, tidak secara
mudah dipindahkan antar industri. Teori mensugestikan jika ada
peningkatan dalam harga sebuah barang, pemilik dari faktor produksi
spesifik ke barang tersebut akan untuk pada term sebenarnya. Sebagai
tambahan, pemilik dari faktor produksi spesifik berlawanan (seperti buruh
dan modal) cenderung memiliki agenda bertolak belakang ketika melobi
untuk pengednalian atas imigrasi buruh. Hubungan sebaliknya, kedua
pemilik keuntungan bagi pemodal dan buruh dalam kenyataan membentuk
sebuah peningkatan dalam pemenuhan modal. Model ini ideal untuk
industri tertentu. Model ini cocok untuk memahami distribusi pendapatan
tetapi tidak untuk menentukan pola pedagangan.
 Model Gravitasi
Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah analisa yang
lebih empiris dari pola perdagangan dibanding model yang lebih teoritis
diatas. Model gravitasi, pada bentuk dasarnya, menerka perdagangan
berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara dalam ukuran
ekonominya. Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga
memperhitungkan jarak dan ukuran fisik diantara dua benda. Model ini
telah terbukti menjadi kuat secara empiris oleh analisa ekonometri. Faktor
lain seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan
perdagangan juga dimasukkan dalam versi lebih besar dari model ini.
 Manfaat perdagangan internasional
Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional
adalah sebagai berikut.
Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di
setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim,
tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan
internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak
diproduksi sendiri.
Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh
keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara
dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang
diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara
tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat
produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi
kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka.
Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan
mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut
keluar negeri.
Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih
modern.
 Faktor pendorong
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan
perdagangan internasional, di antaranya sebagai berikut :
a. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
b. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan
negara
c. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
d. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru
untuk menjual produk tersebut.
e. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga
kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya
perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.
f. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
g. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari
negara lain.
h. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia
dapat hidup sendiri.
 Peraturan/Regulasi Perdagangan Internasional
Umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilatera
antara dua negara. Selama berabad-abad dibawah kepercayaan dalam
Merkantilisme kebanyakan negara memiliki tarif tinggi dan banyak
pembatasan dalam perdagangan internasional. pada abad ke 19, terutama
di Britania, ada kepercayaan akan perdagangan bebas menjadi yang
terpenting dan pandangan ini mendominasi pemikiran diantaranegara barat
untuk beberapa waktu sejak itu dimana hal tersebut membawa mereka ke
kemunduran besar Britania. Pada tahun-tahun sejak Perang Dunia II,
perjanjian multilateral kontroversial seperti GATT dab WTO memberikan
usaha untuk membuat regulasi lobal dalam perdagangan internasional.
Kesepakatan perdagangan tersebut terkadang berujung pada protes dan
ketidakpuasan dengan klaim dari perdagangan yang tidak adil yang tidak
menguntungkan secara mutual.
Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian
besar negara yang berekonomi kuat, walaupun mereka terkadang
melakukan proteksi selektif untuk industri-industri yang penting secara
strategis seperti proteksi tarif untuk agrikultur oleh Amerika Serikat dan
Eropa. Belanda dan Inggris Raya keduanya mendukung penuh
perdagangan bebas dimana mereka secara ekonomis dominan, sekarang
Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang merupakan pendukung
terbesarnya. Bagaimanapun, banyak negara lain (seperti India, Rusia, dan
Tiongkok) menjadi pendukung perdagangan bebas karena telah menjadi
kuat secara ekonomi. Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan untuk
menegosiasikan usaha non tarif, termasuk investasi luar negri langsung,
pembelian, dan fasilitasi perdagangan. Wujud lain dari biaya transaksi
dihubungkan dnegan perdagangan pertemuan dan prosedur cukai.
Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari
perdagangan bebas dan sektor manufaktur seringnya didukung oleh
proteksi. Ini telah berubah pada beberapa tahun terakhir, bagaimanapun.
Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di Amerika Serikat, Eropa dan
Jepang, merupakan penanggung jawab utama untuk peraturan tertentu
pada perjanjian internasional besar yang memungkinkan proteksi lebih
dalam agrikultur dibandingkan kebanyakan barang dan jasa lainnya.
Selama reses ada seringkali tekanan domestik untuk meningkatkan
arif dalam rangka memproteksi industri dalam negri. Ini terjadi di seluruh
dunia selama Depresi Besar membuat kolapsnya perdagangan dunia yang
dipercaya memperdalam depresi tersebut.
Regulasi dari perdagangan internasional diselesaikan melalui
World Trade Organization pada level global, dan melalui beberapa
kesepakatan regional seperti MerCOSUR di Amerika Selatan, NAFTA
antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko, dan Uni Eropa anatara 27
negara mandiri. Pertemuan Buenos Aires tahun 2005 membicarakan
pembuatan dari Free Trade Area of America (FTAA) gagal total karena
penolakan dari populasi negara-negara Amerika Latin. Kesepakatan serupa
seperti MAI (Multilateral Agreement on Invesment) juga gagal pada
tahun-tahun belakangan ini.
BAB VI
NERACA PEMBAYARAN
1. PENGERTIAN NERACA PEMBAYARAN
Pengertian Neraca PembayaranNeraca pembayaran adalah catatan
dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi perdagangan,
keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk
luar negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau
dikatakan sebagai laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk
suatu Negara.
 Tujuan utamannya adalah untuk memberikaninformasi kepada pemerintah
tentang posisikeuangan dalam hubungan ekonomi dengan negaralain serta
membantu di dalam pengambilankebijaksanaan moneter,fiskal,p
erdagangan dan pembayaran internasional.
1. Current account (neraca berjalan), terdiri dari transaksi impor dan
ekspor barang dan jasa. Pada current account, ekspor dicatat sebagai
kredit karena menghasilkan devisa bagi negara. Sedangkan impor
dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari
negara. Selain ekspor dan impor, transaksi lain yang termasuk dalam
current account adalah pembayaran faktor (factor payment) dan
unilateral transfers.
2. Financial account (dulunya disebut capital account), yang mencatat
transaksi aset finansial, transfer pembayaran, piutang maupun utang
internasional. Ini mencakup pencatatan akan FDI (foreign direct
investment atau Penanaman Modal Asing/PMA), pembayaran dividen,
cicilan hutang, bunga atau utang, pembelian surat berharga, saham, dan
lain sebagainya. Financial account mengukur devisa masuk dan keluar
seperti pada current account, dimana transaksi yang menghasilkan
devisa dicatat sebagai kredit (capital inflow). Sebaliknya, transaksi yang
mengakibatkan devisa keluar dari suatu negara dicatat sebagai debit
(capital outflow).Contoh transaksi yang menghasilkan devisa (kredit)
pada financial account adalah : hutang luar negeri, FDI, pembelian
saham maupun obligasi dalam negeri oleh investor asing, dls. Semua
transaksi ini mendatangkan devisa bagi negara. Misalnya transaksi
berlangsung antara Indonesia-Amerika, maka cadangan dolar (devisa)
Indonesia akan bertambah akibatnya adanya transaksi-transaksi
diatas.Sedangkan contoh transaksi yang mengurangi devisa (debit) pada
financial account adalah : pembayaran cicilan hutang luar negeri,
pembayaran bunga dari hutang luar negeri, pembayaran dividen atas
saham dalam negeri yang dimiliki investor asing, pembayaran bunga
dan hutang obligasi yang jatuh tempo, pengiriman laba dari FDI atau
investasi asing yang ditanamkan di dalam negeri, dls. Semua transaksi
ini mengurangi devisa suatu Negara.
 CARA - CARA MELAKUKAN PEMBAYARAN INTERNASIONAL
Dalam melakukan pembayaran transaksi ekonomi luar negeri, dapat
digunakan beberapa cara, antara lain:
1. Cash
Pembayaran dilakukan dengan menggunakan check/cheque atau bank
draft, pada saat barang dikirim oleh eksportir atau sebelumnya. Cara
ini sangat baik bagi eksportir yang keadaan keuangannya lemah dan
belum kenal baik dengan importir.
2. Open Account
Merupakan kebalikan dari cara cash, yaitu pembayaran dilakukan
setelah beberapa waktu atau kebijaksanaan importir setelah barang
dikirim kepada importir tanpa surat perintah pembayaran serta
dokumen-dokumen.
3. Commercial Bill of Exchange
Merupakan cara yang paling umum dipakai dan sering disebut draft
atau trade bills, yaitu surat yang ditulis oleh penjual yang berisi
perintah kepada pembeli untuk membayar sejumlah uang tertentu pada
waktu tertentu di masa datang, yang biasanya disebut trade drafts.
Jenis draft terdiri dari; clean draft dan documentary draft.
4. Letter of CreditL/C
adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan pembeli
barang (importir) dimana bank tersebut yang menyetujui dan
membayar wesel yang ditarik oleh penjual barang (eksportir). Dengan
demikian L/C merupakan suatu alat pengganti kredit bank dan dapat
menjamin pembayaran bagi eksportir. Pihak yang terkait dalam L/C
adalah Opener (importir), Issuer (bank yang mengeluarkan L/C),
Beneficiary atau penjual (eksportir), dan dalam prakteknya ada satu
pihak lagi yaitu Confirming Bank, yaitu bank di negara eksportir.Jenis-
jenis :
L/CRevocable L/CAdalah L/C yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan
atau diubah secara sepihak oleh opener atau oleh issuing bank tanpa
memerlukan persetujuan dari beneficiary.Irrevocable
L/CIrrevocable L/C adalah L/C yang tidak bisa dibatalkan selama
jangka berlaku (validity) yang ditentukan dalam L/C tersebut dan
opening bank tetap menjamin untuk menerima wesel-wesel yang
ditarik atas L/C tersebut. Pembatalan mungkin juga dilakukan, tetapi
harus atas persetujuan semua pihak yang bersangkutan dengan L/C
tersebut.
Irrevocable dan Confirmed L/CL/C ini diangggap paling sempurna dan
paling aman dari sudut penerima L/C (beneficiary) karena pembayaran
atau pelunasan wesel yang ditarik atas L/C ini dijamin sepenuhnya
oleh opening bank maupun oleh advising bank, bila segala syarat-
syarat dipenuhi, serta tidak mudah dibatalkan karena sifatnya yang
irrevocable.
Clean Letter of CreditDalam L/C ini tidak dicantumkan syarat-syarat
lain untuk penarikan suatu wese
Artinya, tidak diperlukan dokumen-dokumen lainnya, bahkan
pengambilan uang
dari kredit yang tersedia dapat dilakukan dengan penyerahan
kuitansi biasa.
Documentary Letter of Credit
Penarikan uang atau kredit yang tersedia harus dilengkapi dengan
dokumen-dokumen lain sebagaimana disebut dalam syarat-syarat
dari L/C.
Documentary L/C dengan Red ClauseJenis L/C
ini, penerima L/C (beneficiary) diberi hak untuk menarik sebagian
dari jumlah L/C yang tersedia dengan penyerahan kuitansi biasa
atau dengan penarikan wesel tanpa memerlukan dokumen lainnya,
sedangkan sisanya dilaksanakan seperti dalam hal documentary
L/C. L/C ini merupakan kombinasi open L/C dengan documentary
L/C.
Revolving L/CL/C
ini memungkinkan kredit yang tersedia dipakai ulang tanpa
mengadakan perubahan syarat khusus pada L/C tersebut. Misalnya,
untuk jangka waktu enam bulan, kredit tersedia setiap bulannya
US$ 1.200, berarti secara otomatis setiap bulan (selama enam
bulan) kredit tersedia sebesar US$ 1.200, tidak peduli apakah
jumlah itu dipakai atau tidak
Back to Back L/CDalam L/C
ini, penerima (beneficiary) biasanya bukan pemilik barang, tetapi
hanya perantara. Oleh karena itu, penerima L/C ini terpaksa
meminta bantuan banknya untuk membuka L/C untuk pemilik
barang-barang yang sebenarnya dengan menjaminkan L/C yang
diterimanya dari luar negeri.
5. Private CompensationAdalah penyelesaian pembayaran dengan
kompensasi utang piutang tanpa perpindahan mata uang ke negara
lain.DEVISAdevisa adalah semua benda yang bisa digunakan untuk
transaksi pembayaran dengan luar negeri yang diterima dan diakui luas
oleh dunia internasional.
 ALAT-ALAT PEMBAYARAN INTERNASIONAL
Devisa terdiri atas valuta asing, yaitu mata uang yang dapat diterima oleh
hampir semua negara di dunia (seperti US Dollar ($), Yen Jepang, Euro,
Poundsterling Inggris), emas, surat berharga yang berlaku untuk
pembayaran internasional, dan lainnya.
 FUNGSI DEVISA:
1. alat pembayaran hutang luar negeri
2. alat transaksi pembayaran barang dan jasa luar negeri
3. alat transaksi pembiayaan hubungan dengan luar negri seperti
membiayai kedutaan, misi budaya, hadiah, bantuan, dll
4. sebagai sumber pendapatan Negara.
 SUMBER DEVISA BERSUMBER DARI
1. pinjaman / hutang luar negeri
2. hadiah, bantuan atau sumbangan luar negri
3. penerimaan deviden serta bunga dari luar negeri
4. hasil ekspor barang dan jasa
5. kiriman valuta asing dari luar negri
6. wisatawan yang belanja di dalam negeri
 JENIS-JENIS DEVISA:
1. Devisa umum, yaitu devisa yang didapat dari kegiatan ekspor, penjualan
jasa serta bunga modal.
2. Devisa kredit, yakni adalah devisa yang diperoleh dari kredit pinjaman
luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai