Kontiniti (continuous) atau aspek kesinambungan menentukan sukses tidaknya produksi film.
Setiap film harus didasarkan atas suatu rencana shooting. Semakin baik rencana shooting = semakin
besar kemungkinan berhasilnya produksi = kontiniti film terlihat sempurna = terlihat realistik.
1. Kontiniti Waktu
Waktu dalam film dibagi menjadi empat:
- Kontiniti masa kini
Kontiniti waktu masa kini menggambarkan action yang berlangsung sekarang (present).
Menarik, karena penonton dibuat mengikuti cerita dan tidak mengetahui apa yang terjadi
selanjutnya.
Bisa digunakan untuk film cerita, dokumenter, dan liputan proses yang terjadi tanpa
perpindahan tempat.
- Kontiniti masa lampau
a. Berlangsung di masa lampau
Digambarkan sama dengan kontiniti masa sekarang, contoh: kisah sejarah.
b. Flashback dari masa sekarang ke masa lalu
Menggambarkan peristiwa yang berlangsung sebelum cerita dimulai.
Bergerak mundur untuk memperliahtkan porsi cerita yang sebelumnya tidak
diperlihatkan.
Mengulang kejadian.
Kegunaan flashback
Menjernihkan plot
Menjelaskan latar belakang apa yang menghasilkan situasi masa kini
Kerugian flashback
Merusak kontiniti kronologi
Membingungkan penonton > terutama jika digunakan beberapa flashback
Bangunan ke arah klimaks terhalangi
- Mendatang
a. Penggambaran masa depan > contoh: film science-fiction
:: flashforward : perbedaannya dengan penggambaran masa depan adalah fragmen
lompatan ke depan itu akan kembali lagi ke masa sekarang.
Kerugian : jika penyajian kurang tepat akan membingungkan penonton
b. Kilasan maju dari masa kini ke masa depan
- Menurut kondisi
Pengaturan kontiniti conditional time tidak dibatasi ikatan atau cara penyajian apapun karena
bukan merupakan suatu kenyataan. Akan tetapi, kontiniti ini tetap harus dipahami oleh
penonton. Kontiniti ini pada dasarnya bersifat imajinatif.
Kegunaan
Untuk menggambarkan mimpi buruk, renungan, atau kerusakan pikiran pelaku.
Untuk memasukkan flashback, misalnya ketika orang tenggelam mengenang seluruh hidupnya.
2. Kontiniti Ruang
Penuturan cerita yang actionnya bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya melibatkan
kontiniti ruang > contoh: dokumenter ekspedisi.
Ilusi-ilusi dari ruang bisa diciptakan dalam berbagai cara. Ruang bisa direntangkan atau
dipendekkan melalui penggunaan transisi-transisi secara optik.
Jenis Action
1. Action Terkontrol
Pembuatan film mengenai apapun yang bisa diarahkan oleh juru kamera > contoh: film cerita.
2. Action Tidak Terkontrol
Kejadian yang tidak bisa diatur pembuatannya > contoh: film berita, ;iputan insidentil, …
2. Triple Take
Triple take yang dimaksud adalah membuat tumpang tindih action pada permulaan dan akhir
tiap shot. Action pada akhir shot pertama diulang pada awal shot kedua. Akhir dari shot kedua
diulang pada awal shot ketiga dan begitu seterusnya. Dengan demikian, rangkaian gambarnya
akan menajdi berkait (interlock) sehingga kontinitinya dijamin sempurna.
Teknik ini hanya bisa digunakan pada action terkontrol. Teknik ini biasa menggunakan kamera
tunggal. Kamera multipel digunakan untuk membuat shot tambahan/shot sulit diulang/shot
yang memakan waktu. Banyak digunakan untuk shooting tanpa skenario.
Yang paling baik adalah mengawali dan mengakhiri sequence dengan long shot sebagai
pengenalan situasi untuk kemudian dilanjutkan dengan shot dekat untuk identifikasi lebih lanjut.
Keuntungan
Memberikan kebebasan pada waktu shooting > karenaaction bisa dipecah > bisa terjadi
improvisasi
Pemborosan bahan baku bisa ditekan
Jika terjadi kesalahan, hanya perlu me-retake bagian yang salah saja dengan mengambil satu
shot lebih awal kemudian dilanjutkan lagi (tidak perlu retake keseluruhan shot).
Memungkinkan pembuatan sequence dalam kontiniti yang runtut.
Menjaga mood/alur gerak film.
Memudahkan pemain amatir.
Kerugian
Kurang bermanfaat untuk film tanpa skenario yang materinya rumit karena akan menghasilkan
materi yang berantakan, panjang shot yang tidak menentu, shot-shot yang tidak klop, keliru
memilih angle kamera, dan lain-lain.
Karena terlalu berkonsentrasi pada bagaimana menyambung shot, maka esensi sebenarnya dari
tiap shot (yang ada di shot tengah) bisa kurang diperhatikan oleh kameraman.
Karena kamera mengalami banyak pergeseran pada tiap shot, maka pencahayaan sulit dibuat
konstan.
Contoh kombinasi secara kompromi dari master scene dan triple take:
- Bagian dari action disajikan dalam long shot (seperti awal dan akhir sequence) dan pada
pertengahan action diambil secara tumpang-tindih.
- Film dibuat dengan master scene, kemudian aktor melakukan kesalahan. Shot dilanjutkan
dengan triple take kemudian kembali pada master scene.