Anda di halaman 1dari 37

Sinematografi 

(dari bahasa Yunani: 'kinema - κίνημα' "gerakan" dan graphein


- γράφειν "merekam") adalah ilmu terapan yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan
sekaligus menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang
memililki kemampuan menyampaikan ide dan cerita
Seorang sinematografer adalah orang yang bertanggung jawab semua aspek Visual dalam
pembuatan sebuah film. Mencakup interpretasi visual pada skenario, pemilihan jenis Kamera, jenis
bahan baku yang akan dipakai, pemilihan lensa, pemilihan jenis filter yang akan dipakai di depan
lensa atau di depan lampu, pemilihan lampu dan jenis lampu yang sesuai dengan
konsep sutradara dan cerita dalam skenario. Seorang sinematografer juga memutuskan gerak
kamera, membuat konsep visual, membuat floorplan untuk efisiensi pengambilan gambar. Artinya
seorang sinematografer adalah orang yang bertanggung jawab baik secara teknis maupun
nonteknis di semua aspek visual dalam film.
Sinematografer harus mendukung visi dari sutradara dan skenario, karena bagaimana pun yang
akan disampaikan ke pada penonton adalah semua informasi dalam bentuk visual yang sesuai
dengan visi sutradara dan visi skenario walaupun di beberapa kasus, sutradara bisa mengubah
jalan cerita dalam skenario demi keindahan bercerita yang sudah merupakan gaya sutradara
tersebut.
Sinematografer adalah juga kepala bagian departemen kamera, departemen pencahayaan dan Grip
Departement untuk itulah Sinematogrefer sering juga disebut sebagai Director of Photography atau
disingkat menjadi DoP.
Pada industri perfilman, seorang Sinematografer atau DoP akan dibantu oleh sebuah tim
yang dibentuknya mulai dari

 1st Camera Assistant yang bertugas mendampingi dan membantu semua


kebutuhan shooting mulai dari pengecekan alat-alat hingga mempersiapkan sebuah shot.
 Focus Puller yang bertugas membantu sinematografer dalam memutar focus ring pada lensa
sehingga subjek yang diikuti kamera bisa terus dalam area fokus.
 Camera boy istilah ini sering digunakan pada industri film di Hollywood, adalah
seorang asisten kamera yang bertugas membawa kamera atau mempersiapkan kamera mulai
dari tripods hingga memasang kamera pada tripods tersebut.
 Grip adalah yang bertugas untuk memastikan letak kamera seperti yang diinginkan DoP baik
secara level atau tinggi rendahnya. Grip juga bertanggung jawab dalam perpindahan kamera
artinya Grip departemen yang memasang dolly track dsb.
 Gaffer adalah istilah untuk seorang yang bertanggung jawab atau kepala departemen
pencahayaan. Bersama DoP, Gaffer akan berdiskusi tentang warna, jenis cahaya dan gaya tata
cahaya DoP tersebut.
 Lightingman adalah orang-orang dalam departemen pencahayaan yang bekerja menata lampu
sesuai dengan perintah Gaffer dan kemauan DoP.
Karena film adalah sebuah kerja tim (Team Work) maka sangatlah penting untuk seorang
sinematografer atau DoP untuk mempunyai tim yang bisa bekerja sama secara tim dengannya.
Artinya tidak bekerja secara individu.
Seorang sinematografer yang baik harus juga mengenal dengan baik atau memahami alat yang
akan dipakai dalam pembuatan sebuah film. Karena Kamera hanyalah “alat Bantu” atau Tools saja
maka seperti alat Bantu yang lainnya juga kita sebagai Sinematografer yang memindahkan semua
ilmu dan pengetahuan kita lewat kamera tersebut. Artinya kamera harus menuruti kemauan kita
yang sudah menjadi visi sutradara dan visi cerita atau scenario.
Untuk memahami kamera kita harus membaca buku prtunjuk dari setiap kamera yang akan kita
gunakan karena setiap industri kamera mempunyai tekhnologinya sendiri-sendiri. Pada prinsipnya
semua kamera sama dan hanyalah alat Bantu kita mewujudkan gambar yang sesuai dengan yang di
inginkan akan tetapi alangkah baiknya jika pengguna sudah memahami kamera tersebut secara
teknis dalam petunjuk di bukunya (manual book).
Pada masa sekarang kamera secara garis besar terbagi dalam tiga jenis dilihat dari penggunaan
bahan baku. Yaitu:

1. Motion Picture Camera atau kamera dengan bahan baku seluloid baik 35 mm/16mm.
Contoh kamera: Arriflex 435 Xtreme – 35 mm camera
2. Video Camera atau kamera dengan bahan baku video tape. Contoh kamera: Sony HDV
Video Camcorder
3. Digital camera atau kamera dengan bahan baku digital/tapeless. Biasanya menggunakan
CF card atau SD card bisa juga dengan cakram seperti DVD. Contoh kamera: Sony EX3 –
Digital Camcorder
Anatomi kamera[sunting | sunting sumber]
Pada prinsipnya kamera dibagi menjadi tiga bagian:

1. Lens
2. Camera body
3. Magazine/tape compartments
Lensa Pada prinsipnya lensa adalah seperti mata kita atau mata kamera, untuk itu kebersihan dan
kejernihannya harus di jaga, karena lewat lensalah gambar/cahaya akan ditransmisikan ke film atau
pita atau digital. Dalam sinematografi kita mengenal ada tiga jenis lensa yaitu:

 Lensa Wide: adalah lensa dengan sudut pengambilan yang luas


 Lensa Normal: adalah lensa yang secara prespektif dianggap mewakili mata manusia dalam
melihat dunia dan sekitarnya. Pada pembuatan film, lensa normal ini adalah lensa 50mm.
 Lensa Tele: adalah lensa dengan sudut pengambilan sempit.
Ada lensa yang bisa mengambil sudut pengambilan dari luas ke sempit, lensa seperti ini adalah
merupakan lensa dengan variable focal length atau pada umumnya disebut: Zoom lens. Kelemahan
dari lensa-lensa variable focal length adalah karena banyaknya elemen lensa di dalamnya maka ada
pencurian cahaya yang disebabkan oleh pembiasan cahaya pada setiap elemen lensa tersebut.
Pada setiap lensa yang professional maupun yang semi professional ada 3 buah ring yaitu yang
pertama adalah Focusing ring yang berfungsi untuk mengatur focus dalam sebuah shot. Kemudian
ada Focal length ring ( pada lensa zoom atau variable focal length ) focal length adalah panjang
pendeknya sebuah lensa atau secara tekhnis dikenal sebagai jarak dari titik api lensa ke bidang
datar atau film plane. Yang terakhir adalah F.stop atau Diafragma ring yang berfungsi untuk
mengatur exposure sebuah shot.
Setiap lensa mempunyai cacat atau kelemahan masing-masing karena sifat alamiahnya dan saat
produksi, seperti distorsi, aberasi, dan lain-lain. Kelemahan atau cacat lensa ini tidak selalu
dianggap buruk karena bisa kita gunakan untuk menguatkan efek dramatik yang ada di dalam
scenario. Seperti juga setiap lensa mempunyai daerah ketajamannya masing-masing, daerah
ketajaman ini disebut dengan Depth of Field disingkat dengan DoF. Jadi depth of field adalah
daerah ketajaman di mana subjek/objek terlihat jelas atau tidak blurdi kamera.
Depth of Field sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:

 Jarak dari kamera ke objek atau subjek


Jarak dari kamera ke objek atau subjek akan mempengaruhi panjang atau pendeknya daerah
ketajaman karena semakin dekat objek atau subjek dengan kamera maka akan semakin
pendek Depth of field-nya karena setiap lensa hanya memiliki satu fokus poin saja.

 Besar kecilnya bukaan diafragma


Besar kecilnya diafragma juga mempengaruhi panjang pendeknya depth of field karena semakin
kecil diameter bukaan diafragma akan semakin panjang depth of field-nya berarti semakin besar
angka seperti 11 – 16 – 22 dsb akan semakin panjang depth of fieldnya, sedangkan semakin lebar
bukaan diameter diafragma akan semakin pendek depth of fieldnya, berarti semakin kecil angka
seperti 4 – 2,8 – 1,4 dan sebagainya akan semakin pendek depth of field-nya. Diafragama adalah
diameter lingkaran aperture yang juga berfungsi untuk mengatur gelap atau terangnya sebuah
gambar.

 Panjang pendeknya/Focal length sebuah lensa.


Semakin panjang sebuah lensa akan mempengaruhi depth of field menjadi semakin pendek,
sedangkan semakin pendek sebuah lensa akan mempengaruhi depth of field menjadi panjang atau
luas.
Exposure dan Scene Brightness
Exposure bisa didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan dalam perekaman gambar.Fungsi dasar
sebuah lensa adalah meneruskan cahaya sehingga bisa digunakan untuk mencetak gambar. Sama
seperti fenomena lubang jarum atau pinhole phenomenon artinya jika kita melepas lensa dan
menggantikannya dengan kertas hitam dengan lubang di tengahnya maka akan bisa juga untuk
menangkap imajinasi hanya saja waktu eksposur yang diperlukan akan lebih lama.
Camera Body
Pada bagian inilah gambar direkam atau di tangkap baik secara organik dengan seluloid 35mm
seperti pada kamera Film maupun perubahan dari cahaya ke gelombang electromagnetic
pada Video atau Digital. Pada kamera film bagian ini yang paling penting dijaga dari kontaminasi
debu, cairan maupun radiasi karena akan mempengaruhi hasil shooting. Pada kamera video atau
digital pada bagian ini akan banyak sekali tombol pengaturan imajinasi.
Magazine
Pada kamera Film, magazine adalah tempat kita memasang film baik sebelum maupun setelah di
ekspose. Pada kamera Video atau Digital bagian ini adalah tape atau card compartments yaitu
bagian di mana kita memasang kartu seperti SD atau CF atau kaset video.
Gunakan sinematografi sebagai seni. Yang harus selalu kita ingat adalah bahwa untuk mencapai
hasil yang maksimal dan memuaskan, diperlukan ketrampilan yang cukup. Seorang sinematografer
harus berusaha agar kamera tidak menjadi benda asing baginya, kita harus mengenal setiap detail
pada kamera tanpa harus berpikir sehingga konsentrasinya dapat dipergunakan untuk bidang kreatif
pada sinematografi.

Sudut kamera[sunting | sunting sumber]


Camera angle atau sudut penempatan kamera juga memegang peranan yang sangat penting pada
sinematografi. Bagaimanapun juga sebuah film dibentuk oleh beberapa banyak shot yang
membutuhkan penempatan kamera di tempat yang terbaik bagi penonton untuk mengikuti cerita
dalam film. Penempatan angle yang baik tentu saja bisa memperkuat dramatik sebuah film karena
angle kamera ini adalah mata penonton melihat informasi visual dan juga bisa berarti seberapa
besar area yang kita gunakan dalam sebuah shot. Penempatan sudut kamera akan memposisikan
penonton lebih dekat dengan action yang ada dalam film, misalnya dengan teknik close up dan lain
sebagainya.
Penempatan sudut kamera ini sangat dipengaruhi beberapa faktor di antaranya analisis pada
skenario, penggunaan jenis lensa dan sebagainya. Memang lewat pengalaman panjang dan
ketrampilan penempatan kamera bisa di lakukan secara intuisif sifatnya. Akan tetapi jika kita
mempelajarinya tentu akan mempermudah kita dalam membuat sebuah shot.
Penempatan sudut kamera juga berpengaruh pada kondisi psikologis penonton, contohnya adalah
jika kita menggunakan High Angle – kamera lebih tinggi dari garis axis kamera, maka penonton
akan diposisikan lebih tinggi dari subjek, hal ini yang membuat penonton merasa subjek lebih kecil
baik secara fisik atau lebih rendah derajatnya dalam tatanan sosial. Pada film hal ini sering
digunakan untuk memperlihatkan pengemis, rakyat jelata dsb. Sedangkan penggunaan Low Angle –
Kamera lebih rendah dari garis aksis kamera, maka penonton diposisikan lebih rendah dari subjek,
hal ini yang membuat penonton merasa subjek lebih tinggi secara fisik atau lebih tinggi derajatnya
dalam tatanan sosial. Hal seperti ini banyak kita temukan di film untuk memperlihatkan raja, hakim,
dan sebagainya. Kemudian ada juga yang disebut dengan Eye level – kamera sama tingginya
dengan level subjek atau jika subjek berdiri/duduk kamera berada pada aksis yang sama dengan
posisi subjek. Bisa dikatakan sebagai pandangan subjek ke subjek lain dalam sebuah potongan
tetapi bukan Point of View.
Pada dasarnya kamera angle dibagi dalam tiga jenis yaitu:

 Objektif camera angle


Angle objektif maksudnya adalah kamera menjadi point of view cerita, artinya penonton melihat
semua elemen visual yang sutradara berikan dalam filmnya. Contoh yang paling gampang adalah
dalam film dokumenter di mana orang-orang tidak melihat ke arah lensa kamera atau dalam candid
shot/kamera tersembunyi.

 Subjektif camera angle


Angle subjektif maksudnya adalah seperti personal view point artinya penonton berpartisipasi dalam
sebuah shot seperti pengalaman sendiri. Contohnya adalah shot dari udara atau aerial shot yang
memperlihatkan pemandangan kota. Atau birds point of view.
Jika seorang aktor melihat langsung ke arah lensa/penonton maka penonton di sini juga
berpartisipasi dalam sebuah shot tersebut, maka bisa juga disebut angle subjektif.

 Point of view
Point of view adalah pandangan subjektif dari subjek dalam scene. Maksudnya jika kita melihat
seorang aktor melihat ke arah langit kemudian shot selanjutnya adalah arak-arakan mega di langit
maka shot ke dua tersebut adalah point of view subjek tersebut.

Jenis rekaman[sunting | sunting sumber]


Shot sering didefinisikan sebagai sebuah aktivitas perekaman dimulai dari menekan tombol rekam
pada kamera hingga diakhiri dengan stop. Sedangkan Scene adalah sering diartikan sebagai
tempat atau setting di mana sebuah cerita akan dimainkan, hal ini tentu saja terpengaruh dari dunia
teater atau panggung. Sebuah Scene bisa terdiri dari beberapa shot atau bisa saja satu shot
panjang yang disebut sebagai Sequence shot. Sequence adalah rangkaian dari beberapa scene
dan shot dalam satu kesatuan yang utuh.
Tipe-tipe dari shot dibagi dalam beberapa bagian, hal ini akan sangat membantu pada komunikasi
visual, ketika kita bercerita kepada penonton atau menyampaikan informasi kepada penonton maka
kita memerlukan beberapa penekanan atas informasi penting tersebut, maka dari itu kita
memerlukan detail penyampaian informasi tersebut untuk itulah kita memerlukan beberapa tipe shot,
misalnya kita membuat close up dari sebuah benda agar penonton bisa lebih melihat detail atau
menerima dengan jelas atas informasi yang kita berikan.
Type of shot:

 Long shot
 Medium close up
 Medium shot
 Knee shot
 Full shot
 Close shot
 Extreme close up
 Close up
 Medium Long Shot
Komposisi[sunting | sunting sumber]
Komposisi adalah bagian yang paling terpenting pada komunikasi visual karena komposisi adalah
usaha untuk menata semua elemen visual dalam frame. Menata elemen visual di sini bisa diartikan
kita mengarahkan perhatian penonton pada informasi yang kita berikan kepada mereka. Atau dalam
arti lain kita mengarahkan penonton pada Point of Interest (POI) dalam gambar yang kita buat.
Dengan mengarahkan penonton pada PoI maka penonton akan bisa mengikuti cerita dalam film kita
dengan emosi sepenuhnya. Jika kita terlalu banyak meletakan Poi dalam sebuah gambar maka
mata atau perhatian penonton akan terbagi-bagi, akhirnya perhatian mereka pada cerita juga akan
terganggu.
Dalam film atau dalam komunikasi visual kita harus memanfaatkan waktu seefisien mungkin agar
penonton bisa mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan dalam memahami film kita.
Komposisi memang mempunyai aturan-aturan yang sangat ketat, akan tetapi kita bisa saja melawan
aturan tersebut asalkan tetap bisa mengarahkan perhatian penonton pada Poi. Banyak sekali factor
yang mempengaruhi komposisi di antaranya; warna, garis, tekstur, bentuk, ukuran, dan sebagainya.
Yang menjadi sedikit mempunyai tantangan adalah dalam film kita mengkomposisi gerak. Karena
bisa saja subjek atau kamera bergerak terus menerus sehingga kita harus terus mengatur elemen-
lemen visual tersebut dalam frame kita, sehingga penonton tetap setia pada Poi.

Pencahayaan[sunting | sunting sumber]
Cahaya adalah salah satu elemen terpenting dalam sinematografi. Bahkan tak salah kiranya jika
ada ungkapan Film are Light ! atau film adalah cahaya, karena memang untuk meng-exposed
sebuah gambar kita memerlukan cahaya dan bahkan untuk melihat sebuah benda di alam ini kita
memerlukan pantulan cahaya.
Seni menata cahaya dalam film menjadi bagian yang terpenting karena bisa mempengaruhi juga
perhatian penonton terhadap cerita. Tata cahaya film sangat dipengaruhi oleh pengalaman kita
melihat kondisi cahaya dalam dunia nyata, bagaimanapun juga cahaya dalam film meniru cahaya
alam.
Secara Teori cahaya dalam film adalah 45 derajat tinggi dan jaraknya dari kamera, hal ini
dikarenakan masalah estetis saja, artinya dalam sudut 45 derajat sudut cahaya yang mengenai
wajah akan terlihat seperti yang kita lihat di alam nyata.
Dalam sinematografi kita hanya mengenal dua warna cahaya atau yang sering di sebut
sebagai Daylight atau cahaya matahari dan Tungsten atau cahaya lampu ruangan. Dua jenis warna
cahaya tersebut diukur dengan satuan Kelvin.
Karena hanya ada dua jenis warna cahaya dalam film maka kita bisa membaginya sebagai
menggunakan warna Daylight untuk scene siang dan warna tungsten untuk scene malam. Tentu
saja untuk tujuan kreatif hal ini juga bisa tidak dihiraukan, akan tetapi secara prinsip dua suhu warna
tersebut yang harus kita gunakan dalam bercerita.
Film juga sangat sensitive dalam menangkap beberapa spectrum cahaya yang tak terlihat oleh mata
kita seperti Ultra violet dan Infra red. Maka kita juga harus memperhatikan dua elemen spectrum
tersebut dalam membuat film.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menata lighting adalah bayangan atau shadow karena bayangan
tersebut bisa mengganggu atau membantu gambar kita. Mengganggu dalam arti jika kita salah
menempatkan cahaya maka di wajah aktor/aktris akan terlihat bayangan hidung, dahi, dan
sebagainya hal ini tentu saja bisa mengganggu penonton atau bahkan mengurangi
kecantikan/estetika gambar kita. Pada film horor, sering bayangan digunakan sebagai elemen
bercerita yang sangat efektif. Penonton bisa merasakan kehadiran makhluk halus dengan melihat
sebuah bayangan melintas di depan frame dan sebagainya.

Pergerakan kamera[sunting | sunting sumber]


Pergerakan kamera atau lebih dikenal sebagai camera movement adalah sebuah usaha
menggerakan kamera atau subjek untuk lebih mengenalkan ruang atau memberi kesan tiga dimensi
sebuah ruangan, di mana penonton seakan bergerak masuk/keluar atau bergerak ke kanan/ke kiri
mengikuti atau meninggalkan subjek.
Pada dasarnya Camera Movement terbagi dalam beberapa bagian besar yaitu:

1. Subjek bergerak ke arah kamera/meninggalkan kamera


2. Kamera bergerak ke arah subjek/meninggalkan subjek
3. Kamera dan Subjek bergerak/mengikuti subjek
4. Zooming atau pergerakan optis. Disebut pergerakan optis karena optik yg bergerak di dalam
lensa.
Sebelum menggerakan kamera/subjek sebenarnya ada hal yang paling mendasar bagi
cinematographer maupun filmmakernya yaitu:

1. Kapan kamera/subjek harus bergerak


2. Mengapa kamera/subjek harus bergerak
Hal ini berkaitan erat dengan pengadeganan atau mise en scene, di mana penonton akan mengikuti
atau tidak bisa mengikuti cerita dalam film tersebut. Artinya karena gerak kamera terlalu cepat atau
asal bergerak maka cerita yang ingin disampaikan atau informasi yang harus diketahui oleh
penonton akan terlewatkan atau penonton tidak memahami/mendapatkan informasi tersebut. dan
pergerakan kamera tersebut .

Pembuatan film (dalam konteks akademis sering disebut produksi film) adalah proses pembuatan
suatu film, mulai dari cerita, ide, atau komisi awal, melalui penulisan naskah, perekaman,
penyuntingan, pengarahan dan pemutaran produk akhir di hadapan penonton yang akan
menghasilkan sebuah program televisi. Pembuatan film terjadi di seluruh dunia dalam berbagai
konteks ekonomi, sosial, dan politik, dan menggunakan berbagai teknologi dan teknik sinema.
Biasanya pmebuatan film melibatkan sejumlah besar orang, dan memakan waktu mulai dari
beberapa bulan hingga beberapa tahun untuk menyelesaikannya, meski bisa lebih lama lagi jika
muncul masalah produksi. Produksi film besar terlama terjadi pada The Thief and the
Cobbler selama 28 tahun.

Daftar isi
 1Tahapan
 2Lihat pula
 3Referensi
 4Pranala luar
o 4.1Wikibooks
o 4.2Wikiversity

Tahapan[sunting | sunting sumber]
Produksi film berjalan dalam tiga tahap:[1]

 Pra-produksi—Persiapan perekaman dilakukan, yaitu ketika pemeran dan kru


film dipekerjakan, lokasi dipilih, dan latar dibangun. Ini juga tahapan ketika ide film diciptakan,
hak buku/naskah dibeli, dll.
 Produksi—Elemen mentah untuk film akhir direkam.
 Pasca-produksi—Film disuntingl; suara (dialog) produksi sekaligus disunting (namun terpisah),
runut musik (dan lagu) digubah, dipentaskan dan direkam, jika film tersebut butuh musik; efek
suara dirancang dan direkam; efek 'visual' grafis komputer lainnya ditambahkan secara digital,
semua elemen suara dicampurkan menjadi 'stem', kemudian stem dicampurkan dan
disejajarkan dengan gambar dan film tersebut akhirnya selesai ("terkunci").

5. Jenis Drama dan Teater

Jenis Drama dan teater yang kita tahu atau bahkan yang pernah kita lihat pastilah sangat beragam.
Jenis-jenis drama sendiri sangat banyak macamnya, seperti drama romance, horror, dl. Sedangkan
teater lebih ke jenis tradisional dan modern. Teater tradisional adalah sebuah seni pertunjukan yang
muncul pada masing-masing daerah dan berhubungan dengan adat istiadat setempat serta kehidupan
sosial masyarakat tersebut. Sedangkan teater modern adalah suatu bentuk perkembangan seni teater
tradisional yang yelah dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan ilmu drama bangsa barat.

Kenapa pada akhirnya drama sering disebut-sebut sama dengan teater? Salah kaprah ini berlanjut
karena drama yang biasa ditayangkan ditelevisi seperti layaknya sinetron juga dapat dibuat sebuah
pertunjukan langsung di atas panggung layaknya teater. Mungkin hal tersebut yang membingungkan para
pemirsanya.

Nah, agar dapat memperjelas penjelsasan di atas, simak contoh-contoh teater dan drama di bawah ini :

Contoh Teater

 Pertunjukan Wayang Orang


 Pertunjukan Ketoprak
 Pertunjukan Mendu
 Pertunjukan Lenong
 Pertunjukan Reog
 Seni Drama dan Tari

 Pertunjukan Sanghyang
 Teater Ludruk
 Pertunjukan Mamanda
 Pertunjukan Randai
 Pertunjukan Calonang

Contoh Drama

 Film
 Sinetron
 Drama Sekolah

Pengertian Teater, Unsur, Fungsi, Contoh


serta Perbedaannya dengan Drama
 Porosilmu.Com  00.14.00  Keterampilan

Teater adalah suatu aliran kesenian yang banyak digemari. Tak hanya oleh
para seniman yang sudah profesional saja, teater juga banyak dipelajari oleh
para seniman muda dan bahkan oleh para pelajar. Kesenian satu ini bahkan
juga dipelajari dalam mata pelajaran kesenian di sekolah.

Para siswa yang menyukai teater juga banyak yang mengadakan


ekstrakurikuler teater. Tak hanya pelajar sekolah saja, para mahasiswa di
perguruan tinggi juga ada banyak yang terlibat dalam kegiatan unit kegiatan
mahasiswa di bidang teater. Lantas, apa pengertian teater? Apa pula unsur,
fungsi serta contoh teater? Agar lebih jelas lagi, akan dijelaskan pula
mengenai apa perbedaan teater dan drama?
Pengertian Seni Teater
Untuk memahami pengertian teater, kita bisa mulai membahasnya dari
sejarah kata ‘teater’. Kata teater berasal dari bahasa Inggris ‘theater’ atau
‘theatre’. Sedangkan dalam bahasa Perancis, kata ini berasal dari ‘théâtre’
dan pada bahasa Yunani dari kata ‘theatron (θέατρον)’. 

Jadi, secara etimologis, pengertian kata “teater” adalah tempat atau gedung
pertunjukan. Sedangkan jika dilihat dari makna istilah, kata teater berarti
segala hal yang dipertunjukkan di atas pentas untuk konsumsi para
penonton atau penikmatnya.

Istilah teater juga dapat diartikan dalam dua cara, yakni dalam arti sempit
dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, teater diartikan sebagai sebuah
drama atau perjalanan hidup seseorang yang dipertunjukkan di atas pentas,
serta disaksikan oleh banyak orang dan berdasarkan naskah yang tertulis. 

Sedangkan dalam arti luas, teater diartikan sebagai segala adegan peran
yang dipertunjukkan di depan orang banyak, dapat berupa ketoprak,
dagelan, ludruk, wayang, janger, mamanda, sulap, sintren, akrobat, dan lain
sebagainya.

Perbedaan Teater dan Drama


Istilah teater seringkali dikaitkan dengan drama. Kedua hal ini dianggap
memiliki hubungan yang sangat erat dan identik. Padahal, pada prinsipnya,
istilah teater dan drama adalah dua istilah yang berbeda. Drama adalah
istilah yang berasal dari bahasa Yunani Kuno ‘draomai’ yang artinya
bertindak atau berbuat, serta dalam bahasa Perancis dari kata ‘drame’ yang
berarti menjelaskan tingkah laku kehidupan kelas menengah.

Dari penjelasan ini, dapat diketahui mengenai perbedaan teater dan drama.
Teater berkaitan langsung dengan pertunjukkan, sedangkan drama
berkaitan dengan peran atau naskah cerita yang hendak dipentaskan. 

Jadi, hubungan dari keduanya adalah teater menjadi visualisasi drama atau
drama yang dipentaskan di atas panggung serta disaksikan oleh para
penonton. Dapat dikatakan pula bahwa drama adalah bagian atau salah satu
unsur teater.

Fungsi Seni Teater


Seiring perkembangan jaman, fungsi teater juga mengalami perkembangan.
Dulunya, seni teater difungsikan sebagai sarana upacara atau hiburan. Tapi
kini fungsi teater juga mencakup sarana pendidikan. Sebagai bagian dari
seni, teater tak cuma dikonsumsi oleh masyarakat sebagai hiburan saja.
Teater kini juga berperan dalam nilai afektif dalam masyarakat.
Adapun fungsi teater meliputi :
1. Teater sebagai Sarana Upacara
Teater pada awalnya hadir sebagai sarana upacara persembahan kepada
dewa Dyonesos serta sebagai upacara pesta untuk dewa Apollo. Fungsi
teater untuk kepentingan upacara ini tidak memerlukan penonton. Penonton
teater ini sudah menjadi bagian dari peserta upacara itu sendiri. Di
Indonesia, seni teater yang dijadikan sebagai sarana upacara juga dikenal
sebagai teater tradisional.

2. Teater sebagai Media Ekspresi


Teater term asuk bentuk seni yang berfokus utama pada laku dan dialog.
Dalam praktiknya, para seniman teater akan mengekspresikan seninya di
dalam bentuk gerakan tubuh dan juga dalam ucapan-ucapan.

3. Teater sebagai Media Hiburan


Teater juga berperan sebagai sarana hiburan. Dalam hal ini, sebelum
pementasan teater dilakukan, harus terdapat persiapan dengan usaha
maksimal. Dengan begitu, diharapkan para penonton akan terhibur lewat
pertunjukan yang digelar.

4. Teater sebagai Media Pendidikan


Teater adalah seni kolektif. Hal ini berarti bahwa teater tidak hanya
dikerjakan secara individual saja. Untuk mewujudkan seni teater, diperlukan
kerja tim yang harmonis. Apabila suatu teater dipentaskan, maka
diharapkan pesan-pesan yang ingin diutarakan penulis dan pemain dapat
tersampaikan pada para penontonnya. Sebab, umumnya  manusia akan
lebih mudah mengerti suatu nilai baik atau buruk melalui pertunjukan,
dibandingkan jika hanya membaca lewat sebuah cerita.

Unsur-Unsur Seni Teater


Tidak setiap pertujukan dapat dikatakan sebagai teater. Pertunjukkan bisa
disebut sebagai teater apabila memenuhi unsur-unsur teater. Unsur-unsur
teater terbagi menjadi dua, yakni unsur internal dan unsur eksternal,
sebagai berikut :

Unsur Internal Teater


Unsur internal teater adalah unsur utama yang asalnya dari dalam teater itu
sendiri. Jika tidak ada unsur utama ini, maka tidak akan ada pertunjukan
teater. Unsur-unsur internal teater meliputi:

1. Aktor
Aktor adalah pemeran utama dalam pementasan teater. Tugas aktor dalam
teater adalah untuk menyampaikan jalannya cerita melalui ekspresi, gerak
dan suara.

2. Naskah
Dalam seni teater, naskah disebut sebagai lakon atau arahan peran. Naskah
menjadi panduan dari jalannya cerita bagi para aktor dan sutradara dalam
melakukan pementasan teater.

3. Pentas
Pentas adalah salah satu unsur yang dapat dinikmati oleh para penonton
serta orang banyak. Pementasan adalah sebuah pertunjukan yang
menyajikan estetika gerak, suara, ekspresi, dan setting dalam sebuah cerita
atau drama.

4. Sutradara
Sutradara adalah orang yang bertugas untuk mengarahkan semua unsur
yang ada di dalam seni teater. Tanggug jawab sutradara meliputi;
mengarahkan aktor, membedah naskah dan juga untuk memunculkan ide-
ide terkait pentas teater.

5. Kostum
Kostum adalah unsur penunjang bagi para aktor dalam melakukan
pementasan teater. Kostum yang tepat dapat membuat watak  aktor
terkesan mirip sesuai perwatakan tokoh yang dibawakan.

Unsur Eksternal Teater


Unsur eksternal teater adalah unsur pendukung yang berasal dari luar
teater. Tanpa adanya unsur pendukung, pertunjukan tidak dapat berjalan
dengan sukses. Adapun unsur-unsur eksternal teater meliputi:

1. Staf Produksi
Staf produksi meliputi orang-orang yang berada di balik layar teater, yang
berperan untuk mendukung jalannya pementasan. Staf produksi terdiri dari
manager tingkat produser atau pimpinan produksi hingga staf-staf di
bawahnya. Tugas masing staf produksi berbeda-beda sesuai posisinya.

Jenis Jenis Seni Teater Berdasarkan Zamannya


Jenis-jenis teater dapat dibagi menurut zamannya. Jenis teater menurut
jamannya dibagi dalam tiga jenis, yakni teater tradisional, teater modern,
dan teater kontemporer. Berikut keterangannya.

1. Seni Teater Tradisional


Seni teater tradisional adalah seni teater yang asalnya dari suatu
masyarakat tertentu. Teater tradisional umumnya tumbuh dan berkembang
di dalam masyarakat. Jadi, dapat dikatakan sangat dekat dan menjadi
bagian hidup di dalam masyarakat. Teater tradisional ini diwariskan secara
turun temurun sejak zaman nenek moyang sampai sekarang. Teater
tradisional umumnya dikenal pula sebagai teater klasik.

Ciri-Ciri Seni Teater Tradisional


• Memiliki keunikan dan keindahan tersendiri (dalam bentuk dan cara
penyajian, gerak fisik, latar, serta irama pengiringnya).
• Menggunakan latar atau setting sederhana.
• Pertunjukan diselenggarakan pada pentas terbuka tanpa menggunakan
panggung.
• Berisi pesan moral dan nilai-nilai luhur.
• Kebanyakan dari dialognya adalah improvisasi.

Contoh Seni Teater Tradisional


Contoh seni teater tradisional yang banyak dijumpai dalam masyarakat
adalah wayang orang, sendratari, lenong dan ketoprak.

2. Seni Teater Modern


Seni teater modern adalah jenis seni teater yang sudah tidak menggunakan
pakem seni teater tradisional. Teater modern tumbuh dan berkembang
dengan mendapat pengaruh perkembangan dari seni teater barat
(dramaturgi). Dapat dikatakan bahwa seni teater ini sudah memiliki
struktur, dan dialognya pasti serta mengikuti naskah. Jalan ceritanya pun
juga mutlak ditentukan oleh sutradara. Teater modern telah menghilangkan
sisi tradisi sehingga lebih menonjolkan sisi hiburan.

Ciri-Ciri Seni Teater Modern


• Bertujuan sebagai hiburan dan mendapatkan apreasiasi saja.
• Menggunakan bahasa nasional di dalam dialognya.
• Pertunjukan diselenggarakan pada pentas tertutup dengan menggunakan
panggung serta segala properti pendukungnya.
• Berisi kritik sosial yang ada pada era sekarang.
• Kebanyakan dialognya sesuai dengan naskah, namun tetap boleh untuk
diimprovisasi.

Contoh Seni Teater Modern


Contoh seni teater modern yang banyak dijumpai dalam masyarakat adalah
drama, operet dan drama musikal.

3. SENI TEATER KONTEMPORER


Seni teater kontemporer adalah jenis seni teater yang mengandung usur
kekinian. Teater kotemporer tumbuh dan berkembang di antara para tokoh
penggiat teater dan komunitas teater. Seni teater kotemporer tidak
menyasar pada jumlah penonton yang banyak atau pertunjukan yang
megah. Pertunjukan ini biasanya dilakukan dengan tujuan untuk
menyampaikan gagasan sutradara pada kalangan yang memahami teater,
sehingga pesan-pesan yang disampaikan dapat tersampaikan secara tepat
pada penontonnya.

Ciri-Ciri Seni Teater Kontemporer


• Merupakan buah pikir atau ide dari pada sutradara pribadi.
• Menggunakan bahasa nasional atau internasional di dalam dialognya.
• Pertunjukan diselenggarakan sesuai dengan tema. Dapat dilakukan pada
pentas tertutup atau pentas terbuka, tanpa atau dengan panggung.
• Berisi nilai atau pesan sutradara yang hendak disampaikan pada penonton
tertargetnya.
• Dialognya sebagian dari naskah, sebagian improvisasi.

Contoh Seni Teater Kontemporer


Contoh seni teater kontemorer yang banyak dijumpai dalam masyarakat
seperti teater jalanan, teater persembahan (tribute to) dan teater
kemanusiaan.

Jenis-Jenis Seni Teater Berdasarkan Penyampaiannya


Jenis - jenis teater menurut penyampaiannya dapat dibagi dalam lima jenis,
yakni teater boneka, drama musikal, teater gerak/ pantomim, teater
dramatik dan teaterikalisasi puisi. 

1. Seni Teater Boneka


Seni teater boneka merupakan jneis seni teater yang dimainkan para tokoh
yang berupa boneka. Biasanya teater ini mengangkat tema cerita legenda
atau kepercayaan tertentu. Teater boneka telah ada sejak zaman Yunani,
India dan Mesir Kuno, yang dibuktikan dari ditemukannya seni teater
tersebut di dekat makam-makam kuno.

Boneka yang digunakan dapat bermacam-macam. Seperti boneka yang


digerakkan dengan tali Marionette, boneka yang digerakkan dengan tongkat
seperti wayang, dan yang digerakkan dengan tangan. 

2. Drama Musikal
Seni teater yang berbentuk drama musikal adalah jenis seni teater yang
dimainkan oleh orang serta didukung dialog yang indah. Teater jenis ini
mengedepankan suara dalam penyampaian ceritanya. Pementasannya dapat
dilakukan dalam bentuk dialog, nyanyian, musik, dan dipadukan dengan
tarian dan alunan lagu.

Contoh drama musikal yang paling sering dilakukan dalam masyarakat


adalah opera. Opera juga sering dipentaskan dalam tim paduan suara untuk
membuat suasana jadi lebih hidup. Selain itu, opera juga merupakan seni
teater lawas yang diperkirakan sudah ada di dunia barat sejak awal tahun
1600 masehi.

3. Seni Teater Gerak


Seni teater gerak merupakan jenis seni teater yang biasa dimainkan dengan
menggunakan dialog minim, bahkan terkadang tanpa dialog. Teater gerak
juga disebut sebagai pantomim. Tokoh dalam seni teater gerak hanya
menyampaikan cerita melalui gerakan saja. Dalam beberapa pertunjukan,
pantomim sering dipetnaskan tanpa menggunakan properti sama sekali.
Karenanya, penonton pantomim akan diajak untuk membayangkan properti
melalui perlakuan dan ekspresi tokohnya. Pantomim termasuk jenis seni
tetaer paling minimalis, baik dari segi unsur maupun penampilan.
4. Seni Teater Dramatik
Seni teater dramatik merupakan jenis seni teater yang menyajikan
rangkaian cerita persis dengan kejadian nyatanya. Seni teater dramatik
menggunakan dialog dari naskah yang ketat, jarang dan seringkali bahkan
tanpa improve. Tata gerak dan penuturan cerita dalam teater dramatik
dibuat dengan senyata mungkin.

Dapat dikatakan pula bahwa seni ini menitikberatkan pada kemiripan dari
kejadian nyata terhadap isi cerita, atau sesuai pakem. Tidak ada
pengembangan dan improvisasi dalam pementasannya karena tujuannya
murni untuk menyamakan cerita sesuai kejadian nyata agar semirip
mungkin.

5. Teatrikalisasi Puisi
Teatrikalisasi puisi merupakan jenis seni teater yang dimainkan berdasar
pada karya sastra puisi. Biasanya, teatrikalisasi puisi berisi tentang suara
dan pandangan si pembuat puisi tersebut. Apabila dilihat dari kandungan isi
ceritanya, maka teatrikalisasi puisi bersifat menyampaikan ajakan untuk
melakukan suatu hal.

Selain itu, teatrikalisasi puisi juga dapat digunakan sebagai media


penyampaian suara atau kritik sosial. Kebanyakan pementasan seni teater
ini dilakukan ketika ada acara khusus tertentu dengan penonton yang
terbatas.
Teknik Dasar di Dalam Seni Teataer
 Thursday, March 2, 2017  Materi Teater

Salam Budaya. Membahas mengenai teknik dasar di dalam seni teater. Ada beberapa teknik yang harus di
kuasai seorang pemeran teater agar dapat menampilkan sebuah karakter dengan baik dan sesuai peran yang di
mainkannya. Teknik ini di mulai dari dasar dan pariasi di dalam penerapannya.

Gerak Tubuh

Gerak tubuh menjadi salah satu teknik yang harus di perhatikan seorang aktor, bukan tanpa alasan. Gerak
tubuh seorang aktor di atas panggung menjadi sebuah tolak ukur kemampuan seorang aktor dalam menguasi
panggung. Ketika seorang aktor tidak memiliki teknik ini ia akan kesulitan dalam memerankan seorang
karakter di suatu naskah. Dibutuhkan gerak tubuh yang sesuai dengan karakter yang sedang di perankan
seorang aktor teater.

Olah Vokal

Olah vokal menjadi salah satu teknik yang harus di miliki oleh seorang aktor teater. Untuk mementaskan
sebuah teater aktor dan aktris di tuntut harus memiliki kondisi vokal yang prima ketika mementaskan sebuah
lakon. Ketika anda menonton sebuah lakon pastinya anda akan mendengar vokal yang cukup keras dari
seorang aktor/aktris di atas panggung yang memperjelas artikulasi vokal perkata yang jelas. Walau dari jarak
yang cukup jauh dari penonton pemain harus memastikan suaranya terdengar dengan jelas. Anda bisa melatih
teknik vokal dengan cara melatih tekanan dinamik, Tekanan Tempo dan Tekanan Nada.

Tekanan dinamik

Tekanan dinamik dapat di artikan keras dan pelannya suatu ucapan di gunkan untuk menggambarkan isi
pikiran dan perasaan dari suatu kalimat. Contohnya; “hari senin ayah ke kantor” artinya; bukan hari selasa atau
hari yang lainnya. “Hari senin ayah ke kantor” artinya; bukan saya atau kakak saya. “Hari senin ayah ke
kantor” artinya; bukan ke pasar atau ke kolam berenang.
Tekanan Tempo

Tekanan Tempo maksudnya adalah cepat dan lambatnya ucapan. Gunanya sama dengan tekanan dinamik.
Untuk menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan dari suatu kalimat. Contohnya:

“Ha-ri Sen-in Ayah ke kantor”

“Hari Senin A-yah ke kantor”

“Hari Senin Ayah ke ka-ntor”

Tekanan Nada

Tekanan Nada merupakan lagu dari sebuah ucapan, contohnya; “Waduh, salah salah lagi!” atau “Gila, sudah
tau salah tidak mau ngaku!”

Olah Rasa

Olah rasa menjadi salah satu teknik yang sama wajibnya di miliki oleh seorang aktor/aktris. Melatih olah rasa
bukanlah suatu hal yang mudah, karena olah rasa harus memiliki keyakinan dan kemauan yang kuat. ini lah
teknik yang sedikit sulit di bandingkan teknik yang sudah saya jelaskan di atas. Olah rasa berperan penting
untuk melatih jiwa seorang aktor/aktris untuk memperdalam sebuah karakter.  Latihan yang biasanya di
lakukan yaitu dengan renungan atau yang di sebut penghayatan.

Mimik Muka

Mimik muka atau ekspresi, menjadi salah satu teknik yang memerlukan latihan yang baik dan benar. Dalam
pementasan teater kita bisa melihat mimik muka aktor/aktris dengan jelas yang menggambarkan suatu keadaan
dan situasi di dalam sebuah alur cerita. Itulah materi mengenai teknik dasar yang harus di miliki seorang
aktor/aktris agar dapat menampilkan sebuuah pementasan sesuai dengan naskah yang di pentaskan. Semoga
dengan adanya artikel ini dapat membantu pembaca dalam mengetahui teknik dasar di dalam seni teaterd.
Terimakasih, Salam Budaya
TEKNIK DALAM TEATER
Siapa sangka di balik megahnya pertunjukan teater, terselip
teknik-teknik yang melatarbelakangi para pemain teater
sehingga mereka beradu acting dengan baik.
Ekskul teater sekolah saya terbilang cukup kondang di daerah
yogyakarta, teater yang mampu meraih juara pertama tingkat
nasional dalam Festival Teater Remaja di Bandung.
Dalam ekskul teater, kami (para anggota teatera) di ajari
bagaimana bermain teater dengan teknik yang sebenarnya.
awalnya saya tak mengerti, sempat bingung. Teater mempunyai
teknik?
Dan, pertanyaan saya terjawab setelah saya menggelut di dunia
teater.
teknik-teknik teater yang guru saya ajarkan antara lain :
1. Pernapasan
1. Pernapasan yang di gunakan adalah pernapasan perut.
Pernapasan yang dapat kita simpan dan bersumber di
perut. Cara melakukannya mudah, hirup udara
sedalam-dalamnya dan gembungkan perut. Bukan
menaikan pundak ataupun dada, melainkan
gembungkan perut, tahan dan simpan.
2. Pernapasan dada juga termasuk dalam teknik
pernapasan, tetapi pernapasan dada sering kali
membuat tenggorokan menjadi sakit bahkan kadang
membuat suara hilang dalam jangka waktu beberapa
hari. Pernapasan dada kadang digunakan pada saat
pertunjukan dengan di bantu soundsystem ataupun
saat dialog tiap pemain tidak banyak.
2. Vocal
1. Vocal harus keras
2. Menggunakan pernapasan perut. Cara mengolah vocal
dengan perut akan meminimalisir kehabisan suara, dan
meminimalisir terjadinya sakit pada tenggorokan bila
menggunakan pernapasan dada.
3. Cara yang biasa dilakukan untuk melatih vocal agar
terdengar keras yaitu dengan pernapasan perut dan
melakukannya berulang kali dengan berteriak
menyebutkan A-I-U-E-O.
3. Ekspresi
1. Ekspresi yang menarik perhatian adalah ekspresi lucu,
dan natural. Cara menaturalkan ekspresi adalah
dengan cara memberi sugesti pada diri sendiri. "Aku
adalah tuyul dan tuyul adalah aku. aku seperti tuyul
dan tuyul seperti aku." Beri sugesti seperti itu jika
peran yang di mainkan adalah peran sebagai tuyul.
Sehingga, kamu bebas mengekspresikan tuyul pada
dirimu. Misal tuyul dengan bibir merot,
membelalakkan mata, memperlebar bibir, dsb.
2. Ekspresi yang kedua adalah ekspresi dengan mengikat
gerakan bibir, pipi, sorotan mata, alis, dan mimik
wajah. Hal itu akan mempertajam peran.
4. Blocking
1. Blocking adalah tata atau penempatan pemain teater di
atas panggung agar terlihat tidak monoton, tidak
terkesan mempersempit panggung, ataupun
memperluas panggung. Blocking biasanya di tata oleh
sutradara ataupun guru teater. Atau bisa juga bloking
dapat diatur oleh pengamat. Jadi, dalam teater pasti
akan muncul rasa janggal ketika melihat proporsisi
yang tidak enak di pandang. Nah, blocking inilah yang
membuat penampilan para pemain menjadi indah
ketika dilihat.
2. Blocking tidak boleh membelakangi penonton.
Artinya, para pemain teater dalam berdialog tidak
boleh membelakangi penonton dengan menyuguhkan
punggungnya. Jadi, ketika para pemain berdialog,
harus tetap memerhatikan sudut pandang penonton.
3. Blocking ketika adegan masyarakat. Buat serapat
mungkin (sesuai dengan panggung) dan usahakan buat
barisan yang tidak saling menutupi pemain lain.
Pemain dengan tinggi pendek di depan dan sebagian di
samping kanan (misalkan masyarakat muncul dari kiri
panggung) atau sebagian di samping kiri (misalkan
masyarakat muncul dari kanan panggung).
4. Kadang, sesuatu yang kita lakukan tak selalu sama
seperti apa yang kita harapkan. Jadi, usahakan
blocking mengikuti lighting. Misalkan dalam latihan,
tidak memakai lighting, namun dalam pementasan di
panggung, akan ada perpaduan dengan lighting. Jadi,
misalkan dalam panggung, blocking pemain teater
tidak terkena lighting, usahakan pindah ke tempat
yang terkena lighting. Tentu saja, cara berpindah harus
dengan acting. Itu adalah cara kecil untuk
mendapatkan fokus penonton.
5. Penjiwaan
1. Pemain teater harus menjiwai peran yang ia mainkan.
Memberi sugesti jika peran yang di mainkan adalah
tuyul. "Aku adalah tuyul dan tuyul adalah aku. aku
seperti tuyul dan tuyul seperti aku.". Sugestilah diri
sendiri saat memainkan peran sebagai tuyul. Jiwai
peran itu, dan buatlah seolah-olah penonton melihat di
atas panggung nampak seperti tuyul asli. Misalkan
dengan cacat tangan, cacat kaki, budek, cadal, jail,
iseng dsb.
2. Mainlah teater dengan hati. Semua pakai rasa.
6. Teknik Muncul
1. Sebelum pemain berada di atas panggung. Buatlah
penonton yang menunggu terkejut dan memiliki
bayangan sesuatu dengan teknik muncul. Teknik
muncul bisa dari jaritan, suara gaduh, ataupun
hentakan kaki. Misal sebelum masuk ke panggung,
katakan "Maling" jika dalam adegan sedang
kebingungan mencari maling. Dan buat suara itu
sekeras mungkin untuk mencuri fokus penonton.
Setelah itu, barulah ekpresi dan lanjutkan dialog.
7. Improvisasi
o Improvisasi adalah teknik bagaimana pemain teater
memberikan sanggahan, celetukan, atau tanggapan
secara spontan. Cara untuk melatih improvisasi
biasanya dengan di beri satu kata kunci misal "paku"
buatlah kata-kata yang berhubungan dengan paku dan
susunlah kata-kata yang nyaman diucapkan ketika
berdialog.

ntuk software pembuatan naskah bisa kalian gunakan software yang bernamah Celtx, Final draf dan juga

yang lainnya.
Nah, untuk mempermudah dalam pembuatan naskah maka perlu diseting terlebih dahulu dalam format yang

sering digunakan dalam hal tersbut, seperti halnya yang akan aku jelaskan dibawah ini mengenai format

pembuatan naskah film pendek.

Baca Juga Cara Akting Yang Bagus Ketika di Depan Kamera dan cara lengkap pembuatan film pendek

Format Penulisan Naskah Film Pendek

1. Menentukan Ukurang Kertas

Untuk ukuran kertas yang biasa digunakan dalam pembuatan suatu naskah mempunyai ukuran 8,5” x

11” atau Leter dengan mempunyai tulisan maksimal 60 baris untuk per-lembarnya. Kalau untuk Scane

number biasanya memiliki ukuran margin kiri 1,0”, margin kanan 7,4” dan margin atas serta bawah

mempunyai ukuran 0,5”.

2. Menentukan Font
Untuk font yang digunakan mempunyai jenis Courier, ingat caorier saja bukan courier new atau Prestige

Pica dengan ukuran 12. Kenapa menggunakan jenis hurup itu, karena kedua jenis hurup tersebut mempunyai

atau menghasilkan 10 karakter per inci horizontal dan 6 baris per inci vertikal.

3. Menentukan Format Scene Heading

Untuk scene heading mempunyai ukuran atau jarak 1,7” dari kiri dan 1,1” dari kanan sehingga pas jika

diisi dengan nomor urutan scene.

4. Menentukan Scene Transisi

Untuk scene transisi diperlukan dalam peralihan dari scene 1 dengan scene yang berikutnya, sehingga scene

transisi memiliki margin 6,0”. Tek yang digunakan seperti (CUT, FADE OUT, FADE IN).

5. Menentukan Nama Karakter

Untuk nama karakter diusahakan dengan menggunakan hurup besar dengan ukuran margin kiri 4,1” yang

tepat berada di bawah Scene Headings.

6. Menentukan Format Dialog

Untuk dialog sendiri memiliki ukuran margin kiri 2,7”  dan margin kanan 2,4” yang berada dibawah nama

tokoh. Jika dalam 1 halaman tidak bisa menampung dialog yang cukup panjang, maka perlu ditambahkan

teks (More) di setiap akhir naskah dan tentunya dengan menggunakan margin kiri 4,1”.

7. Menentukan Parenthetical

Untuk parenthetical sendiri merupakan sebuah petunjuk dalam berekspresi sehingga bisa mendalami karakter

terutama dalam dialog. Seperti halnya, sedih, nangis, tertawa dan sebagainya.
Langkah Menulis Naskah 1: Premis
Ada pepatah yang mengatakan bahwa jika kamu tak bisa menjelaskan sesuatu dengan
sederhana, maka kamu tak cukup mengerti. Pepatah ini berlaku dalam penulisan
skenario. Jadi, silahkan camkan baik-baik pepatah tersebut sebelum kamu memulai
proses kreatifmu.

Kamu harus bisa menjelaskan ceritamu dalam satu kalimat. Pernahkah kamu
mendengar istilah elevator pitch? Ini adalah istilah yang menjelaskan sebuah
perandaian dimana kamu bertemu seorang produser ternama di sebuah lift dan tiba-tiba
ia menanyakan apa yang sedang kamu kerjakan. Penjelasan panjang dan bertele-tele
tidak akan membuatnya tertarik, sementara beberapa detik kemudian, ia sudah tiba di
kantornya, meninggalkan kamu yang masih belepotan menjelaskan. Jelaskan dengan
singkat, lugas, dan tepat.

Apa itu premis? Premis adalah pernyataan cerita dan masalah yang menggerakan
cerita. Dalam sebuah premis terkandung (1) karakter & atributnya, (2) aksi/tindakan, (3)
situasi. Biasanya, ketika menulis premis, nama karakter belum disebut, melainkan
menjelaskan atributnya. Berikut contoh-contoh premis beberapa film Pixar yang
terkenal (kami terpaksa mengambil contoh film panjang yang terkenal untuk
memudahkan teman-teman pembaca, film Pixar selalu menjadi contoh yang baik,
karena premisnya sederhana dan mudah diidentifikasi):

Finding Nemo: Seekor ikan badut menantang marabahaya di samudera lepas untuk


mencari anak semata wayangnya yang diculik oleh seorang penyelam tak dikenal.
Toy Story: Sebuah boneka koboi kesayangan pemiliknya merasa terancam & cemburu
dengan kedatangan mainan Astonot baru.

Sekarang apa premis ceritamu? Coba jabarkan dan identifikasi ceritamu ke dalam satu
kalimat. Sisihkan dulu detail-detail, karena kita belum sampai pada tahap itu.
Lihatlah big picture-nya, identifikasi strukturnya, dan jangan lekas melaju ke tahap
berikutnya sebelum premis ceritamu solid.
Coba diskusikan premis ceritamu dengan teman-teman satu produksimu. Bahas
bersama kemungkinan-kemungkinan lain. Tampung semuanya dan jangan
kesampingkan  pendapat teman-temanmu. Pada tahap ini, kamu memang harus
terbuka dengan segala kemungkinan. Begitu kamu yakin dengan premis ceritamu,
lanjutkan ke tahap berikutnya.

Langkah Menulis Naskah 2: Sinopsis


Pendek
Kamu sudah punya satu kalimat yang menjelaskan film pendekmu secara keseluruhan.
Sekarang, coba jabarkan satu kalimat ceritamu menjadi tiga kalimat. Tiga kalimat ini
disebut sinopsis. Sekali lagi, jangan terpaku pada detail-detail yang tidak perlu karena
kita belum sampai ke sana. Pilihlah kalimat dengan bijak, karena ini akan menentukan
proses penulisanmu berikutnya. Jika kamu mulai keluar dari fokus, ingatlah kembali
satu kalimat premismu, agar cerita tidak kehilangan fokus.
Perhatikan pula hubungan sebab-akibat dalam menulis kalimat sinopsis. Hubungan
sebab-akibat yang baik akan memudahkanmu dalam menulis babak pertama, kedua,
dan ketiga. Ketiga kalimat tersebut haruslah mewakili ketiga babak tersebut. Babak
pertama mewakili situasi awal, babak kedua menceritakan pokok persoalan, dan babak
ketiga menceritakan penyelesaian.

Sebagai latihan, kita akan melanjutkan premis Finding Nemo dan Toy Story yang sudah
kita tulis sebelumnya menjadi satu kalimat sinopsis.

Finding Nemo: Marlin, seekor ikan badut pemalu hidup bersama Nemo, anak semata
wayangnya yang memiliki sirip tak sempurna. Suatu ketika, sang anak tertangkap jaring
nelayan dan dibawa ke Sydney, Australia. Marlin pun harus menempuh perjalanan
penuh marabahaya untuk menemukan kembali anaknya.
Toy Story: Woody, mainan koboi favorit pemiliknya yag bernama Andy, merasa
terancam dengan kedatangan Buzz Lightyear, mainan astronot baru yang menjadi
favorit baru Andy. Suatu ketika, Woody yang cemburu tidak sengaja mendorong Buzz
Lightyear jatuh keluar dari kamar Andy. Kini, Woody harus mencari Buzz Lightyear
untuk mengembalikan kepercayaan teman-teman mainan penghuni kamar Andy
lainnya.
Bagaimana? Kini satu kalimat premis yang sudah kalian diskusikan terasa lebih detail
dan lengkap dengan nama (1) karakter dan atributnya, (2) deskripsi masalah, serta (3)
langkah (action) apa yang harus diambil oleh tokoh utama. Cerita kalian akan tetap
fokus karena berpegang pada premis utama.
Sekarang coba jabarkan premismu menjadi sinopsis. Lanjutkan meeting dengan teman-
teman produksimu untuk menulis sinopsis. Jika ide-ide mulai berdatangan, buka
kembali premismu dan refleksikan kembali apa yang menjadi fokus utamamu. Jangan
pernah takut untuk kembali ke langkah pertama dan mengubah premismu. Lebih baik
kamu melakukannya sekarang daripada setelahnya.

Jika kamu sudah yakin dengan sinopsismu dan teman-temanmu sudah sepakat. Mari
lanjut ke langkah berikutnya yang dijamin semakin seru.

Langkah 3: Sinopsis Panjang


Kini kamu sudah memiliki sinopsis pendek yang solid. Sekarang tugasmu adalah
memasukan detail-detail dari ketiga kalimat sinopsis pendekmu. Cara paling mudah
adalah menjabarkan ketiga kalimat sinopsis menjadi tiga paragraf. Masing-masing
kalimat di langkah sebelumnya bisa kamu jadikan topic sentence. 
Apa itu topic sentence? Topic sentence adalah kalimat utama dan pertama yang
mengidentifikasikan isi paragraf. Topic sentence selalu ditulis di awal sebuah paragraf. 
Ia harus bisa menjelaskan topik keseluruhan dalam satu paragraf. Topic
sentence selalu didukung oleh kalimat-kalimat pendukung. Kalimat pendukung harus
tetap bersinggungan dan memperkuat topik utama.
Kita ambil contoh sinopsis pendek Finding Nemo:

“Marlin, seekor ikan badut pemalu hidup bersama Nemo, anak semata wayangnya yang
memiliki sirip tak sempurna. Suatu ketika, sang anak tertangkap jaring nelayan dan
dibawa ke Sydney, Australia. Marlin pun harus menempuh perjalanan penuh
marabahaya untuk menemukan kembali anaknya.”

Sekarang masing-masing kalimat tersebut bisa dijadikan topic sentence sebuah


paragraf. Contoh:
Paragraf 1: Marlin, seekor ikan badut pemalu hidup bersama Nemo, anak semata
wayangnya yang memiliki sirip tak sempurna.

Paragraf 2: Suatu ketika, sang anak tertangkap jaring nelayan dan dibawa ke Sydney,
Australia.
Paragraf 3: Marlin pun harus menempuh perjalanan penuh marabahaya untuk
menemukan kembali anaknya.

Nah sekarang tugasmu adalah menulis kalimat pendukung untuk masing-masing topic


sentence di atas. Nih contohnya:
“Marlin, seekor ikan badut pemalu hidup bersama Nemo, anak semata wayangnya yang
memiliki sirip tak sempurna. Ia sangat menyayangi dan menjaga Nemo karena ia satu-
satunya anak yang selamat dari suatu kejadian di masa lalu. Sementara itu, Nemo
mulai kesal karena ia merasa ayahnya berlebihan dalam menjaga dan melindunginya.

Suatu ketika, Nemo tertangkap jaring nelayan. Dari kacamata yang penyelam yang
tertinggal, Marlin mengetahui ke mana Nemo di bawa, yaitu Sydney, Australia. Marlin
tidak sengaja bertemu dengan Dory, seekor ikan penyandang masalah ingatan jangka
pendek, yang bersedia membantu Marlin.

Marlin pun harus menempuh perjalanan penuh marabahaya untuk menemukan kembali
anaknya. Beberapa kejadian pun harus dihadapinya, mulai dari tertelan ke perut ikan
paus, bertemu pasukan penyu yang sedang migrasi, hingga bertemu kawanan ikan hiu.
Bersama Dory, mereka mengarungi samudera luas menuju Sydney untuk mencari
Nemo.”

Kira-kira begitulah apabila ketiga kalimat tersebut dijabarkan menjadi tiga paragraf.
Sekarang coba jabarkan tiga kalimat sinopsis pendekmu menjadi tiga paragraf.
Deskripsikan kejadian-kejadian dengan lebih rinci dan detail. Pastikan tokoh utamamu
mengalami masalah serius, buat hidupnya susah, beri ia pelajaran hidup berarti, seperti
Marlin. Jika kamu merasa ceritamu mulai bertele-tele, hentikan sejenak, lihat kembali
premismu, ingat kembali fokus utamamu. Tetaplah berpegang pada satu kalimat premis
utamamu!

Langkah 4: Treatment
Oke, sekarang ceritamu sudah semakin detail, bukan? Jangan puas dulu, karena
perjalananmu masih panjang sampai naskahmu siap untuk dieksekusi. Sekarang kamu
punya tiga paragraf yang berisi karakter, masalah, dan tindakan yang diambil oleh sang
karakter. Tugasmu adalah menjabarkan lagi tiga paragraf tersebut menjadi cerpen
(cerita pendek) yang terdiri dari beberapa paragraf.
Kamu bisa cari berbagai referensi cerpen baik di Google, perpustakaan, maupun toko
buku. Jangan khawatir dulu soal dialog yang diucapkan oleh karakter, jangan khawatir
pula soal pembagian adegan maupun urutan shot. Itu urusan nanti. Sekaramng fokus
dulu pada penjabaran tiga paragraf sinopsis panjang. Berpeganglah pada struktur yang
sudah kau tulis di sinopsis panjang. Ketika kamu mulai hilang fokus dan merasa cerita
mulai bertele-tele, buka kembali premis utamamu dan ingat kembali apa yang menjadi
fokus utamamu.

Cara paling mudah untuk melakukannya adalah menjabarkan lagi masing-masing


paragraf menjadi tiga paragraf. Misalnya dalam kasus Finding Nemo, kamu bisa
jabarkan lagi paragraf pertama yang berisi situasi awal hubungan Marlin dan Nemo ke
dalam tiga paragraf. Perkaya tulisanmu dengan penggambaran latar tempat dan waktu
yang lebih detail. Bangun nuansa menggunakan kata-kata sifat untuk membantu
pembaca memahami dunia yang sedang kamu bangun. Lengkapi pula dengan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh karakternya.

Ingat, jangan lupakan struktur utama ceritamu. Jangan takut untuk buka kembali premis
utamamu. Jika kamu sudah merasa puas dengan cerita pendekmu (dalam film biasa
disebut treatment), mari melaju ke tahap berikutnya: penulisan naskah.

Langkah 5: Naskah
Jika kamu mengikuti petunjuk kami diatas, maka sekarang kamu sudah memiliki
minimal 9 paragraf cerita pendek. Sekarang saatnya kamu menuangkannya ke dalam
format naskah.

Sebelum ke sana, cara paling mudah untuk mempersiapkanmu menulis naskah adalah
menjabarkan 9 paragraf tersebut ke dalam urutan adegan (scene). Adegan (scene)
dibagi sesuai dengan latar tempat dan waktu. Apabila suatu situasi terjadi dalam satu
tempat dan waktu, maka ia dihitung sebagai satu adegan. Jabarkan ceritamu ke dalam
urutan latar waktu dan tempat. Lalu tulis kejadiannya dengan semakin detail. Misalnya:

Scene 1 – Dapur Kos – Siang

Scene 2 – Kamar Tidur – Malam


Scene 3 – Sekolah – Pagi

Dan seterusnya…

Jika kamu sudah memiliki urutan cerita sesuai dengan latar waktu dan tempat. Kini
kamu bisa menuangkannya ke dalam format naskah. Aplikasi yang biasa digunakan
untuk menulis naskah adalah FinalDraft. Namun aplikasi ini harganya relatif mahal.
Beberapa penulis menggunakan Celtx, aplikasi gratis yang tak kalah canggih dengan
FinalDraft.

Sekian langkah-langkah menulis naskah agar ceritamu tetap fokus. Jika kamu
mengikuti langkah-langkah ini, mudah-mudahan ceritamu dapat tetap fokus. Kami tahu
seringkali banyak ide-ide liar berdatangan dan menganggu fokus cerita. Jika kamu
mengalaminya, kami tidak pernah bosan untuk mengingatkan untuk melihat kembali
tulisanmu di tahap sebelumnya, dan ingat kembali premis utama ceritamu, karena itulah
fokus utamamu. Yang kamu lakukan setelah menulis premis adalah memberikan
argumen penunjang untuk memperkuat premis tersebut. Jangan pernah menambahkan
situasi, karakter, atau apapun yang malah melemahkan premis utamamu.

Tak ada aturan baku dalam penulisan skenario. Yang kami tulis di sini adalah
berdasarkan pengalaman kami, karena kamipun sering mengalami hal serupa. Jadi
jangan pernah takut untuk bereksplorasi dan menemukan proses kreatifmu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai