Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH FOTOGRAMETRI

DASAR POKOK BAHASAN MINGGU 1 : DASAR FOTOGRAFI


DIGITAL UNTUKMENDUKUNG PROSES FOTOGRAMETRI

Disusun Oleh :

CATUR AGUNG PAMUNGKAS (119230051)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOMATIKA

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN


KEWILAYAHANINSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
A. Mata Acara Praktikum

Mata acara praktikum Fotogrametri Dasar pada Selasa, 14 September 2021


adalahDasar Fotografi Digital Untuk Mendukung Proses Fotogrametri.
B. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui dasar-dasar fotografi.

2. Memahami apa itu segitiga eksposure.

3. Menganalisis perbedaan kamera DSLR dan kamera SmartPhone.


C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah

1. Kamera SmartPhone

2. Kamera DSLR

3. Laptop

4. Mouse

5. Microsoft word

D. Landasan Teori
1. Kamera DSLR
Memotret adalah kegiatan mengambil gambar sebuah benda dengan media cerah.
fotografi adalah kombinasi dari teknologi dan seni, bukan hanya melihat dan
mengabadikan, tetapi juga ada seni dalam mengamil gambar tersebut. Dunia fotografi
semakin berkembang dan pengguna terus berkembang sangat cepat, dengan kamera
DSLR yang memiliki berbagai macam jenis fitur profesional untuk memungkinkan
penyertaan momen yang mudah dan hasil yang lebih banyak jernih. Kamera DSLR
adalah kamera apa yang sangat populer pada saat itu baik untuk pemula atau profesional.
Akan tapi dengan harga kamera DSLR yang cukup mahal terkadang membuat beberapa
orang yang menginginkan kamera harus ada sedikit penundaan untuk memilikinya
terutama untuk pemula. Kemudian dari bahwa mereka lebih suka pada akhirnya
keterlambatan dalam mempelajari dan meneliti cara menggunakannya. (Purwanto, 2011)
2. Sensor Size
Kamera masa kini telah menggantikan bidang penangkap cahaya, dari film ke sensor peka
cahaya. Sejatinya sensor ini bukan teknologi baru. Kamera video lebih dari 20 tahun silam sudah
memakai teknologi ini. Ketika era digital memasuki fotografi, perkembangan sensor berkembang
pesat. Salah satu ukuran kualitas sensor terdapat pada ukuran besarnya sensor. Pada awalnya
pihak pabrikan masih kesulitan mendesain sensor seukuran bidang film 35mm pada kamera SLR.
Seiring berkembangnya teknologi, ukuran sensor pada kamera fotografi sudah menemukan
standar yang baku antara produsen kamera terkenal dunia. Pada kamera DSLR yang popular,
terdapat dua ukuran sensor yang umum dipakai, yaitu: (1) Ukuran APS-C : 22 x 15 mm, yang
mempunya crop factor 1.5 lebih kecil dari ukuran film 35 mm pada kamera analog. Sensor jenis
ini paling banyak digunakan pada kamera DSLR dengan rentang harga yg lebih ekonomis.
Produsen kamera Canon, sensor APS-C sedikit lebih kecil, dengan crop factor 1.6. (2) Ukuran
Full Frame: 50 x 39 mm, sensor ini setara film 35mm, makanya disebut full frame. Dengan
ukuran sensor yang besar ini, banyak keuntungan yang diperoleh pada kualitas gambar. Resolusi
yang lebih besar, kerapatan pixel dan kompatibilitas lensa dengan kamera yang makin banyak,
karena pada awalnya kamera analog sudah tersedia lensa yang banyak pula. Kelebihan lain adalah
pada lebih luasnya pengaturan untuk memilih kedalaman ruang tajam dengan bukaan atau yang
terkait depth of field maupun bokeh, sebuah istilah yang popular di dalam fotografi. Selain
ukuran di atas, masih banyak ukuran sensor yang lebih kecil, umumnya dipakai di kamera
kompak maupun kamera yang disematkan di smartphone. (Riyadi, 2014)

Beberapa tahun terakhir beberapa kamera telah memperluas kedalaman bidang atau depth
of field dengan menghasilkan fungsi penyebaran titik kedalaman invarian. Depth of Field
(DoF) merupakan salah satu konsep terpenting dalam fotografi. Banyak fotografer
mengetahui bahwa DoF dapat mengontrol sesuai dengan aperture. Depth of Field
merupakan jarak antara objek terdekat dan terjauh dalam foto yang tajam. Transisi dari
tajam ke tidak tajam secara bertahap, dan istilah tajam yang dapat diterima. (Cossairt,
Nayar, & Zhou, 2010)

3. Shutter Speed
Shutter Curtain Speed Bagian kedua yang dibahas adalah mekanisme yang
mengatur kecepatan membuka dan menutup shutter, yang biasa disebut dengan shutter
speed. Letak bagian shutter speed ini berada pada body kamera jika fotografer
menggunakan kamera tipe single lens reflect (SLR). Bagian ini adalah bagian yang
mengatur kecepatan di mana tirai rana dapat membuka dan menutup sehingga dapat
mengatur lamanya waktu jumlah cahaya yang telah melewati diafragma untuk mencapai
atau direkam pada film. Jika dijelaskan, fungsi shutter speed juga mengatur jumlah
cahaya yang dapat menerangi film di dalam kamera. Namun, kecepatan rana
menyesuaikan jumlah cahaya tergantung pada kecepatan cahaya melewati rana atau tirai
rana saat terbuka. Sedangkan diafragma mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke film
tergantung besar kecilnya bukaan lensa. Gambar 5 Shutter Curtain Tirai rana seperti
gambar di atas terdiri dari beberapa pelat yang membuka dan membiarkan cahaya masuk
ke film, dan menutup seperti sebelumnya. Panjang atau kecepatan buka tutup rana diatur
oleh kecepatan rana. Jika kecepatan rana diatur ke buka selama 1 menit, rana juga akan
terbuka selama 1 menit dan selama waktu ini cahaya akan menerangi film dan direkam
hingga rana tertutup.
(Gunawan, Pengenalan Teknik Fotografi, 2013)

Perbedaan kecepatan pada shutter speed ini dapat diatur dengan angka 1 , ½ , 1/4 , 1/8 ,
1/15 , 1/30 , 1/60 , 1/125, 1/250 , 1/500 , 1/1000 , 1/2000 , 1/4000 , 1/8000. Angka-angka
tadi adalah angka yang umumnya terdapat pada shutter speed kamera manual SLR.
Angka tersebut dibaca dalam hitungan detik atau second, namun dalam penulisannya di
kamera, angka 1 yang menandakan „satu per atau seper‟ tadi tidak ditulis. Sehingga bila
yang terbaca adalah angka 15, maka shutter speed kamera tersebut akan membuka dan
menutup dalam 1/15 detik. Namun bila yang tertulis adalah angka 2” maka kecepatan
membuka menutupnya shutter adalah 2 detik.

Dalam sistem kerjanya makin besar angka shutter speed tentu saja makin cepat
proses shutter tersebut membuka dan menutup. Sehingga bila kamera menunjukkan
angka 500 dan angka 2000, maka kecepatan kamera tersebut adalah 1/500 detik dan
1/2000 detik, dan itu berarti shutter akan membuka dan membiarkan cahaya memasuki
film lalu menutup lebih cepat adalah yang 1/2000 detik. Dalam kondisi ini maka shutter
speed yang lebih lambat akan membuka shutter lebih lama dan membiarkan cahaya
menerangi film lebih lama dari shutter speed yang lebih cepat.
Karena proses kecepatan rana mempengaruhi panjang dan kecepatan rana atau bukaan
rana, ada efek yang dihasilkan dari kondisi ini. Selama proses penyinaran, semua gerakan
objek terekam pada film saat rana terbuka, selama rana terbuka. Jadi ketika fotografer
memotret subjek yang bergerak, pergerakan subjek akan terekam di film selama shutter
terbuka. Semakin lama rana terbuka, semakin banyak cahaya yang jatuh pada film dan
pergerakan objek yang direkam meningkat. Semakin banyak pergerakan objek yang
ditangkap dalam sebuah foto, semakin buram objek tersebut, seiring pergerakan objek
yang terekam. Teknik yang menggunakan kecepatan relatif lambat disebut slow motion
atau teknik gerak. Sedangkan jumlah shutter yang mendukung slow speed ini misalnya
satu detik, 1/8 detik, dan seterusnya.

4. Iso & Noise


Pada awalnya, secara definisi ISO adalah ukuran tingkat sensifitas film terhadap
cahaya. Setelah munculnya sensor, fungsi ini dianggap menggantikan fungsi film.
Semakin tinggi setting ISO maka semakin sensitif sensor terhadap cahaya. Noise yang
terjadi pada gambar hasil foto digital seringkali dibandingkan dengan grain pada sebuah
foto yang dihasilkan oleh film. Dalam sejarahnya, sinematografi sering memasukan unsur
grain dalam hasil gambarnya. Sebab pada awalnya, kamera film memang menggunakan
pita seluloid seperti pada film untuk fotografi, walaupun beda ukuran. Grain pada film,
dianggap bagian dari keindahan atau estetika tertentu. Sedang noise pada sensor digital
tidak selalu mencerminkan sisi estetika, karena “rasa” yang dihasilkan oleh grain dengan
noise tidak selalu dianggap sama. (Riyadi, 2014)

5. Aparture
Aparture merupakan suatu fitur yang ada didalma kamera yang dimana fitur itu
menggunakan lensa sebagai penunjang unutk mengatur pencahayaan yang masuk ke
kamera. Cahaya yang diterima lensa dapat berpengaruh jika semakin besar lensa yang
dibuka dan semakin kecil mempengaruhi kedalaman dari warna objek tersebut. Untuk
dapat mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk melalui lensa, diafragma pada
lensa kamera bisa membuka dengan besaran diameter yang bisa dirubah. Besar kecilnya
bukaan diafragma dinyatakan dalam f-number tertentu, dimana f-number kecil
menyatakan bukaan besar dan f-number yang besar menyatakan bukaan kecil. Selain itu,
secara karakteristik optik lensa, bukaan besar akan membuat foto yang DOFnya sempit
(background bisa blur), dan bukaan kecil akan membuat DOF lebar(backgroundtajam).
Saat mengatur nilai diafragma (aperture), ingatlah bahwa setiap stop ditandai dengan nilai
fnumber tertentu yang digambarkan urut dari yang besar hingga kecil. (IqbalAlKhazim,
2015)

E. Langkah Kerja
Pada praktikum kali ini memiliki langkah kerja yang sama antara DSLR dan
Kamera Smartphone.
1. Lakukan persiapan seperti melakukan cas batrai DSLR dan kamera
smartphone.
2. Saat melakukan pengambilan gambar cari objek yang akan ditentukan.
3. Pada smartphone gunakan fitur pro pada kamera.
4. Lakukan pengambilan gambar Under Exposure, Good Exposure dan Over
Exposure pada kamera smartphone dan DSLR.
5. Lakukan pengambilan gambar stop motion pada siang hari dan malam hari
menggunakan kamera smartphone dan DSLR.
6. Lakukan pengambilan gambar untuk bokeh (blur) dan non bokeh, agar gambar
dapat dilihat dari segi ketajaman nya.
7. Setiap langkah 4,5,6 memiliki aturan dari iso, apature dan shutter speed
tersendiri, agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan soal yang diberikan.

F. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Kamera SmartPhone Keteranga Kamera DSLR Keteranga
n n
Under Exposure
f/1.79 f/4

1/4000 1/500

ISO125 ISO100

Good Exposure
f/1.79 f/4.5

1/100 1/100

ISO50 ISO100

Over Exposure
f/1.79 f/4.5

1/10 1/160

ISO50 ISO800
Stop motion ¼ siang

f/1.79 f/4.5

1/1600 1/200

ISO6400 ISO6400

Stop Motion 8 siang

f/1.79 f/4.5

¼ ¼

ISO100 ISO200

Stop motion 8 malam

f/1.79 f/8

8” 8”

ISO80 ISO100
Stop motion ¼ malam
f/1.79 f/8

1/14 ¼

ISO11675 ISO3200

Bokeh

f/1.79 f/4.5

1/30 1/160

ISO50 ISO800

Minimal blur

f/1.79 f/16

1/30 1/60

ISO50 ISO6400
2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini mendapatkan 9 hasil gambar yang berbeda, dimana setiap
gambar mewakili satu jenis gambar yang didapat, baik itu under exposure, good
exposure, over exposure, stop motion siang hari, non stop motion siang hari, stop
motion malam hari, non-stop motion malam hari, bokeh dan non bokeh. Dari 9
gambar yang diperoleh pada setiap device yang digunakan baik dari smartphone
maupun kamera DSLR setiap device mengatur segitiga exposure yang dimana untuk
mendapatkan ke-9 jenis gambar tadi perlu mengatur yang namanya ISO, aperture, dan
shutter speed. Pada setiap device memiliki kualitas yang baik, namun pada kamera
DSLR memiliki warna lebih dalam dan tajam sehingga menciptakan kualitas yang
lebih bagus bila dibandingkan dengan kamera smartphone. Pada setiap gambar perlu
pengaturan khusus yang dimana jika under exposure pada ISO diturunkan sehingga
memiliki pencahayaan yang gelap, maupun shutter speed, juga berpengaruh pada
banyaknya cahaya di terima, pada aperture sedikit di turunkan untuk mendapatkan
hasil yang gelap. Pada good exposure merupakan gambar normal atau bisa dibilang
jenis gambar Auto yang dimana memiliki ISO tidak tinggi dan tidak rendah, sehingga
akan menghasilkan warna atau pencahayaan yang normal. Pada over exposure
merupkan gambar yang dimana memiliki pencahayaan berlebih, dapat dilihat pada
ISO yang terbilang tinggi, maupun shutter speed yang tinggi maka hasil akan semakin
menangkap cahaya menjadi lebih banyak.
Stop Motion merupakan menangkap gambar yang bergerak. Saat melakukan
pengambilan gambar yang bergerak perlu yang namanya mengatur shutter speed yang
berfungsi untuk kecepatan menangkap gambar yang diterima, pada shutter speed
tinggi sekitar 4 atau 8 detik gambar yang bergerak seperti memiliki berbayang atau
jejak pergerakan, sedangkan jika dibuat saat shutter speed nya rendah sekitar ¼ atau
1/120 akan mendapatkan gambar yang stop. Baik di siang ataupun malam hari tidak
meiliki perbedaan, hanya saja iso yang atur berbeda saat siang hari maupun malam
hari. Benda yang ditangkap dengan shutter speed 4 atau 8 detik rentan untuk
mengalami gambar bergoyang, oleh karena itu perlu namanya tripod atau benda yang
dapat memopang dari kamera smartphone maupun kamera DSLR.
Bokeh merupakan gambar yang dimana memfokuskan pada satu objek dan objek
dibelakang menjadi tidak terlihat jelas atau blur. Sistem bokeh sama seperti sistem
mata manusia saat melakukan fokus pada di suatu objek otomatis mata kita akan
melihat benda disekitar yang tidak menjadi area fokus menjadi blur. Pada jenis
gambar blur, fokus, cahaya dan bukaan kamera menjadi peran penting pada DSLR,
karena saat melakukan fokus pada suatu objek, objek di belakangnya akan terlihat
blur, jika iso normal maka gambar akan mudah fokus, tetapi jika aparture dan iso
tidak normal akan sulit mendapatkan fokus. Bila dibandingkan dengan kamera
smartphone lebih mudah untuk mendapatkan fokus ketimbang kamera DSLR karena
lensa pada kamera smartphone di desain bukan untuk mengambil gambar
pemandangan, melainkan gambar yang memiliki objek, sehingga fokus lebih mudah
di capai daripada menggunakan kamera DSLR.

G. Sumber Pustaka

Gunawan, A. P. (2013). PENGENALAN TEKNIK DASAR FOTOGRAFI. PENGENALAN


TEKNIK DASAR FOTOGRAFI , 522.
IqbalAlKhazim, B. S. (2015). MODUL LABORATORIUM FOTOGRAFI DIGITAL. Jakarta Barat:
Universitas Gunadarma.
Purwanto. (2011). RANCANG BANGUN APLIKASI PEMBELAJARAN FOTOGRAFI
TINGKAT DASAR BERBASIS ANDROID. RANCANG BANGUN APLIKASI
PEMBELAJARAN FOTOGRAFI TINGKAT DASAR BERBASIS ANDROID.
Riyadi, T. (2014). SINEMATOGRAFI DENGAN KAMERA DSLR. SINEMATOGRAFI
DENGAN KAMERA DSLR, 922.
Cossairt, O., Nayar, S., & Zhou, C. (2010). Diffusion Coded Photography for Extended
Depth of Field. ACM Transactions on Graphics

Anda mungkin juga menyukai