.
2. KOMPONEN DASAR KAMERA SLR (SINGLE LENS REFLECT)
2.1 DIAFRAGMA
Shutter speed diukur dalam satuan waktu, dan kamera DSLR rata-rata
dapat menggunakan shutter speed dari 1/4000 detik hingga 30 detik. Karena
shutter speed yang digunakan kebanyakan kurang dari satu detik (pecahan),
maka biasanya yang tertulis di viewfinder kamera adalah pecahannya saja
(shutter speed 1/100 detik akan tertulis 100) di viewfinder. Satuan „detik‟
biasanya tertulis sebagai tanda kutip (“), jadi shutter speed 2 detik akan tertulis
sebagai2″. Terkadang satuan detik digunakan juga dalam pecahan, misalnya
0.6″.
Makin besar angkanya, maka gambar akan makin gelap. Faktor pengali
satu stop adalah 2x, misalnya shutter speed 1/100 akan 1 EV lebih terang
daripada shutter speed 1/200 jika scene dan settingan yang lain tetap sama.
EV adalah satuan brightness, di mana selisih 1EV berarti selisih
brightness yang disebabkan jumlah cahaya yang masuk berbeda 2x lipat. 1 EV
sering disebut juga 1 stop, istilah warisan dari jaman kamera film dulu.
2.3 ISO/ASA
ISO adalah sensitifitas sensor. Makin tinggi ISO, maka makin sedikit
cahaya yang dibutuhkan untuk mencapai brightness tertentu. Menaikkan ISO
bisa diibaratkan memasukkan bebatuan ke dalam ember sehingga jumlah air
yang dibutuhkan semakin sedikit. Satuan ISO adalah angka ISO. Faktor pengali
satu stop adalah 2x, di mana ISO 800 akan 1EV lebih terang daripada ISO 400.
Dalam kamera DSLR besaran ISO antara 100-1600. Angka – angka
tersebut menandakaan berapa kepekaan terhadap cahaya pada film yang
sedang kita pakai. Semakin besar angkanya maka semakin peka film
tersebut terhadap cahaya. Film-film yang umumnya kita lihat di pasaran
berkisar pada ISO 100,200,400.
Shutter speed yang lama akan memungkinkan objek atau kamera
bergerak selama cahaya mengenai sensor, sehingga foto menjadi blur,
sebagian atau sepenuhnya. Aperture yang besar (angka aperture yang kecil)
akan menghasilkan depth-of-field (ruang tajam) yang sempit, sehingga
bendabenda yang berjarak tidak terlalu jauh dari jarak fokus pun akan mulai
blur. Hal ini bisa jadi hal positif jika ingin membuat bokeh, namun bisa jadi hal
negatif jika kita ingin mempunyai ruang tajam yang luas. ISO yang tinggi berarti
sensornya makin sensitif, dan efeknya menimbulkan noise pada gambar.
1. OVER/UNDER EXPOSURE
Sebuah film dikatakan berhasil secara pencahayaan bila semua
warna yang muncul mempunyai nada sama dengan yang diharapkan
sang pemotret. Sebuah film dikatakan over exposed (biasa disingkat over
saja, “kelebihan “) yang artinya tercahayai secara berlebihan, bila warna
yang terjadi lebih hitam dari pada yang diharapkaan. Film yang over
terjadi akibat pencahayaan yang berlebihan pada saat pemotretan.
f/1 – f/1.4 – f/2 - f/2.8 – f/4 – f/5.6 – f/8 – f/11- f/16 – f/22 – f/32 dst
Sebagai contoh :
• jika kita berpindah 1-stop dari f/2 ke f/2.8, maka kita akan mengurangi
setengah intensitas cahaya yang masuk ke kamera
• jika kita berpindah 1-stop dari f/8 ke f/5.6, maka kita akan menambah
intensitas cahaya yang masuk ke kamera dua kali lipat dari sebelumnya
Percobaan di bawah ini menunjukkan hasil foto yang didapat dari variasi
diafrgama, dengan sebuah foto referensi di f/5.6 (nilai shutter dibuat tetap di
1/125 detik dan ISO 100). Tujuannya untuk melihat bagaimana efek dari
merubah bukaan diafragma terhadap eksposure foto yang dihasilkan. Terdapat
3 foto yang over dengan kelipatan 1-stop dan 3 foto yang under dengan
kelipatan 1-stop.
Dari contoh di atas tampak pada 3 stops diatas referensi normal, foto
tampak amat terang (over) yang ditandai dengan banyaknya area yang washout
(highlight-clipping). Demikian juga pada 3 stops dibawah referensi normal, foto
tampak amat gelap (under).
3. LIGHT METER
Light Meter adalah pengukur cahaya yang terdapat dalam kamera DSLR,
belakangan ini beberapa kamera compact / pocket juga sudah mengadopsi light
meter. Light Meter pada kamera akan terlihat pada ruag bidik (view finder) dan
beberapa kamera yang telah memiliki teknologi live view juga dapat terlihat
pada layar LCD kamera. Light Meter ini mempunyai peranan yang sangat
penting, pemotret tidaklah perlu menebak-nebak pengaturan speed dan
diafragma.
Karena tinggal tentukan saja titik light meter pada titik tengah dengan cara
memutar-mutar panel diafragma dan speed. Teknologi ini memang sangat
memudah si pemotret untuk membuat sebuah foto dengan cahaya yang normal.
Cahaya yang normal ditandai dengan point light meter berada pada angka nol.
4. DEPTH OF FIELD
Depth of field – DOF, adalah ukuran seberapa jauh bidang fokus dalam
foto. Depth of Field (DOF) yang lebar berarti sebagian besar obyek foto (dari
obyek terdekat dari kamera sampai obyek terjauh) akan terlihat tajam dan
fokus. Sementara DOF yang sempit (shallow) berarti hanya bagian obyek pada
titik tertentu saja yang tajam sementara sisanya akan blur/ tidak fokus.
Untuk mendapatkan DOF yang lebar gunakan setting aperture yang kecil,
misalkan f-22 (makin kecil aperture makin luas jarak fokus) – lihat contoh foto
diatas. Sementara untuk mendapat DOF yang sempit, gunakan aperture
sebesar mungkin, misal f/2.8 – lihat contoh foto dibawah.
Konsep Depth of Field ini akan banyak berguna terutama dalam fotografi
portrait dan fotografi makro, namun sebenarnya semua spesialisasi akan
membutuhkannya.
Definisi “tajam sacara layak” ini perlu ditekankan sebab secara
fakta, titik fokus sebuah lensa adalah betul-betul cuma satu bidang yang
mempunyai jarak tertentu terhadap bidang film. Namun, dengan pemilihan
bukaan diafragma yang makin kecil(angka diafragmanya makin besar),
benda yang berada di depan atau di belakang benda terfokus sering
masih tampak tajam pada foto.
Hukum pencahayaan :
Bila diafragma dikecilkan,kecepataan harus dilambatkan Bila
diafragma dibesarkan, kecepatan harus dipercepat.
Misal:
Kalau kita sudah mengukur kombinasi pencahayaan f/5,6 dan
kecepatan1/125 detik, maka kalau kita akan mengubah bukaan diafragma
dari f/5,6 jadi f/8, kecepatan harus kita rendahkan menjadi 1/60 detik.
Sebaliknya kalau kita mengubah diafragma dari f/5,6 jadi f/1,4, kecepatannya
harus kita naikkan tiga stop sehingga menjadi 1/1000 detik.
1. Memfokus
Secara umum, fokus kamera dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu fokus
dekat dan fokus jauh, dan tak berhingga (yang biasanya dilambangkan oleh
∞). Teknik fokus membuat objek yang kita foto menjadi terlihat tajam dan
jelas, sehingga pesan yang ingin ditangkap dapat tersampaikan. Fungsi
teknik fokus ini antara lain untuk membedakan objek dengan benda lain di
sekitar. Jadi, dengan difokuskan, objek menjadi lebih terlihat dibandingkan
yang lain. Fokus juga bisa digunakan untuk mendapatkan detil objek tertentu
yang diinginkan. Beberapa hal yang membutuhkan detil misalnya putik
bunga, miniatur, dll. Dan yang ke tiga, fokus bisa digunakan untuk menguak
hal-hal yang sering tidak tertangkap. Bisa saja detil tertentu, pola tertentu
(teknik komposisi), atau kesan cacat benda (untuk investigasi, dll).
kemudian teknik fokus ke dua, yaitu fokus jauh digunakan untuk membuat
tajam benda-benda yang jaraknya lebih jauh. Biasanya untuk
memperlihatkan perbedaannya, fotografer menambahkan satu atau lebih
benda-benda yang berada lebih dekat dengan kamera. Saya biasanya
menggunakan teknik ini ketika saya ingin menciptakan efek bayang-bayang
pada objek. Maksudnya, kita mengambil benda jauh, namun terlihat benda
jarak dekat yang terlihat kabur. Atau, jika Anda ingin contoh yang lebih pas,
bisa Anda perhatikan kamera-kamera yang digunakan oleh fotografer sepak
bola. Kamera mereka memiliki lensa teropong yang bisa melihat benda jauh
(pemain sepak bola) dengan sangat jelas dan detil. Bisa juga digunakan
untuk teknik lining, yaitu kita menggunakan garis tertentu (di dalam gambar)
yang dapat memperkuat kesan objek sebenarnya. Insya Allah akan saya
jelaskan kemudian.
Yang terakhir yaitu fokus tak berhingga atau infinity. Biasanya fokus ini saya
gunakan untuk pemandangan yang jauh, atau luas. Dengan fokus ini,
seluruh objek di dalam foto akan terlihat jelas (walau tidak terlalu fokus).
Kedua, ketika benda fokus, maka terlihat detil di gambar hasil, dengan benda
lain kabur (terlihat tidak jelas, seperti kapas atau benda yang dilihat dari kaca
yang basah). Maka, kita bisa manfaatkan ini untuk berlatih. Sudahkah fokus
di objek yang sesuai? Jika belum, tepatkanlagi hingga sesuai harapan.
Untuk membedakan fokus jauh atau infinity (∞), kita bisa memberikan benda
pembanding di dekat kamera. Jika benda di dekat itu terlihat kabur, maka
berarti kamera sedang fokus jauh. Dan bila benda yang di dekat kamera
tidak terlihat kabur, itulah yang dinamakan fokus tak berhingga.
Pada pemotretan manusia, titk yang harus difokus adalah mata manusia.
Yang harus dicatat, depth of field bagian jauh dari lensa sekitar dua kali lebih
panjaang daripada depth of field ke bagian dekat lensa. Dengan kenyataaan
itu, kalau kita memotret orang dalaam tiga baris seperti disebut tadi,
sebaiknya kita memfokus ke deret tengah, lalu geser penyetelan lensa
sedikit ke baris yang depan.
Fokus bergerak: Misalnya memotret atlet yang bermain tenis, atau memotret
peragaan busana Kondisi ini menyebabkan pemotret terus menerus
mengubah setelan fokusnya.Di sini , selective focus juga berperan yaitu
dengan mengaburkan latar belakang sehingga obyek utama menonjol
2. Komposisi
Jenis-Jenis Komposisi :
Garis
Komposisi ini terbentuk dari pengemasan garis secara dinamis baik garis
lurus, melingkar / melengkung. Biasanya komposisi ini bisa menimbulkan
kesan kedalaman dan kesan gerak pada sebuah objek foto. Ketika
garisgaris itu digunakan sebagai subjek, yang terjadi adalah foto menjadi
menarik perhatian. Tidak penting apakah garis itu lurus, melingkar atau
melengkung, membawa mata keluar dari gambar. Yang penting
garisgaris itu menjadi dinamis.
Bentuk
Warna
Tekstur
Pada aturan umum fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian
yang sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek
pada sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat berbeda dengan yang
umum dilakukan dimana kita selalu menempatkan objek di tengah-tengah
bidang foto
Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut
pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh
tujuan pemotretan. Maka dari itu jika kita mendapatkan satu moment dan
ingin mendapatkan hasil yang terbaik,
jangan pernah takut untuk memotret dari berbagai sudut pandang. Mulailah
dari yang standar (sejajar dengan objek), kemudian cobalah dengan
berbagai sudut pandang dari atas, bawah, samping sampai kepada sudut
yang ekstrim
D. Dimensi
Meskipun foto bercerita dua dimensi, yang artinya semua terekam diatas
satu bidang. Namun, sebenarnya foto dapat dibuat terkesan memiliki
kedalaman, seolah-olah dimensi ketiga. Unsur utama membentuk dimensi
adalah jarak, Dimensi dapat terbentuk apabila adanya jarak, jika kita
menampilkan suatu obyek dalam suatu dimensi maka akan terbentuk jarak
dalam setiap elemennya. Untuk membuat suatu dimensi diperlukan adanya
permainan ruang tajam, permainan gelap terang dan garis.
Dalam fotografi agar foto yang kita hasilkan memiliki nilai dan terkesan indah
harus diperhatikan mengenai masalah penggunaan sudut pengambilan
gambar yang baik. Dalam fotografi dikenal 3 sudut pengambilan gambar
yang mendasar, yaitu:
a) Bird Eye
b) High Angle
c) Eye Level
d) Low Angle
e) Frog Eye
Sudut penglihatan sebatas mata katak. Pada posisi ini kamera berada
di dasar bawah, hampir sejajar dengan tanah dan tidak dihadapkan ke
atas. Biasanya memotret seperti ini dilakukan dalam peperangan dan
untuk memotret flora dan fauna.
PANDUAN PRAKTIKUM KEMAMPUAN MEMFOKUS
DAN KOMPOSISI
JENIS-JENIS LENSA
1. Lensa Normal
Lensa fokus halus adalah lensa dengan aberasi speris. Soft fokus adalah
sebuah efek pada fotografi yang disebabkan oleh blur akibat aberasi speris
lensa. Sebuah lensa fokus halus didesain untuk menimbulkan efek blur tersebut
namun tetap menjaga ketajaman setiap garis dari subjeknya. Efek soft focus
yang ditimbulkan oleh lensa ini tidak sama dengan efek out of focus yang
disebabkan posisi subjek di luar bidang fokus.
Contoh lensa fokus lunak adalah cannon EF 135mm f/2,8 with softfocus(5)
dan pentax SMC 28mm f/2,8 FA soft lens. Keduanya dilengkapi dengan sistem
pengaturan aberasi speris, jika aberasi speris tersebut dimatikan, lensa akan
menghasilkan citra dengan fokus yang tajam seperti lensa lain pada umumnya.
5. Lensa Tele
Lensa Tele ini dapat membuat objek yang jauh terasa dekat. Sangat
populer dikalangan fotografer binatang liar, olahraga, fotojurnalistik dan banyak
lagi. Lensa ini juga populer untuk potret karena kemampuannya dalam
mengkompresi latar bekalang sehingga model Anda terlihat lebih enak
dipandang. Biasanya lensa telephoto rawan getar, maka dari itu lensa telephoto
zoom yang memiliki Image stabilization sangat dianjurkan. Contoh: Canon
55250mm IS, Sony 70-200mm f/2.8, Pentax 65-250mm f/4, Sigma 50-500mm
dan sebagainya.
Lalu apakah Teknik Strobist itu? Definisi Strobist berikut ini seperti pada pada
Daftar Istilah Fotografi pada Abjad S-Z: Strobist adalah trik atau teknik
pendayagunaan lampu kilat (flash), yang biasanya hanya dipasang di hotshoe
(penampang flash yang ada di atas kamera), agar dapat digunakan untuk
melakukan pencahayaan dari berbagai posisi di luar hotshoe kamera (off-shoe
/ off-camera flash). Untuk menghubungkan lampu kilat (flash) dengan kamera
digunakan piranti Wiresless Flash Trigger Control yang terdiri dari Receiver
dan Transmitter.
Aksesoris flash (lampu kilat) untuk Strobist saat ini juga sudah sama dengan
strobe flash studio (lampu studio), perbedaannya hanya pada ukurannya yang
lebih kecil, antara lain: honeycomb, snoot, soft box, dll.
Seperti halnya lampu strobe studio, pada teknis Strobist kita juga harus
menguasai metering, eksposur, dan sinkronisasi flash. Perbedaannya hanya
pada intensitas pancaran cahaya yang lebih lebih terang dan luas dibanding
dengan built-in flash, intensitas cahaya ditunjukkan dengan GN (Guide
Number).
1. Cara pertama Teknik “bounce”( teknik pantulan). Cahaya lampu kilat kita
pantulkan ke langit-langit atau bidang lain sehingga cahaya menerangi
obyek secara merata, dan jatuhnya bayangan di tempat yang tidak
terlihat foto. Dengan teknik ini, perhitungan bukaan diafragma memakai
jarak yang merupakan jumlah jarak dari lampu kilat ke bidang pantul
ditambah jarak bidang pantul ke obyak. Untuk menghindari
berkurangnya intensitas cahaya karena di serap bidang pantul maka
bukaan diafragma harus dikoreksi dengan membukanya lebih besar 1
atau 2 stop.
2. Teknik “remote Flash”: Bila kita tidak dapat memperoleh bidang pantul
apapun misalnya ketika berada di luar rumah, maka kita memakai teknik
remote flash yakni melepaskan lampu kilat dari badan kameranya dan
meletakkan di suatu tempat untuk mendapatkan efek foto yang
diinginkan. Dengan teknik ini maka bukaan diafragma diukur dari jarak
antara lampukilat ke obyeknya, dan bukannya jarak antara kamera ke
obyeknya.Tentu saja penyalaan lampu kilat menggunakan bantuan
kabel sinkron.
3. Memakai beberapa lampu kilat. Dipakai bila kita memotret di dalam
ruangan yang cukup besar dengan tuntutan cakupan bidang pemotretan
yang luas dengan memakai lebih dari satu lampu maka GN yang kita
jadikan patokan bukanlah penjumlahaan GN dari beberapaa lampu kilat
yang dipakai, cara menentukan bukaan diafragma yang dipakai
biasanya dengan cara mencoba-coba.
4. Teknik “Fill in”. Selain sebagai sumber cahaya buatan, lampu kilat juga
bisa dipakai sebagai sumber cahaya tambahan.Ini dilakukaan misalnya
ketika kita memotret di luar, siang hari pada pukul 12.00 saat matahari
berada tegak lurus di atas. Kondisi ini adalah kondisi pencahayaan yang
paling buruk karena akan menimbulkan bayangan tajam di wajah obyek
yang manusia. Yang perlu diingat pemotretan dengan fill ini , kita harus
memakai kecepatan yang diwajibkan pada sinkron kilat kamera kita.
Dengan demikan, biasanya bukaan diafragma yaang dipakai sangatlah
kecil seperti f/16,f/22 atau bahkan lebih kecil kagi.
FOTOGRAFI JURNALISTIK
Sementara itu Oscar Motuloh, fotografer senior Biro Foto LKBN Antara Jakarta
menyebut foto jurnalistik adalah medium sajian untuk menyampaikan baragam
bukti visual atas suatu peristiwa pada suatu masyarakt seluas-luasnya, bahkan
hingga kerak dibalik peristiwa tersebut, tentu dalam waktu yang
sesungkatsingkatnya.
Dilihat dari beberapa pengertian yang ada maka foto jurnalistik dapat disebut
sebagai suatu sajian dalam bentuk foto akan sebuah peristiwa yang terjadi,
dimana peristiwa tersebut berkaitan dengan aspek kehidupan manusia dan
disampaikan guna kepentingan manusia itu sendiri. Kepentingan manusia
dalam hal ini berupa kebutuhan akan informasi atau juga berita yang terjadi di
seluruh belahan bumi ini.
Foto-foto yang dimuat dalam surat kabar memang tidak selalu menggambarkan
suatu peristiwa atau berita (newsphoto), melainkan bisa juga bersifat ilustratif,
yaitu bisa berdiri sendiri atau menyertai suatu artikel, termasuk di dalamnya
adalah foto-foto yang bersifat„human interest‟(menarik perhatian dan
membangkitkan kesan). Foto-foto yang dimuat dalam surat kabar itu
secara„salah kaprah‟ biasa disebut sebagai foto jurnalistik, artinya foto yang
dihasilkan oleh kerja jurnalis (wartawan) di lapangan.
Foto Jurnalistik Sudah sejak lama, setelah media massa cetak yang berbentuk
suratkabar muncul, orang memimpikan bagaimana bisa melihat
peristiwa/kejadian secara visual lewat lembaran kertas itu. Harapan itu
menggebu teruatama setelah fotografi ditemukan tahun 1839 yaitu ketika
Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis pada 19 Agustus mengumumkan
penemuan alat gambar sinar oleh seniman Louis Jacques Daguerre. Alat
temuan Daguerre itu masih sederhana berupa sebuah kotak diberi lensa dan
dibelakang diberi plat logam yang sudah dilabur dengan bahan kimia tertentu.
Alat itu disebut „camera obscura‟ atau kamar gelap, yang kemudian secara
umum disebut kamera.
Setelah direkayasa maka muncullah jurnalistik foto pertama kali yaitu ketika
“The Illustrated London News” untuk pertama kalinya 30 Mei 1842 memuat
spotnews atau gambar lukisan (hasil cukilan kayu) yang merupakan reproduksi
sebuah foto yang dihasilkan oleh kamera daguerrotype. Gambar tersebut
merupakan spotnews atau peristiwa langsung yang menggambarkan saat
terjadi pembunuhan (penembakan) dengan pistol atas diri Ratu Victoria di
dalam keretanya.
Dalam sejarah tercatat dua wartawan foto perintis yang sangat terkenal, yaitu
Roger Fenton (Inggris) yang meliput Perang Krim (1853-1856) dan Mattew
Brady (AS) yang meliput American Civil War (perang Abolisi) tahun 1861-1865.
Brady membawa peralatan lengkap ke garis depan. Perlenggkapan itu dimuat
dalam satu wagon (kereta kuda) sendiri, di mana di dalamnya terdapat
laboratorium dan kamar gelapnya.
Sejak itulah pemuatan gambar di surat kabar menjadi semakin tambah banyak
dan mulailah redaksi mempertimbangkan perlunya mangadakan tugas khusus
bagi wartawannya hanya untuk pekerjaan memotret saja, artinya hanya mencari
gambar melulu. Spesialisasi mulai diberlakukan di dunia persuratkabaran maju.
Sesudah ada spesialisasi itu , maka para pakar atau jurnalis mulai
memerhatikan apa sebenarnya yang sangat menarik dari sebuah foto yang
patut untuk dimuat di surat kabar.
Namanya saja foto berita maka norma-norma atau nilai-nilai yang disandang
suatu berita (tulis) yang menarikpun juga dituntut bagi sebuah newsphoto;
seperti faktor-faktor yang menambah nilai/bobot foto tersebut, antara lain :
sifatnya menarik (interesting), lain dari biasanya (different), satu-satunya
(exlusive), peristiwanya dekat dengan pembaca (close to the readers),
akibatnya luas, mengandung ketegangan (suspense) dan menyangkut masalah
sex, humor, konflik dll.
Dari batasan-batasan foto jurnalistik itulah maka kemudian para jurnalis foto
memfokuskan perhatinnya pada hal-hal yang tersirat di dalam kriteria itu. Untuk
menjadikan diri sebagai jurnalis foto profesional maka seorang wartawan perlu
memerhatikan hal-hal tersebut, disamping mesti memperdalam pengetahuan
dan memperbanyak pengalaman. Seorang wartawan foto dituntut tahu benar
tentang kamera dan proses fotografi, tahu pula memanfaatkan kesempatan
yang baik untuk kameranya serta harus cekatan agar tidak tertinggal oleh
peristiwa. Wartawan foto mesti mampu mengkombinasikan kerja mata, otak dan
hati dalam tugasnya. Sebagaimana tujuan surat kabar yaitu memberikan
kepada pembacanya informasi, edukasi, entertaintment dan (bisa) persuasi,
maka bidang cakupan wartawan foto sangatlah tidak terbatas. Apa saja yang
bisa memenuhi salah satu saja dari keempat kriteria tersebut dapat disajikan.
Jadi dalam hal ini si wartawan-lah yang memegang peranan penting. Ada
ungkapan ‟the singer is not the song‟ atau ‟the man behind the gun‟. Bukan
objek fotonya yang menarik tapi bagaimana kemampuan si wartawan
mengungkapkan dalam foto. Bukan kameranya yang hebat, tapi bagaimana
kepiawaian sang wartawan foto menghasilkan gambar yang memenuhi banyak
kriteria tersebut di atas.
Kategori Foto jurnalistik meliputi :Spot News, Feature, General News, Tokoh,
Keseharian, Seni budaya dan Fashion, Alam dan Lingkungan, IPTEK, dan
Olahraga.Sedangkan bidang-bidang yan ada dlam foto jurnalistik di antaranya
adalah : War Correspondent ( Wartawan Perang ), Wartawan Foto Olah raga,
Glamour dan Pin –Up Fotografi, Fashion Fotografer, wartawan Foto Majalah,
General Interest.
Ruang lingkup foto jurnalistik adalah manusia, dan karena itu kehadiran foto
jurnalistik memiliki beberapa makna yang berperan dalam kehidupan manusia,
diantaranya yaitu : foto jurnalistik sebagai saksi mata, fotografi jurnalistik
sebagai lambang, foto jurnalistik sebagai himbauan dan foto jurnalistik sebagai
komentar sosial.
Kehadiran foto jurnalistik tak lain merupakan wujud dan perkembangan foto
dokumentasi, oleh karena itu foto dokumentasi merupakan dasar dari foto
jurnalistik yang ada pada saat ini. Foto dokumentasi adalah sebutan untuk foto
berita dan foto sejarah, karena tujuannya merekam suatu peristiwa untuk
disimpan bergantung pada urgensitas peristiwa dan subjek foto yang
diabadikan.
Antara foto jurnlistik dengan foto dokumentasi memiliki perbedaan dan batasan
yang sangat tipis. Nilai berita pada sebuah foto biasanya terletak pada sejauh
mana foto itu dapat menggugah perhatian dari khalayak umum, bukan hanya
orang atau kelomppok masyarakatyang bersngkutan. Nilai tersebut bisa disebut
sebagai publik interest, maka semakin tinggi nilai beritanya. Foto jurnalistik
memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena dapat menimbulkan perhatian
perasaan bahkan reaksi tertentu pada semua khalayak umum secara luas.
Menurut Hermanus Priatna ( Editor Foto di Biro Foto LKBN Antara menyatakan
bahwa foto jurnalistik dan foto dokumentasi memiliki perbedaan. Pada foto
jurnalistik, peristiwa diabadikan untuk secepat-cepatnya disampaikan kepada
khalayak melalui media massa, sedangkan foto dokumentasi mengabadikan
peristiwa untuk kepentingan pribadi, misalnya foto-foto untuk keperluan instansi
pemerintah atau individual.
7. Petunjuk Praktis
Untuk wartawan foto atau calon, Kenneth Blume, seorang wartawan foto dan
penulis pada harian „Courier-Crecent‟ (Ohio, AS) memberi penegasan, bahwa
gambar yang baik pada surat kabar adalah yang segera menarik perhatian
pembacanya. Berdasar pengalamannya dia memberikan petunjuk praktis
bagaimana sebaiknya membuat foto berita itu.
a) Usahakan tidak menampilkan lebih dari lima orang dalam satu gambar.
b) Biarkan gambar kelihatan natural (alami/apa adanya), jangan dibuat-buat
atau direkayasa.
c) Lebih baik menghabiskan banyak frame untuk memungkinkan banyak
pilihan dari pada tidak mendapat gambar yang baik.
d) Usahakan tidak memuat gambar ”police line up” (beberapa orang
disejajarkan menghadap lensa dengan latar belakang tembok kosong).
e) Gunakan background atau latar keliling untuk menambah daya tarik dan
memudahkan pembaca mengenal lokasi atau posisi kejadian.
f) Untuk menamba variasi atau daya tarik lain, bisa memotret dengan gaya
‟frog eyes‟ atau ‟bird view‟.
g) Gunakan penerangan alami atau bounced flashlight (sinar blitz yang
dipantulkan ke langit-langit). Kalau bisa hindari penggunaan lampu kilat
langsung.
h) Usahakan untuk menunjukkan situasi beritanya, kalau mungkin.
Namun suakses surat kabar dalam menyajikan gambar lebih banyak tergantung
kepada editor fotonya yang memberi perintah (assignment) kepada fotografer
dan memilih foto-foto yang masuk di mejanya, dan melakukan cropping kalau
perlu.
1. Perencanaan
Perencanaan pada foto jurnalistik diperlukan untuk menghasilkan gambar dan
berita yang menarik perhatian pembaca dan tentu mempunya nilai berita yang
tinggi. Unsur utama foto jurnalistik harus mempunyai nilai beritanya yang tinggi
disamping gambar yang berkualitas.
Tahap-tahap perencanaan :
a) Mengumpulkan informasi tentang suatu peristiwa atau acara yang
mengandung nilai berita. Pada tahap perencanaan, informasi mengenai
suatu peristiwa/acara yang harus diketahui oleh wartawan foto adalah
kapan waktu, lokasi acara siapa saja orang-orang yang terlibat dalam acara
tersebut, dalam rangka atau membahas apa persitiwa itu. Hal-hal tersebut
hendaknya diperhatikan oleh wartawan foto sebelum melaksanakan
peliputan, agar nantinya tidak menemui hambatan selama berada di
lapangan.
b) Merencanakan gambar seperti apa yang akan dihasilkan. Hal–hal yang
dapat diperhatikan disini oleh wartawan foto di antaranya yaitu
perencanaan mengenai komposisi foto yang hendak dihasilkan,
perencanaan mengenai angle yang akan diambil atau juga mengenai
perencanaan pembubuhan unsur-unsur seni yang hendak dimasukkan
gambar yang akan dibuat.
c) Mempersiapkan peralatan sesuai dengan kebutuhan. Peralatan yang harus
dipersiapkan harus sesuai dengan peristiwa apa yang hendak diliput.
Informasi untuk membuat foto jurnalistik didapatkan melalui radio, televisi, press
release, informan, rekan seprofesi dan hubungan baik dengan semua orang.
2. Menguasai Kamera dan Cahaya
Penulis risalah fotografi terkenal John Hedgecoe, menunjukkan bahwa untuk
mencapai hasil pemotretan yang sempurna pewarta foto harus mampu
menguasai kamera dan cahaya dengan tagnkas dan terampil. Menentukan
kecapatan, diafragma, penggunaan blitz dan lensa disesuaikan dengan
keadaan cahaya dan objek, hal ini perlu diperhatikan.
3. Detil Gambar
Membuat foto jurnalistik memerlukan ketelitian agar mendapat hasil yang
maksimal. Keterampilan membuat gambar yang bermutu harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Metode yang diperkenalkan Walter Croncide School of Jurnalist and
Telecommunication Arizona State University sebagai metode EDFAT dapat
digunakan sebagai pembimbing dalam setiap peliputan pewarta foto.
EDFAT adalah suatu metode pemotretan untuk melatih suatu detil yang tajam.
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur.
A. Entire
Entire adalah suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat
suatu peristiwa.
B. Detil
Detil adalah suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pemandangan
terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas
sesuatu yang dinilai paling tepat.
C. Frame
Frame adalah suatu tahap dimana pewarta foto membingkai suatu detil yang
telah dipilih. Fase ini mengantar pewarta foto ke komposisi, pola tekstur dan
bentuk subjek pemotretan dengan akurat.
D. Angle
Angle adalah tahap di mana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian,
kerendahan, level mata kiri, mata kanan dan cara melihat. Fase ini penting
untuk mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan.
E. Time
Time adalah penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara
diafragma dan kecepatan atas keempat tingkat yang telah disebutkan
sebelumnya. Pemotretan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau
memilih ketajaman ruangan suatu event atau kondisi visual bernilai berita
dengan cepat dan lugas.
4. Melakukan Pemotretan
Tugas utama seorang pewarta foto adalah memotret peristiwa yang terjadi
dengan sebuah kamera. Melakukan pemotretan harus tepat waktu, karena
peristiwa yangn sudah lewat tidak bisa diulang lagi. Pemotretan foto jurnalistik
dilakukan beberapa kali sampai mendapat action (gerakan) yang baik dari
sebuah objek.
KUALITAS FOTO
Secara sederhana dapat dikatakan foto tersebut berkualitas dilihat dari dua
aspek yaitu:
Membuat caption
Editing foto
Editing foto berfungsi untuk membuat foto menjadi berkualitas baik sebelum
dijual ke pelanggan maupun di kantor. Editing dilakukan di lapangan maupun di
kantor. Editing di lapangan dilakukan saat pemotreran oleh fotografer sesuai
dengan metode EDFT. Editing di kantor dilakukan oleh redaktur foto.
1. Carilah contoh foto jurnalistik dari media massa yang merupakan hasil
foto berdasarkan kejadian, kemudian analisislah maksud foto tersebut!
2. Carilah foto jurnalistik dari media massa yang merupakan hasil dari
sebuah konsep, analisis foto tersebut.
Ada beberapa etika untuk menyiarkan foto itu kepada publik seperti
adanya beberapa hak pokok individu yang dilindungi undang-undang dan
hukum yang sangat prinsipil untuk melindungi seseorang antara lain:
1. Gangguan atas pengambilan foto dimana hak privasi seseorang memang
diperlukan
2. Penggunaan foto untuk kepentingan sebuah produk tertentu
3. Sepihak sehingga menyebabkan seseorang terlihat buruk
4. Pengambilkan foto yang memang terjadi akan tetapi foto tersebut bersifat
pribadi atau bisa memalukan seseorang
1. Tempat umum
Ada etika dan aturannya jika kita ingin mengambil foto di tempat umum, seperti
di pinggir jalan, kebun binatang, bandar udara, juga di lingkungan kampus
ataupun sekolah di mana bila kita mengambil dalam kelas itu.
Dalam kegiatan umum kita juga bisa membuat foto selama tidak
mengganggu pekerjaan orang itu seperti polisi yang sedang mengatur lalu lintas
dan Iain-lain. Adakalanya beberapa orang berusaha menghalangi wartawan
kendati kehadian tersebut berlangsung di tempat umum dalam hal ini,
pengadilan melindungi kepentingan wartawan.
Memang polisi punya hak demikian, tapi mengambil gambar dan bertanya
merupakan tindakan yang melanggar hukum. National Press Photographers
Associates (NPPA) berusaha meningkatkan saling pengertian untuk hal
demikian antara polisi maupun petugas pemadam kebakaran sejak tahun 1950.
2. Gedung pemerintahan umum yang mempunyai aturan khusus
Gedung tertentu walaupun milik umum seperti gedung DPR ,MPR ,Pemda dan
Rumah sakit dengan pengecualian, juga untuk markas militer dan penjara.
Rumah sakit tentunya punya aturan khusus, kita dapat membuat berita
bergambar tapi setelah itu haruslah dicek dulu apakah ada orang dalam gambar
apakah mereka pasien apakah pasiennya terindentifikasi.
Ruang sidang DPR ataupun sidang MPR sudah pasti milik umum tapi di sana
punya aturan khusus, misalnya kamera televisi boleh masuk tapi fotographer
tidak diijinkan ikut sidang regular dengan alasan wartawan mungkin dan pasti
akan merekam anggota dewan yang menguap, tidur, senang sms dan telepon,
baca koran dan bahkan yang tidak hadir sekalipun. Biasanya fotografer
diinjinkan pada sesi-sesi tertentu seperti pembukaan sidang,
3. Ruang pengadilan
Ada tiga faktor yagn menjadi pegangan dasar, apabila kita memutuskan soal
etika ketika akan menerbitkan ataupun menyiarkan sebuah gambar ke
masyarakat umum.
1. Manfaat
Dengan mempertimbangkan bahwa kita haruslah memilih yang terbaik untuk
kepentingan orang banyak
2. Mutlak
Seorang wartawan foto harus mengambil gambar, apabila memang harus ia
siarkan agar masyarakat tahu peristiwa sebenarnya.
Berikut ini akan dijabarkan Kode Etik Wartawan Indonesia (KEW) Guna
menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak masyarakat
diperlukan suatu landasan/moral/etika profesi yang bias menjadi pedoman
operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalisme wartawan. Atas
dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan kode etik.
Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik ini sepenuhnya
diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh organisasi yang dibentuk
untuk itu.
Hal yang paling utama bagi seorang wartawan foto adalah kejujuran clan
keseimbangan yang disertai dengan control diri ( self cencorship).(Nugroho Adi,
2010:34)
PEDOMAN PRAKTIKUM ETIKA FOTO JURNALISTIK
1. Dalam foto jurnalistik terdapat hak privacy seseorang yang harus diperhatikan.
Pada praktikum bagian bab ini, coba anda cari beberapa gambar foto
jurnalistik yang memperhatikan hak privacy seseorang dalam kehidupan ini.
Analisislah dan kemukakan pendapat anda mengenai foto tersebut.
2. Coba anda cari contoh gambar foto jurnalistik dari beberapa surat kabar yang
ada, mengenai foto-foto yang tidak memperhatikan atau bisa dikatakan
melanggar hak privacy seseorang. Analisislah dan kemukakan pendapat anda
mengenai foto tersebut.
3. Peraturan dalam foto jurnalistik menyatakan bahwa foto tidak boleh bersifat
komersial, coba anda cari contoh foto yang sekiranya tidak memenuhi
peraturan tersebut! Analisislah dan komentari foto tersebut ?
4. Coba anda amati surat kabar yang beredar saat ini, carilah contoh gambar foto
jurnalistik yang sebenarnya foto tersebut akan menimbulkan dampak buruk
bagi seseorang.
5. Saat ini terkadang ada beberapa wartawan foto yang membuat foto jurnalistik
dimana sebenarnya foto tersebut. pribadi dan memalukan bagi orang yang
dijadikan subjek fotonya.
6. Coba anda buat beberapa foto jurnalistik dengan tempat peliputan atau
pemotretan tempat peliputan atau pemotretan tempat umum (seperti jalan
raya, terminal, stasiun ataupun tempat lainnya). Dan proses peliputan atau
pembuatan foto tersebut coba anda analisis atau pelajari etika/hukum apa
sajakah yang anda jadikan pedoman di dalam membuat foto jurnalistik
7. Apabila suatu saat anda memiliki kesempatan dan waktu yang cukup
senggang, cobalah untuk membuat foto jurnalistik dengan tempat peliputan di
gedung pemerintah umum atau pengadilan. Anda mungkin akan mendapatkan
atau menemui beberapa pengalaman baru. Salah satunya mungkin akan
berhubungan dengan etika dan hukum foto jurnalistik. Coba anda uraikan etika
dan hukum apa sajakah yang ada pada saat peliputan tersebut anda temui
dan dijadikan pedoman dalam membuat foto jumlalistik.
8. Ada tiga faktor yang menjadi pegangan dasar apabila kita memutuskan soal
etika penyiaran sebuah gambar, di antaranya adalah manfaat, mutlak dan
gabungan antara manfaat dan mutlak. Coba anda cari contoh gambar foto
jurnalistik dari surat kabar yang mempertimbangkan atau
mengutamakan faktor manfaat tersebut. Coba anda analisis dan komentari
gambar tersebut.
9. Dasar penyiaran sebuah foto jurnalistik yang lainnya adalah faktor mutlak,
Faktor ini merupakan suatu alasan pertimbangan yang memperhatikan
penyiaran gambar di mana penyiaran tersebut bertujuan untuk memberitahu
kepada masyarakat mengenai kejadian yang sebenarnya atas suatu peristiwa.
Coba anda cari contoh dari surat kabar contoh foto yang memiliki dasar
penyiaran mutiak. Analisis dan komentarilah foto tersebut
10. Coba anda cari dari beberapa surat kabar contoh gambar foto jumalistik yang
mengutamakan dasar penyiaran tersebut
11. Coba anda kaji mengenai hukum dan etika foto jumalistik serta kode etik
kewartawanan, Setelah itu anda amati dan bandingkan dengan kondisi saat ini
yang telah mengutamakan kebebasan pers, apakah hukum etika dan kode etik
kewartawanan masih diperhatikan atau tidak oleh insan pers, kemudian
kemukakan beberapa contoh kasus yang mengindikasikan masih perlu
diperhatikan atau tidaknya etika hukum dan kode etik yang berlaku.
12. Anda mungkin sudah beberapa kali mencoba membuat foto jumalistik dengan
berbagai kategori yang ada. Coba sekarang anda posisikan diri anda seolah-
olah anda seorang wartawan yang sedang meliput berita di luar daerah yang
jauh dari redaksi. Demi mengejar deadline maka anda haruslah mengirim foto
tersebut secepat mungkin. Salah satu kemaiuan sistem informasi dan
komunikasi saat ini adalah pelayanan internet, yang dapat membantu para
wartawan mengirim foto-foto beritanya melalui fasilitas tersebut, sebagai
simulasi cobalah anda kiri, foto tersebut melalu email kepada teman anda
(ibaratkan teman anda sebagai redaktur foto tersebut
FOTO CERITA
Foto cerita adalah sebuah narasi dalam bentuk sekumpulan foto dirangkai dalam
satu topik. Foto cerita yang lengkap terdiri dari headline, naskah dan pengaturan
tata letak foto yang saling mendukung. Semua itu akan menunjang pemahaman
ide cerita yang ingin disampaikan.
Selain foto cerita ada pula foto esai. Terkadang foto cerita memang dapat
digabungkan dengan foto esai, tetapi sebenamya keduanya memiliki perbedaan.
Esai foto lebih cenderung simbolis dalam mengungkapkan cerita dan tidak harus
sebuah perkembangan dari suatu kejadian. Sementara foto cerita lebih
menekankan pada alur /perkembangan dari suatu foto ke foto berikut.
Banyak orang mengatakan, foto cerita baik yang berasal dari sebuah ide yang baik
pula. Adapun idenya awalilah dengan melakukan riset kecil.Riset tersebut
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, surfing di internet atau penelusuan
pustaka. Dari hasil riset, kembangkanlah menjadi sebuah gambar sederhana dari
ide tersebut. Cobalah susun gambar-gambar tersebut menjadi sebuah cerita,
seperti yang kita inginkan dari ide awal. Bila sudah terangkai, diharapkan dapat
menjadi panduan dalam pemotretan nanti.
Mulai Membidik
Selama melakukan pemotretan, beberapa hal di bawah ini dapat menjadi panduan
dalam merangkai foto cerita atau foto esai :
■ foto long shot, dipakai untuk menggambarkan suasana subjek dan
lingkungan sekelilingnya
■ foto medium shot, memperlihatkan kejadian saat itu.
■ Foto close up menampakkan emost dari subjek itu.
■ Foto utama/lead photo, foto paling menoojol dari keseluruhan
■ Foto portrait, menggambarkan tokoh kunci dari sebuah foto cerita
■ Foto interaksi, memaparkan bagaimana subjek melakukan
interaksi/berhubungan dengan lingkungannya
■ Foto sekuen, memaparkan tahapan perkembangan dalam pemotretan
■ Closer, foto penutup.
Sebuah foto esai atau foto cerita tidak mesti menampilkan semua ketentuan di
atas. Hanya saja, foto utama dari penutup alat penting disajikan sebaik mungkin.
Sementara lainnya dapat disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Hal mendasar
wajib menjadi pegangan fotografer, yaitu mesti mempercaya? emosi kita, apakah
saat beriteraksi dengan subjek foto,dari situ hendaknya abadikan momen yang
dirasakan.
Berbekal panduan di atas dan riset yang kita buat, kita bisa menduga apakah
fotonya sudah selesai atau belum, ingatlah untuk membuat contact print seusai
pemotretan, hal ini amat membanty dalam proses editing dan lay out/perwajahan
halaman.
Dan contact print, potong fotonya menjadi kecil-kecil dan susun berdasarkan cerita
yang ingin disampaikan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
foto adalah logika kita dan kejadian saat pemotretan berlangsung. Jangan
melakukan editing foto lebih dari 7 untuk Koran dan 15 untuk majalah, Selain akan
membingungkan ceritanya, juga bisa menjadi pengulangan foto. Dari susunan foto
tersebut pilihlah salah satu foto yang menurut anda paling kuat dan jadikan foto
tersebut sebagai foto utama/ lead.(Nugroho Adi, 2010: 40-41)
PEDOMAN PRAKTIKUM
FOTO CERITA ATAU FOTO ESAI
1. Coba anda cari contoh foto cerita dari beberapa surat kabar yang kini banyak
beredar. Analisislah dan komentarilah foto tersebut !
2. Coba anda cari beberapa foto esai dari beberapa surat kabar. Analisislah dan
komentarilah foto tersebebut !
3. Coba anda amati foto cerita yang telah anda dapatkan, kemudian coba anda
pelajari dan jelaskan menurut pendapat anda mengenai ide atau konsep yang
dimiliki oleh fotografer foto tersebut!
4. Coba anda pilih atau tunjukkan mana saja di antara foto cerita yang telah anda
dapatkan dari surat kabar yang berjenis foto longshot, medium shot. close up,
foto utama/lead foto, foto portrait,foto interaksi, foto sekuen dan foto closer
6. Pada kesempatan ini anda diharapkan dapat membuat foto cerita atau foto esai,
di mana ide segar anda diharapkan dapat menghasilkan suatu karya visual yang
menarik. Buatlah konsep anda terlebih dahulu, kemudian lakukanlah riset yang
dapat mendukung pembuatan foto cerita anda! Coba anda ceritakan ide atau
konsep tersebut, kemudian riset apa sajakah yang diperlukan untuk mendukung
pembuatan foto tersebut
7. Setelah anda menentukan konsep dan melakukan riset, kini langkah selanjutnya
adalah menuangkan konsep tersebut menjadi karya foto. Dalam pembuatan
foto-foto tersebut usahakan anda menciptakan berbagai macam foto,
seperti longshot, medium shot, close up, foto utama/lead foto, foto
portrait, foto interaksi, foto sekuen dan foto closer.
9. Dalam pengeditan yang anda lakukan, coba anda tentukan salah satu foto yang
akan dijadikan foto utama/lead falam foto penutup. Kemukakan alas anda
mengapa anda memilih foto-foto tersebut!
3. Yulian Ardiansyah, Tip & Trick Fotografi, Teori dan Aplikasi Belajar
Fotografi, PT Grasindo Jakarta 2009
4. Sumber-sumber Internet