Anda di halaman 1dari 50

2011

Modul Lab.Fotografi “Digital”

Oleh : Budi Santoso, M.Ikom


Iqbal Al Khazim, S.Ikom

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2011

Modul Lab.Fotograf Digital


0
Daftar Isi

Daftar isi………………………………………………………………… 1

Dasar-dasar Fotografi………………………………………………… 2
Panduan Praktikum Dasar-dasar Fotografi………………………..... 6

Teori Pencahayaan………………………………………………….. 7
Pedoman Praktikum Teori Pencahayaan…………………………. 13

Kemampuan Melihat dan Komposisi…………..……………… 14


Pedoman Praktikum Kemampuan Melihat dan Komposisi……. 20

Pemilihan Lensa …………………………..…………………… 21


Teknik Pencahayaan dengan Lampu Kilat…………………………. 22

Fotografi Jurnalistik…………………………………………………… 26
Pedoman Praktikum Foto Jurnalistik……………………………….. 30

Teknik Foto Jurnalistik……………………………………………….. 31


Pedoman Praktikum Teknik Foto Jurnalistik………………………. 34

Etika Foto Jurnalistik………………………………………….… . 35


Pedoman Praktikum Teknik Foto Jurnalistik………………………. 38

Foto Cerita……………………………………………………………… 40
Pedoman Praktikum Foto Cerita atau Esai…………………………. 41

Daftar Pustaka…………………………………………………………. 43

Modul Lab.Fotograf Digital


1
DASAR-DASAR FOTOGRAFI

Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata


Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses
melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum,
fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari
suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut
pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini
adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.

Secara sekilas melakukan potret-memotret adalah perkara yang


mudah.Beberapa tipe produk kamera saku di era tahun 80-an dan 90-an
memang disediakan untuk kalangan amatir/pemula sehingga fasilitas di
dalam kamera tersebut hampir segalanya serba otomatis, mulai dari
pengukuran pencahayaan, penghitungan kecepatan pencahayaannya, dan
bukaan diafragma, sampai pada loading/penggulungan film setelah
pemotretan.Dengan kamera seperti itu, tugas seorang pemotret tinggal
membidik obyek dan jepret selesai.

Bagi pemotret yang profesional, memotret lebih diartikan sebagai


“membuat” daripada „mengambil” foto.Para pemotret profesional ini telah
memiliki “foto hasilnya” sebelum memotret. Di kepala mereka sudah ada
konsep total, sedangkan proses memotret hanyalah “sentuhan akhir saja”.

Para pemula yang baru belajar fotografi , dapat mulai menanyakan


kepada diri sendiri ketika hendak menjepretkan tombol rana :
a. Mengapa saya mengambil foto ini?
b. Apa yang paling menarik dari obyek ini?
c. Apa arti tempat ini bagi saya ?
d. Apa yang menyebabkan saya memilih tempat ini untuk memotret?
e. Benarkah pemandangan ini lebih indah daripada tempat lainnya?

Pertanyaan-pertanyaan di atas bisa berkembang terus bergantung


obyek, tujuan pemotretan serta situasinya, yang pasti, dalam memotret
kita “menterjemahkan” suatu keadaan atau suatu adegan sebuah gambar yang
tidak bergerak. Adegan asli mempunyai cerita karena gerakannya, sedangkan
foto kita yang tidak bergerak harus mempunyai esensi adegan asli walau ia
diam.

Selain itu, adegan asli adalah tiga dimensi,sedangkan foto kita


hanya adegan dua dimensi, dan itu pun sangat terbatas pada selembar
kertas foto saja(Nugroho Adi,2010:2).

1. PERUBAHAN DARI TIGA DIMENSI KE DUA DIMENSI

Karena kita melihat dengan dua mata, bayangan yang kita


dapatkan setelah diolah otak adalah bayangan tiga dimensi . Ada kesan
ruang, ada kesan “kedalaman”, serta jelas batasan benda yang dekat dengan
benda yang jauh.

Modul Lab.Fotograf Digital


2
Sedangkan foto hanya mempunyaai dua dimensi. Ia hanya kenal
panjang dan lebar.Kesan “kedalaman” foto didapat dari logika kita yang
dibantu dengan kemampuan sang fotografer menceritakan hal itu.Kesan
ruang akan terbentuk dari perspektif yang dipilih pemotretnya. Selain itu,
suatu adegan yang tampak indah di mata belum tentu akan tampak indah di
dalam foto.

Disamping masalah penerjemahan suasana tiga dimensi, ada


masalah utama dalam fotografi yaitu, memilih bagian mana yang akan
ditonjolkan pada foto, dan seberapa besar bagian utama yang akan
ditonjolkan itu harus direkam.Di sini perlu diingat, bahwa apa yang dilihat
mata sangatlah berbeda dengan apa yang direkam kamera serta foto
jadinya nanti. Mata bisa memilih dan hanya melihat sesuatu dengan jelas
walaupun obyek itu cukup jauh, tapi kamera tidak merekam semuanya
yang ada di depannya tanpa memilih milih lagi.

Ada satu cara sederhana untuk melatih penglihatan mata kita


terhadap obyek yang akan kita foto. Yaitu dengan membuat bingkai jari
tangan kita kemudian kita “letakkan” di depan mata kita, dengan
mendekatkan bingkai jari itu ke dekat mata, kita seakan melihat obyek
dengan lensa sudut lebar, namun kalau”bingkai” jauh dari mata seakan
kita memakai lensa tele yang mempunyai cakupan pandang sangat sempit
(Nugroho Adi,2010:3).

.
2. KOMPONEN DASAR KAMERA SLR (SINGLE LENS REFLECT)

2.1 DIAFRAGMA

Diafragma adalah salah satu komponen dari lensa yang berfungsi


mengatur intensitas cahaya yang masuk ke kamera. Diafragma lensa biasanya
membentuk lubang mirip lingkaran atau segi tertentu. Ia terbentuk dari sejumlah
lembaran logam (umumnya 5, 7, atau 8 lembar) yang dapat diatur untuk
mengubah ukuran lubang (disebut tingkap) (en:aperture) dimana cahaya akan
lewat. Tingkap akan mengembang dan menyempit persis pupil di mata
manusia.Diafragma selalu ada dalam sebuah kamera dan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi banyak tidaknya penerimaan cahaya yang ada
pada sebuah foto atau gambar. Faktor faktor yang mempengaruhi gelap
terangnya sebuah foto atau gambar adalah shutter speed (kecepatan rana),
aperture (diafragma), dan ISO (sensitifitas penerimaan cahaya pada kamera).

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, diafragma berbentuk seperti


lubang yang bisa diatur besar kecilnya. Diafragma terletak pada lensa dari
kamera yang digunakan. Maka, setiap lensa memiliki kemampuan untuk
membuka dan menutup diafragma yang berbeda – beda. Misalnya ada lensa
17-50mm f/2.8, maka lensa tersebut bisa membuka “bukaan” nya hingga
bukaan 2.8, berbeda dengan lensa 18-55mm f/3.5-5.6, lensa ini hanya bisa
membuka bukaannya hingga 3.5.

Modul Lab.Fotograf Digital


3
Secara umum petunjuk dan fungsi dari masing-masing besaran
diafragma adalah sebagai berikut :

2.2 . SHUTTER SPEED/RANA

Shutter speed adalah kecepatan atau lamanya shutter membuka


sehingga cahaya mengenai sensor. Jadi, shutter speed bisa diibaratkan
lamanya kita membuka keran untuk mengisi air. Semakin lama keran dibuka,
maka akan semakin banyak air yang mengisi ember.

Shutter speed diukur dalam satuan waktu, dan kamera DSLR rata-rata
dapat menggunakan shutter speed dari 1/4000 detik hingga 30 detik. Karena
shutter speed yang digunakan kebanyakan kurang dari satu detik (pecahan),
maka biasanya yang tertulis di viewfinder kamera adalah pecahannya saja
(shutter speed 1/100 detik akan tertulis 100) di viewfinder. Satuan „detik‟
biasanya tertulis sebagai tanda kutip (“), jadi shutter speed 2 detik akan tertulis
sebagai2″. Terkadang satuan detik digunakan juga dalam pecahan,
misalnya 0.6″.
Makin besar angkanya, maka gambar akan makin gelap. Faktor pengali
satu stop adalah 2x, misalnya shutter speed 1/100 akan 1 EV lebih terang
daripada shutter speed 1/200 jika scene dan settingan yang lain tetap sama.

Modul Lab.Fotograf Digital


4
EV adalah satuan brightness, di mana selisih 1EV berarti selisih
brightness yang disebabkan jumlah cahaya yang masuk berbeda 2x lipat. 1 EV
sering disebut juga 1 stop, istilah warisan dari jaman kamera film dulu.

Pemilihan angka kecapatan membuka rana ini bergantung pada


situasi/kondisi obyek yang hendak kita foto. Untuk
menangkap/membekukan obyek yang bergerak semisal mobil atau motor
yang sedang melaju maka kita memilih kecepatan tinggi katakankah 500
ke atas. Sebaliknya, bila hendak menghasilkan efek benda bergerak, maka
kita pilih speed lambat pada waktu kita membidik obyek yang sedang
melaju tersebut. Kecepatan bisa dipilih mulai 30 ke bawah.Dengan pemilihan
speed lambat maka ketika fokus kita arahkan pada obyek yang bergerak
maka background yang tampak pada foto akan terlihat jelas sementara
obyeknya tampak blur/gerak.Tentu saja pemilihan kecepatan ini
disesuaikan dengan besar kecilnya diafragma yang kita pilih juga, agar
pembakaran film pada pemotretan tepat

2.3 ISO/ASA

ISO adalah sensitifitas sensor. Makin tinggi ISO, maka makin sedikit
cahaya yang dibutuhkan untuk mencapai brightness tertentu. Menaikkan ISO
bisa diibaratkan memasukkan bebatuan ke dalam ember sehingga jumlah air
yang dibutuhkan semakin sedikit. Satuan ISO adalah angka ISO. Faktor pengali
satu stop adalah 2x, di mana ISO 800 akan 1EV lebih terang daripada ISO 400.
Dalam kamera DSLR besaran ISO antara 100-1600. Angka – angka
tersebut menandakaan berapa kepekaan terhadap cahaya pada film yang
sedang kita pakai. Semakin besar angkanya maka semakin peka film
tersebut terhadap cahaya. Film-film yang umumnya kita lihat di pasaran
berkisar pada ISO 100,200,400.

Modul Lab.Fotograf Digital


5
Shutter speed yang lama akan memungkinkan objek atau kamera
bergerak selama cahaya mengenai sensor, sehingga foto menjadi blur,
sebagian atau sepenuhnya. Aperture yang besar (angka aperture yang kecil)
akan menghasilkan depth-of-field (ruang tajam) yang sempit, sehingga benda-
benda yang berjarak tidak terlalu jauh dari jarak fokus pun akan mulai blur. Hal
ini bisa jadi hal positif jika ingin membuat bokeh, namun bisa jadi hal negatif jika
kita ingin mempunyai ruang tajam yang luas. ISO yang tinggi berarti sensornya
makin sensitif, dan efeknya menimbulkan noise pada gambar.

PANDUAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR


FOTOGRAFI

1. Cermati komponen-komponen dasar pada kamera SLR. Kenali masing-


masing komponen dari kamera tersebut dan ingat fungsi-fungsinya. Tulislah
semua komponen kamera dan fungsi-fungsinya ?

2. Buatlah gambar dengan settingan yang berbeda-beda. Dimulai dari


diafragma dengan angka terkecil, shutter speed kecil, dan ISO kecil.
Kemudian buat gambar dengan settingan yang berbeda. Amati
perbedaannya ?

Modul Lab.Fotograf Digital


6
TEORI PENCAHAYAAN

Fotografi artinya “melukis dengan cahaya”.Tanpa cahaya, tidak akan


ada karya fotografi.Maka agar bisa terjadi sebuah foto, film yang ada di
dalam kamera yang kedap cahaya haruslah disinari.
Pada film hitam putih, lapisan perak halida yang ada pada film akan
menjadi „hangus” setelah terkena cahaya. Hitam atau abu-abu yang terjadi
pada film bergantung pada banyaknya cahaya yang masuk. Kalau cahaya
sangat kuat masuk, pada negatif hitam putih akan terjadi warna hitam
pekat, sementara kalau cahaya hanya sedikit masuk akan terjadi warna
abu-abu.Film yang sama sekali tidak tercahayai akan berwarna bening setelah
diproses (dicuci).
Pada pencetakan fotonya, warna hitam pada film akan mengahsilkan
warna putih pada kertas foto, demikian pula sebaliknya.Gradasi dari hitam, abu
abu sampai putih inilah yang akan membentuk sebuah gambar. Pada foto
berwarna, proses yang terjadi lebih rumit namun pada intinya sama dengan foto
hitam putih (Nugroho Adi,2010:6).

1. OVER/UNDER EXPOSURE
Sebuah film dikatakan berhasil secara pencahayaan bila semua
warna yang muncul mempunyai nada sama dengan yang diharapkan
sang pemotret. Sebuah film dikatakan over exposed (biasa disingkat over
saja, “kelebihan “) yang artinya tercahayai secara berlebihan, bila warna
yang terjadi lebih hitam dari pada yang diharapkaan. Film yang over
terjadi akibat pencahayaan yang berlebihan pada saat pemotretan.

Sedangkan sebuah film dikatakaan under exposed( biasa disingkat


under,”kekurangan”)bila kesan yang di dapat pada film itu lebih bening daripada
yang diharapkan. Foto under disebabkan kekurangan pencahayaan pada
saat pemotretan. Untuk mendapatkan pencahayaan yang tepat pada saat
memotret, kita harus mengatur dengan tepat seberapa banyaknya cahaya
yang dibutuhkan untuk keperluan kita.

Modul Lab.Fotograf Digital


7
2. PENGATURAN DIAFRAGMA

Untuk dapat mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk melalui


lensa, diafragma pada lensa kamera bisa membuka dengan besaran diameter
yang bisa dirubah. Besar kecilnya bukaan diafragma dinyatakan dalam f-
number tertentu, dimana f-number kecil menyatakan bukaaan besar dan f-
number yang besar menyatakan bukaan kecil. Selain itu, secara karakteristik
optik lensa, bukaan besar akan membuat foto yang DOFnya sempit
(background bisa blur), dan bukaan kecil akan membuat DOF lebar
(background tajam).

Saat mengatur nilai diafragma (aperture), ingatlah bahwa setiap stop


ditandai dengan nilai f-number tertentu yang digambarkan dalam deret berikut,
urut dari yang besar hingga kecil :

f/1 – f/1.4 – f/2 - f/2.8 – f/4 – f/5.6 – f/8 – f/11- f/16 – f/22 – f/32 dst

Sebagai contoh :
 jika kita berpindah 1-stop dari f/2 ke f/2.8, maka kita akan mengurangi
setengah intensitas cahaya yang masuk ke kamera
 jika kita berpindah 1-stop dari f/8 ke f/5.6, maka kita akan menambah
intensitas cahaya yang masuk ke kamera dua kali lipat dari sebelumnya

Perhatikan kalau kamera modern umumnya memberi keleluasaan untuk


merubah diafragma di skala yang lebih kecil, dalam hal ini perubahan f-stop
dilakukan pada kelipatan 1/2 hingga 1/3 f-stop sehingga bisa didapat banyak
sekali variasi eksposure yang bisa didapat dari mengatur nilai diafragma.
Sebagai contoh, diantara f/5.6 hingga f/8 bisa terdapat f/6.3 dan f/7.1 yang
memiliki rentang 1/3 stop.

Percobaan di bawah ini menunjukkan hasil foto yang didapat dari variasi
diafrgama, dengan sebuah foto referensi di f/5.6 (nilai shutter dibuat tetap di
1/125 detik dan ISO 100). Tujuannya untuk melihat bagaimana efek dari
merubah bukaan diafragma terhadap eksposure foto yang dihasilkan. Terdapat
3 foto yang over dengan kelipatan 1-stop dan 3 foto yang under dengan
kelipatan 1-stop.

Modul Lab.Fotograf Digital


8
Dari contoh di atas tampak pada 3 stops diatas referensi normal, foto
tampak amat terang (over) yang ditandai dengan banyaknya area yang wash-
out (highlight-clipping). Demikian juga pada 3 stops dibawah referensi normal,
foto tampak amat gelap (under).

3. LIGHT METER

Light Meter adalah pengukur cahaya yang terdapat dalam kamera DSLR,
belakangan ini beberapa kamera compact / pocket juga sudah mengadopsi light
meter. Light Meter pada kamera akan terlihat pada ruag bidik (view finder) dan
beberapa kamera yang telah memiliki teknologi live view juga dapat terlihat
pada layar LCD kamera. Light Meter ini mempunyai peranan yang sangat
penting, pemotret tidaklah perlu menebak-nebak pengaturan speed dan
diafragma.

Modul Lab.Fotograf Digital


9
Karena tinggal tentukan saja titik light meter pada titik tengah dengan cara
memutar-mutar panel diafragma dan speed. Teknologi ini memang sangat
memudah si pemotret untuk membuat sebuah foto dengan cahaya yang
normal. Cahaya yang normal ditandai dengan point light meter berada pada
angka nol.

4. DEPTH OF FIELD

Depth of field – DOF, adalah ukuran seberapa jauh bidang fokus dalam
foto. Depth of Field (DOF) yang lebar berarti sebagian besar obyek foto (dari
obyek terdekat dari kamera sampai obyek terjauh) akan terlihat tajam dan
fokus. Sementara DOF yang sempit (shallow) berarti hanya bagian obyek pada
titik tertentu saja yang tajam sementara sisanya akan blur/ tidak fokus.

Untuk mendapatkan DOF yang lebar gunakan setting aperture yang kecil,
misalkan f-22 (makin kecil aperture makin luas jarak fokus) – lihat contoh foto
diatas. Sementara untuk mendapat DOF yang sempit, gunakan aperture
sebesar mungkin, misal f/2.8 – lihat contoh foto dibawah.

Modul Lab.Fotograf Digital


10
Konsep Depth of Field ini akan banyak berguna terutama dalam fotografi
portrait dan fotografi makro, namun sebenarnya semua spesialisasi akan
membutuhkannya.
Definisi “tajam sacara layak” ini perlu ditekankan sebab secara
fakta, titik fokus sebuah lensa adalah betul-betul cuma satu bidang yang
mempunyai jarak tertentu terhadap bidang film. Namun, dengan pemilihan
bukaan diafragma yang makin kecil(angka diafragmanya makin besar),
benda yang berada di depan atau di belakang benda terfokus sering
masih tampak tajam pada foto.

Hukum pencahayaan :
Bila diafragma dikecilkan,kecepataan harus dilambatkan
Bila diafragma dibesarkan, kecepatan harus dipercepat.

Misal:
Kalau kita sudah mengukur kombinasi pencahayaan f/5,6 dan
kecepatan1/125 detik, maka kalau kita akan mengubah bukaan diafragma
dari f/5,6 jadi f/8, kecepatan harus kita rendahkan menjadi 1/60 detik.
Sebaliknya kalau kita mengubah diafragma dari f/5,6 jadi f/1,4, kecepatannya
harus kita naikkan tiga stop sehingga menjadi 1/1000 detik.

Selain besar kecilnya bukaan, ada faktor lain yang akan


mempengaruhi dalamnya ruang tajam, yaitu panjang fokal lensa. Makin panjang
suatu lensa, makin tipis ruang tajamnya. Besar kecilnya ruang tajam juga
dipengaruhi oleh jarak obyek dengan kameranuya.
Makin jauh objek makin dalam ruang tajam di sekitar objek. Lensa yang
difokuskan ke tempat tak terhingga, mempunyai ruang tajam yang sangat
panjang. Pada pemotretan sangat dekat, pemotretan mikro misalnya, bisa
saja ruang tajamnya cuma seperberapa millimeter.

Modul Lab.Fotograf Digital


11
Modul Lab.Fotograf Digital
12
PEDOMAN PRAKTIKUM TEORI
PENCAHAYAAN

1. Amatilah lightmeter yang ada dalam kamera SLR, kemudian coba


arahkan kamera ke berbagai objek dengan intensitas cahaya yang
berbeda. Tulislah apa yang anda amati terhadap perubahan stop point
pada lightmeter!
2. Amati perubahan lightmeter ketika anda merubah diafragma pada lensa.
Tulislah hasil pemangatan anda!
3. Pada posisi diafragma yang tetap, lakukan perubahan pada shutter
speed dengan angka yang berbeda-beda, tuliskan hasil pengamatan
anda!
4. Lakukan pengamatan pada lensa kamera yang anda gunakan dan
temukan skala ketajaman yang ada di lensa tersebut. Jelaskan fungsi
skala ketajaman yang tertera pada lensa tersebut.
5. Lakukan pengambilan gambar pada objek yang sudah anda susun
sebelumya. Ambil-lah gambar bedasarkan teori depth of field dengan
shutter speed yang berbeda-beda!

Modul Lab.Fotograf Digital


13
KEMAMPUAN MEMFOKUS DAN KOMPOSISI

1. Memfokus

Secara umum, fokus kamera dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu fokus
dekat dan fokus jauh, dan tak berhingga (yang biasanya dilambangkan oleh
∞). Teknik fokus membuat objek yang kita foto menjadi terlihat tajam dan
jelas, sehingga pesan yang ingin ditangkap dapat tersampaikan. Fungsi
teknik fokus ini antara lain untuk membedakan objek dengan benda lain di
sekitar. Jadi, dengan difokuskan, objek menjadi lebih terlihat dibandingkan
yang lain. Fokus juga bisa digunakan untuk mendapatkan detil objek tertentu
yang diinginkan. Beberapa hal yang membutuhkan detil misalnya putik
bunga, miniatur, dll. Dan yang ke tiga, fokus bisa digunakan untuk menguak
hal-hal yang sering tidak tertangkap. Bisa saja detil tertentu, pola tertentu
(teknik komposisi), atau kesan cacat benda (untuk investigasi, dll).

Fokus dekat digunakan fotografer untuk mendapatkan gambaran objek dekat


yang lebih jelas dibandingkan objek di sekelilingnya. Biasanya benda yang
membutuhkan fokus dekat adalah benda berukuran kecil, atau suatu detil
yang dibutuhkan sehingga harus diambil pada jarak yang dekat. Fokus dekat
biasanya lebih dikenal dengan sebutan Makro. Setting Makro yang ada pada
kamera biasanya berkisaran pada jarak 10-50 cm. Maksudnya, benda pada
jarak itu akan mudah untuk menjadi fokus. Saya biasanya menggunakannya
untuk memfoto bunga, dll.

kemudian teknik fokus ke dua, yaitu fokus jauh digunakan untuk membuat
tajam benda-benda yang jaraknya lebih jauh. Biasanya untuk
memperlihatkan perbedaannya, fotografer menambahkan satu atau lebih
benda-benda yang berada lebih dekat dengan kamera. Saya biasanya
menggunakan teknik ini ketika saya ingin menciptakan efek bayang-bayang
pada objek. Maksudnya, kita mengambil benda jauh, namun terlihat benda
jarak dekat yang terlihat kabur. Atau, jika Anda ingin contoh yang lebih pas,
bisa Anda perhatikan kamera-kamera yang digunakan oleh fotografer sepak
bola. Kamera mereka memiliki lensa teropong yang bisa melihat benda jauh
(pemain sepak bola) dengan sangat jelas dan detil. Bisa juga digunakan
untuk teknik lining, yaitu kita menggunakan garis tertentu (di dalam gambar)
yang dapat memperkuat kesan objek sebenarnya. Insya Allah akan saya
jelaskan kemudian.

Yang terakhir yaitu fokus tak berhingga atau infinity. Biasanya fokus ini saya
gunakan untuk pemandangan yang jauh, atau luas. Dengan fokus ini,
seluruh objek di dalam foto akan terlihat jelas (walau tidak terlalu fokus).

Bagaimana mengetahui gambar kita menggunakan fokus yang benar?

Ada beberapa hal yang bisa menjadikan acuan. Pertama, kita harus tahu
objek foto kita. Misalnya kita ingin memfoto manusia. Maka usahakan kita
fokuskan kamera kepada manusia. Secara default, microchip kamera
(otaknya kamera) akan cenderung fokus kepada benda yang berada di

Modul Lab.Fotograf Digital


14
tengah. Maka, usahakan letakkan objek di tengah-tengah gambar, sehingga
kamera otomatis akan memfokuskan ke objek di tengah.

Kedua, ketika benda fokus, maka terlihat detil di gambar hasil, dengan benda
lain kabur (terlihat tidak jelas, seperti kapas atau benda yang dilihat dari kaca
yang basah). Maka, kita bisa manfaatkan ini untuk berlatih. Sudahkah fokus
di objek yang sesuai? Jika belum, tepatkanlagi hingga sesuai harapan.

Untuk membedakan fokus jauh atau infinity (∞), kita bisa memberikan benda
pembanding di dekat kamera. Jika benda di dekat itu terlihat kabur, maka
berarti kamera sedang fokus jauh. Dan bila benda yang di dekat kamera
tidak terlihat kabur, itulah yang dinamakan fokus tak berhingga.

Beberapa kegiatan saat memfokus:

Fokus statis:kegiatan memfokus dalam pemotretan yang obyeknya tidak


bergerak, misalnya memotret pemandangan atau memotret manusia yang
memang berpose.

Pada pemotretan manusia, titk yang harus difokus adalah mata manusia.
Yang harus dicatat, depth of field bagian jauh dari lensa sekitar dua kali lebih
panjaang daripada depth of field ke bagian dekat lensa. Dengan kenyataaan
itu, kalau kita memotret orang dalaam tiga baris seperti disebut tadi,
sebaiknya kita memfokus ke deret tengah, lalu geser penyetelan lensa
sedikit ke baris yang depan.

Modul Lab.Fotograf Digital


15
Fokus bergerak: Misalnya memotret atlet yang bermain tenis, atau memotret
peragaan busana Kondisi ini menyebabkan pemotret terus menerus
mengubah setelan fokusnya.Di sini , selective focus juga berperan yaitu
dengan mengaburkan latar belakang sehingga obyek utama menonjol

Fokus jebakan: Menyetel fokus dengan perkiraan tanpa membidik biasanya


disebut dengan preset focus.Ini dilakukan misaalnya ketika kita memotret
obyek yang akan lewat dalam waktu singkat, atau pada waktu yang tidak
terduga, ataau pada keadaan yang tidak memungkinkan kita memotret
dengan normal.

2. Komposisi

Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen


dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis, bentuk, warna, terang
dan gelap. Yang paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan
visual impact (sebuah kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang
anda inginkan untuk berekspresi dalam foto). Dengan komposisi, foto akan
tampak lebih menarik dan enak dipandang dengan pengaturan letak dan
perbandaingan objek-objek yang mendukung dalam suatu foto. Dengan
demikian perlu menata sedemikian rupa agar tujuan dapat tercapai, apakah
itu untuk menyampaikan kesan statis dan diam atau sesuatu mengejutkan.
Dalam komposisi selalu ada satu titik perhatian yang pertama menarik
perhatian.

Tujuan Mengatur Komposisi Dalam Fotografi

1. Dengan mengatur komposisi foto, kita juga dapat membangun “mood”


suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek foto.
2. Menyusun perwujudan ide menjadi sebuah penyusunan gambar yang
baik sehingga terwujud sebuah kesatuan (unity)dalam karya.
3. Melatih kepekaan mata untuk menangkap berbagai unsur dan mengasah
rasa estetik dalam pribadi pemotret.

Modul Lab.Fotograf Digital


16
Jenis-Jenis Komposisi :

 Garis

Komposisi ini terbentuk dari pengemasan garis secara dinamis baik garis
lurus, melingkar / melengkung. Biasanya komposisi ini bisa menimbulkan
kesan kedalaman dan kesan gerak pada sebuah objek foto. Ketika garis-
garis itu digunakan sebagai subjek, yang terjadi adalah foto menjadi
menarik perhatian. Tidak penting apakah garis itu lurus, melingkar atau
melengkung, membawa mata keluar dari gambar. Yang penting garis-
garis itu menjadi dinamis.

 Bentuk

Komposisi ini biasanya dipakai fotografer untuk memberikan penekanan


secara visual kualitas abstrak terhadap sebuah objek foto. Biasanya
bentuk yang paling sering dijadikan sebagai komposisi adalah kotak dan
lingkaran.

 Warna

Warna memberikan sebuah kesan yang elegan dan dinamis pada


sebuah foto apabila dikomposisikan dengan baik. Kadang kala komposisi
warna dapat pula memberikan kesan anggun serta mampu dengan
sempurna memunculkan “mood color” (keserasian warna) sebuah foto
terutama pada foto – foto “pictorial”(Foto yang menonjolkan unsur
keindahan)

 Gelap dan Terang

Komposisi ini sebenarnya dipakai oleh fotografer pada era fotografi


analog masih berkembang pesat terutama pada pemotretan hitam putih.
Namun, sekarang ini, ditengah – tengah era digital komposisi ini mulai
diterapkan kembali. Kini pengkomposisian gelap dan terang digunakan
sebagai penekanan visualitas sebuah objek. Kita dapat menggunakan
komposisi ini dengan baik apabila kita mampu memperhatikan kontras
sebuah objek dan harus memperhatikan lingkungan sekitar objek yang
dirasa mengganggu yang sekiranya menjadikan permainan gelap terang
sebuah foto akan hilang.

 Tekstur

Yaitu tatanan yang memberikan ksan tentang keadaan prmukaan suatu


benda (halus, kasar, beraturan, tidak beraturan, tajam, lembut,dsb).
Tekstur akan tampak dari gelap terang atau bayangan dan kontras yang
timbul dari pencahayaan pada saat pemotretan.

Modul Lab.Fotograf Digital


17
Penerapan Komposisi Dalam Pemotretan

Dalam pengemasan sebuah foto agar terkesan dinamis dan menimbulkan


keserasian perlu sebuah pemahaman tentang kaidah – kaidah tentang
komposisi. Yang antara lain:

A. Rule of Thirds (Sepertiga Bagian / Rumus Pertigaan)

Pada aturan umum fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian
yang sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek
pada sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat berbeda dengan yang
umum dilakukan dimana kita selalu menempatkan objek di tengah-tengah
bidang foto

B. Sudut Pemotretan (Angle of View)

Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut
pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh
tujuan pemotretan. Maka dari itu jika kita mendapatkan satu moment dan
ingin mendapatkan hasil yang terbaik,
jangan pernah takut untuk memotret dari berbagai sudut pandang. Mulailah
dari yang standar (sejajar dengan objek), kemudian cobalah dengan
berbagai sudut pandang dari atas, bawah, samping sampai kepada sudut
yang ekstrim

C. Format : Horizontal dan vertical

Proposi pesrsegi panjang pada view vender pada kamera memungkinkan


kita untuk memotret dengan menggunakan format landscape(horisontal)
maupun portrait (vertikal). Format pengambilan gambar dapat menimbulkan
efek berbeda pada komposisi akhir.

D. Dimensi

Meskipun foto bercerita dua dimensi, yang artinya semua terekam diatas
satu bidang. Namun, sebenarnya foto dapat dibuat terkesan memiliki
kedalaman, seolah-olah dimensi ketiga. Unsur utama membentuk dimensi
adalah jarak, Dimensi dapat terbentuk apabila adanya jarak, jika kita
menampilkan suatu obyek dalam suatu dimensi maka akan terbentuk jarak
dalam setiap elemennya. Untuk membuat suatu dimensi diperlukan adanya
permainan ruang tajam, permainan gelap terang dan garis.

E. Sudut Pengambilan Gambar ( Camera Angle )

Dalam fotografi agar foto yang kita hasilkan memiliki nilai dan terkesan indah
harus diperhatikan mengenai masalah penggunaan sudut pengambilan
gambar yang baik. Dalam fotografi dikenal 3 sudut pengambilan gambar
yang mendasar, yaitu:

Modul Lab.Fotograf Digital


18
a) Bird Eye

Sudut pengambilan gambar ini, posisi objek dibawah / lebih rendah


dari kita berdiri. Biasanya sudut pengmbilan gambar ini digunakan
untuk menunjukkan apa yang sedang dilakukan objek (HI), elemen
apa saja yang ada disekitar objek, dan pemberian kesan
perbandingan antara overview(keseluruhan) lingkungan dengan POI
(Point Of Interest).

b) High Angle

Pandangan tinggi. artinya, pemotret berada pada posisi yang lebih


tinggi dari objek foto.

c) Eye Level

Sudut pengembilan gambar yang dimana objek dan kamera sejajar /


sama seperti mata memandang. Biasanya digunakan untuk
menghasilkan kesan menyeluruh dan merata terhadap background
sebuah objek, menonjolkan sisi ekspresif dari sebuah objek (HI), dan
biasanya sudut pemotretan ini juga dimaksudkan untuk memposisikan
kamera sejajar dengan mata objek yang lebih rendah dari pada kita
missal, anak – anak.

d) Low Angle

Pemotretan dilakukan dari bawah. Sudut pemotretan yang dimana


objek lebih tinggi dari posisi kamera. Sudut pengembilan gambar ini
digunakan untuk memotret arsitektur sebuah bagunan agar terkesan
kokoh, megah dan menjulang. Namu, tidak menutup kemungkinan
dapat pula digunakan untuk pemotretan model agar terkesan elegan
dan anggun.

e) Frog Eye

Sudut penglihatan sebatas mata katak. Pada posisi ini kamera berada
di dasar bawah, hampir sejajar dengan tanah dan tidak dihadapkan ke
atas. Biasanya memotret seperti ini dilakukan dalam peperangan dan
untuk memotret flora dan fauna.

Modul Lab.Fotograf Digital


19
PANDUAN PRAKTIKUM KEMAMPUAN
MEMFOKUS DAN KOMPOSISI

1. Carilah contoh gambar di media massa yang merupakan contoh dari


masing-masing teknik komposisi yang sudah dijelaskan di atas, analisalah
perkiraan shutter speed dan diafragma yang dipakai dari masing-masing
foto tersebut!
2. Carilah contoh gambar dari media massa yang merupakan contoh dari
masing-masing teknik memfokus!

Modul Lab.Fotograf Digital


20
PEMILIHAN LENSA

JENIS-JENIS LENSA

1. Lensa Normal

Lensa ini berukuran 50-55mm dan memberikan karakter bidikan natural.


Gambar yang dihasilkan tidak akan jauh beda dengan apa yang dilihat oleh
mata. Sebuah lensa yang memetakan citra yang nampak seperti perspektif
pandang normal mata manusia. Pemetaan perspektif tersebut didapat karena
panjang fokus lensa sebanding dengan jarak diagonal bidang fokal dengan
sudut pandang diagonal sekitar 35 derajat.

2. Lensa Fokus Halus

Lensa fokus halus adalah lensa dengan aberasi speris. Soft fokus adalah
sebuah efek pada fotografi yang disebabkan oleh blur akibat aberasi speris
lensa. Sebuah lensa fokus halus didesain untuk menimbulkan efek blur tersebut
namun tetap menjaga ketajaman setiap garis dari subjeknya. Efek soft focus
yang ditimbulkan oleh lensa ini tidak sama dengan efek out of focus yang
disebabkan posisi subjek di luar bidang fokus.
Contoh lensa fokus lunak adalah cannon EF 135mm f/2,8 with softfocus(5)
dan pentax SMC 28mm f/2,8 FA soft lens. Keduanya dilengkapi dengan sistem
pengaturan aberasi speris, jika aberasi speris tersebut dimatikan, lensa akan
menghasilkan citra dengan fokus yang tajam seperti lensa lain pada umumnya.

3. Lensa Wide Angle


Lensa Wide Angle zoom adalah lensa yang populer bagi fotografi
pemandangan atau arsitektur karena kemampuan lensa ini untuk menangkap
bidang yang luas dengan perspektif yang dinamis. Contoh: Sigma 10-20mm,
Canon EF-S 10-22mm, Tokina 12-24mm, dan sebagainya.

4. Lensa Fish Eye


Lensa ini termasuk ke dalam lensa sudut lebar, namun memiliki distorsi
yang tinggi. Hasil yang didapat menggunakan lensa ini akan berbentuk
lengkungan, seperti cembung pada mata ikan.
Contoh lensa fish eye :canon ef 8-15mm f/4l fisheye usm, Nikon AF DX
Fisheye-Nikkor 10.5mm f/2.8G ED

5. Lensa Tele
Lensa Tele ini dapat membuat objek yang jauh terasa dekat. Sangat
populer dikalangan fotografer binatang liar, olahraga, fotojurnalistik dan banyak
lagi. Lensa ini juga populer untuk potret karena kemampuannya dalam
mengkompresi latar bekalang sehingga model Anda terlihat lebih enak
dipandang. Biasanya lensa telephoto rawan getar, maka dari itu lensa telephoto
zoom yang memiliki Image stabilization sangat dianjurkan. Contoh: Canon 55-
250mm IS, Sony 70-200mm f/2.8, Pentax 65-250mm f/4, Sigma 50-500mm dan
sebagainya.

Modul Lab.Fotograf Digital


21
TEKNIK PENCAHAYAAN DENGAN LAMPU FLASH

Seiring dengan perkembangan fotografi digital (kamera digital / kamera dslr)


yang sangat pesat, Strobist muncul dan mulai berkembang berkat daya
kreatifitas para fotografer, yang kemudian Strobist ini menjadi semacam tren
dikalangan forografer di seluruh dunia dalam berkreasi menggunakan artificial
light atau cahaya buatan.

Lalu apakah Teknik Strobist itu? Definisi Strobist berikut ini seperti pada pada
Daftar Istilah Fotografi pada Abjad S-Z: Strobist adalah trik atau teknik
pendayagunaan lampu kilat (flash), yang biasanya hanya dipasang di hotshoe
(penampang flash yang ada di atas kamera), agar dapat digunakan untuk
melakukan pencahayaan dari berbagai posisi di luar hotshoe kamera (off-
shoe
/ off-camera flash). Untuk menghubungkan lampu kilat (flash) dengan kamera
digunakan piranti Wiresless Flash Trigger Control yang terdiri dari Receiver
dan Transmitter.

Tujuan utama para fotografer menggunakan teknik Strobist adalah untuk


menggantikan lampu studio yang relatif mahal dan cukup sulit untuk dibawa
kemana-mana. Nah dengan Teknik Strobist ini kita seperti membawa studio
foto ke mana saja, namun dengan teknik dan pengaturan lighting tertentu akan
menghasilkan kualitas foto yang tidak kalah dengan foto studio. Karena
kemudahan ini juga lah teknik strobist banyak digunakan oleh fotografer
komersial seperti fotografer jurnalistik, pre-wedding, wedding, interior, dan foto
produk.

Aksesoris flash (lampu kilat) untuk Strobist saat ini juga sudah sama dengan
strobe flash studio (lampu studio), perbedaannya hanya pada ukurannya yang
lebih kecil, antara lain: honeycomb, snoot, soft box, dll.

Seperti halnya lampu strobe studio, pada teknis Strobist kita juga harus
menguasai metering, eksposur, dan sinkronisasi flash. Perbedaannya hanya
pada intensitas pancaran cahaya yang lebih lebih terang dan luas dibanding
dengan built-in flash, intensitas cahaya ditunjukkan dengan GN (Guide
Number).

 Untuk mengetahui berapa kekuatan pancaran cahaya flash, silahkan lihat


pada penjelasan GN (Guide Number).
 Untuk mengetahui batas maksimum shutter speed saat menggunakan
flash, lihat pada penjelasan Flash Sync Speed.
 Apa saja mode flash yang bisa kita pilih pada kamera digital (dslr), ada
pada penjelasan Mode Sinkronisasi Flash.
 Untuk mengetahui Metering pada kamera digital (dslr) untuk teknik strobist,
silahkan baca pada artikel Metering Pada Teknik Strobist.

Modul Lab.Fotograf Digital


22
MENGOPTIMALKAN PENGGUNAAN FLASH

Pemakaian lampu kilat yang sekadarnya, sering menghasilkan foto yang


datar,bahkan bayangan yang dihasilkan lampu kilat sering merusak isi foto
secara keseluruhan.

Ada beberapa cara untuk menghindari hal tersebut :

1. Cara pertama Teknik “bounce”( teknik pantulan). Cahaya lampu kilat kita
pantulkan ke langit-langit atau bidang lain sehingga cahaya menerangi
obyek secara merata, dan jatuhnya bayangan di tempat yang tidak
terlihat foto. Dengan teknik ini, perhitungan bukaan diafragma memakai
jarak yang merupakan jumlah jarak dari lampu kilat ke bidang pantul
ditambah jarak bidang pantul ke obyak. Untuk menghindari berkurangnya
intensitas cahaya karena di serap bidang pantul maka bukaan diafragma
harus dikoreksi dengan membukanya lebih besar 1 atau 2 stop.

Modul Lab.Fotograf Digital


23
2. Teknik “remote Flash”: Bila kita tidak dapat memperoleh bidang pantul
apapun misalnya ketika berada di luar rumah, maka kita memakai teknik
remote flash yakni melepaskan lampu kilat dari badan kameranya dan
meletakkan di suatu tempat untuk mendapatkan efek foto yang
diinginkan. Dengan teknik ini maka bukaan diafragma diukur dari jarak
antara lampukilat ke obyeknya, dan bukannya jarak antara kamera ke
obyeknya.Tentu saja penyalaan lampu kilat menggunakan bantuan kabel
sinkron.

3. Memakai beberapa lampu kilat. Dipakai bila kita memotret di dalam


ruangan yang cukup besar dengan tuntutan cakupan bidang pemotretan
yang luas dengan memakai lebih dari satu lampu maka GN yang kita
jadikan patokan bukanlah penjumlahaan GN dari beberapaa lampu kilat
yang dipakai, cara menentukan bukaan diafragma yang dipakai biasanya
dengan cara mencoba-coba.

4. Teknik “Fill in”. Selain sebagai sumber cahaya buatan, lampu kilat juga
bisa dipakai sebagai sumber cahaya tambahan.Ini dilakukaan misalnya
ketika kita memotret di luar, siang hari pada pukul 12.00 saat matahari
berada tegak lurus di atas. Kondisi ini adalah kondisi pencahayaan yang
paling buruk karena akan menimbulkan bayangan tajam di wajah obyek
yang manusia. Yang perlu diingat pemotretan dengan fill ini , kita harus
memakai kecepatan yang diwajibkan pada sinkron kilat kamera kita.
Dengan demikan, biasanya bukaan diafragma yaang dipakai sangatlah
kecil seperti f/16,f/22 atau bahkan lebih kecil kagi.

Modul Lab.Fotograf Digital


24
Modul Lab.Fotograf Digital
25
FOTOGRAFI JURNALISTIK

1. Pengertian Foto Jurnalistik

Terdapat beberapa pengertian mengenai fotografi jurnalistik yang dikemukakan


oleh para ahli fotografi. Menurut Hanapi yang dimaksud dengan fotografi
jurnalistik yaitu kegiatan fotografi yang bertujuan merekam jurnal peristiwa-
peristiwa yang menyangkut manusia. Wilson Hick dalam bukunya Word and
Picture memberi batasan fotografi jurnalistik adalah media komunikasi verbal
dan visual yang hadir bersamaan. Sedangkan Soelarko mendefinisikan foto
jurnalistik sebagai foto berita atau bisa juga disebut sebagai sebuah berita yang
disajikan dalam bentuk foto.

Sementara itu Oscar Motuloh, fotografer senior Biro Foto LKBN Antara Jakarta
menyebut foto jurnalistik adalah medium sajian untuk menyampaikan baragam
bukti visual atas suatu peristiwa pada suatu masyarakt seluas-luasnya, bahkan
hingga kerak dibalik peristiwa tersebut, tentu dalam waktu yang sesungkat-
singkatnya.

Dilihat dari beberapa pengertian yang ada maka foto jurnalistik dapat disebut
sebagai suatu sajian dalam bentuk foto akan sebuah peristiwa yang terjadi,
dimana peristiwa tersebut berkaitan dengan aspek kehidupan manusia dan
disampaikan guna kepentingan manusia itu sendiri. Kepentingan manusia
dalam hal ini berupa kebutuhan akan informasi atau juga berita yang terjadi di
seluruh belahan bumi ini.

Syarat umum untuk membuat foto berita dengan baik adalah:

Memiliki pengetahuan konspesional;mempersoalkan isi (picture content, news


content) Memiliki keterampilan teknis: mempersoalkan penyajian teknis yang
matang secara fotografi.

Foto-foto yang dimuat dalam surat kabar memang tidak selalu menggambarkan
suatu peristiwa atau berita (newsphoto), melainkan bisa juga bersifat ilustratif,
yaitu bisa berdiri sendiri atau menyertai suatu artikel, termasuk di dalamnya
adalah foto-foto yang bersifat„human interest‟(menarik perhatian dan
membangkitkan kesan). Foto-foto yang dimuat dalam surat kabar itu
secara„salah kaprah‟ biasa disebut sebagai foto jurnalistik, artinya foto yang
dihasilkan oleh kerja jurnalis (wartawan) di lapangan.

Suatu foto memang tidak bisa melukiskan keterangan-keterangan verbal yang


diperoleh wartawan di lapangan, tapi dengan kemampuan visualisasi yang
disuguhkan, sebuah foto bisa mengungkapkan pandangan mata yang sulit
untuk dilukiskan dengan kata-kata. Berbeda dengan berita tulis di mana
wartawan bisa secara tidak sengaja memasukkan subjektivitas yang bisa
memengaruhi opini.

Dengan foto akan memperkecil subjektivitas tersebut. Kepada pembaca


disuguhkan secara visual apa adanya. Pembaca akan memberi penafsiran
terhadap foto tersebut, yang tentu saja satu dengan lainnya bisa berbeda. Maka
tidaklah salah ungkapan “one picture is worth one thousand words”

Modul Lab.Fotograf Digital


26
2. Sekilas sejarah

Foto Jurnalistik Sudah sejak lama, setelah media massa cetak yang berbentuk
suratkabar muncul, orang memimpikan bagaimana bisa melihat
peristiwa/kejadian secara visual lewat lembaran kertas itu. Harapan itu
menggebu teruatama setelah fotografi ditemukan tahun 1839 yaitu ketika
Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis pada 19 Agustus mengumumkan
penemuan alat gambar sinar oleh seniman Louis Jacques Daguerre. Alat
temuan Daguerre itu masih sederhana berupa sebuah kotak diberi lensa dan
dibelakang diberi plat logam yang sudah dilabur dengan bahan kimia tertentu.
Alat itu disebut „camera obscura‟ atau kamar gelap, yang kemudian secara
umum disebut kamera.

Orang pun masih kesulitan memeroleh jalan atau cara bagaimana


memindahkan gambar yang dibuat oleh kamera Daguerrotype itu ke dalam
surat kabar.

Setelah direkayasa maka muncullah jurnalistik foto pertama kali yaitu ketika
“The Illustrated London News” untuk pertama kalinya 30 Mei 1842 memuat
spotnews atau gambar lukisan (hasil cukilan kayu) yang merupakan reproduksi
sebuah foto yang dihasilkan oleh kamera daguerrotype. Gambar tersebut
merupakan spotnews atau peristiwa langsung yang menggambarkan saat
terjadi pembunuhan (penembakan) dengan pistol atas diri Ratu Victoria di
dalam keretanya.

Dalam sejarah tercatat dua wartawan foto perintis yang sangat terkenal, yaitu
Roger Fenton (Inggris) yang meliput Perang Krim (1853-1856) dan Mattew
Brady (AS) yang meliput American Civil War (perang Abolisi) tahun 1861-1865.
Brady membawa peralatan lengkap ke garis depan. Perlenggkapan itu dimuat
dalam satu wagon (kereta kuda) sendiri, di mana di dalamnya terdapat
laboratorium dan kamar gelapnya.

Karena belum ditemukannya cara membuat nada warna abu-abu atau


‟halftones‟ dalam surat kabar, maka sampai tahun 1897 gambar yang dimuat
masih saja dibuat dari cukilan kayu. Baru 21 januari 1897 koran ”Tribune” New
York benar-benar memuat foto di dalamnya. Ini dimungkinkan berkat ditemukan
sistem penggunaan titik-titik (dots) yang kita kenal sekarang dengan sebutan
‟raster‟ untuk membuat nada-nada warna ‟halftones‟ tadi.

3. Foto Jurnalistik Yang Menarik

Sejak itulah pemuatan gambar di surat kabar menjadi semakin tambah banyak
dan mulailah redaksi mempertimbangkan perlunya mangadakan tugas khusus
bagi wartawannya hanya untuk pekerjaan memotret saja, artinya hanya mencari
gambar melulu. Spesialisasi mulai diberlakukan di dunia persuratkabaran maju.
Sesudah ada spesialisasi itu , maka para pakar atau jurnalis mulai
memerhatikan apa sebenarnya yang sangat menarik dari sebuah foto yang
patut untuk dimuat di surat kabar.

Modul Lab.Fotograf Digital


27
Dari hasil pengamatan mereka, disimpulkan bahwa gambar/foto jurnalistik yang
menarik itu harus mempunyai tiga aspek utama : daya tarik visual (eye
catching), isi atau arti (meaning) dan daya tarik emosional (impact).

Namanya saja foto berita maka norma-norma atau nilai-nilai yang disandang
suatu berita (tulis) yang menarikpun juga dituntut bagi sebuah newsphoto;
seperti faktor-faktor yang menambah nilai/bobot foto tersebut, antara lain :
sifatnya menarik (interesting), lain dari biasanya (different), satu-satunya
(exlusive), peristiwanya dekat dengan pembaca (close to the readers),
akibatnya luas, mengandung ketegangan (suspense) dan menyangkut masalah
sex, humor, konflik dll.

Dari batasan-batasan foto jurnalistik itulah maka kemudian para jurnalis foto
memfokuskan perhatinnya pada hal-hal yang tersirat di dalam kriteria itu. Untuk
menjadikan diri sebagai jurnalis foto profesional maka seorang wartawan perlu
memerhatikan hal-hal tersebut, disamping mesti memperdalam pengetahuan
dan memperbanyak pengalaman. Seorang wartawan foto dituntut tahu benar
tentang kamera dan proses fotografi, tahu pula memanfaatkan kesempatan
yang baik untuk kameranya serta harus cekatan agar tidak tertinggal oleh
peristiwa. Wartawan foto mesti mampu mengkombinasikan kerja mata, otak dan
hati dalam tugasnya. Sebagaimana tujuan surat kabar yaitu memberikan
kepada pembacanya informasi, edukasi, entertaintment dan (bisa) persuasi,
maka bidang cakupan wartawan foto sangatlah tidak terbatas. Apa saja yang
bisa memenuhi salah satu saja dari keempat kriteria tersebut dapat disajikan.
Jadi dalam hal ini si wartawan-lah yang memegang peranan penting. Ada
ungkapan ‟the singer is not the song‟ atau ‟the man behind the gun‟. Bukan
objek fotonya yang menarik tapi bagaimana kemampuan si wartawan
mengungkapkan dalam foto. Bukan kameranya yang hebat, tapi bagaimana
kepiawaian sang wartawan foto menghasilkan gambar yang memenuhi banyak
kriteria tersebut di atas.

4. Kategori dan Bidang-bidang Foto Jurnalistik

Kategori Foto jurnalistik meliputi :Spot News, Feature, General News, Tokoh,
Keseharian, Seni budaya dan Fashion, Alam dan Lingkungan, IPTEK, dan
Olahraga.Sedangkan bidang-bidang yan ada dlam foto jurnalistik di antaranya
adalah : War Correspondent ( Wartawan Perang ), Wartawan Foto Olah raga,
Glamour dan Pin –Up Fotografi, Fashion Fotografer, wartawan Foto Majalah,
General Interest.

5. Makna dan Peranan Foto Jurnalistik

Ruang lingkup foto jurnalistik adalah manusia, dan karena itu kehadiran foto
jurnalistik memiliki beberapa makna yang berperan dalam kehidupan manusia,
diantaranya yaitu : foto jurnalistik sebagai saksi mata, fotografi jurnalistik
sebagai lambang, foto jurnalistik sebagai himbauan dan foto jurnalistik sebagai
komentar sosial.

Modul Lab.Fotograf Digital


28
6. Perbedaan Foto Jurnalistik dengan Foto Dokumentasi

Kehadiran foto jurnalistik tak lain merupakan wujud dan perkembangan foto
dokumentasi, oleh karena itu foto dokumentasi merupakan dasar dari foto
jurnalistik yang ada pada saat ini. Foto dokumentasi adalah sebutan untuk foto
berita dan foto sejarah, karena tujuannya merekam suatu peristiwa untuk
disimpan bergantung pada urgensitas peristiwa dan subjek foto yang
diabadikan.

Antara foto jurnlistik dengan foto dokumentasi memiliki perbedaan dan batasan
yang sangat tipis. Nilai berita pada sebuah foto biasanya terletak pada sejauh
mana foto itu dapat menggugah perhatian dari khalayak umum, bukan hanya
orang atau kelomppok masyarakatyang bersngkutan. Nilai tersebut bisa disebut
sebagai publik interest, maka semakin tinggi nilai beritanya. Foto jurnalistik
memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena dapat menimbulkan perhatian
perasaan bahkan reaksi tertentu pada semua khalayak umum secara luas.

Berbeda pada foto dokumentasi, arti kata dokumentasi mengandung konotasi


yang lunak dalam hal nilai beritanya. Selain perbedaan, di antaranya foto
jurnalistik dan foto dokumentasi memiliki persamaan yaitu dari segi tujuan foto
tersebut. Tujuan kedua foto jurnalistik dan foto dokumentasi merekam suatu
peristiwa untuk disimpan sebagai arsip.

Menurut Hermanus Priatna ( Editor Foto di Biro Foto LKBN Antara menyatakan
bahwa foto jurnalistik dan foto dokumentasi memiliki perbedaan. Pada foto
jurnalistik, peristiwa diabadikan untuk secepat-cepatnya disampaikan kepada
khalayak melalui media massa, sedangkan foto dokumentasi mengabadikan
peristiwa untuk kepentingan pribadi, misalnya foto-foto untuk keperluan instansi
pemerintah atau individual.

7. Petunjuk Praktis

Untuk wartawan foto atau calon, Kenneth Blume, seorang wartawan foto dan
penulis pada harian „Courier-Crecent‟ (Ohio, AS) memberi penegasan, bahwa
gambar yang baik pada surat kabar adalah yang segera menarik perhatian
pembacanya. Berdasar pengalamannya dia memberikan petunjuk praktis
bagaimana sebaiknya membuat foto berita itu.
a) Usahakan tidak menampilkan lebih dari lima orang dalam satu gambar.
b) Biarkan gambar kelihatan natural (alami/apa adanya), jangan dibuat-buat
atau direkayasa.
c) Lebih baik menghabiskan banyak frame untuk memungkinkan banyak
pilihan dari pada tidak mendapat gambar yang baik.
d) Usahakan tidak memuat gambar ”police line up” (beberapa orang
disejajarkan menghadap lensa dengan latar belakang tembok kosong).
e) Gunakan background atau latar keliling untuk menambah daya tarik dan
memudahkan pembaca mengenal lokasi atau posisi kejadian.
f) Untuk menamba variasi atau daya tarik lain, bisa memotret dengan gaya
‟frog eyes‟ atau ‟bird view‟.
g) Gunakan penerangan alami atau bounced flashlight (sinar blitz yang
dipantulkan ke langit-langit). Kalau bisa hindari penggunaan lampu kilat
langsung.

Modul Lab.Fotograf Digital


29
h) Usahakan untuk menunjukkan situasi beritanya, kalau mungkin.

Namun suakses surat kabar dalam menyajikan gambar lebih banyak tergantung
kepada editor fotonya yang memberi perintah (assignment) kepada fotografer
dan memilih foto-foto yang masuk di mejanya, dan melakukan cropping kalau
perlu.

PEDOMAN PRAKTIKUM FOTO


JURNALISTIK

1. Carilah contoh foto jurnalistik di media massa!


2. Analisislah isi cerita yang ingin disampaikan melalui foto tersebut!
3. Buatlah contoh foto jurnalistik lengkap dengan konsepnya!
4. Carilah masing-masing contoh foto jurnalistik yang mempunyai fungsi
yang berbeda pada setiap berita yang dimuat!

Modul Lab.Fotograf Digital


30
TEKNIK FOTO JURNALISTIK

Membuat foto jurnalistik dituntut untuk tidak hanya sekedar memotret


(taking picture) akan tetapi handaknya kita harus dapat membuat gambar
(making picture ). Karya wartawan foto dinilai baik jika baik pula isi gambar dan
isi beritanya.

1. Perencanaan
Perencanaan pada foto jurnalistik diperlukan untuk menghasilkan gambar dan
berita yang menarik perhatian pembaca dan tentu mempunya nilai berita yang
tinggi. Unsur utama foto jurnalistik harus mempunyai nilai beritanya yang tinggi
disamping gambar yang berkualitas.

Tahap-tahap perencanaan :
a) Mengumpulkan informasi tentang suatu peristiwa atau acara yang
mengandung nilai berita. Pada tahap perencanaan, informasi mengenai
suatu peristiwa/acara yang harus diketahui oleh wartawan foto adalah
kapan waktu, lokasi acara siapa saja orang-orang yang terlibat dalam acara
tersebut, dalam rangka atau membahas apa persitiwa itu. Hal-hal tersebut
hendaknya diperhatikan oleh wartawan foto sebelum melaksanakan
peliputan, agar nantinya tidak menemui hambatan selama berada di
lapangan.
b) Merencanakan gambar seperti apa yang akan dihasilkan. Hal–hal yang
dapat diperhatikan disini oleh wartawan foto di antaranya yaitu
perencanaan mengenai komposisi foto yang hendak dihasilkan,
perencanaan mengenai angle yang akan diambil atau juga mengenai
perencanaan pembubuhan unsur-unsur seni yang hendak dimasukkan
gambar yang akan dibuat.
c) Mempersiapkan peralatan sesuai dengan kebutuhan. Peralatan yang harus
dipersiapkan harus sesuai dengan peristiwa apa yang hendak diliput.
Informasi untuk membuat foto jurnalistik didapatkan melalui radio, televisi, press
release, informan, rekan seprofesi dan hubungan baik dengan semua orang.

2. Menguasai Kamera dan Cahaya


Penulis risalah fotografi terkenal John Hedgecoe, menunjukkan bahwa untuk
mencapai hasil pemotretan yang sempurna pewarta foto harus mampu
menguasai kamera dan cahaya dengan tagnkas dan terampil. Menentukan
kecapatan, diafragma, penggunaan blitz dan lensa disesuaikan dengan
keadaan cahaya dan objek, hal ini perlu diperhatikan.

Pembuatan foto jurnalistik umumya harus menghasilkan gambar yang jelas


sehingga apa yang disampaikan mudah diterima dan dimengerti oleh orang
yang melihat foto yang kita hasilkan tersebut.

Modul Lab.Fotograf Digital


31
3. Detil Gambar
Membuat foto jurnalistik memerlukan ketelitian agar mendapat hasil yang
maksimal. Keterampilan membuat gambar yang bermutu harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Metode yang diperkenalkan Walter Croncide School of Jurnalist and
Telecommunication Arizona State University sebagai metode EDFAT dapat
digunakan sebagai pembimbing dalam setiap peliputan pewarta foto.

EDFAT adalah suatu metode pemotretan untuk melatih suatu detil yang tajam.
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur.

A. Entire
Entire adalah suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat
suatu peristiwa.

B. Detil
Detil adalah suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pemandangan
terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas
sesuatu yang dinilai paling tepat.

C. Frame
Frame adalah suatu tahap dimana pewarta foto membingkai suatu detil yang
telah dipilih. Fase ini mengantar pewarta foto ke komposisi, pola tekstur dan
bentuk subjek pemotretan dengan akurat.

D. Angle
Angle adalah tahap di mana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian,
kerendahan, level mata kiri, mata kanan dan cara melihat. Fase ini penting
untuk mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan.

E. Time
Time adalah penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara
diafragma dan kecepatan atas keempat tingkat yang telah disebutkan
sebelumnya. Pemotretan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau
memilih ketajaman ruangan suatu event atau kondisi visual bernilai berita
dengan cepat dan lugas.

4. Melakukan Pemotretan
Tugas utama seorang pewarta foto adalah memotret peristiwa yang terjadi
dengan sebuah kamera. Melakukan pemotretan harus tepat waktu, karena
peristiwa yangn sudah lewat tidak bisa diulang lagi. Pemotretan foto jurnalistik
dilakukan beberapa kali sampai mendapat action (gerakan) yang baik dari
sebuah objek.

Modul Lab.Fotograf Digital


32
KUALITAS FOTO

Secara sederhana dapat dikatakan foto tersebut berkualitas dilihat dari dua
aspek yaitu:

1. Aspek teknis dan aspek visual


Aspek teknis berkaitan dengan kualitas reproduksi gambar, garis gambar yang
tegas (tajam) dan warna-warna cemerlang. Dengan garis-garis gambar yang
jelas (tajam), maka ekspresi foto atau detil-detil subjek yang direkam bisa tampil
dengan sempurna, sedangkan warna-warna yang cemerlang akan
memperindah subjek tersebut.

2. Aspek visual, berkaitan dengan subjek yang ditampilkan dalam foto


tersebtu.
Unsur-unsur foto yang baik diantaranya adalah : jelas dan berkualitas baik,
mempunyai daya kejut/eye catching yang kuat. Menggugah emosi,
suasana/mood .

Membuat caption

Caption adalah keterangan gambar. Caption diperlukan untuk menambah


keterangan tentang tempat, waktu dan dalam peristiwa apa foto itu diambil,
dengan caption akan dapat menguatkan cerita dalam sebuah gambar yang
liputan.
Syarat caption harus singkat dan padat serta jelas apa yang dimaksud sehingga
tidak diperlukan waktu danyak membacanya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat caption adalah :


a) Date line
b) Judul kecil
c) Badan berita
d) Kode

Editing foto

Editing foto berfungsi untuk membuat foto menjadi berkualitas baik sebelum
dijual ke pelanggan maupun di kantor. Editing dilakukan di lapangan maupun di
kantor. Editing di lapangan dilakukan saat pemotreran oleh fotografer sesuai
dengan metode EDFT. Editing di kantor dilakukan oleh redaktur foto.

Pertimbangan redaktur foto untuk mengedit foto yang layak disiarkan :


a) Mempunyai nilai berita yang tinggi
b) Tidak mengandung SARA
c) Bermanfaat bagi masyarakat
d) Tidak mengandung kesadisan
e) Gambarnya etis/elegan
f) Tidak bersifat mengiklan/mempromosikan lembaga-lembaga swasta atau
suatu produk.

Modul Lab.Fotograf Digital


33
PEDOMAN PRAKTIKUM TEKNIK
FOTO JURNALISTIK

1. Carilah contoh foto jurnalistik dari media massa yang merupakan hasil
foto berdasarkan kejadian, kemudian analisislah maksud foto tersebut!

2. Carilah foto jurnalistik dari media massa yang merupakan hasil dari
sebuah konsep, analisis foto tersebut.

3. Buatlah contoh foto jurnalistik yang menggunakan prinsip EFDAT!

Modul Lab.Fotograf Digital


34
ETIKA FOTO JURNALISTIK

Ada beberapa etika untuk menyiarkan foto itu kepada publik seperti
adanya beberapa hak pokok individu yang dilindungi undang-undang dan
hukum yang sangat prinsipil untuk melindungi seseorang antara lain:
1. Gangguan atas pengambilan foto dimana hak privasi seseorang
memang diperlukan
2. Penggunaan foto untuk kepentingan sebuah produk tertentu
3. Sepihak sehingga menyebabkan seseorang terlihat buruk
4. Pengambilkan foto yang memang terjadi akan tetapi foto tersebut bersifat
pribadi atau bisa memalukan seseorang

Dengan adanya batasan-batasan di atas maka kita dapat mengetahui,


kapan kita bisa melakukan pemotretan yang nantinya dapat kita siarkan kepada
publik.(Nugroho Adi, 2010: 32)

Aturan dalam pengambilan gambar pada lokasi tertentu :

1. Tempat umum

Ada etika dan aturannya jika kita ingin mengambil foto di tempat umum, seperti
di pinggir jalan, kebun binatang, bandar udara, juga di lingkungan kampus
ataupun sekolah di mana bila kita mengambil dalam kelas itu.

Dalam kegiatan umum kita juga bisa membuat foto selama tidak
mengganggu pekerjaan orang itu seperti polisi yang sedang mengatur lalu
lintas dan Iain-lain. Adakalanya beberapa orang berusaha menghalangi
wartawan kendati kehadian tersebut berlangsung di tempat umum dalam hal
ini, pengadilan melindungi kepentingan wartawan.

Bila suatu peristiwa terjadi di tempat umum seperti kecelakaan pesawat


udara yang nantinya akan melibatkan polisi ataupun petugas keamaan yang
lain dan wartawan dihalangi jika ingin mengabadikan kejadian itu. Kebanyakan
wartawan merasa keberatan atas larangan-larangan itu akan tetapi nantinya
wartawan itu bisa didakwa dengan alasan menghalangai pekerjaan petugas
tadi.

Memang polisi punya hak demikian, tapi mengambil gambar dan bertanya
merupakan tindakan yang melanggar hukum. National Press Photographers
Associates (NPPA) berusaha meningkatkan saling pengertian untuk hal
demikian antara polisi maupun petugas pemadam kebakaran sejak tahun 1950.

2. Gedung pemerintahan umum yang mempunyai aturan khusus

Gedung tertentu walaupun milik umum seperti gedung DPR ,MPR ,Pemda dan
Rumah sakit dengan pengecualian, juga untuk markas militer dan penjara.
Rumah sakit tentunya punya aturan khusus, kita dapat membuat berita
bergambar tapi setelah itu haruslah dicek dulu apakah ada orang dalam
gambar apakah mereka pasien apakah pasiennya terindentifikasi.

Modul Lab.Fotograf Digital


35
Ruang sidang DPR ataupun sidang MPR sudah pasti milik umum tapi di sana
punya aturan khusus, misalnya kamera televisi boleh masuk tapi fotographer
tidak diijinkan ikut sidang regular dengan alasan wartawan mungkin dan pasti
akan merekam anggota dewan yang menguap, tidur, senang sms dan telepon,
baca koran dan bahkan yang tidak hadir sekalipun. Biasanya fotografer
diinjinkan pada sesi-sesi tertentu seperti pembukaan sidang,

3. Ruang pengadilan

Biasanya dalam sidang-sidang tertentu dibuat aturan khusus, apabila sidang


tengah diperkarakan peristiwa besar, Misalnya mereka hanya memberikan
kesempatan kepada para wartawan foto pada tiga kesempatan kepada para
wartawan yakni sebelum sidang dlmulai, saat istirahat dan saat persidangan
selesai.(Nugroho Adi, 2010:32-33)

EFEK PEMUATAN
GAMBAR

Ada tiga faktor yagn menjadi pegangan dasar, apabila kita memutuskan soal
etika ketika akan menerbitkan ataupun menyiarkan sebuah gambar ke
masyarakat umum.

1. Manfaat
Dengan mempertimbangkan bahwa kita haruslah memilih yang terbaik untuk
kepentingan orang banyak

2. Mutlak
Seorang wartawan foto harus mengambil gambar, apabila memang harus ia
siarkan agar masyarakat tahu peristiwa sebenarnya.

3. Gabungan antara manfaat dan mutlak


Pengambilan dan penyiaran foto di Indonesia tidak diatur secara tegas, seperti
hukum federal dalam melindungi subjek fotografi. Akan tetapi seorang
fotograper yang bergerak dalam bidang jumalistik dibatasi rambu-rambu
peraturan seperti misalnya dalam KUHP pasal 161 tentang ancaman pidana
apabila ia mengganggu ketertiban umum. Oleh karena itu akan lebih bijaksana
apabila seorang foto jurnalis mengacu pada kode etik jumalistik

Berikut ini akan dijabarkan Kode Etik Wartawan Indonesia (KEW) Guna
menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak masyarakat
diperlukan suatu landasan/moral/etika profesi yang bias menjadi pedoman
operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalisme wartawan. Atas
dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan kode etik.

1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperotah


informasi yang benar.
2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk
memperoleh
dan menyiarkan informsi serta memberikan identitas kepada sumber
informasi
3. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak
mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti
kebenaran informasi serta tidak melakukan plagiat.
Modul Lab.Fotograf Digital
36
4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah,
sadis dan cabul serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila.

Modul Lab.Fotograf Digital


37
5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak menyalah
gunakan profesi
6. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan
embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai
kesepakatan.
7. Wartawan Indonesia segera rnencabut dan meralat kekeliruan dalam
pemberitaan serta melayani hak jawab.

Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik ini


sepenuhnya diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh
organisasi yang dibentuk untuk itu.

SEPULUH PEDOMAN PENULISAN TENTANG


HUKUM

1. Azas praduga tak bersalah (presumption of innocene)


2. Asaz adil, fair dalam memberitakan kepada kedua belah pihak
3. Inisial bagi tersangka/tertuduh yang masih gadis/wanita yang menjadi
korban pemerkosaan, remaja (perkara susila, korban narkotika).
Belakangan ini media sudah tidak mempedulikan lagi dengan inisial
4. Anggota tersangka tidak disebut dalam pemberitaan
5. Proses hukum yang wajar
6. Menghidari trial by the press
7. Jangan memburuk-burukkan tersangka
8. Tidak berorientasi posisi/jaksa centre tetapi memberikan kesempatan
yang berimbang kepada polisi, jaksa, hakim, pembela dan tersangka.
9. Proporsional
10. Gambaran yang jelas mengenai duduk perkara Ckasus posisi)

Hal yang paling utama bagi seorang wartawan foto adalah kejujuran clan
keseimbangan yang disertai dengan control diri ( self cencorship).(Nugroho
Adi, 2010:34)

Modul Lab.Fotograf Digital


37
PEDOMAN PRAKTIKUM ETIKA FOTO JURNALISTIK

1. Dalam foto jurnalistik terdapat hak privacy seseorang yang harus


diperhatikan. Pada praktikum bagian bab ini, coba anda cari beberapa
gambar foto jurnalistik yang memperhatikan hak privacy seseorang
dalam kehidupan ini. Analisislah dan kemukakan pendapat anda
mengenai foto tersebut.

2. Coba anda cari contoh gambar foto jurnalistik dari beberapa surat kabar
yang ada, mengenai foto-foto yang tidak memperhatikan atau bisa
dikatakan melanggar hak privacy seseorang. Analisislah dan kemukakan
pendapat anda mengenai foto tersebut.

3. Peraturan dalam foto jurnalistik menyatakan bahwa foto tidak boleh


bersifat komersial, coba anda cari contoh foto yang sekiranya tidak
memenuhi peraturan tersebut! Analisislah dan komentari foto tersebut ?
4. Coba anda amati surat kabar yang beredar saat ini, carilah contoh
gambar foto jurnalistik yang sebenarnya foto tersebut akan menimbulkan
dampak buruk bagi seseorang.
5. Saat ini terkadang ada beberapa wartawan foto yang membuat foto
jurnalistik dimana sebenarnya foto tersebut. pribadi dan memalukan bagi
orang yang dijadikan subjek fotonya.
6. Coba anda buat beberapa foto jurnalistik dengan tempat peliputan atau
pemotretan tempat peliputan atau pemotretan tempat umum (seperti
jalan raya, terminal, stasiun ataupun tempat lainnya). Dan proses
peliputan atau pembuatan foto tersebut coba anda analisis atau pelajari
etika/hukum apa sajakah yang anda jadikan pedoman di dalam
membuat foto jurnalistik
7. Apabila suatu saat anda memiliki kesempatan dan waktu yang cukup
senggang, cobalah untuk membuat foto jurnalistik dengan tempat
peliputan di gedung pemerintah umum atau pengadilan. Anda mungkin
akan mendapatkan atau menemui beberapa pengalaman baru. Salah
satunya mungkin akan berhubungan dengan etika dan hukum foto
jurnalistik. Coba anda uraikan etika dan hukum apa sajakah yang ada
pada saat peliputan tersebut anda temui dan dijadikan pedoman dalam
membuat foto jumlalistik.
8. Ada tiga faktor yang menjadi pegangan dasar apabila kita memutuskan
soal etika penyiaran sebuah gambar, di antaranya adalah manfaat,
mutlak dan gabungan antara manfaat dan mutlak. Coba anda cari
contoh gambar foto jurnalistik dari surat kabar yang
mempertimbangkan atau mengutamakan faktor manfaat tersebut. Coba
anda analisis dan komentari gambar tersebut.
9. Dasar penyiaran sebuah foto jurnalistik yang lainnya adalah faktor
mutlak, Faktor ini merupakan suatu alasan pertimbangan yang
memperhatikan penyiaran gambar di mana penyiaran tersebut bertujuan
untuk memberitahu kepada masyarakat mengenai kejadian yang
sebenarnya atas suatu peristiwa. Coba anda cari contoh dari surat kabar
contoh foto yang memiliki dasar penyiaran mutiak. Analisis dan
komentarilah foto tersebut

10. Coba anda cari dari beberapa surat kabar contoh gambar foto jumalistik
yang mengutamakan dasar penyiaran tersebut

Modul Lab.Fotograf Digital


38
11. Coba anda kaji mengenai hukum dan etika foto jumalistik serta kode etik
kewartawanan, Setelah itu anda amati dan bandingkan dengan kondisi
saat ini yang telah mengutamakan kebebasan pers, apakah hukum etika
dan kode etik kewartawanan masih diperhatikan atau tidak oleh insan
pers, kemudian kemukakan beberapa contoh kasus yang
mengindikasikan masih perlu diperhatikan atau tidaknya etika hukum dan
kode etik yang berlaku.

12. Anda mungkin sudah beberapa kali mencoba membuat foto jumalistik
dengan berbagai kategori yang ada. Coba sekarang anda posisikan diri
anda seolah-olah anda seorang wartawan yang sedang meliput berita
di luar daerah yang jauh dari redaksi. Demi mengejar deadline maka
anda haruslah mengirim foto tersebut secepat mungkin. Salah satu
kemaiuan sistem informasi dan komunikasi saat ini adalah pelayanan
internet, yang dapat membantu para wartawan mengirim foto-foto
beritanya melalui fasilitas tersebut, sebagai simulasi cobalah anda kiri,
foto tersebut melalu email kepada teman anda (ibaratkan teman anda
sebagai redaktur foto tersebut

Modul Lab.Fotograf Digital


39
FOTO
CERITA

Foto cerita adalah sebuah narasi dalam bentuk sekumpulan foto dirangkai
dalam satu topik. Foto cerita yang lengkap terdiri dari headline, naskah dan
pengaturan tata letak foto yang saling mendukung. Semua itu akan
menunjang pemahaman ide cerita yang ingin disampaikan.

Selain foto cerita ada pula foto esai. Terkadang foto cerita memang dapat
digabungkan dengan foto esai, tetapi sebenamya keduanya memiliki
perbedaan. Esai foto lebih cenderung simbolis dalam mengungkapkan cerita
dan tidak harus sebuah perkembangan dari suatu kejadian. Sementara foto
cerita lebih menekankan pada alur /perkembangan dari suatu foto ke foto
berikut.

Ide sebagai dasar

Banyak orang mengatakan, foto cerita baik yang berasal dari sebuah ide
yang baik pula. Adapun idenya awalilah dengan melakukan riset kecil.Riset
tersebut dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, surfing di internet atau
penelusuan pustaka. Dari hasil riset, kembangkanlah menjadi sebuah
gambar sederhana dari ide tersebut. Cobalah susun gambar-gambar
tersebut menjadi sebuah cerita, seperti yang kita inginkan dari ide awal. Bila
sudah terangkai, diharapkan dapat menjadi panduan dalam pemotretan
nanti.

Mulai
Membidik

Membuat foto cerita membutuhkan waktu untuk melakukan pendekatan


intensif terhadap subjek foto, sehingga mereka tidak asing dengan
keberadaan kita. Kedekatan terhadap subjek foto, akan menentukan hasil
foto kita nantinya.

Selama melakukan pemotretan, beberapa hal di bawah ini dapat menjadi


panduan dalam merangkai foto cerita atau foto esai :
■ foto long shot, dipakai untuk menggambarkan suasana subjek
dan lingkungan sekelilingnya
■ foto medium shot, memperlihatkan kejadian saat itu.
■ Foto close up menampakkan emost dari subjek itu.
■ Foto utama/lead photo, foto paling menoojol dari keseluruhan
■ Foto portrait, menggambarkan tokoh kunci dari sebuah foto cerita
■ Foto interaksi, memaparkan bagaimana subjek
melakukan interaksi/berhubungan dengan lingkungannya
■ Foto sekuen, memaparkan tahapan perkembangan dalam
pemotretan
■ Closer, foto penutup.

Sebuah foto esai atau foto cerita tidak mesti menampilkan semua ketentuan
Modul Lab.Fotograf Digital
40
di atas. Hanya saja, foto utama dari penutup alat penting disajikan sebaik

Modul Lab.Fotograf Digital


41
mungkin. Sementara lainnya dapat disesuaikan dengan keadaan di
lapangan. Hal mendasar wajib menjadi pegangan fotografer, yaitu mesti
mempercaya? emosi kita, apakah saat beriteraksi dengan subjek foto,dari
situ hendaknya abadikan momen yang dirasakan.

Edit dan Perwajahan

Berbekal panduan di atas dan riset yang kita buat, kita bisa menduga
apakah fotonya sudah selesai atau belum, ingatlah untuk membuat contact
print seusai pemotretan, hal ini amat membanty dalam proses editing dan
lay out/perwajahan halaman.

Dan contact print, potong fotonya menjadi kecil-kecil dan susun berdasarkan
cerita yang ingin disampaikan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan foto adalah logika kita dan kejadian saat pemotretan
berlangsung. Jangan melakukan editing foto lebih dari 7 untuk Koran dan 15
untuk majalah, Selain akan membingungkan ceritanya, juga bisa menjadi
pengulangan foto. Dari susunan foto tersebut pilihlah salah satu foto yang
menurut anda paling kuat dan jadikan foto tersebut sebagai foto utama/
lead.(Nugroho Adi, 2010: 40-41)

PEDOMAN PRAKTIKUM FOTO


CERITA ATAU FOTO ESAI

1. Coba anda cari contoh foto cerita dari beberapa surat kabar yang kini
banyak beredar. Analisislah dan komentarilah foto tersebut !

2. Coba anda cari beberapa foto esai dari beberapa surat kabar. Analisislah
dan komentarilah foto tersebebut !

3. Coba anda amati foto cerita yang telah anda dapatkan, kemudian coba
anda pelajari dan jelaskan menurut pendapat anda mengenai ide atau
konsep yang dimiliki oleh fotografer foto tersebut!

4. Coba anda pilih atau tunjukkan mana saja di antara foto cerita yang telah
anda dapatkan dari surat kabar yang berjenis foto longshot, medium shot.
close up, foto utama/lead foto, foto portrait,foto interaksi, foto sekuen dan
foto closer

5. Coba anda analisis dan komentari fungsi bagian-bagian foto tersebut!


Modul Lab.Fotograf Digital
42
6. Pada kesempatan ini anda diharapkan dapat membuat foto cerita atau
foto esai, di mana ide segar anda diharapkan dapat menghasilkan suatu
karya visual yang menarik. Buatlah konsep anda terlebih dahulu,
kemudian lakukanlah riset yang dapat mendukung pembuatan foto cerita
anda! Coba anda ceritakan ide atau konsep tersebut, kemudian riset apa
sajakah yang diperlukan untuk mendukung pembuatan foto tersebut

7. Setelah anda menentukan konsep dan melakukan riset, kini langkah


selanjutnya adalah menuangkan konsep tersebut menjadi karya foto.
Dalam pembuatan foto-foto tersebut usahakan anda
menciptakan berbagai macam foto, seperti longshot, medium shot,
close up, foto utama/lead foto, foto portrait, foto interaksi, foto
sekuen dan foto closer.

8. Setetelah anda selesai memotret, coba anda lakukan pengeditan


terhadap foto-foto yang telah anda buat! Apakaha foto tersebut telah
sesuai dengan ide atau konsep yang telah anda buat, apabila belum
cobalah lakukan pemotretan ulang hingga konsep yang anda
lakukan mampu tertuang dalam gambar yang anda buat.

9. Dalam pengeditan yang anda lakukan, coba anda tentukan salah satu foto
yang akan dijadikan foto utama/lead falam foto penutup. Kemukakan alas
anda mengapa anda memilih foto-foto tersebut!

10. Setalah anda selesai melakukan pengeditan dan


menerapkan perwajahan, cobalah anda buat naskah atau tulisan
mengenai foto cerita atau esai yang and buat.

Modul Lab.Fotograf Digital


43
Daftar Pustaka

1. Hanapi, Foto Jurnalistik. Makalah/Modul dalam pelatihan jurnalistik


Universitas Sebelas Maret, 1993.

2. Tri Nugroho Adi , Panduan Fotografi. Universitas Jendral Soedirman


Purwokerto 2010.

3. Yulian Ardiansyah, Tip & Trick Fotografi, Teori dan Aplikasi Belajar
Fotografi, PT Grasindo Jakarta 2009

4. Sumber-sumber Internet

Modul Lab.Fotograf Digital


44
Modul Lab.Fotograf Digital
44
Modul Lab.Fotograf Digital
45
Modul Lab.Fotograf Digital
46

Anda mungkin juga menyukai