Anda di halaman 1dari 55

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

2017 MATA PELAJARAN/PAKET


KEAHLIAN

TEKNIK PRODUKSI DAN PRODUKSI


PENYIARAN RADIO DAN TELEVISI

BAB II

MELAKUKAN PRODUKSI ACARA

RADIO DAN TELEVISI


Dr. Dedy Irfan , S.Pd, M.Kom

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT


JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
BAB II

MELAKUKAN PRODUKSI ACARA RADIO DAN TELEVISI

Kompetensi Inti.

MELAKUKAN PRODUKSI ACARA RADIO DAN TELEVISI Kompetensi Dasar (KD)/Kelompok


Kompetensi Dasar (KKD).

Menganalisis skenario dari aspek audio visual

Melakukan virtual set (set maya)

Melakukan screen direction

Melakukan blocking kamera

Menentukan type of shoot

Menentukan angle kamera

Melakukan lighting set

Melakukan rehearsal

Melakukan perekaman audio

Membuat spesial efek


Uraian Materi
Menganalisis skenario dari aspek audio visual

Sebuah karya Audio visual dalam format apapun, selalu direncanakan dari berbagai

macam aspek agar segala apa yang diciptakan dapat menggiring penonton atau pemirsa ke
arah penghayatan terhadap rangkaian gambar-gambar dalam dinamisasi frame, dimana pada
akhirnya nanti pemirsa melalui proses imajinasi alam pikiranya itu dapat merasakan arti
ketegangan, kegembiraan, ketakutan, kesedihan, keharuan, dibalik alur cerita yang
ditontonnya. Dari banyaknya aspek perencanaan dalam merancang karya audio visual itu,
salah satu kunci utama daya tarik dalam karya audio visual entah itu format film, sinetron,
video clip, konser musik atau format apapun juga namanya, adalah dari aspek pengambilan
gambar meskipun tanpa menyepelehkan aspek ceritanya. Ada sebuah istilah yang sering kita
dengar dan mungkin para pembaca sudah pernah

1
mendengarnya, yaitu dengan kata “Sebuah Gambar lebih banyak bercerita dari pada
Seribu Bahasa”. Pernyataan ini lebih menegaskan pada aspek visualisasinya bahwa sebuah
gambar lebih banyak menceritakan atau mengilustrasikan suatu peristiwa dari pada harus
menceritakan dengan seribu kata-kata ataupun kalimat. Dari penjelasan di atas, maka
dapat disimpulkanbahwa gambarlah yang akan menggiring persepsi pemirsa terhadap
tersajinya suatu realita imajinasi dalam alur cerita film ataupun program acara dari salah
satu stasiun televisi.

Di dunia television broadcasting, aspek pengambilan gambar dalam karya audio visual
sering disebut dengan istilah Teknik Kamera Elektronik atau dengan menyingkatnya
dengan kata yang lebih sederhana yaitu memakai sebutan Teknik Kamera. Dalam
membahas Teknik Kamera Elektronik terdapat 4 komponen yang terkait diantaranya
Camera Angle, Type of Shoot, Type of Character dan Moving Camera.Demikian juga dalam
proses pembuatan sebuah film, tak lepas dari peran kamera sebagai unsur perekam
adegan-adegan sebagai bentuk visualisasi cerita yang telah dirancang dalam suatu
skenario. Di dalam produksi sebuah film lebih sering disebutkan dengan istilah Penata
Fotografi atau Penata Kamera, sedangkan orang yang berprofesi sebagai pengambilan
gambar dalam produksi film disebut sebagai Cameraman atau Director of Photography.

Dalam mengeksekusi naskah atau skenario film ke dalam bentuk gambar-gambar saling
berkesinambungan antara satu dengan lainnya itu disebut juga dengan istilah Shooting.
Pada tahap melakukan shooting ini dunia audio visual menyebutkan tahap produksi yaitu
tahap melakukan kerja lapangan untuk melakukan perekaman adegan demi adegan
berdasarkan scene-scene yang telah dipecah dalam skenario. Tahapan ini merupakan
proses kerja yang cukup panjang dan rumit serta melelahkan dalam pengeksekusiannya.
Banyak aspek perlu diperhitungkan dalam proses kerjanya, dimana pembagian kerja sudah
dibagi melalui beberapa departemen dengan rincian tanggung jawabnya. Sutradara
sebagai pengendali produksi film di lapangan sangat dituntut untuk mensinergikan secara
maksimal terhadap seluruh komponen yang terdiri dari beberapa departemen tersebut

2
agar bisa berjalan mulus dan efisien serta tepat sasaran hingga terciptanya rekman
adegan menarik dan mengagumkan sesuai dengan rancangan skenarionya.

Pembicaraan kali ini difokuskan pada bagaimana teknik perekaman adegan acting dalam
menggambarkan isi cerita skenario itu dapat terwujud. Tentu saja dalam mewujudkan
perekaman adegan shooting itu terdiri dari beberapa teknik baik melalui teknik
perekaman dengan menggunakan single camera atau menggunakan dengan multi camera.
Untuk mefokuskan alaur pembicaraan, maka pembahasan diarahkan pada teknik
perekaman dengan menggunakan single camera saja. Berikut ini adalah uraiannya

Istilah teknik “Single Camera” lebih menegaskan pada metode atau model cara
perekaman gambar pengadegan suatu cerita, apakah dengan metode satu kamera sebagai
alat perekamannya ataukah dengan menggunakan beberapa kamera. Pernyataan ini
menegaskan, jika keputusan perekaman menggunakan Single Camera atau satu kamera,
maka kamera yang dipakai dalam membidik obyek atau dengan istilah lebih populer

“Obyek dalam View Camera” itu, direkam dengan hanya menggunakan satu kamera saja.

Penerapan Single Camera pada umumnya digunakan dalam perekaman gambar yang sifat
penayangannya tunda atau typing. Teknik ini dalam implementasinya merekam adegan-
adegan yang telah tersusun dalam deretan scene, hasil pembedahan rancangan skenario
film. Satu per satu scene-scene dalam rancangan skenario tersebut direkam melalui
kamera tunggal yang menjadi pilihan eksekusinya. Penggunaan Single Camera biasanya
digunakan untuk perekaman adegan-adegan biasa atau dalam keadaan normal misalnya
adegan pembicaraan di ruangan, adegan jalan-jalan atau adegan lain yang sifatnya
menceritakan keadaan sewajarnya. Pada kenyataannya pembuatan sebuah film tidak
didominasi dengan menggunakan kamera tunggal saja, akan tetapi ada beberapa scene
yang sifat pengadegannya khusus dan menimbulkan kerumitan dalam menceritakan
keadaan atau katakanlah menggambarkan keadaan spektakuler hingga menegangkan
tetap menggunakan multi kamera atau kamera ganda dimana pengadegan cerita yang
dilakukan oleh para aktor lagi beracting itu direkam dengan menggunakan lebih dari satu
kamera. Misalkan pengambilan gambar untuk adegan peledakan sebuah mobil yang

3
terbalik disebabkan penyerangan senjata bertubi-tubi atas kendaraan tersebut hingga
mengakibatkan kendaraan itu terjungkal dan terbalik serta meledak dengan mengeluarkan
cahaya api besar serta kepulan asap membubung tinggi. Perencanaan setting untuk
adegan tersebut adalah rumit dan membahayakan serta besar biayanya dalam proses
produksinya. Agar efisien, maka teknik perekamannya hanya dilakukan sekali itu saja,
kalau dilakukan secara berulang-ulang jelas mengeluarkan biaya cukup mahal, oleh karena
itulah perekamannya harus menggunakan kamera banyak ditempatkan pada sudut yang
berbeda, demikian juga dengan penggunaan Camera Angle dan Type of Shotnya antara
kamera satu dengan kamera lainnya tidak sama dak kesemuanya itu dilakukan secara
serentak perekamannya ketika sang sutradara meneriakkan tanda-tanda perekaman
yaitu… Camera…Rolling…Action…!!!. Ketika pengadegan yang membahayakan itu
dilakukan, maka dalam keadaan bersamaan telah dihasilkan berbagai macam gambar
dengan sudut pandang berbeda yang mengilustrasikan peristiwa tersebut.

Shooting yang dilakukan dengan kamera tunggal atau dengan istilah Single Camera
merupakan proses pengambilan gambar dengan menggunakan satu kamera untuk
pengadegan yang sifatnya biasa atau menimbulkan sifat kenormalan peristiwa *

Penerapan Single Camera juga dipakai dalam memproduksi materi penyiaran televisi.
Produksi materi itu biasanya pada program acara yang sifatnya berupa siaran tunda atau
dalam format Typing. Bentuk acara yang sering menerapkan teknik single camera ini
adalah program acara berita program acara non fiksi maupun program acara fiksi. Untuk
program acara berita pemproduksiannya adalah yang dilakukan oleh kaum jurnalis dalam
pencarian berita di lapangan. biasanya dilakukan oleh reporter dan juru kamera. Pada
kategori ini teknik single camera merupakan senjata juru kamera atau kamerawan dalam
mengabadikan suatu peristiwa penting yang terjadi dilapangan dengan melakukan proces
edit by camera. Pada kategori program acara non fiksi biasanya untuk program reality
show yang pengadegannya dilakukan berdasarkan naskah membentuk alur cerita baik
pengadegannya di luar luar gedung atau di dalam gedung. Demikian juga untuk produksi

4
program acara fiksi berupa tayangan sinetron, dimana dalam produksinya selalu
menggunakan format typing.

Program-program acara televisi juga menggunakan teknik pengambilan gambar dengan


penerapan rekaman peristiwa melaui single camera. Perekaman kamera tungga sering
dilakukan oleh kaum jurnalis dalam mencari berita dilapangan dengan reporternya.
Penerapan lain juga melakukan hal yang sama selama program acara tersebut berformat
typing


Melakukan virtual set (set maya)

Umumnya yang tampak pada tayangan televisi adalah objek utama (presenter, musisi dan
sebagainya), bakcground (backdrobe dan graphic design for chroma key), foreground
(benda-benda didepan objek) dan elemen grafis. Kedua elemen yang terakhir ini hanya
ada pada saat tertentu sedangkan objek utama dan background dipastikan selalu muncul.
Kalau diperhatikan lebih lanjut lagi, walaupun background bukan elelmen utama tetapi
memenuhi sekitar 70 persen isi monitor TV. Oleh karena itu background adalah elemen
penting dan sangat menentukan dalam memberi ciri khas pada wajah program itu sendiri.

Ada dua macam bentuk pilihan background yaitu, “backdrobe” dan “graphic design with
chroma key”. Backdrobe dapat dikatakan jenis background yang mengkondisikan suatu
ruang atau panggung, Bila dibuat secara nyata disebut Hard Set sedangkan bila dibuat
secara rekayasa komputer yang menggantikan latar berwarna biru atau hijau disebut
Virtual Set.

Graphic design with chroma key mempunyai prinsip yang sama dengan Virtual Set tetapi
latar biru atau hijau tersebut digantikan dengan background still atau motion graphic.

Hardset dikerjakan oleh salah beberapa team dari departemen Art dalam TV Station yaitu,
Desainer Hard Set, Set Builder dan Property Person. Desainer Hard Set merupakan
pimpinan proyek yang merancang desain, budget, pemilihan material dan mengawasi
pekerjaan sehingga outputnya sesuai dengan rancangannya. Karena dituntut keahlian
yang berhubungan dengan arsitektural, biasanya profesi ini dipegang oleh profesional
5
dengan background pendidikan arsitek atau desain interior. Tetapi selain disiplin ilmu
arsitektural, desainer hardset ini juga dituntut untuk menguasai karakteristik TV
broadcasting. Desainer hardset harus mengenal jangkauan dan pergerakan kamera,
karena percuma saja membuat hardset yang luas atau tinggi bila nantinya tidak in frame
(tampil di monitot TV). Desainer juga harus menghindari material yang secara teknis tidak
diperkenankan, misalnya unsur yang dapat menimbulkan gambar flicker, material yang
memberikan refleksi terlalu kuat, sehingga tampak pantulan cahaya yang over atau
membuat objek yang seharusnya tidak in frame terpantul di material. Sebaiknya detail-
detail yang tidak penting dan tidak akan tampak dikamera dihindari saja. Hal ini
disebabkan oleh toleransi ketajaman kamera, unsur kesengajaan (penggunaan deep of
field yang membuat background menjadi blur) atau terhalangi oleh objek utama dan
properti.

Desainer sebaiknya menahami karakter lighting untuk TV Broadcasting. Sebuah ruang


yang diterangi lampu rumahan sudah cukup membuat mata manusia menangkap detail
ruangan, tetapi akan membuat mata kamera seperti rabun, dengan pengetahuan seni
pencahayaan yang apik, cukup bermodalkan kain hitam backdrobe pun bisa tampil
berkelas.

Dalam merancang seorang desainer akan membuat output berupa gambar teknis (cad)
dan gambar presentasi (3D visualisasi. Gambar teknis ini akan diberikan kepada set builder
atau kontraktor (pihak outsource) agar eksekusi dilakukan dengan presisi. Gambar 3D,
diberikan kepada para user atau decision maker untuk proses approval. Fungsinya adalah
agar user mendapat bayangan konsep desain yang diajukan dan menyetujui pelaksanaan
pekerjaan sebelum eksekusi. Hal ini penting karena revisi yang dilakukan setelah eksekusi
akan membengkakkan budget.

Set Builder adalah eksekutor dalam mewujudkan hard set rancangan desainer. Seorang
set builder harus memiliki talenta dalam membuat, membongkar pasang set dalam waktu
cepat, penyimpanan yang ringkas dan perawatan material. Dalam menerima konsep
desain, set builder harus melakukan brainstorming dengan desainer dari sisi

6
kebutuhan set builder. Set builder sebaiknya memberikan referensi material alternatif
dengan output yang serupa jika konsep material yang diajukan mebutuhkan waktu lama
untuk set up, ringkih dan tidak effisien. Terkadang ada beberapa elemen yang
membutuhkan rekanan dengan keterampilan khusus agar eksekusi lebih cepat dan
maksimal, maka sebaiknya set builder memiliki banyak referensi pihak ketiga berbayar,
sponsor atau barter untuk diusulkan, misalnya untuk program acara memasak salah satu
bagian settingnya diserahkan pada kontraktor atau produsen kitchen set.

Property Person bertugas menyediakan segala pernak-pernik, hiasan, pajangan, tanaman


yang yang dibutuhkan desainer hardset dan benda-benda peraga atau penunjang untuk
tema episodik yang diminta oleh produser program. Benda tersebut dapat diproduksi
sendiri, beli, sposor atau barter. Untuk benda berhubungan dengan arsitektural atau
desain interior seperti furniture biasanya tetap diserahkan pada set builder.


Melakukan screen direction

Langkah-langkah untuk memadukan Screen Direction dengan arah pandang gambar dalam
produksi multi kamera adalah:

Posisikan blocking kamera tanpa melewati Garis Imajiner.

Perhatikan arah pandang penonton dengan memotong sudut blocking 180 derajat. Cut-
Away = Expression Shot minimal 3 detik.

Selalu memperhatikan emosi lawan bicara pada saat berbincang.

Gunakan Creative Shot seperti Over Shoulder, Very Close Up dan Panning.

Tag to Monitor, bila ada footages atau video diputar untuk insert atau cut away, usahakan
Host dan Guest mempunyai arah pandang yang sama pada layar monitor. Screen Direction
ini sebenarnya bukan hal yang baru. Tapi dalam kondisi2x tertentu terutama untuk
memproduksi Talk Show yang bisa membosankan, penggunaan Screen Direction yang
tepat akan menghidupi Talk Show menjadi lebih enak ditonton.
7
Mempertahankan screen direction itu, dilakukan beberapa teknik editing dalam

membangun susunan gambar, diantaranya adalah:

Shot/reverse shot, yaitu satu teknik di mana kamera (dan juga editor) mengganti-
ganti antara gambar karakter yang berbeda-beda, biasanya dalam suatu percakapan
atau interaksi lain.

Match cuts, yaitu pencocokan antara shot yang satu dengan yang lain dalam tindkaan
(action), subjek, konten grafik atau kontak mata dari dua karakter dalam film, yang
bertujuan untuk menciptakan sebuah rasa kontinuitas di antara dua shot.

Parallel editing, yaitu pemotongan dua atau lebih satu rekaan acting yang terjadi
secara simultan pada lokasi atau waktu yang berebeda. Teknik ini terdiri dari
crosscutting (memotong antara dua atau lebih action yang terjadidi waktu dan
tempat yang sama), intercutting (pemotongan adegan yang terjadi pada waktu yang
sama, tetapi dengan perbedaan yang menciptakan efek adegan tunggal).

Point of view editing, yaitu teknik yang digunakan untuk memotong shot yang satu
secara langsung ke shot yang lain. Ini adalah pengeditan gambar subjektif yang

menunjukkan adegan persis seperti bagaimana karakter melihatnya, dan proses ini
hanya bias diciptakan oleh kehebtan pendayagunaan kamera.

Selain empat teknik tersebut, ada juga beberapa teknik dalam menciptakan transisi,
yang juga bertujuan untuk memunculkan makna tertentu bagi penontong. Beberapa
teknik itu adalah:

Jump cut, yaitu teknik penyajian lompatan adegan tiba-tiba, yang barangkali tidak
logis dan membingungkan.
Fade, yaitu teknik transisi yang memungkinkan satu adegan membuka atau menutup
secara perlahan.

Dissolve, yaitu teknik transisi yang memungkinkan satu shot menimpa/melapis shot
yang lain dengan muncul secara bertahap dan mulai mengganti shot yang dilapisi.

8
Wipe, yaitu transisi yang mengindikasikan satu perubahan di mana satu shot
menghapus/menimpa atau menggantikan shot yang lain, baik secara vertkal, horizontal
atau diagonal.

Irish shot, penekakan gambar bergantung pada bentuk irish yang diinginkan. Freeze-
frame, gambar atau bingkai diam dalam film.

Split screen, menghasilkan efek yang mirip dengan paralel editing dalam kemampuannya
untuk menceritakan dua atau lebih cerita pada saat yang sama.

Melakukan blocking kamera

Blocking camera atau penempatan kamera atau peletakan sebuah kamera yang

mengarah kepada suatu objek sesuai dengan tuntutan naskah atau storyboard yang
dibuat. Peletakan ini akan membentuk sebuah arah pandang antara lain: frontal adalah
penempatan kamera tepat di depan objek itu berarti gambar yang dihasilkan adalah objek
berada ditengah frame, sedang profile adalah penempatan kamera menyamping dari
objek, shot ini menghasilkan pengambilan gambar objek seperti layaknya wayang kulit.
Gambar 2. 1 Blocking camera dengan penggunaan tiga kamera

9
Berikut adalah macam-macam dari blocking camera, diantaranya :

Over Shoulder Shot

Pengambilan gambar dua subjek yang sedang melakukan pembicaraan, sementara kamera
diletakkan dibelakang pundak salah satu subjek, sehingga di dalam frame terdapat subjek
yang menghadap sedikit serong dari kamera, dikarenakan subjek sedang menghadap lawan
bicaranya dengan foreground atau latar depan. begitu sebaliknya atau shot berikutnya
dengan shot yang sama.

Objective Shot

Teknik pengambilan ini sering kali ditampilkan dalam hampir seluruh acara televisi, sebagai
contoh acara perbincangan, kuis, pariwara/iklan. Dimana teknik pengambilan ini
mempunyai kesan psikologis, bahwa penonton hanya sebagai pengamat atau peninjau
observer. Jadi kesan yang ditimbulkan adalah penonton dimanjakan untuk menikmati oleh
sajian-sajian yang ditayangkan oleh stasiun televisi.

Subjective Shot

Teknik pengambilan gambar ini hanya dilakukan untuk menciptakan suasana dramatic
khususnya acara sinetron yang memungkinkan suasana cerita ini menjadi bagian dari
penonton. Untuk teknik pengambilan ini mempunyai kesan psikologis, bahwa seolah-olah
penonton dilibatkan dalam acara tersebut sebagai pelaku dalam adegan ini. Sebagai contoh
pengambilan gambar suasana pasar yang ramai, sementara juru kamera melakukan
pergerakan kamera maju atau track ini diantara keramaian orang-orang, yang ingin
disampaikan disini oleh pengarah acara adalah seorang pencuri melarikan diri dari kejaran.


Menentukan type of shoot

Dalam produksi video maupun film, ada sekitar 14 tipe shot dalam pengambilan gambar
yang biasa digunakan sebagai acuan para tim produksi (khususnya departemen
10
kamera), masing-masing tipe shot tersebut memiliki fungsi berbeda, hal ini disesuaikan
dengan isi pesan yang ingin disampaikan melalui bahasa visual.

Terminologi tipe shot (Shot size/type of shot atau ukuran shot), sampai saat ini memang
sangat bervariasi di lingkungan produksi audio visual, meski demikian tetap ada prinsip-
prinsip dasar yang sama dalam implementasinya. Pemberian nama dan pedoman untuk
beragam tipe shot tersebut sampai saat ini seolah telah menjadi “kesepakatan” umum di
industri video, film dan televisi.

Macam-macam Tipe Shots dalam pengambilan gambar yang sering digunakan dalam
produksi film dan video diantaranya :

1. EWS (Extreme Wide Shot)

Extreme wide shot merupakan tipe shot yang digunakan untuk menunjukkan sebuah
lingkungan dimana subyek film berada. Tipe shot ini seringkali dipakai untuk membangun
suasana sebuah adegan, subyek film terkadang hampir tak tampak dalam visual karena
penggunaan sudut pandang lebar yang ekstrim.
Gambar 2.1 EWS (Extreme Wide Shot)

11
Tipe shot EWS juga sering digunakan dalam film kolosal yang melibatkan ribuan subyek,
dengan menggunakan tipe shot ini jumlah pasukan skala besar dan megah dapat
digambarkan secara sempurna.

2. Very Wide Shot (VWS)

Very Wide Shot merupakan tipe shot sangat luas, namun secara visual lebih sempit jika
dibandingkan dengan tipe Extreme wide shot.

Gambar 2.3 Very Wide Shot (VWS)

Pengambilan
gambar
dengan
tipe Very
Wide
Shot ini masih
sangat memungkinkan
untuk mengambil
banyak subyek
dalam
sebuah frame.

Meskipun subjek film sudah dapat terlihat dengan shot ini, tetapi belum ada penekanan,
karena tipe shot ini masih dalam rangka membangun suasana lingkungan dimana subyek
film berada.

3. Wide Shot (WS)

Dalam tipe Wide Shot, subjek sudah dapat diidentifikasikan dengan jelas karena telah
memenuhi frame gambar meski terdapat jarak di atas kepala dan di bawah kaki.
Penggunaan jarak di atas dan di bawah subyek tersebut digunakan untuk “ruang aman”
agar lebih nyaman untuk dilihat.

12
Gambar 2.4 Wide Shot (WS)

Tipe Wide Shot di beberapa lingkungan produksi juga sering disebut Long Shot, Full
Shotdan Total Shot, dimana subyek ditampilkan secara keseluruhan.

4. Mid Shot (MS)

Mid Shot atau sering disebut juga sebagai Medium Shot merupakan tipe shot yang
menunjukkan beberapa bagian dari subjek secara lebih rinci, pada subyek manusia tipe
shot ini akan menampilkan sebatas pinggang sampai atas kepala.
Gambar 2.4 Mid Shot (MS)

Tipe Mid Shot masih memiliki ruang untuk memberi keleluasaan subyek dalam bergerak,
tipe shot ini sering juga digunakan sebagai permulaan pengambilan gambar sebelum
kameraman mengambil gambar lebih dekat untuk mengekpose reaksi dan emosi subyek.

13
Bagi penonton tipe shot ini masih dirasakan seolah-olah mereka sedang melihat seluruh
subjek. Tipe shot ini sering digunakan saat subyek berbicara untuk memberi informasi,
misalnya pada waktu wawancara, pengambilan gambar presenter televisi maupun saat
dialog dalam film fiksi.

5. Medium Close Up (MCU)

Medium Close Up merupakan jenis shot untuk menunjukkan wajah subyek agar lebih jelas
dengan ukuran shot sebatas dada hingga kepala.

Gambar 2.5 Medium Close Up (MCU)

Ekpresi wajah dari tipe shot ini sudah bisa ditangkap melalui frame kamera.
6. Close Up (CU)

Tipe shot Close Up sering digunakan untuk menekankan keadaan emosional subyek. Tipe
shot ini biasanya mengambil subyek manusia hanya bagian kepala saja. Close up juga
berguna untuk menampilkan detail dan dapat digunakan sebagai cut-in.

14
Gambar 2.6 Close Up (CU)

Wide Shot dan Mid Shot biasa digunakan untuk memberikan fakta-fakta dan informasi
umum, sedangkan pengambilan gambar dengan tipe close up dapat digunakan untuk
merekam ekspresi wajah subyek lebih mendalam, sehingga penonton dapat turut
merasakan emosi yang diutarakan oleh subyek.

7. Extreme Close Up (ECU, XCU)

ECU (juga dikenal sebagai XCU) merupakan tipe shot untuk menampilkan detail obyek,
misalnya mata, hidung, atau telinga.
Gambar 2.7 Extreme Close Up (ECU, XCU)

Melakukan pengambilan gambar dengan Extreme Close Up perlu pertimbangan khusus, hal
ini jarang sekali dilakukan apabila tidak ada alasan yang kuat.

15
Cut-In (CI)

Cut-In adalah tipe shot yang diambil secara khusus dengan menunjukkan beberapa bagian
dari subjek secara rinci.

Gambar 2.8 Cut-In (CI)


Hal ini biasanya digunakan untuk menekankan emosi subyek, misalnya gerakan tangan,
gerakan kaki, atau yang lainnya sehingga bisa menunjukkan antusiasme, agitasi,
kegelisahan, atau apapun yang dialami subyek.

Cutaway (CA)

Cutaway adalah jenis shot yang digunakan untuk membangun situasi, subjek bisa berbeda,
misalnya hewan kesayangan milik subyek, bagian yang berbeda dari subjek misalnya
properti milik subyek, atau apa pun.

16
Gambar 2.9 Cutaway (CA)

Cutaway ini bisa digunakan sebagai penguat suasana shot dan menambah informasi
tertentu tentang subyek melalui bahasa visual.

10. Two Shot

Two Shot merupakan tipe shot yang menampilkan dua orang dalam satu frame kamera,
tipe shot ini dapat digunakan untuk membangun hubungan antara subjek satu dengan
lainnya, masing-masing subyek dapat saling berinteraksi dan terlibat dalam gerakan atau
tindakan dalam pengambilan gambar.
Gambar 2.10 Two Shot

Tipe shot ini juga sering digunakan ketika dua presenter sedang membawakan acara
ataupun memperkenalkan dua orang secara bersamaan.

11. Over the Shoulder Shot (OSS)

17
Over the Shoulder Shot merupakan tipe shot yang dilakukan untuk dua subyek, namun
pengambilan gambar dilakukan dari belakang bahu salah satu subyek. Orang yang dihadapi
subjek biasanya harus menempati sekitar 1/3 frame.

Gambar 2.11 Over the Shoulder Shot (OSS)

Tipe shot ini biasa digunakan dalam sebuah percakapan dua subyek, Framing gambar bisa
dilakukan bergantian sehingga visual dapat terlihat dinamis.

Noddy Shot

Noddy Shot biasanya digunakan dalam wawancara maupun dialog.


Gambar 2.12 Noddy Shot

Tipe shot ini juga digunakan untuk menangkap respons maupun reaksi salah satu subyek
saat subyek lain bicara dalam pengambilan gambar Over the Shoulder shot.

18
13. Point-of-View Shot (POV)

Point-of-view shot adalah tipe shot yang menunjukkan sesuatu dari sudut pandang subjek,
dalam hal ini fungsi kamera sebagai mata subjek.

Gambar 2.13a Subyek melihat gambar tangan


Gambar 2.13b Gambar tangan sebagai Point of View Shot (POV)

14. Weather Shot

Weather Shot merupakan tipe shot yang menjelaskan tentang cuaca dimana subyek
berada.

19
Gambar 2.14 Weather Shot

Shot-shot cuaca biasanya juga dapat digunakan untuk mewakili suasana hati subyek.


Menentukan angle kamera

Angle kamera yang baik mampu membuat apresiasi yang sama bagi penonton film. Setiap
kali kamera digerakkan yang berarti perubahan angle pengambilan, penonton dibawa ke
titik pandang yang baru. Oleh karena penonton tidak mau digerakkan seenaknya, maka
perubahan engle pengambilan gambar/kamera harus diperhitungkan secara cermat.
Rangkaian shoot-shoot yang membentuk squence harus direkam dengan penataan yang
progresive, impresive, pengkontrasan, pengulangan secara tersendiri atau dalam
kombinasi. Jangan sampai membuat berbagai jenis shoot aneh dan campur aduk. Film
harus membuat kejutan visual bagi penonton dengan cara menyajikan gambar visual yang
selalu baru dan segar, jenis shoot yang berbeda-beda, ukuran gambar yang berubah-ubah,
dan pola yang sulit diduga. Misalnya satu seri dari close up disusul oleh extrem long shoot
atau sebaliknya. Gambar harus diperhitungkan skalanya dalam sebuah shoot dan dalam
rangkaian shoot selanjutnya. Gerakan artis atau kamera harus selalu ditukarkan,
dipindahkan, diputar-balik jangan sampai hanya mempertahankan ulangan pola yang itu-
itu saja agar gambar menjadi dinamis dan tidak membosankan. Setting harus dapat dilihat
dari segala sisi jangan monoton dari depan saja.Keanekaragaman gambar visual yang
disajikan akan mampu membuat penonton terkekang dan tertarik dengan apa yang

20
sedang dilihat dan yang akan dilihat berikutnya. Penonton harus diberi sajian yang selalu
baru dan berbeda pada setiap kesempatan.

Kamerawan film noncerita harus mempertimbangkan lebih banyak pengambilan

angle kamera lewat bahu (poin of view), dalam rangka melibatkan penonton pada

subyek. Secara berseling penonton harus dibawa kedalam gambar dan berdiri bersama
pemain dan memandang pemain lainnya, menyaksikan dan action dari angel bagian
dalam. Dengan demikian penonton akan lebih siap menyatukan dirinya pada pemain
dalam film dan menjadi lebih terpikat pada pesan yang terkandung dalam film

yang ditontonnya.

Juru kamera film dokumenter lebih beruntung karena boleh memiliki kebebasan

dalam shoting atau pengambilan gambar. Bahkan memperbolehkan subyek/pemeran


menatap langsung pada kamera. Subyek-subyek seperti seorang insinyur, pedagang, atau
pimpinan perusahaan dapat ditampilkan dalam hubungan pemain-penonton dari mata-ke-
mata sehingga penyampaian pesan film menjadi lebih kuat.

Angel kamera yang paling sulit yaitu pengambilan pada suatu seting/penataan yang
subyektif dimana kamera harus menggantikan tempat seorang pelaku yang harus
berhubungan dengan pelaku lainnya dalam gambar.

Penggunaan angle kamera yang dipikirkan dengan matang akan menambah keragaman
dan kesan pada penuturan cerita. Harus dipilih angel kamera yang didisain untuk
menangkap, menahan dan menunjukkan jalan pada lanjutan interest penonton.

Berbagai jenis angel dan gerakan kamera dapat dipelajari lagi yaitu : ELS, LS, MS, Two
Shoot, CU, Sum, Tilt, dolly, dan sebagainya.
Pengambilan gambar/shoting harus memperhatikan kontinuiti arah di sepanjang
sequence yng menggambarkan action yang bersinambungan, tanpa ada time lapse.
Gerakan, posisi dan arah pandangan harus klop pada sisi shot yang akan bersinambung
langsung. Semua pemain harus disajikan dengan baik dalam shoot-shoot cut in ataupun
cut away dengan arah pandangan yang betul-betul klop. Poros action harus digambarkan

21
ulang pada setiap akhir segala macam shoot dimana perubahan pemain dan kamera

telah menyebabkan timbulnya perubahan poros asli.

Hal penting yang perlu diingat bahwa gerakan atau pandangan pemain harus sama pada
setiap sisi dari shoot yang akan bersambung klop. Oleh karena itu gerakan atau arah
pandang pada awal dan akhir setiap shoot harus dicatat, dan poros baru digaris melalui

pemain pada akhir shoot.

Segala sesuatu dapat berubah ketika shot sedang berlangsung. Padawaktu pemain action
kamera boleh melakukan gerakan pan atau dolly kesegala arah mengikuti gerakan pemain.
Tidak boleh ada perubahan antara shoot, yang akan disambung langsungkan

secara klop.

Terdapat beberapa teknik transisi sebagai penyambungan antara scene atau antar shoot
yaitu transisi pictorial dan transisi suara. Transisi piktorial yang paling mudah adalah

menggunakan title/caption yang menerangkan tempat dan waktu setting atau penjelasan
dari scene atau shoot yang disajikan. Transisi ini untuk menjambatani

perpindahan shoot dengan tujuan untuk menghindari screen direction yang tidak
pas/klop. Transisi pictorial dilakukan dengan cara optik yaitu mode Fade, Dissolve dan
Wipe. Mode transisi fade yaitu fade in dimana layar yang gelap lalu menjadi terang secara

perlahan-lahan. Fade out, layar yang terang kemudian menjadi gelap perlahan-lahan. Fade
in digunakan untuk mengawali sebuah cerita atau sequence, sedangkan fade

out untuk mengakhirinya. Dissolve, yaitu membaurkan/ menumpangkan suatu scene pada
scene lainnya. Atau fade in yang disuperifuse pada fade out. Atau menghilangkan citra
gambar pada scene pertama dan memunculkan citra gambar scene kedua secara perlahan
dalam waktu yang bersamaan. Dissolve digunakan untuk menanggulangi penghilangan
waktu (time lapse) atau untuk menghaluskan pergantian scene supaya tidak merasa
mendadak atau mengejutkan. Wipe merupakan efek optikal yang membuat seolah-olah
suatu scene didorong/dihapus oleh scene yang lain. Gerakan penghapusan bermacam-
macam yaitu horisontal, vertikal, diagonal dan sebagainya. Proses transisi dapat

22
dilakukan dengan kamera yang harus diseting sebelum kamera digunakan untuk merekam
gambar.

Kerja kamera yang baik adalah mulai dari komposisi. Juru kamera bertugas

membuat komposisi adegan/scene, menata aneka unsur gambar ( garis, ruang, bidang,
masa-masa dan gerakan) kedalam suatu gabungan yang serasi, sebelum menata
pencahayaan, gerakan kamera/pemeran, breakdown sequence shoot demi shoot dan
menetapkan angle kamera yang dibutuhkan untuk shoting suatu action. Juru kamera bisa

memilih engle dengan sudut pandang kamera yang terbaik sebagai konsekuensi
penetapan komposisi yang terbaik/yang paling cocok. Untuk penataan komposisi setiap
shoot juru kamera harus menjawab pertanyaan ” Apa yang bisa kulakukan agar

subyek ini menunjang penuturan cerita?”. Action para pemain dan setting selalu

membutuhkan
penataan komposisi. Seorang juru kamera
harus
akrab
dengan
anekaragam
karakteristik
garis, bentuk, masa-masa
dan
gerakan
untuk

mempertimbangkan secara komposisional bingkai/frame bisa dibuat seimbang baik secara


formal maupun informal. Semua ini bertujuan untuk membuat penonton film memberikan
respon yang sesuai. Penonton dapat dipengaruhi secara gambar maupun secara
psikhologis. Oleh karena itu didalam satu frame hanya ada satu pusat perhatian yang
diciptakan melalui penataan komposisi. Gunakan frame latar depan untuk mendukung
komposisi, tetapi jangan menyimpang dari subyek utama yang harus menjadi pusat
perhatian. Kaitkan latar belakang dengan action subyek utama. Pertimbangkan mata

penonton yang mengamati dari shoot ke shoot. Kerjakan itu semua untuk

mendapatkan keanekaragaman visual dengan sering merubah efek-efek komposisional.


Hilangkan yang berlebihan, Gunakan muslihat/trik-trik yang sesuai. Dan akhirnya buat
yang sederhana saja merupakan slogan kerja untuk komposisi- komposisi yang menarik.

Beberapa hal di atas tentunya masih terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan agar
diperoleh kulitas gambar yang maksimal dan menarik bagi penonton diantaranya
pencahayaan yang tepat. Pencahayaan juga dapat menciptakan pusat perhatian dengan

23
cara membuat subyek utama mendapatkan cahaya yang paling terang. Pengaturan fokus
sangat menentukan kualitas gambar. Gambar yang paling jelas/fokus menjadi pusat
perhatian. Oleh karena itu juru kamera harus membidikkan kameranya selalu pada subyek
utama pada setiap framenya dan mengatur untuk mendapatkan focus yang paling tepat.

Melakukan lighting set

Lighting atau disebut juga Tata Cahaya atau Pencahayaan yang dilakukan dalam

proses produksi Film dan atau acara Televisi,penataan cahaya dilakukan untuk menambah
nilai Artistic pada gambaragar gambar tersebut lebih berdimensi dan mempunyai
kedalaman ruang.

Jenis jenis Directing of Light :

Above or below light yaitu :Cahaya yang datang dari atas atau bawah objek. Overhead
light yaitu :Cahaya yang datang tepat dari atas kepala.

In front of or behind adalah:arah Cahaya yang datang dari depan atau belakang. Keduanya
mempunyai nilai artistik yang berbeda ,misalnya arah cahaya back light yang sangat kuat
dapat menghasilkan gambar siluet.

Left or right adalah :arah Cahaya yang datang dari samping kiri atau kanan. Tehnik tata
cahaya ini sering dipakai pada saat syuting outdoor pada siang hari.karena berubahnya
arah cahaya atau pergeseran letak matahari menyebabkan pengaruh pada continuity shot.

Even lighting :Arah cahaya yang sejajar menerangi objek tanpa sumber cahaya yang pasti.
Misalnya, pada saat syuting outdoor yang mendung, matahari tertutup awan, atau syuting
indoor yang sudah sangat terang karena adanya bouncing cahaya dengan intensitas tinggi.
Sidelight : Arah cahaya yang dibuat untuk meningkatkan estetisme gambar. Misalnya,
syuting untuk objek tertentu yang sudah diterangi oleh key, fill dan back lights, namun
kurang indah, bisa ditambahkan sidelight dengan menggunakan floodlight.

24
Melakukan rehearsal

Rehearsal adalah tahap awal ketika proses pra produksi selesai. Rehearsal dilakukan

oleh tim produksi secara menyeluruh. Dengan rehearsal kemungkinan kesalahan ketika
shooting berlangsung bisa diminimalisair bahkan diharapkan tidak ada sedikit
kesalahanpun nantinya. Hal yang perlu diperhatikan dalam rehearsal adalah :

Timing

Produksi Televisi akan menyangkut timing/waktu, estimasi waktu harus bisa diprediksi
seakurat mungkin. Panduan waktu adalah rundown yang sudah dibuat pada saat pre-
production. Dalam format live, pengaturan waktu harus benar-benar diperhitungkan
minute by minute serta scond by scond.

Briefing Performers

Salah satu elemen bagus tidaknya suatu acara televisi adalah bagaimana pengisi acara bisa
secara total melakukan adegan serta dialog sesuai naskah. Agar hal demikian bisa tercapai
diperlukan briefing pada seluruh pemain/pengisi acara. Briefing dilakukan sedetail
mungkin. Untuk beberapa contoh kasus bahkan briefing tidak hanya pada masalah konten
saja,karena terkadang maslah teknis juga perlu diketahui oleh para pemain.

Props

Property sebagai bagian dari tata artistik harus disiapkan pada saat rehearsal. Namun
untuk keperluan ini bisa saja menggunakan dummy.
Shot Arrangement

Pengaturan shot sudah bisa dilakukan pada saat rehearsal, selalu mengecek area shot
sesuai dengan yang telah direncanakan. Dengan pengaturan shot ini juga bisa melihat
apakah penataan artistik sudah sesuai dengan yang diharapkan. Juga akan berkaitan
dengan penataan lighting.

25
Audio & Lighting

Sebagai bagian dari produksi audio visual, audio dan lighting harus menjadi perhatian

yang baik. Selalu mengecek apakah audio sudah berjalan dengan benar, karena paling
tidak ada dua masalah audio yang harus diperhatikan. Pertama,audio yang ada di area
studio tersebut (misalnya acara musik). Kedua, audio yang akan dipakai sebagai output
acara.

Berbagai tipe acara televisi hampir memiliki hal yang sama ketika melakukan rehearsal.
Tidak ada aturan mengenai berapa kali kegiatan ini dilakukan, untuk acara yang besar
kadang rehearsal dilakukan secara parsial. Pada intinya rehearsal dilkakukan untuk
membantu agar pada proses pengambilan gambar nantinya bisa berjalan lancar. Rehearsal
terakhir dilakukan secara run trough, sesuai dengan rundown yang telah dibuat. Ada dua
jenis prosedur rehearsal yang dilakukan oleh pengarah acara :

Camera Blocking

Director/pengarah acara melakukan kontrol dari sebuah control room. Di dalam control
room sudah tersedia monitor dari seluruh kamera serta monitor preview dan program,
dengan demikian pengarah acara bisa mengontrol penuh bagaimana kamera-kamera
tersebut ditempatkan. Dalam hal ini pengarah acara hanya akan “turun” ke lapangan
/studio jika ada hal yang dirasa sangat penting untuk diskusi langsung dengan crew.

Floor Blocking

Kebalikkannya dengan metode Camera Blocking, pada metode ini pengarah acara
mengontrol melalui monitor yang ada di studio. Dengan demikian dia bisa mengatur
langsung para pemain dan pengarah acara ke control room pada saat taping.


Melakukan perekaman audio
Pengertian umum tentang perekaman adalah suatu proses menyalin ulang suatu objek,
apakah objek berupa gambar suara atau apa saja, dengan menggunakan media atau alat
perekeman tertentu yang hasilnya dapat dismpan di suatu media penyimpanan

26
atau tidak. Konsep perekaman manusia secara garis besar dapat kita gambarkan bahwa
proses perekaman suara berarti memasukkan suara melalui suatu media inputan dan
menyimpannya dalam suatu media penyimpanan.

Proses perekeman suara pada perangkat komputer menggunakan micophone sebagai alat
input dan kemudian terolah oleh komponen komputer untuk pengenal suara disebut
dengan sound card. Sound Card yaitu sebuah kartu suara yang berfungsi mengubah dat
suara dari bentuk analog ke bentuk digital. Alat inilah yang akan menghubungkan antar
mikrophone dengan user dalam interaksinya melalui suara.

Membuat spesial efek

Special effect atau SFX adalah menciptakan suatu adegan atau peristiwa yang

dilakukan secara nyata (sebenarnya) dan merupakan adegan berbahaya pada proses
pembuatannya. Pada dasarnya proses pembuatan special effect tidak berbahaya tetapi
kita saja yang harus berbahaya. Namun ada juga yang berbahaya misalnya efek ledakan,
pada proses pembuatannya kita harus memakai masker agar kita tidak terkena racun dari
bahan yang digunakannya . Pada saat mau meledakannya juga kita harus selalu berhati-
hati karena kalau kita tidak berhati-hati bias juga kita yang terkena dari ledakan tersebut.
Special effeck atau SFX juga merupakan suatu proses yang wajib atau harus ada pada
proses pembuatan film kolosal misalnya dalam adegan berkelahi jadi kita harus
tambahkan efek debu agar menarik untuk dilihatnya atau bisa juga ditambahkan efek
terbang misalnya pada adegan orang yang melayang di udara kita harus tambahkan efek
terbang. Jadi pada dasarnya special effect atau SFX banyak macamnya. debu, efek asap,
special trick. Dalam proses pengerjaannya juga berbeda beda.

Efek Ledakan adalah efek yang digunaklan pada dalam proses pembuatan film kolosal dan
dalam pembuatan efek ledakan kita juga harus harus mengukur apakah ledakannya bisa
berbunyi atau tidak kita harus mengetes dulu menggunakan multitester apakah menyala
atau tidak kita harus mengukurnya. Walaupun dalam computer bisa juga membuatnya
namun kalau menggunakan computer tidak seperti ledakan aslinya dan

27
kalau membuatnya sendiri secara manual itu lebih menarik dan terlihat nyata tidak seperti
animasi dibandingkan menggunakan computer itu terlihat animasinya .

Efek terbang adalah efek yang digunakan ketika orang melayang di udara. Pada efek ini
kita harus membutuhkan orang banyak untuk membantu dalam proses pembuatan efek
terbang. Dalam membuat efek terbang kita juga harus membutuhkan tali sling atau tali
yang digunakan untuk menarik orang agar bisa terbang. Dalam pembuatan efek terbang
kita harus memerhatikan betul-betul di monitor apakah ada yang terlihat slingnya atau
tidak. Dalam membuat efek terbang kita juga harus melihat kondisi yang ada misalnya
siang atau malam. Kalau siang tali slingya jangan diberi warna hitam karena pada waktu
siang hari cahaya yang memancar terlihat cerah jadi tali slingnya jangan di beri warna
hitam, dan kalau pada waktu nmalam hari cahaya yang terlihat gelap jadi kita harus
member warna pada tali slingnya yaitu warna hitam.

Efek debu adalah efek yang digunakan dalam proses berkelahi dan biasanya efek ini
digunakan dalam proses pembuatan film kolosal. Efek ini juga bisa mempengaruhi baik
tidaknya film. Jadi efek debu ini berpengaruh penting dalam pembuatan film kolosal.

Efek angin merupakan efek yang bisa digunakan untuk membuat angin buatan. Dalam
proses pembuataan efek angin tersebut kita harus membutuhkan alat. Alat yang biasa
digunakan untukmembuat efek angin adalah blower. Efek angin tersebut biasa digunakan
dalam proses pembuatan film kolosal, namun efek angin tersebut bisa juga digunakan
dalam proses pembuatan film modern juga. Efek angin ini fungsinya untuk memperindah
misalnya rambut birkibas-kibas atau juga dalam pembuatan film kolosal efek angin ada
hubungannya juga dengan efek debu.

Efek asap adalah efek yang biasa digunakan dalam film horror namun dalam film kolosal
pun juga sering digunakan. Efek asap kalau dalam film kolosal ada hubungan erat dengan
efek ledakan, misalnya kalau habis efek ledakan mesti ada efek asap jadi efek asap dan
efek ledakan saling terkait satu sama lain. Efek asap kalau dalam film horor itu untuk
menambah nuansa seram. Efek ini merupakan efek terpenting dalam proses pembuatan
film horor.

28
Efek trik adalah efek yang digunakan untuk memanipulasi suatu kejadian pada suatu
adegan. Dalam efek trik ini misalnya panah meluncur, keris terbang dan lain sebagainya.
Itu juga harus menggunakan benang supaya keris bisa terbang dan panah itu bisa
meluncur.

Kesimpulan tentang special effeck adalah : adanya berbagai macam efek, yaitu efek
ledakan, efek terbang, efek angin, efek debu, efek asap, special trick. Dalam proses penger
jaannya juga berbeda beda. Spesial efek digunakan untuk meningkatkan dampak suatu
objek terhadap indra manusia. Objek tersebut bisa berupa tontonan gambar atau
pertunjukan. Ada beberapa kegunaan special efek yaitu :

Spesial efek digunakan untuk meningkatkan kualitas film yang sedang diambil dengan cara
menambahi element yang ada dalam film.

Spesial efek digunakan untuk menambah daya tarik dalam sebuah film

Spesial efek juga digunakan untuk menambahi suatu adegan agar terlihat ekstrim Jadi
apapun bentuknya special efek digunakan untuk meningkatkan dampak suatu

objek terhadap indra manusia. Dengan demikian special efek diharapkan bisa

meningkatkan ketertarikan seseorang terhadap objek tersebut.


29

Anda mungkin juga menyukai