Anda di halaman 1dari 30

Seluk Beluk

Buku Yang

Disebut Injil
Barnabas

oleh

Drs. B.F. Drewes dan Drs. J. Slomp


Diterbitkan pertama kali oleh PT KANISIUS, 1983
Cetakan Pertama 1983
PENERBIT YAYASAN KANISIUS
Jl. P. Senopati 24, Telepon 2309. Telex 25143, Yogyakarta
Nihil obstat: F. Heselaars SJ
Imprimatur: A. Djajasiswaja Pr. Vik.

e-book ini diterbitkan tanpa ijin dari penerbit Kanisius


mohon pembaca menggunakannya bukan untuk kegiatan komersial
namun untuk menjadi bahan informasi damai
PENDAHULUAN

Sering ada orang bertanya, "Apa sih itu injil Barnabas, yang disebut-sebut
orang? Kalau kita buka kitab suci Perjanjian Baru, ternyata injil itu tidak
dimuat!"

Buku kecil ini ditulis dengan maksud untuk memberi jawaban atas
pertanyaan tersebut di atas. Dalam buku kecil ini akan diuraikan pokok-
pokok sebagai berikut:

* Bagaimanakah "injil" itu ditemukan? Terjemahan manakah yang kini


beredar, dan naskah-naskah kuno manakah yang dipakai oleh para
penterjemahnya? (Bab 1 );
* Kapan "injil" itu dikarang? (Bab 2);
* Siapakah pengarangnya dan di manakah "injil" itu ditulis? (Bab 3);
* Selanjutnya akan ditinjau isi "injil" itu dalam garis besarnya (Bab 4);
* Akhirulkalam akan dikemukakan beberapa kesimpulan (Bab 5), disusul
dengan daftar kepustakaan.

Buku kecil ini disusun oleh Drs. B.F. Drewes berdasarkan bahan-bahan
penelitian ilmiah yang sebagian besar dikerjakan oleh Drs. J. Slomp.
Alihbahasa ditangani Galih Resi.

Untuk selanjutnya akan digunakan singkatan Barn kalau dimaksudkan


kitab "injil" Barnabas. Dan bila kitab itu disebut injil, kata itu akan
ditempatkan antara tanda kutip ("injil"), karena kitab itu bukan Injil
dalam arti kitab-kitab Injil yang terdapat dalam kitab suci Perjanjian
Baru. Sebab Barn jauh lebih muda usianya, dan dikarang oleh seseorang
berdasarkan kitab-kitab Injil yang asli yang terdapat daIam kitab suci
Perjanjian Baru.
Seluk Beluk Buku Yang Disebut
Injil Barnabas

* Kata Pengantar

* Pendahuluan

* Bab 1. Naskah-naskah Kuno Manakah Yang Kita Miliki Tentang


"Injil Barnabas"?

* Bab 2. Kapan "Injil" Barnabas Dikarang?

* Bab 3. Siapakah Pengarang "Injil" Barnabas Dan Di Manakah


Ditulis?

* Bab 4. Isi "Injil" Barnabas

* Bab 5. Kesimpulan-kesimpulan

* Daftar Kepustakaan

o Terbitan naskah-naskah
o Bacaan-bacaan lain
KATA PENGANTAR

Pembaca yang budiman,

Kabar angin atau gossip atau desas-desus dan semacamnya merupakan


sesuatu yang cepat berkembang dan terkenal memiliki daya yang
mematikan, apalagi bila terdapat pihak yang memancing di air keruh.
Banyak orang terdampar, tidak sempat atau tidak mampu lagi melihat apa
benarnya, atau memahami duduk persoalannya. Dan, aah, andai setiap
orang mampu melihat persoalannya; andai ada orang yang mampu
memberikan pegangan yang kuat dan dapat diandalkan, semua jadi lega;
semua bilang "ah hanya omong kosong belaka."

Buku ini; "Seluk-beluk Buku yang disebut Injil Barnabas", bermaksud


memberikan kelegaan, khususnya bagi kita umat Kristen. Buku ini
merupakan informasi; yang digali dari studi, sehingga isinya bisa
diandalkan, bisa menjadi penerang kita dalam kesimpangsiuran dan
kekalutan mengenai Buku yang disebut injil Barnabas tersebut.
Syukurlah, akhirnya jelas dan menjadi terang duduk persoalannya siapa
Barnabas, kapan buku ini ditulis, perkembangannya, dan apakah bisa
disebut Injil dalam pengertian kita; semuanya jelas.

Semoga buku ini memberikan kelegaan dan nafas yang lapang.

Penerbit
PENDAHULUAN

Sering ada orang bertanya, "Apa sih itu injil Barnabas, yang disebut-sebut
orang? Kalau kita buka kitab suci Perjanjian Baru, ternyata injil itu tidak
dimuat!"

Buku kecil ini ditulis dengan maksud untuk memberi jawaban atas
pertanyaan tersebut di atas. Dalam buku kecil ini akan diuraikan pokok-
pokok sebagai berikut:

* Bagaimanakah "injil" itu ditemukan? Terjemahan manakah yang kini


beredar, dan naskah-naskah kuno manakah yang dipakai oleh para
penterjemahnya? (Bab 1 );
* Kapan "injil" itu dikarang? (Bab 2);
* Siapakah pengarangnya dan di manakah "injil" itu ditulis? (Bab 3);
* Selanjutnya akan ditinjau isi "injil" itu dalam garis besarnya (Bab 4);
* Akhirulkalam akan dikemukakan beberapa kesimpulan (Bab 5),
disusul dengan daftar kepustakaan.

Buku kecil ini disusun oleh Drs. B.F. Drewes berdasarkan bahan-bahan
penelitian ilmiah yang sebagian besar dikerjakan oleh Drs. J. Slomp.
Alihbahasa ditangani Galih Resi.

Untuk selanjutnya akan digunakan singkatan Barn kalau dimaksudkan


kitab "injil" Barnabas. Dan bila kitab itu disebut injil, kata itu akan
ditempatkan antara tanda kutip ("injil"), karena kitab itu bukan Injil
dalam arti kitab-kitab Injil yang terdapat dalam kitab suci Perjanjian
Baru. Sebab Barn jauh lebih muda usianya, dan dikarang oleh seseorang
berdasarkan kitab-kitab Injil yang asli yang terdapat daIam kitab suci
Perjanjian Baru.

Besar harapan kami semoga buku kecil ini dapat memberikan jawaban
atas berbagai pertanyaan yang timbul di sana-sini sekitar kitab '"injil"
Barnabas.
BAB 1.

NASKAH-NASKAH KUNO MANAKAH YANG KITA MILIKI


TENTANG "INJIL BARNABAS"?

Terbitan Barn dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan Barn yang


sudah beredar dalam bahasa asing. Menurut penelitian kami ada tiga
terbitan Barn dalam bahasa Indonesia:
1
* Indjil Barnaba terdjemahan J. Bachtiar Affandie, Djilid ke-I (1969) ;
* Indjil Barnabas, terdjemahan dari bahasa Arab, oleh Husein Abubakar
2
dan Abubakar Basjmeleh ; yang berisi a.l. banyak catatan pinggir
ayat-ayat Alkitab, yang diambil dari terjemahan Lonsdale and Laura
Ragg (lihat di bawah);
* Terjemah Injil Barnabas, dengan diberi notasi ayat-ayat Qur'an, oleh
3
Rahnip M, B.A.

Berhubung terjemahan Barn yang dilakukan oleh J. Bachtiar Affandie


tidak dapat kami peroleh, penelitian kami secara khusus diarahkan pada
kedua terjemahan yang lain. Terlebih dahulu perlu dikemukakan bahwa
terjemahan Husein Abubakar dan Abubakar Basjmeleh jauh lebih baik
dibandingkan dengan terjemahan Rahnip (periksa Catatan nomor 2 dan
3).

Jelaslah buku-buku tersebut merupakan terjemahan dari bahasa asing.


Karena kami berusaha untuk mencari naskah Barn yang paling tua, kami
bertanya-tanya terbitan Barn manakah yang dipakai sebagai dasar
terjemahan Indonesia.

Abubakar/Basjmeleh menggunakan terbitan Barn dalam bahasa Arab.


Tentu saja terbitan bahasa Arab itu pun merupakan terjemahan pula.
Bagaimanakah terjadinya terjemahan bahasa Arab ini? Besar
kemungkinannya terbitan bahasa Arab merupakan terjemahan dari
terbitan Barn dalam bahasa Inggris. Dan terbitan bahasa Inggris itu pun
merupakan terjemahan dari naskah Barn dalam bahasa Italia yang kita
miliki. Yang belum jelas bagi kita ialah apakah untuk terjemahan bahasa
Arab dipakai juga naskah bahasa Italia.
Terjemahan Rahnip didasarkan atas terbitan Barn dalam bahasa Inggris
yang merupakan terjemahan dari naskah bahasa Italia, seperti
dikemukakan dalam "Kata Pengantar" dari buku Rahnip.

Mungkin anda agak bingung dengan segala macam terjemahan Barn,


karena itu pada bagan di bawah ini digambarkan apa yang diuraikan lebih
dahulu:

Naskah "injil Barnabas" dalam bahasa Italia


| |
| |
|? Terjemahan Inggris
| | |
| | |
Terjemahan Arab <----------+ |
| |
| |
Terjemahan Indonesia Terjemahan Indonesia
| |
| |
Abubakar/Basjmeleh Rahnip

Jadi jelaslah terbitan-terbitan bahasa Indonesia tersebut merupakan


terjemahan dari terjemahan. Semua terbitan itu bersumber pada naskah
bahasa Italia dan terjemahannya dalam bahasa Inggris yang turut
dibubuhkannya. Terbitan naskah bahasa Italia dan terjemahan bahasa
Inggris dilakukan oleh Lonsdale Ragg dan Laura Ragg pada tahun 1907
(di Oxford, At the Clarendon Press). Memang baru sesudah tahun 1907
banyak orang menaruh perhatian kepada Barn.

Dengan demikian semua terbitan yang kita kenal bersumber pada naskah
bahasa Italia yang dicetak pada tahun 1907 dengan terjemahannya dalam
bahasa Inggris, disertai kata pengantar yang kritis, dalam mana
dibuktikan kepalsuan "injil Barnabas". (Yang menarik, meskipun terbitan
Lonsdale Ragg dan Laura Ragg tersebut digunakan oleh berbagai pihak
sebagai dasar terjemahan mereka, namun kata pengantar yang kritis itu
tidak ikut diterjemahkan). Naskah Barn bahasa Italia yang dipakai oleh
Lonsdale Ragg dan Laura Ragg kini disimpan di dalam perpustakaan
negara di Wina, Austria.

Marilah kita tinjau naskah Barn tersebut. Naskah itu terdiri dari 222 fasal.
Kalau diperiksa cara penulisannya, kertas yang dipakai dan cara naskah
itu dijilid ternyata naskah itu tidak lebih tua dari pertengahan kedua abad
ke-16 sesudah Masehi, karena cara menulis, macam kertas yang dipakai
dan cara menjilid tidak dikenal sebelum masa itu.

Bahasa Italia yang digunakan memperlihatkan banyak kesalahan. Sering


kali huruf "h", misalnya, ditambahkan; padahal sebetulnya dalam bahasa
Italia sama sekali tidak perlu. Contoh: "anno" (tahun) menjadi "hanno".
Demikian pula kata "Chrissto" ditulis dengan dua huruf "s" padahal
cukup satu saja. Boleh dikata bahasa yang dipakai dalam naskah itu
merupakan campuran dari dua dialek Italia, yakni dialek Tuska dan dialek
Venezia. Lagipula terdapat banyak salah ejaan yang tak dapat dibenarkan,
baik dari sudut dialek Tuska maupun dialek Venezia. Kedua dialek
tersebut digunakan di kota universitas Bologna (Italia). Di kota itu ada
mahasiswa yang berasal dari Spanyol. Seorang cendekiawan Spanyol,
Prof. M. de Epalza, membuktikan bahwa banyaknya kesalahan ejaan
dalam "injil Barnabas"' adalah khas bagi seseorang yang menggunakan
bahasa Spanyol sebagai bahasa ibu. Selanjutnya masih dapat
dikemukakan bahwa kemungkinan besar Barn bukan terjemahan ke
dalam bahasa Italia dari bahasa lain. Sebab apabila suatu buku
diterjemahkan sering kali bahasa aslinya masih nampak samar-samar
dalam susunan kalimatnya, gaya bahasanya, dan lain-lain. Hal itu tidak
kelihatan pada Barn, sehingga boleh dikatakan bahwa naskah "injil
Barnabas" yang asli dikarang dalam bahasa Italia. (Bahasa Italia sendiri
belum ada pada masa hidup Yesus, dan baru pada abad ke-13 merupakan
bahasa tulisan).

Selanjutnya yang menyolok ialah bahwa pada pinggiran banyak halaman


naskah tersebut di sana-sini dibubuhi catatan dalam bahasa Arab. Mutu
bahasa Arabnya pun buruk, lagipula pengarang membuat banyak
kesalahan. Jelaslah bahwa catatan itu ditulis oleh orang yang sama yang
mengarang naskah Barn tersebut.4

Bagaimanakah naskah itu sampai tersimpan di perpustakaan negara di


Wina. Untuk mengetahui asal-usulnya kita harus kembali dalam sejarah.
Pada tahun 1718, diterbitkan buku karangan John Toland berjudul
"Nazarenus". Dalam buku itu ditulis:

"Dalam karangan ini terlebih dahulu dimuat sejarah singkat tentang injil
yang baru, yang saya temukan di kota Amsterdam pada tahun 1709, yakni
sebuah Injil Islam yang belum pernah dikenal dan diketahui di antara
orang Kristen. Adapun orang yang memberitahukannya kepada saya
(Tuan Cramer, konsul raja Prusia yang tinggal di Amsterdam),
menerimanya dari perpustakaan pribadi seorang yang mulia dan
berwibawa di kota tersebut, yang selama hidupnya sering mengemukakan
penghargaannya atas kitab tersebut."

Siapakah gerangan orang yang "mulia dan berwibawa" itu? Yang


menarik perhatian ialah bahwa sejarawan berkebangsaan Italia, Gregorio
Leti (meninggal tahun 1701), pernah tinggal dan bekerja di Amsterdam.
Dia adalah penulis biografi Paus Sixtus V (1585-1590). Leti berganti
agama dan memeluk agama Kristen Protestan, kemudian melarikan diri
ke negeri Belanda dan menjadi sejarawan kota Amsterdam. Menantunya,
seorang ahli teologi bernama Jean le Clerc (1637-1736), dalam tahun
1718 menulis analisis tentang Barn yang dimuatnya dalam kumpulan
karangan yang diterbitkannya.

Gregorio Leti inilah yang dimaksudkan oleh Toland dengan "orang yang
mulia dan berwibawa". Setelah Leti meninggal perpustakaannya dilelang.
Dari ungkapan negarawan Cramer dia memperoleh kitab Barn dari
perpustakaan seorang yang baru meninggal. Cramer kemudian menjual
kitab itu kepada Pangeran Eugene dari Savoye. Dan dari perpustakaan
Pangeran Eugene kitab Barn akhirnya pindah ke perpustakaan negara di
Wina dan tersimpan sampai hari ini.

Tentang sejarah naskah Barn dari akhir abad ke-16 sampai tahun 1700
tidak diketahui orang.

Di samping naskah Barn dalam bahasa Italia ada juga naskah dalam
bahasa Spanyol. Apakah yang kita ketahui tentang naskah itu? Pada tahun
1734 diterbitkan Qur'an dalam bahasa Inggris yang dikerjakan oleh Sale.
Dalam kata pengantar dan catatan oleh Sale antara lain disebut Barn. Ia
tahu tentang buku karangan John Toland yang kami sebut di atas. Dan
dari Dr. Holmes dipinjamnya Barn dalam terjemahan bahasa Spanyol.
(Dari karangan Dr. White kami tahu sedikit tentang terjemahan bahasa
Spanyol itu). Lama sekali kami mengetahui adanya terjemahan Barn
dalam bahasa Spanyol hanya dari kutipan-kutipan yang diberikan oleh
Sale dan Holmes. Namun beberapa tahun yang lampau diketemukan
naskah Barn dalam bahasa Spanyol, yakni di Sydney (Australia), yang
berisi sebagian besar dari "injil" Barnabas. Naskah tersebut berasal dari
abad ke-18, dan entah dipakai oleh Sale, entah merupakan salinan dari
naskah yang dipergunakan oleh Sale5. Naskah bahasa Spanyol adalah
terjemahan dari bahasa Italia yang dilakukan oleh seorang Muslim
berkebangsaan Spanyol bernama Mustafa de Aranda. Dalam kata
pendahuluan naskah bahasa Spanyol dikemukakan bahwa naskah bahasa
Italia oleh seorang rahib Kristen bernama Fra Marino diketemukan dan
dicuri dari perpustakaan Paus Sixtus V (1585-1590), ketika Paus sedang
tidur sejenak di perpustakaannya. Setelah naskah itu dibacanya, Fra
Marino menganut agama Islam. Ada alasan untuk menduga bahwa
ceritera tentang diketemukannya dan dicurinya naskah itu hanya
merupakan isapan jempol belaka, sebab dalam Barn sendiri dimuat
ceritera semacam itu, yakni fasal 191 dan 192. Dalam fasal-fasal tersebut
oleh seorang ahli taurat diceriterakan kepada Yesus bahwa ia pernah
melihat kitab yang sungguh-sungguh merupakan kitab Musa, ditulis oleh
Musa dan Yosua, yang di dalamnya dinyatakan bahwa Ismael adalah
ayah Sang Mesias; akan tetapi imam agung yang menyaksikan
percakapan itu melarangnya untuk membaca kitab tersebut. Ada
kemungkinan bahwa fasal 191 dan 192 memberikan gambaran pribadi
tentang pengarang Barn! Apalagi pengarang kitab Barn adalah seorang
kelahiran Spanyol dan dalam kata pendahuluan naskah bahasa Spanyol
disinggung tentang Paus Sixtus V (akhir abad ke-16), jadi besar
kemungkinannya kedua naskah tersebut dikarang oleh orang yang sama.

Kesimpulannya ialah: ada dua naskah kuno Barn; yang satu isinya
lengkap, dikarang dalam bahasa Italia dan berasal dari abad ke-16; yang
lain tidak lengkap dan merupakan terjemahan dalam bahasa Spanyol dari
abad ke-18.

Perlu kita perhatikan bahwa dari kitab-kitab yang terkumpul dalam


Perjanjian Baru, kita miliki ratusan naskah dalam bahasa Yunani yang
jauh lebih-tua dari kedua naskah Barn itu!

Setelah kita selidiki penanggalan naskah-naskah Barn, dalam bab yang


berikut akan dijawab pertanyaan: Kapankah Barn dikarang?

Catatan kaki:
1 Penerbit C.V. Jasana, Djakarta.
2 C.V. Pelita, Bandung (1970).
Dalam terjemahan ini dimuat banyak catatan yang berasal dari Ragg
bersaudara yang menunjuk pada Perjanjian Baru. Ditambah dengan
pembagian menurut fasal dan ayat yang tidak terdapat dalam naskah
aslinya.
Kalau terjemahan itu kita bandingkan dengan naskah bahasa Italia atau
dengan terjemahan Ragg, ternyata ada beberapa kekeliruan. Misalnya:
Fasal 8: Roma, seharusnya Ramah (mungkin salah cetak?)
Fasal 14 dan 19: Bahasa Italia: iessu dan Jesu; Ragg: Jesus; Abubakar:
Al-Masih (seharusnya Yesus)
Fasal 145 Bahasa Italia: nosstro signore; Ragg: our Lord; Abubakar:
Bapak kita (seharusnya: Tuhan kita)
Fasal 152: Bahasa Italia: pero poriamo uedere d nosstro DIO in hoggni
loch; Ragg: wherefore we can see our God in every place; Abubakar:
Dari itu tidak mungkin kami melihat-Nya di tiap tempat (seharusnya:
sebab itu kami dapat melihat Allah kami di tiap tempat).
Mungkin berbagai-bagai kesalahan ini disebabkan karena
Abubakar/Basjmeleh menggunakan naskah Barn bahasa Arab untuk
terjemahan mereka.

3 Penerbit PT Bina Ilmu, Surabaya (1980)


Dalam catatan-catatan yang dibuat oleh Rahnip sering kali diberi
penunjukan kepada Quran.
Menurut hemat kami terjemahan Abubakar/Basjmeleh lebih baik
daripada terjemahan Rahnip. Sayang sekali terdapat banyak kekeliruan
oleh Rahnip dalam menterjemahkan naskah bahasa Inggris ke dalam
bahasa Indonesia.

Berikut ini beberapa contoh:


Fasal 5: before he was conceived, diterjemahkan: setelah ia dikandung,
(seharusnya: sebelum ia dikandung).
Fasal 35:... knew that God of that mass of earth was to take one hundred
and forty and four thousand signed with the mark of prophesy ...,
diterjemahkan: ... telah tahu, bahwa Allah dari Massa bumi itu untuk
mengambil 144.000 isyarat dengan perlambang Nubuat ... (lebih baik
diterjemahkan ... telah tahu bahwa Allah dari massa bumi itu akan
mengambil 144.000 orang yang ditandai dengan perlambang nubuat.
Fasal 82: the year of Jubilee, diterjemahkan: tahun (Yubilee) hari
peringatan, lebih baik diterjemahkan: tahun Yobel.
Fasal 97: Unworthy though I am to untie his hosen, diterjemahkan: Tiada
selayaknya walaupun aku adalah membuka ikatan kaus kaki (sepatu)nya,
lebih baik diterjemahkan: Walaupun saya tidak layak untuk melepaskan
kaus kakinya.
Fasal 98: ... none should call Jesus the Nazarene, prophet of the Jews,
either God or son of God, diterjemahkan: ... tidak seorang pun akan
menyebut Yesus orang Nazareth itu Nabi orang-orang Yahudi; tidak juga
Allah atau Putra Allah, lebih baik diterjemahkan: ... tidak seorang pun
akan menyebut Yesus orang Nazaret" nabi orang-orang Yahudi itu
dengan Allah atau anak Allah.
Fasal 152: kata-kata bahasa Aram Adonai Sabaoth diterjemahkan dengan
Keributan Sabbath! Lebih baik kata-kata itu tidak diterjemahkan
(sebagaimana dilakukan pula oleh Rahnip dalam fasal 20: ungkapan
Elohim Sabaoth tidak dialihbahasakan). Apabila Adonai Sabaoth mau
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kiranya dapat dialibbahasakan
dengan Tuhan semesta alam.
Fasal 194:... possessing with his sisters Magdala and Bethany ...
diterjemahkan: ... mempunyai saudari perempuan Magdala dan Bethani...,
seharusnya ... mempunyai bersama saudari-saudarinya, Magdala dan
Betani...
Membingungkan pula kalau Christ diterjemahkan dengan Almasih, dan
Messiah dengan Messiah, kata terakhir ini bukan kata Indonesia. Lebih
baik kalau Christ (yang memang berarti Al-Masih, namun kemungkinan
besar tidak diketahui oleh pengarang Barn.) dialihbahasakan dengan
Kristus, dan Messiah dengan Al-Masih atau Mesias.

4 Lihat L. Cirillo, L'Evangeli de Barnabe, Recherches sur la composition


et l'origine, Texte et traduction, Paris, 1977. Namun buku ini banyak
kekurangannya, periksa J. Slomp, Islamochristiana, IV, 1978 (Centre of
studies for Muslim-Christian Dialogue, Roma), hlm. 67-111.
5 Lihat J.E. Fletcher, "The Spanish Gospel of Barnabas, Novum
Testamentum, Vol. XVIII (1976), hlm, 314-320.
BAB 2.

KAPAN "INJIL" BARNABAS DIKARANG?

Para pembaca tentu mengerti bahwa dengan ditetapkannya penanggalan


naskah-naskah Barn yang dikenal itu, belum dijawab secara tuntas
pertanyaan kapan sebenarnya naskah aslinya dikarang. Sebab ada
kemungkinan naskah Barn yang tertua yang kita kenal berasal dari abad
ke-16, sedangkan naskah aslinya lebih tua lagi. Karena itu dalam bab ini
akan dicari jawaban atas pertanyaan apakah dapat diselidiki kapan Barn
dikarang?

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sesudah keempat Injil yang


dimuat dalam Perjanjian Baru, beredarlah bermacam-macam kitab di
dalam Gereja Purba yang dalam beberapa hal menyerupai Injil-Injil, akan
tetapi tidak diakui oleh Gereja sebagai kitab berwibawa (kitab kanonik).
Kitab-kitab itu disebut injil apokrif. misalnya injil Thomas, injil Petrus,
dan sebagainya. Kitab-kitab tersebut tidak dikarang oleh Thomas" Petrus"
dan lain-lain. Kitab-kitab itu ditulis jauh kemudian daripada keempat Injil
dan tidak diakui oleh Gereja. Begitulah dalam Gereja Purba pernah
disebut adanya sebuah "injil Barnabas". "Injil" itu untuk pertama kalinya
dicantumkan dalam apa yang disebut Decretum Pseudo-Gelasianum
(Decretum = surat keputusan Paus; pseudo = yang tidak asli). Dalam
surat keputusan Paus itu dicantumkan daftar buku-buku yang oleh Gereja
tidak diakui sebagai kanonik (= berwibawa); dalam daftar itu disebut juga
"'injil" Barnabas. Daftar itu berasal dari abad keenam sesudah Masehi.
Berita yang lebih tua tentang "injil" itu tidak ada!1

Lagipula dari zaman Gereja Purba tidak pernah diketemukan satu ayat
pun atau sebagian dari "injil" Barnabas. Dalam suatu tulisan2 hanya
terdapat ungkapan: "Rasul Barnabas bersabda: dalam pertikaian yang
buruk, pihak yang menanglah yang paling menderita, sebab ia
meninggalkan pertempuran dengan dibebani dosa yang lebih besar."
Namun tidak dinyatakan bahwa ungkapan itu berasal dari sebuah "'injil"
Barnabas. Ungkapan tersebut dapat pula merupakan tradisi lisan yang
turun-temurun. Apalagi ungkapan itu sama sekali tidak terdapat dalam
Barn! Bahkan beberapa ahli meragukan tentang adanya sebuah "injil
apokrif Barnabas". Tidak ada tanda bahwa sebuah "injil" Barnabas
dipakai di Gereja sampai masa Dekrit Gelasius. Apalagi perlu kita ingat
bahwa bahasa Italia pada waktu itu belum ada. Memang ada sebuah
"surat apokrif Barnabas" yang menurut para ahli tidak berasal dari
Barnabas. Ada pula kitab apokrif "Kisah Rasul Barnabas", suatu
pemalsuan dari abad kelima, yang ditulis dengan maksud untuk
memuliakan pulau Siprus, di mana menurut keyakinan para penduduknya
terdapat makam rasul Barnabas.

Sebagaimana tadi dikemukakan ada ahli yang meragukan apakah dalam


Gereja Purba memang pernah ada sebuah injil apokrif Barnabas.
Mungkin pada masa silam timbul gagasan tentang sebuah injil apokrif
Barnabas, karena di dalam kitab "Kisah Rasul Barnabas" terdapat
ungkapan yang diartikan salah. Dalam "Kisah Rasul Barnabas" kita baca:
"Sesudah Barnabas mengabar injil yang diterimanya dari kawan
sepelayanannya Matius, ia mulai mengajar orang-orang Yahudi."
Menurut legenda yang muncul kemudian uskup-uskup Siprus
menemukan kembali jenazah Barnabas dengan Injil Matius yang disalin
oleh Barnabas di atas dadanya. Kalau ceritera itu dituturkan tanpa
menyebut nama Matius, timbullah kesan seolah-olah Barnabas sendiri
mengarang sebuah Injil.3

Jadi tidak terdapat bukti apa pun bahwa injil apokrif Barnabas, yang
tercantum dalam dekrit Pseudo-Gelasianum itu, sama dengan Barn!

Jadi melalui jalan ini tidak dapat diteliti kapan Barn ditulis. Kita harus
menyelidiki isi Barn untuk menelusuri apakah ada tanda-tanda yang dapat
menerangkan tanggal terjadinya Barn. Apakah yang menarik perhatian
kita kalau isinya diselidiki?

1. Pengarang Barn pasti bukan orang semasa Yesus, yang mengikuti


Yesus sebagai murid. Hal itu terbukti antara lain sebagai berikut:

a) Dalam judul Barn, dan juga di tempat-tempat lain Yesus disebut


"Kristus", akan tetapi dalam fasal 96 Yesus menolak bahwa Dia adalah
Mesias. Jadi pengarang tidak mengetahui bahwa "Kristus" adalah
terjemahan bahasa Yunani dari kata Ibrani/Aram "Messias" yang sama
artinya!4

b) Menurut fasal 3 Yesus dilahirkan pada waktu Pilatus memerintah atas


Yudea, namun sebenarnya Pilatus menjadi gubernur pada tahun 26 atau
27 sesudah Masehi" ketika Yesus berusia ± 30 tahun

c) Dalam fasal 20 diceriterakan bahwa Yesus "berlayar" ke Nazaret; itu


mustahil, sebab Nazaret tidak dapat dicapai dengan kapal.
d) Dalam fasal 91 dikemukakan bahwa di wilayah Yudea ada 600.000
tentara; hal itu pun mustahil, sebab di seluruh daerah jajahan Romawi
jumlah tentaranya tidak melebihi 300.000 orang.

e) Selama 40 hari Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke bukit Sinai untuk


melakukan syariat puasa 40 hari; dikemukakan seolah-olah masa puasa
semacam itu sudah menjadi adat-istiadat (fasal 91 dan 92). Padahal pada
waktu Yesus hidup puasa 40 hari itu belum merupakan kebiasaan.

2. Jelaslah pengarang bukan orang sejaman dengan Yesus. Bahkan dapat


kita buktikan bahwa pengarang hidup sesudah Nabi Muhammad.
Muhammad yang hidup beberapa abad sesudah Yesus, oleh Yesus
disebut dan ditunjuk sebagai Mesias. Hal itu nampak dalam dua fasal.
Dalam fasal 44 kita baca ungkapan Yesus:

"Ya Muhammad, semoga Allah besertamu dan menjadikan aku layak


untuk membuka tali kasutmu, karena apabila aku memperoleh itu, aku
akan menjadi seorang nabi yang besar serta seorang kudus Allah."

Dalam fasal 97 kita baca percakapan antara seorang imam dengan Yesus
sebagai berikut:

"Maka imam itu bertanya, 'Bagaimanakah Mesias itu akan dinamakan,


dan tanda apakah yang akan menunjukkan kedatangannya?'

Yesus menjawab, 'Sesungguhnya nama Mesias itu terpuji; karena nama


itu diberikan oleh Allah sendiri, tatkala rohnya diciptakan Allah dan
diletakkan-Nya dalam kemegahan surgawi. Allah berfirman: Sabarlah
Muhammad; karena untukmu Aku akan menciptakan firdaus, dunia dan
sejumlah besar makhluk, yang Kuhadiahkan kepadamu, sehingga
barangsiapa yang memberkati engkau akan diberkati; dan barangsiapa
yang mengutuk engkau akan dikutuk. Apabila Aku mengutus engkau ke
dunia engkau akan menjadi rasul keselamatan-Ku dan firmanmu itu
benar, bahwasanya langit dan bumi akan gagal, tetapi imanmu tidak
pernah akan gagal.' Muhammad adalah namanya yang diberkati."

Ayat-ayat semacam itu (juga fasal 54) membuat Yesus semacam Yohanes
Pembaptis, yang memaklumkan Sang Mesias. Karena itu Yohanes
Pembaptis tidak pernah disebut-sebut dalam Barn!

Sebagaimana kita tahu nubuat-nubuat Perjanjian Lama dan Perjanjian


Baru tidak memberikan ramalan yang terperinci sambil menyebut nama-
nama oknum yang kelak akan datang; nama-nama orang tidak pernah
diramalkan. Jadi Barn dikarang sesudah datangnya Muhammad!

Juga dalam fasal-fasal lain terlihat pengaruh Agama Islam. Menurut fasal
39 kalimat syahadat ("Tiada Tuhan melainkan Allah" dan "'Muhammad
Rasul Allah") ditulis pada kedua kuku ibu jari tangan Adam, setelah
kalimat syahadat itu dilihatnya tertulis di angkasa.

Dalam hal-hal lain pun ada hubungan yang menyolok antara Barn dengan
pandangan Islam. Menurut Barn Yesus bukan Anak Allah (fasal 48, 98
dan 222). Yesus diutus hanya kepada Israel saja, sedangkan amanat
Muhammad adalah untuk segala bangsa (fasal 82). Barn menegaskan
pandangan Islam bahwa kelak akan dikarang kitab suci yang akan
membersihkan kitab suci yang lebih dulu ditulis dari segala kerusakan
(fasal 124, bandingkan fasal 44, 191 dan 192). Anak Abraham yang harus
dipersembahkannya sebagai korban penyembelihan adalah Ismael dan
bukan Ishak (fasal 44). Pada bagian akhir Barn kita baca bahwa Yudaslah
yang disalibkan, bukannya Yesus. Soal ini perlu ditekankan oleh Barn
(fasal 221).

Dengan demikian jelaslah bahwa pengarang Barn hidup sesudah


Muhammad yang wafat tahun 632 itu.

3. Bahkan kita dapat melangkah lebih jauh lagi dan dapat kita tegaskan
bahwa Barn pasti dikarang sesudah tahun 1300. Apakah buktinya?

Dalam fasal 82 Yesus berbicara dengan wanita Samaria tentang tahun


Yobel, yang dirayakan sekali dalam 100 tahun. Soal ini disinggung juga
dalam fasal 83. Menurut Perjanjian Lama (Imamat 25:8-55 dan 27:16-25)
tahun Yobel dirayakan sekali dalam 50 tahun. Ketentuan itu tidak diubah
oleh Yesus. Baru pada tahun 1300 sesudah Masehi oleh Paus Bonifacius
VIII diperintahkan bahwa tahun Yobel akan dirayakan sekali dalam 100
tahun! Akan tetapi oleh Paus Clemens VI pada tahun 1343 ditetapkan
bahwa tahun Yobel akan dirayakan tiap 50 tahun. Jadi pengarang Barn
tahu tentang ketentuan masa 100 tahun untuk merayakan tahun Yobel,
dan dengan tidak disadarinya dinyatakannya seolah-olah oleh Yesus
sendiri ditetapkan bahwa tahun Yobel harus dirayakan sekali dalam 100
tahun. Jadi dapat kita pastikan bahwa Barn dikarang sesudah tahun
1300!5

Kesimpulan itu sesuai dengan ciri-ciri lain dalam Barn, yang


mengingatkan kita akan jaman sekitar tabun 1000-1500, antara lain:
Dalam sembahyang di malam hari (fasal 61) Yesus memakai ungkapan
dari 1 Petrus 5:8 "... si Iblis berjalan keliling sama seperti singa yang
mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya", sebagaimana
sudah lazim dipakai dalam sembahyang malam pada Abad Pertengahan.

Dalam fasal 3 kita baca bahwa Yesus dilahirkan oleh Maria "tanpa
merasa sakit"; ini tidak tertulis dalam Perjanjian Baru, namun mendapat
perhatian besar pada Abad Pertengahan.

Dalam fasal 194 Lazarus dan kedua adiknya perempuan digambarkan


memiliki dua desa. Hal itu pun merupakan gambaran keadaan masa Abad
Pertengahan, akan tetapi pada jaman Yesus mustahil seorang memiliki
desa.

Tambahan pula masih dapat ditunjuk panjang dan sifat Barn. Kitab
Barn dapat disebut semacam Diatessaron, artinya sebuah kitab yang
menyatukan bahan-bahan dari keempat Injil Perjanjian Baru, sehingga
isinya lebih tebal dibandingkan dengan Injil-Injil yang terdapat dalam
Perjanjian Baru. Adapun usaha untuk menyatukan dan menggabungkan
keempat Injil mulai timbul pada abad kedua sesudah Masehi. Kita kenal
beberapa Diatessaron dalam bahasa Italia dari Abad Pertengahan. Satu di
antaranya berasal dari abad ke-14 yang mengandung ciri-ciri dialek
TuskaVenezia (jadi dialek vang sama seperti Barn), dan di dalamnya
terdapat bermacam-macam ceritera dalam urutan yang sama seperti
dalam Barn; dan urutan yang sama itu tidak terdapat dalam keempat Injil
Perjanjian Baru.

Jadi dapat kita pastikan bahwa Barn dikarang antara tahun 1300 dan akhir
abad ke-16 yakni waktu naskah berbahasa Italia ditulis. Dengan demikian
jauh lebih muda usianya dibandingkan dengan Injil-Injil Perjanjian Baru.

Apakah waktu penulisan Barn dapat kita tentukan lebih tepat lagi? Besar
kemungkinan Barn dikarang semasa Paus Sixtus V (1585-1590). Coba
perhatikan hal-hal sebagai berikut: sudah kita lihat bahwa pada tahun
1300 ditentukan agar tahun Yobel dirayakan sekali dalam 100 tahun;
kemudian pada tahun 1349 diambil keputusan untuk merayakannya sekali
dalam 50 tahun; dan pada tahun 1470 diputuskan untuk merayakannya
sekali dalam 25 tahun. Pada tahun 1585 Paus Sixtus V merayakan tahun
Yobel, bukannya karena sudah tiba waktunya, melainkan karena pada
tahun itu ia dipilih sebagai Paus dan ingin memberikan perhatian khusus
kepada tahun tersebut. Apakah kejadian itu menjadi alasan bagi
pengarang Barn --yang masih ingat bahwa sesudah 1300 tahun Yobel
dirayakan sekali dalam 100 tahun-- untuk menyatakan bahwa pada masa
Mesias tiap tahun merupakan tahun Yobel?

Selanjutnya, dalam kata pendahuluan naskah berbahasa Spanyol


dikemukakan bahwa kitab Barn ditemukan dalam perpustakaan Paus
Sixtus V meskipun kebenaran ceritera itu masih dipersoalkan. Memang
Barn cocok dengan suasana penindasan yang merajalela di Spanyol dan
Italia Utara pada akhir abad ke-16, ketika orang Yahudi dan penganut
agama Islam dianiaya oleh Inkuisisi. Apakah mungkin kitab itu ditulis
semasa Paus Sixtus V oleh seorang yang dalam hatinya bersikap pro-
Islam, akan tetapi tidak dapat mempraktekkannya?

Soal tersebut akan dibahas dalam bab berikut. Namun sekarang sudah
dapat ditarik kesimpulan bahwa Barn dikarang antara tahun 1300 dan
akhir abad ke-16, dan kemungkinan besar pada masa Paus Sixtus V.

Catatan kaki:
1 Tentang Decretum Gelasianum periksa E. Hennecke-W.
Schneemelcher, New Testament Apocrypha, London, 1973, hlm. 46-49
juga E. Schwartz, Zeitschrift fur Neuestestamentliche Wissensehaft, 29
(1930), hlm. 161-168. Dekrit itu untuk sebagian berasal dari jaman Paus
Gelasius (492-496), akan tetapi berbagai-bagai bagian, a.l. justru daftar
dengan buku-buku yang ditolak, berasal dari permulaan abad ke-6.
2 Codex Baroc. 39 dalam Bibliotheca Bodleiana yang termasyhur di
Oxford (Inggris).
3 Periksa Indjil Barnabas, terjemahan Abubakar/Basjmeleh, dalam
"Sepatah Kata Penjalin" diberi kesan seakan-akan Injil Barnabas
ditemukan di atas dada jenazah, Periksa pula L. and L. Ragg, The Gospel
of Barnabas, hlm. XIV.
4 Memang mengherankan, sebagaimana sudah dikemukakan pada catatan
nomor 2), dalam terjemahan Abubakar/Basjmeleh fasal 14 dan 19 Yesus
disebut Al-Masih, padahal dalam naskah bahasa Italia dan dalam
terjemahan Ragg bersaudara kita temukan nama Yesus. Periksa pula
bagian terakhir catatan nomor 3).
5 Dalam terjemahan Abubakar/Basjmeleh pada halaman 257 oleh kedua
penterjemah diberi catatan sebagai berikut perihal ungkapan seratus
tahun: "Mungkin kekeliruan di atas terdjadi karena kealpaan penulis yang
mencampuraduk antara L (jang berarti 50) dengan C (jang berarti 100).
Kemungkinan itu bisa terdjadi karena tidak djelasnya suatu tulisan ta
ngan". Perlu kiranya dikemukakan bahwa dalam naskah bahasa Italia
tidak tertulis huruf c, melainkan kata cento (yang artinya: seratus)!
BAB 3.

SIAPAKAH PENGARANG BARN DAN


DI MANAKAH DITULIS?

Sekarang harus kita selidiki siapakah gerangan pengarang Barn. Bahan-


bahan keterangan apakah yang tersedia? Kita harus mencari seorang yang
hidup antara tahun 1300 dan 1600. Orang itu mengenal isi baik Perjanjian
Lama maupun Perjanjian Baru, meskipun pengetahuannya tidak
sempurna.1

Agaknya orang itu mengenal juga ajaran agama Islam. Hal itu antara lain
terbukti bukan saja karena disebutnya nama Nabi Muhammad, tetapi juga
karena dikemukakannya pandangan-pandangan yang dianut oleh agama
Islam (bandingkanlah Bab 2).

Keterangan yang penting pula adalah tentang bahasanya, yakni dialek


Tuska-Venezia (jadi dari wilayah Italia bagian Utara), dengan kesalahan-
kesalahan yang disebabkan oleh pengaruh bahasa Spanyol. Agaknya
pengarang hidup di Spanyol dan di Italia dan mempunyai hubungan
dengan Gereja dan dengan agama Islam.

Apakah di samping bahan-bahan yang agak samar itu masih ada


keterangan lain yang lebih jelas? Dapatkah ditunjuk keadaan, dalam
mana kitab semacam itu dikarang oleh seorang yang mengetahui seluk-
beluk Gereja dan agama Islam?

Marilah kita lihat keadaan pada zaman itu di Spanyol dan di Italia. Pada
masa itu keadaan orang Yahudi dan orang Islam sangat menyedihkan
karena penganiayaan dari pihak Gereja Katolik Roma yang dilaksanakan
oleh inkuisisi. Banyak orang Yahudi dan penganut agama Islam dipaksa
menjadi Kristen. Dan mereka itu diawasi pula apakah memang berganti
agama secara serius. Penganiayaan itu mencapai puncaknya pada akhir
abad ke-16!

Apakah ada kemungkinan pemalsuan injil itu dikarang oleh seorang yang
dipaksa masuk agama Katolik Roma serta harus mengikuti pendidikan
Katolik Roma, dan dengan demikian ia "membalas dendam" atas segala
sesuatu yang dideritanya dari pihak Gereja Katolik Roma? Anggapan
tentang bentuk pemalsuan itu tidak begitu jauh dari sasarannya. Sebab
pada akhir abad ke-16 beberapa pemalsuan injil beredar di Spanyol.
Kitab-kitab itu dikarang dalam bahasa Arab dan dikatakan berasal dari
rasul-rasul Yesus. Spanyol digemparkan oleh kitab-kitab tersebut, akan
tetapi ternyata pemalsuan belaka!

Naskah-naskah itu dikarang oleh dua orang, yakni Alonso de Castillo dan
Miguel de Luna, kedua-duanya juru bahasa dari golongan Morisko2.
Kelompok Morisko adalah pemeluk agama Islam yang dipaksa berganti
agama dan masuk agama Katolik Roma. Namun hal itu dilakukannya
lahiriah saja, tidak dalam lubuk hatinya. Di samping kelompok Morisko
terdapat pula golongan Marrano, yakni orang-orang Yahudi yang dipaksa
masuk agama Katolik Roma, namun secara batin tidak dianutnya.

Perlu dikemukakan juga bahwa banyak orang di Spanyol, yang pada


akhir abad ke-16 dipaksa berganti agama, melarikan diri ke Italia. Dapat
ditambahkan pula bahwa Fra Felice Peretti de Montalto yang kemudian
menjadi Paus Sixtus V, sangat giat menganiaya orang yang belum
berganti agama di Venezia (Italia) pada tahun-tahun 1558-1568. Apakah
mungkin pengarang Barn berasal dari golongan Morisko atau Marrano?

Adapun latar belakang pengarang yang berbau Spanyol jelas terbukti dari
Barn fasal 54. Dalam fasal itu dikemukakan tentang sekeping uang
"denarius" (Abubakar/Basjmeleh: "sekeping emas", Rahnip: "sepotong
emas") yang terbagi dalam 60 "minuti" (Abubakar/ Basjmeleh: "filis",
Rahnip: "bagian"). Yang dimaksud adalah sekeping mata uang Spanyol
kuno!

Selanjutnya harus kita lihat apakah yang diungkapkan di dalam Barn


fasal 191 dan 192. Dalam fasal-fasal itu diceriterakan bagaimana kitab
Musa yang benar diketemukan oleh Nikodemus di perpustakaan Bait
Allah. Dalam kitab Musa itu "tersurat bahwa Ismael adalah ayah Mesias,
dan Ishak adalah "ayah utusan Mesias", dan seterusnya. Kemudian
Nikodemus mengemukakan", "Kitab itu tidak sempat saya baca
seluruhnya, karena Imam Agung --saya berada di ruang perpustakaannya-
- melarang saya, sambil berkata bahwa kitab itu dikarang oleh seorang
Ismaeli."

Dari ayat itu jelas pula pengaruh agama Islam atas Barn. Menarik sekali
kalau bagian Barn tersebut dibandingkan dengan bagian kata
pendahuluan naskah berbahasa Spanyol. Dalam kata pendahuluan naskah
yang berbahasa Spanyol (yang tidak termasuk Barn) dikemukakan bahwa
naskah Barn bahasa Italia dicuri oleh seorang rahib bernama Fray Marin
(atau Fra Marino) dari perpustakaan Paus Sixtus V (1585-1590). Menurut
ceritera Fray Marin adalah teman Paus Sixtus V. Ketika mereka berdua
sedang bekerja bersama-sama di perpustakaan Vatikan Roma, tertidurlah
Paus dan Fray Marin menemukan Barn. Kemudian Barn
disembunyikannya dalam lengan bajunya dan dibawanya ke luar
perpustakaan. Sesudah dibacanya dia memeluk agama Islam. Menurut
kata pendahuluan tersebut Barn diterjemahkan oleh Mustafa de Aranda
dari bahasa Italia ke dalam bahasa Spanyol.

Apabila kita pertimbangkan bahwa a) Barn mempunyai latar belakang


Spanyol seperti terbukti oleh nama sekeping mata uang; b) ejaan bahasa
Italia dipengaruhi oleh bahasa Spanyol: c) orang-orang yang berganti
agama dan memeluk agama Islam sering kali menggantikan namanya;
dan d) banyak orang Marrano dan Morisko melarikan diri dari Spanyol ke
Italia, sehingga kemungkinan besar Fray Marin dan Mustafa de Aranda
adalah orang yang sama. Dan orang itulah pengarang Barn, sehingga hal
itu patut dipertimbangkan. Memang kepastiannya tak dapat dikuatkan.
Namun dapat dikemukakan bahwa Paus Sixtus V sangat giat menganiaya
orang yang belum masuk agama Katolik Roma; dan pada akhir abad ke-
16 beredar beberapa pemalsuan Injil. Jadi ada kemungkinan kitab Barn
dikarang oleh orang tersebut karena kegeramannya atas penganiayaan
dan dengan demikian secara diam-diam mendukung agama Islam.

Dalam naskah bahasa Spanyol diungkapkan pula bahwa Mustafa de


Aranda melarikan diri ke Istambul (Turki). Peristiwa itu mungkin dapat
memberi kejelasan atas fakta bahwa catatan-catatan dalam bahasa Arab
yang terdapat pada pinggiran naskah yang berbahasa Italia
memperlihatkan pengaruh Turki, sebagairnana ditetapkan oleh para ahli.

Apakah dalam keseluruhannya masih dapat ditempatkan juga unsur-unsur


Yahudi yang terdapat dalam Barn? Salah satu unsur Yahudi ialah
penyangkalan bahwa Yesus adalah Mesias (Barn fasal 42 dan 96). Bahwa
Yesus adalah Mesias (Almasih) tidak disangkal dalam Alkitab dan tidak
disangkal dalam Quran, melainkan oleh orang Yahudi. Kisahnya
mungkin begini: seorang Yahudi berkebangsaan Spanyol dipaksa
memeluk agama Katolik Roma dan harus mengikuti pendidikan Katolik
Roma, kemudian ia berkenalan dengan agama Islam lalu memeluk agama
ini; sebagaimana banyak orang lainnya dia meninggalkan Spanyol dan
pergi ke Bologna (Italia), dan di kota itu dikarangnya Barn baik dalam
bahasa Italia maupun dalam bahasa Spanyol.3 Walaupun uraian di atas
tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara mutlak" namun bermacam-
macam unsur dalam Barn dapat dijelaskan olehnya.

Catatan kaki:
1 Dalam fasal 80 dinyatakan bahwa Daniel berumur 2 tahun ketika dia
ditangkap oleh Nebukadnezar. Akan tetapi menurut Perjanjian Lama,
kitab Daniel fasal 2 ayat l, tertulis bahwa Daniel diminta nasihatnya oleh
raja Nebukadnezar "Pada tahun yang kedua pemerintahan
Nebukadnezar..." Setelah itu Daniel berkuasa atas sebuah propinsi. Kalau
begitu, hal itu terjadi ketika Daniel berumur 3 atau 4 tahun?! Mustahil!
Perihal pengetahuan pengarang Barn tentang Perjanjian Baru periksalah
catatan mengenai Barnabas pada akhir bab 4 buku ini.
2 Lihat T.D. Kendrick, St. James in Spain, London, 1960, bab V, dan
Peter Dressendorfer, Islam unter der Inquisition. Die Morisco Prozesse in
Toledo, 1575-1610, Wiesbaden, l971.
3 Khalil Saadah pun menarik kesimpulan sebagai berikut "bahwa penulis
asli dari Indjil ini adalah seorang Jahudi dari Spanjol jang telah memeluk
agama Islam", periksa Indjil Barnabas, terjemahan Abubakar/Basjmeleh"
hlm. XXIV.
BAB 4.
ISI "INJIL" BARNABAS

Kitab Barn tebal sekali bila dibandingkan dengan kitab-kitab Injil yang
terdapat dalam Perjanjian Baru. Jumlah fasalnya adalah 222. Banyaknya
fasal itu mengingatkan kita akan kitab-kitab Diatessaron yang timbul
sepanjang sejarah Gereja. Dalam kitab Diatessaron bahan-bahan dari
keempat Injii digabungkan dan dijadikan satu. Dan memang ada kitab-
kitab Diatessaron yang dikarang dalam bahasa Venezia dan dalam dialek
Tuska. Nah, Barn pun untuk sebagian terdiri dari bahan-bahan yang
terdapat dalam keempat Injil Perjanjian Baru. Kaitannya dengan beberapa
Diatessaron bahasa-bahasa Italia sangat jelas kalau kita periksa isi Barn
fasal 1-9. Dalam Barn 1-9 berturut-turut kita baca tentang: --
pemberitahuan tentang kelahiran Yesus -- mimpi Yusuf -- sensus
penduduk -- kelahiran Yesus -- para gembala -- Yesus disunat -- para
majus -- mimpi para majus -- Yesus diserahkan kepada Tuhan di Bait
Allah -- pembunuhan kanak-kanak di Betlehem -- pengungsian ke Mesir -
- tindakan Yesus di Bait Allah.

Para pembaca yang mengenal isi Perjanjian Baru melihat bahwa bahan-
bahan tersebut merupakan gabungan dari Injil Matius dan Injil Lukas
Yang menarik perhatian ialah bahwa dalam sebuah Diatessaron dialek
Tuska (fasal 3; 5-9; 12) peristiwa-peristiwa tersebut di atas diceriterakan
dalam urutan yang sama; sedangkan peristiwa-peristiwa dalam Barn fasal
3-9 sejajar dengan fasal 6-11 dalam Diatessaron dialek Venezia.
Demikian juga masih dapat ditunjuk persamaan lain antara Barn dengan
kedua Diatessaron tersebut.

Dalam fasal 9 kita baca tentang segala macam kejadian lain dari hidup
Yesus dan ajaran Yesus dengan tekanan pada ajaran Yesus. Isinya kurang
lebih dua pertiga diambil dari keempat Injil. Misalnya, Yesus
menyembuhkan seorang kusta (fasal 11); Yesus memilih 12 rasul (fasal
14); Perlukah membayar pajak (fasal 31); dan seterusnya.

Ada juga bagian-bagian yang sama sekali tidak mempunyai ikatan


dengan Injil-Injil Perjanjian Baru" misalnya judul fasal 22 yang berbunyi,
"Keadaan yang menyedihkan dari orang yang tidak disunat: seekor anjing
lebih baik daripada mereka", atau percakapan antara Abraham dengan
ayahnya (fasal 26). Dalam fasal 35 kita baca tentang terjadinya pusat:
setan meludahi manusia, dan Gabriel membuang ludah itu dan terjadilah
pusat.
Peranan Ismael amat menonjol pula: di antara 10 orang kusta yang
disembuhkan terdapat seorang Ismaeli (fasal 19); Abraham harus
mengorbankan anaknya Ismael (fasal 44); kitab Torah dikarang oleh
seorang Ismaeli (fasal 192), dan Allah adalah Allah Abraham, Ishak dan
Ismael (fasal 212).

Isi fasal-fasal terakhir banyak bedanya dengan keempat Injil. Sesudah


perjamuan Paskah dan pengkhianatan Yudas, Yesus mau ditangkap.
Ketika serdadu-serdadu mendekati Yesus "tibalah para malaikat kudus
dan diambilnya Yesus dari jendela yang menghadap ke sebelah selatan.
Diangkatnya Yesus dan diletakkannya di surga yang ketiga di tengah-
tengah para malaikat yang memuji-muji Allah untuk selama-lamanya"
(fasal 215). "Dan berubahlah wajah Yudas menjadi wajah Yesus,
sehingga Yudas ditangkap dan disalibkan, padahal disangka Yesus yang
dibunuh! Ketika Yudas meninggal dan dikubur, para murid Yesus datang
dan mencari mayat Yudas, karena disangkanya tubuh Yesus" (fasal 218).
Dalam fasal 219 Yesus menampakkan diri kepada ibunya dan beberapa
orang lain. Dalam fasal yang berikutnya (fasal 220) Yesus berbicara
kepada Barnabas, katanya, "Meskipun aku tiada bersalah di dunia, aku
disebut 'Allah' dan 'Anak Allah', maka supaya aku tidak akan diejek oleh
setan-setan pada hari kiamat, Allah berkehendak agar aku diejek oleh
manusia dengan matinya Yudas yang dikira akulah yang telah mati di
kayu salib. Dan ejekan itu akan terus berlangsung sampai datangnya
Muhammad Rasul Allah, yang apabila ia datang akan mengungkapkan
penipuan kepada mereka yang percaya akan syariat Allah". (Ayat ini
aneh sekali. Andaikata Barn dikarang pada abad pertama, pengarangnya
sudah tahu bahwa kitabnya akan tersembunyi sampai datangnya
Muhammad. Lalu mengapa kitabnya itu ditulisnya?) Yesus diangkat ke
surga oleh empat malaikat (fasal 221). Fasal 222 merupakan fasal terakhir
yang berisi serangan atas mereka yang menyebut Yesus Anak Allah
seperti dilakukan oleh Paulus.

Yang menyolok dalam isinya ialah bahwa Yohanes Pembaptis sebagai


perintis jalan Yesus (periksalah dalam keempat Injil: Matius 3, Markus 2,
Lukas 3 dan Yohanes 1) sama sekali tidak disebut-sebut dalam Barn.
Mungkin hal itu disebabkan karena Yesus, yang dalam Barn disebut
Mesias, bertindak sebagai perintis jalan, semacam Yohanes Pembaptis
bagi Muhammad. Padahal Yohanes Pembaptis disebut dalam Al-Quran
(Surah 19:12-15). Tentu saja timbul berbagai-bagai pertanyaan apa
sebabnya Barn membungkam tentang Yohanes Pembaptis.
Menyolok pula bahwa, berbeda dengan isi Injil-Injil, Barnabas
merupakan salah seorang dari 12 murid (fasal 14:100), bahkan seorang
murid yang dengannya Yesus mengadakan percakapan-percakapan
khusus (fasal 112:221). Dalam Perjanjian Baru Barnabas tidak termasuk
orang-orang di sekitar Yesus. Baru dalam kitab Kisah Para Rasul (4:36,
dan seterusnya) sesudah kebangkitan Yesus, kita dengar tentang seorang
bernama Barnabas, namun orang itu tidak disebut dalam keempat Injil.
Jadi di sini pun kita lihat adanya kekeliruan sejarah dalam Barn.
BAB 5.
KESIMPULAN-KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Barn sudah pasti tidak dikarang oleh seorang yang mengenal Yesus atau
salah seorang Rasul. Kitab Barn pasti tidak berasal dari abad-abad
pertama sesudah Masehi. Dari Gereja Purba, yakni abad-abad pertama
sesudah Masehi, kita sama sekali tidak memiliki satu naskah pun dari
Barn, dan tidak ada bukti bahwa naskah Barn pernah dikenal oleh Gereja
Purba. Karena kurun jaman antara Barn dengan abad pertama sesudah
Masehi sedemikian jauhnya, tidak ada satu alasan pun untuk
menempatkan Barn sederajat bahkan melebihi Injil-Injil Perjanjian Baru.

Pengarang Barn hidup lebih dari sepuluh abad sesudah Masehi, sekurang-
kurangnya sesudah tahun 1300 dan kemungkinan besar dalam abad ke-
16.

Ada kemungkinan sebagai orang Yahudi yang menjadi korban inkuisisi


Gereja Katolik Roma dan dipaksa hidup sebagai orang Kristen,
Kemudian dia berkenalan dengan agama Islam dan agaknya merasa
tertarik kepada agama ini. Lalu dikarangnya Barn untuk menunjukkan
kepada orang akan arti Muhammad.1

Jadi meskipun Barn mengandung banyak bahan dari Injil-Injil Perjanjian


Baru, jelaslah arah pokoknya dan tujuan utama Barn berlainan sekali
dengan arah dan tujuan keempat Injil.

Catatan kaki:
1 Periksa Jan Slomp. Pseudo Barnabas in the context of Muslim-Christian
Apologetics, dalam Al-Mushir XVl (1474). hlm. 123-126.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Dalam daftar ini dimuat judul-judul buku dalam bahasa Indonesia,
Inggris dan Belanda. Melalui kepustakaan tersebut orang dapat
memperoleh lebih banyak bahan bacaan dalam bahasa lain.

Dengan dicantumkannya judul-judul dalam daftar ini sama sekali tidak


berarti bahwa kedua pengarang buku ini menyetujui isinya.
Terbitan naskah-naskah

Ragg, Lonsdale and Laura, The Gospel of Barnabas, edited and translated
from the Italian Ms. in the Imperial Library at Vienna, Oxford, 1907.
Dalam buku ini dimuat juga seluruh naskah asli dalam bahasa Italia,
dengan terjemahannya dalam bahasa Inggris, dan kata pengantar yang
panjang lebar.

J. Bachtiar Affandie, Indjil Barnaba, Djilid ke-I, Djakarta, 1969.

Husein Abubakar -- Abubakar Basjmeleh, Indjil Barnabas, terjemahan


dalam bahasa Indonesia, Bandung, 1970. Dengan Mukaddimah yang
panjang lebar oleh Dr. Khalil Saadah, dari tahun 1908, dan Mukaddimah
oleh Sajid Muhammad Rasjid Ridha, kedua-duanya dari Kairo.

Rahnip M, B.A., Terjemah Injil Barnabas, dengan diberi notasi ayat-ayat


Qur'an, Surabaya" 1980.
Bacaan-bacaan lain

C. Abbas, "Mahmud al 'Aqqad, The Gospel of Barnabas", Al-Akhbar,


Cairo, 26-10-1959; dicetak ulang dalam Al-Sharq wa-l-Gharb, Vol. 56,
no. 10, December 1959, hlm. 364-368; diterjemahkan oleh K. Cragg
dalam The News Bulletin of the Near East Christian Council, Eastertide
1961, hlm. 9-12.

Ali Ya'kub Matondang, Injil Barnaba benarkah merupakan suatu fitnah?


Suara Muhammadiyah, tahun ke-57, no. 6, 7, 8 (1977).

Bergema, H. Het 'evangelic naar Barnabas', dalam Christus prediking in


de wereld, studies op het terrein van de zendingswetenschap gewijd aan
de nagedachtenis van Prof. Drk Johan Herman Bavinck, Kampen, 1965.

Durrani, M.H., The Gospel versus the Gospels, Muslim News


International, 1975, Januari, hlm. 14-17 dan Februari, hlm. 25-28.
End, Th.v.d., Sejarah perjumpaan gereja dengan Islam, STTh Jakarta,
1976, hlm. 115-121.

Fletcher, J.E., The Spanish Gospel of Barnabas, Novum Testamentum,


Vol. XVIII (1976), hlm. 314-320.

Kritzingerk, J.W.J., A critical study of the Gospel of Barnabas, Religion


in Southern Africa, Vol. 1, no. 1, 1980. hlm. 49-65 Mirza Masum Beg,
The Gospel of Barnabas, Rawalpindi, 1973

Musaddad, K.H.A., Kedudukan Injil Barnabas menurut pandangan Islam,


Bandung, 1970.

The Muslim World, Vol. XIII, no. 3, July 1923, hlm. 277-281, editor The
Epiphany.

Peerbhai, Adam, Missing documents from the Gospel of Barnabas,


Islamic Institute, Durban (sekitar 1973).

Pines, Shlomo, The Jewish Christians of the Early Centuries of


Christianity according to a New Source, The Israel Academy of Science
and Humanities Proceedings, Vol. II, no. 13, Jerusalem, 1966.

Selim abd-ul Ahad and Temple Gairdner, Gospel of Barnabas, An Essay


and Enquiry, Madras, 1908. Terbitan baru buku ini dikerjakan oleh J.
Slomp dan diterbitkan oleh Henry Martin Institute of Islamic Studies,
Hyderabad, India, 1975.

Sjalaby, Dr. Ahmad, Perbandingan Agama, Bahagian Agama Masehi,


Djakarta, 1961, hlm. 104-111.

Slomp, J., Pseudo-Barnabas in the context of Muslim-Christian


Apologetics, Christian Study Centre, 1974.

Slomp, J., The Pseudo-Gospel of Barnabas, Muslim and Christian


evaluations, Bulletin, Secretariatus Pro non Christianis, 1976, XI/I
(1976), hlm. 68-77, Roma. Karangan tersebut diterbitkan juga dalam
Encounter, Documents for Muslim-Christian Understanding, No. 18, Oct.
1977, Roma
Slomp, J., The Gospel in Dispute, A critical evaluation of the first French
translation with the Italian text and introduction of the so-called Gospel
of Barnabas, Islamochristiana IV, 1978, hlm. 67-111, Roma.

Suasso, H., S.J., Sekedar tjatatan mengenai "Indjil Barnabas". Orientasi,


tahun III, Djanuari 1971, himk 78-86, Jogjakarta.

Syrjanen, S., Dialogue between Muslims and Christians, Obstacles in the


Pakistani Situation, Temenos, Studies in Comparative Religion, presented
by Scholars in Denmark, Finland, Norway and Sweden, Vol. 12, 1976,
hlm. 117-124.

Anda mungkin juga menyukai