Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Pengertian Narkoba


Narkoba (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya) merupakan obat
atau bahan atau zat yang jika diminum, dihisap, ditelan, atau disuntikkan, akan
berpengaruh terutama pada kerja otak dan sering menyebabkan ketergantungan.
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Kombes Pol Pur Drs M. Wresniwiro (2007,
18), bahwa “istilah narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika,
dan zat (bahan adiktif) lainnya, yang dapat mengakibatkan penurunan atau
perubahan kesadaran, dan dapat menimbulkan ketergantungan”.
Penyalah-gunaan narkoba menyebabkan kerja otak berubah, demikian pula
fungsi vital organ tubuh lainnya (jantung, peredaran darah, pernafasan dan lain-
lain). Juga akan mengakibatkan perubahan pikiran, perasaan, dan tingkah laku
pemakainya serta menyebabkan gangguan fisik dan psikis juga kerusakan susunan
syaraf pusat, bahkan sampai menyebabkan kematian. 
Anwar (http://baharuddien_anwar.blogspot.com,2008) berpendapat bahwa
”narkoba adalah istilah yang dikenal di masyarakat juga digunakan dalam istilah
aparat penegak hukum, sehingga penggunaan, pembuatan, dan peredarannya
diatur dalam undang-undang. Maka barang siapa yang melanggarnya akan
mendapatkan hukuman”. 
Sedangkan istilah NAPZA atau NAZA sering digunakan dalam bidang
kedokteran. Hal ini diungkapkan juga oleh Joewana (2006:5) bahwa “NAPZA
atau NAZA adalah istilah dalam dunia pengobatan, dan yang termasuk NAPZA
adalah obat, bahan, atau zat yang tidak diatur dalam Undang-undang, tetapi
menimbulkan ketergantungan dan sering disalah-gunakan”.
Di masa Rasulullah SAW tidak dikenal istilah narkoba, namun secara
tersirat hukum narkoba telah dijelaskan oleh Rasulullah. 
Khamr adalah bahasa Arab yang asal katanya “khamara” yang artinya menutupi.

1
Sama seperti halnya yang telah dijelaskan oleh Umar bin Khatab
(Muhammad,www.google.co.id,2008) bahwa “khamr itu artinya menutup atau
menghilangkan akal. Jadi, narkoba diidentikkan sebagai khamr, karena keduanya
sama-sama dapat menutup atau menghilangkan akal”.
Terlebih lagi Rasulullah saw mensinyalir bahwa suatu saat khamr akan ada
dengan nama yang bervariasi. Sebagaimana hadits riwayat Ibnu Majjah, bahwa
“tidak akan kiamat sebelum umat nabi Muhammad meminum khamr dengan
menggunakan nama lain”.
  Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa narkoba termasuk khamr.
Keharaman khamr (narkoba) tidak terbatas banyak atau sedikit, jika banyak
memabukkan, maka sedikitpun tetap haram meskipun yang sedikit itu tidak
memabukkan.
Pelarangan khamr dilakukan melalui beberapa tahapan. Hal ini dilakukan
karena orang-orang pada zaman itu hidup dalam kultur budaya peminum khamr.
Maka sangatlah sulit dan berat bagi mereka untuk menerima larangan dengan
meninggalkan tradisi mereka itu secara mutlak. Sehingga, pensyari’atan hukum
dalam pelarangan khamr dilakukan secara bertahap hingga sampai kepada
pengharaman khamr secara mutlak.

2.1.2 Penggolongan Narkoba


Menurut Wresniwiro (2007:19) jenis-jenis narkoba terbagi kepada tiga
bagian:
a. Narkotika, adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menurunkan dan merubah
ingatan atau kesadaran. Hawari (2004: 43) berpendapat, ada beberapa jenis
narkotika yang sering disalah-gunakan, diantaranya:
1. Ganja, mengandung zat kimia yang disebut deta-g-tetrahidolcalbinol (THC).
Ganja dapat mempengaruhi indra pendengaran dan penglihatan,
menghilangkan konsentrasi dalam berpikir, denyut nadi cenderung
meningkat, keseimbangan dan koordinasi tubuh menjadi buruk, mudah
ketakutan, mudah panik, depresi, kebingungan, dan sering berhalusinasi.

2
2. Opium, berasal dari getah pohon candu yang menyebabkan pelambatan dan
kekacauan pada saat berbicara, kerusakan penglihatan, kerusakan pada hati
(liver), dan ginjal.
3. Shabu-shabu dan kokain, crystal berisi methamphetamine yang
menyebabkan tubuh bertahan segar bugar untuk waktu tertentu, selalu
merasa bersemangat, gelisah, tidak bisa diam, tidak nafsu makan, paranoid,
fungsi liver terganggu.
4. Putaw, heroin yang merupakan zat psychoactive kuat dan menimbulkan
ketergantungan yang amat tinggi. Putaw berbentuk bubuk berwarna putih
sampai coklat tua.
b. Psikotropika, biasa digunakan oleh psikiater untuk menyembuhkan orang gila,
orang yang ingin melakukan bunuh diri dan lain-lain. Efek sampingnya bisa
menyebabkan kematian.

c. Zat Adiktif, Etil alkohol yang terdapat dalam zat adiktif, mempunyai efek
menekan aktivitas susunan syaraf pusat. 

Sedangkan bentuk dan wujud narkoba, menurut Al-Ghifari (2003: 14),


terbagi kepada dua wujud, yaitu:
a. Narkotika alam
Narkotika alam merupakan jenis nature dedaunan dan getah yang tekhnis
penggunaannya sangat praktis, yang terdiri dari
1. Bentuk daun, misalnya: ganja, wujudnya mirip daun teh kering, warnanya
hijau kecoklatan.
2. Bentuk getah, misalnya cannabis, wujudnya cairan kental, warnanya
coklat tua.
b. Narkotika synthetic
Naerkotika syntetic merupakan jenis narkoba yang diolah secara kimiawi,
terdiri dari:
1. Bentuk cairan, misalnya: morphine, wujudnya mirip cairan alkohol murni,
warnanya bening.

3
2. Bentuk tablet atau kapsul, misalnya: tablet cosadon, warnanya merah
muda, megadon, warnanya putih, rohypnool, warnanya putih, kapsul
Nembutal, warnanya kuning, trandene 10, warnanya kuning tua.
3. Bentuk serbuk, misalnya morphine dan heroin putih, wujudnya mirip
tepung, warnanya putih.

2.1.3. Cara kerja narkoba

“Narkoba berpengaruh pada bagian otak yang bertanggung jawab atas


kehidupan perasaan, yang disebut sistem limbus, dan di dalamnya terdapat
hypothalamus (pusat kenikmatan pada otak”. (Wresniwiro, 1999: 78) 
Narkoba menghasilkan perasaan fly (berangan-angan) dengan mengubah
susunan biokimia molekul pada sel otak yang disebut neuron-transmitter.
Dapat dikatakan, otak bekerja sesuai keinginan. Otak kita memang
dilengkapi alat untuk menguatkan rasa nikmat dan menghindarkan rasa sakit atau
tidak enak, guna membantu kita memenuhi kebutuhan dasar manusia, seperti rasa
lapar, haus, rasa hangat, dan tidur. Jika kita lapar, otak menyampaikan pesan agar
mencari makanan yang kita butuhkan. Kita berupaya mencari makanan itu, dan
menempatkannya di atas segala-galanya. Kita rela meninggalkan kegiatan lain,
demi memperoleh makanan itu.
Senada dengan pendapat di atas, Yatim (1991:5) mengungkapkan “jika
mengkonsumsi narkoba, otak akan membaca tanggapan pecandu. Jika merasa
nikmat, otak mengeluarkan neo transmitter yang menyampaikan pesan untuk
mengulangi pemakaiannya. Jika memakai narkoba lagi, pecandu kembali merasa
nikmat, seolah-olah kebutuhan tersebut terpuaskan. Otak akan merekamnya
sebagai sesuatu yang harus dicari sebagai prioritas”.
Akibatnya, otak membuat program yang salah, seolah-olah pecandu
memang memerlukannya sebagai pertahanan diri, maka terjadilah kecanduan.

4
2.2 PEMBAHASAN MASALAH
2.2.1 Permasalahan Narkoba
“Di dunia, United Nations Office on Drugs and Crimes (UNODC)
memperkirakan pada tahun 2000-2001 di seluruh dunia terdapat sekitar 200 juta
orang penyalah-guna narkoba, diantaranya 163 juta orang penyalah-guna ganja,
34 juta orang penyalah-guna amphetamine, 8 juta orang penyalah-guna ecstasy,
14 juta orang penyalah-guna kokain, 15 juta orang penyalah-guna jenis-jenis
opium (10 juta orang diantaranya terdapat penyalah-guna heroin)”. (SADAR no
IX, 2007:6)
Sementara permasalahan narkoba di dunia internasional menunjukkan
keadaan stabil. Demikian pula situasi permasalahan narkoba di negara-negara
tetangga yang sudah mulai menunjukkan keadaan terkendali. Sebaliknya di tanah
air penyalah-gunaan narkoba terus menunjukkan peningkatan tajam, seperti yang
tercermin dari fakta dan angka-angka dibawah ini:
a. Tahun 2001 dan 2002, terungkap masing-masing satu buah laboratorium dan
pabrik ecstasy besar, yang mengidentifikasikan telah beralih nya posisi
Indonesia dari sebagai wilayah sasaran peredaran narkoba gelap menjadi
wilayah produksi. 
b. Tahun 2003. Di Cipondoh Tangerang terungkap satu buah laboratorium gelap
ecstasy terbesar di dunia yaitu milik Ang Kim Soey.
c. Tahun 2005. Lima buah laboratorium dan pabrik percetakan ecstasy dan
shabu gelap yang besar di ungkap dan digerebek, di berbagai tempat di
Indonesia dan salah satunya ketiga terbesar di dunia, yaitu terungkap di
Cikande Serang Banten, milik Benny Sudrajat.
d. Tahun 2006. Terungkap empat buah laboratorium dan pabrik ecstasy, dan
menjelang tahun 2007, sebanyak 955 kg shabu terungkap di Teluk Naga
Tangerang.

2.2.2 Penyalahgunaan Narkoba


Sebagian remaja menyalahgunakan narkoba adalah sebagai jalan keluar
untuk menghindar dari kesulitan hidup dan konflik-konflik batin yang berat.

5
Pada umumnya mereka yang biasa hidup mewah, tidak bisa menghadapi
masalah-masalah berat, kurang mendapat sentuhan iman dan akhlak, disamping
itu jiwanya sangat labil sehingga pada saat dirinya dihadapkan pada berbagai
macam kesulitan yang berat yang tidak mereka bayangkan sebelumnya,
sementara itu dia tidak mampu menyelesaikannya, maka pada akhirnya pada
penyalah-gunaan narkoba, sebagai jalan untuk mencari penenang dari rasa
ketakutan dan kerisauan hatinya.
Namun hal ini bukan berarti remaja yang tidak terbiasa dengan
kemewahan tidak akan terjerumus ke dalam penyalah-gunaan narkoba, karena
jika mereka mau, narkoba akan mudah didapat, disebabkan harganya yang
terjangkau.  
Ada tiga faktor yang saling berinteraksi yang mendorong remaja
menyalahgunakan narkoba, diantaranya adalah:
1. Faktor Individu 
Penyebab terpenting dalam masalah penyalah-gunaan narkoba adalah
karena seseorang harus bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.
Penyalah-gunaan narkoba dipengaruhi oleh keadaan mental, fisik, dan psikis
seseorang. Kondisi mental seperti gangguan kepribadian, depresi, dan
gangguan mental dapat memperbesar kecenderungan seseorang untuk
menyalahgunakan narkoba.
Dalam dokumen BNK Samarinda (Kompas, 2007) disebutkan bahwa
“faktor yang menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba, salah satunya
adalah faktor dari individu itu sendiri antara lain: emosional dan mental serta
perasaan rendah diri”.
Pada masa-masa ini biasanya remaja ingin lepas dari segala aturan-aturan
dari orang tua mereka. Dan akhirnya sebagai tempat pelarian yaitu dengan
menyalahgunakan narkoba. Lemahnya mental seseorang akan lebih mudah
dipengaruhi oleh perbuatan-perbuatan negatif yang akhirnya menjurus pada
penyalah-gunaan narkoba. 

6
2. Faktor lingkungan 
Penyebab remaja menyalahgunakan narkoba yang berasal dari lingkungan
dibagi menjadi tiga bagian:
a. Lingkungan Keluarga 
Rasa cinta kasih sayang yang tidak merata terhadap anak, mungkin
disebabkan karena kelahiran anak yang tidak dihendaki orang tuanya atau
karena disharmonis di dalam keluarga yang menyebabkan anak merasa
diterlantarkan oleh orang tuanya. 
Muhyidin (2004:23) menambahkan bahwa “orang tua yang sibuk, kurang
memberi teladan yang baik dan kurang mengetahui tentang cara-cara mendidik
yang baik menyebabkan anak kurang terbina sehingga anak rentan terhadap
penyalah-gunaan narkoba”.
Selain itu, orang tua yang kurang memberikan dasar agama, mental, budi
pekerti serta disiplin dan tanggung jawab yang baik. Sehingga anak mudah
dipengaruhi oleh hal-hal negatif.
Faktor lainnya yang menjadi faktor pendorong adalah “berasal dari sikap
orang tua yang terlalu protektif terhadap anaknya. Biasanya, hal itu membuat
anak merasa kurang percaya diri dan kurang rasa harga diri pada anak”. (Al-
Ghifari, 2003:17)
Atau cara berkomunikasi yang keliru pada anak, seperti meremehkan
pendapat, mengancam, selalu mengkritik tapi tidak mau menerima saran, dan
lain-lain. Hal tersebut dapat memicu anak berlaku menyimpang dengan
mencoba narkoba.
b. Lingkungan Sekolah 
Adanya dorongan dan paksaan dari teman sebaya, menyebabkan individu
harus mencicipi sedikit dari barang haram tersebut, namun karena adanya
rasa ketagihan sehingga individu pun akhirnya terjerumus ke dalamnya.
Menurut Zainab Al-Ghazali (2000:40), ”hal tersebut disebabkan kurangnya
perhatian dari pihak-pihak yang bersangkutan, sehingga narkoba lebih mudah
masuk ke dalam lingkungan sekolah. Juga karena tidak adanya interaksi antara

7
guru dan murid, sehingga guru kurang mengetahui masalah anak di luar proses
belajar mengajar”.
c. Lingkungan Masyarakat 
“Faktor-faktor lingkungan masyarakat masih kurang menguntungkan bagi
perkembangan remaja, diantaranya remaja kurang diikutsertakan dalam
keorganisasian masyarakat, cara pendekatan yang kurang tepat, kurang teladan
yang positif dari masyarakat” (Soedarsono, 1989: 31). 
Tidak terpenuhinya kehendak remaja menyebabkan minat dan bakatnya
disalurkan kepada hal-hal yang kurang wajar, salah satunya dengan
menyalahgunakan narkoba. 

Di zaman modern sekarang ini peredaran narkoba semakin pesat,


sehingga penyalah-gunaan narkoba kini bukan hanya dikonsumsi oleh remaja
di kota-kota besar saja, melainkan remaja di pedalaman. 
Dan menurut Martono dan Joewana (2006:20), ada lima faktor utama
penyebab seseorang rawan terhadap narkoba. Diantaranya:

a. Keyakinan Adiktif 
Di dalam kamus bahasa Indonesia (Pratiwi, 2005: 90) “Keyakinan adiktif
adalah keyakinan tentang diri sendiri, tentang orang lain dan dunia sekitarnya”.
Semua keyakinan itu menentukan perasaan-perasaan, kepribadian, dan
perilakunya sehari-hari. Beberapa keyakinan yang menjadi pendorongnya
adalah: saya harus sempurna dan tampil sempurna, saya harus menguasai dan
mengendalikan orang lain atau keadaan, saya harus memperoleh yang saya
inginkan, dan sebagainya.
b. Kepribadian Adiktif
Di antara ciri-ciri dari kepribadian adiktif, adalah terobsesi pada diri
sendiri, kurangnya jati diri, hidup tanpa makna dan tujuan, tidak mampu
mengendalikan emosi, depresi, dan sebagainya.
c. Ketidakmampuan Menghadapi Masalah
Banyak orang yang tinggal dalam keadaan yang salah dan keliru, sedikit
sekali orang yang dapat dijadikan teladan, sehingga mereka tidak terlatih untuk
menyelesaikan masalah secara baik dan benar. Sebaliknya mereka lebih suka

8
menyelesaikan masalah pada saat itu juga, yang langsung dapat memuaskan
keinginannya.
d. Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Emosional, Sosial, dan Spiritual
Banyak orang tidak memperoleh kebutuhan yang seharusnya diterima,
yaitu penerimaan tanpa syarat, keakraban, rasa aman, makna dan tujuan hidup,
kemandirian dan kegembiraan. Ketidakmampuan mengatasi masalah dan
toleransi terhadap stress, frustasi, kesepian, yang menjadi pemicu untuk
mencari pemuasan, pelampiasan, dan rasa nyaman hanya dengan
mengkonsumsi narkoba.
e. Kurangnya Dukungan Sosial
Tanpa dukungan sosial yang memadai dari keluarga, sekolah, masyarakat,
ketidakmampuan menghadapi masalah, menyebabkan remaja mencari
penyelesaiannya pada narkoba.
Selain itu, ada tiga alasan yang menyebabkan remaja menyalahgunakan
narkoba, diantaranya:

a. Anticipatory beliefs, yaitu anggapan bahwa jika memakai narkoba orang akan
menilai dirinya hebat, dewasa, mengikuti mode, dan sebagainya.
b. Reliefing beliefs, yaitu keyakinan bahwa narkoba dapat digunakan untuk
mengatasi ketegangan, kecemasan, dan depresi akibat stress.
c. Facilitative beliefs, yaitu keyakinan bahwa penggunaan narkoba merupakan
gaya hidup atau kebiasaan karena pengaruh zaman atau perubahan nilai
sehingga dapat diterima (Ramayulis, 1996: 17)

2.2.3 Penanggulangan dan Pencegahan Terhadap Penyalahgunaan


Narkotika
Mengingat sudah menjamurnya  pengaruh Narkoba diberbagai kalangan
khususnya remaja, maka Pencegahan dan Penanggulangan terhadap
Narkoba sangatlah penting, guna untuk menjaga generasi penerus bangsa.

2.2.3.1 Penanggulangan terhadap Narkotika

9
a. Peran Orang Tua dalam Penanggulangan Narkoba

 Komunikasi, sering berbicara antar orang tua dan anak,


dengan memberikan informasi tentang resiko penggunaan dan
penyalahgunaan Narkoba atau obat-obat terlarang.
 Dengarkan, jadilah pendengar yang baik bagi orang tua bila
anak-anak sedang berbicara mengenai tekanan antar sebaya mereka,
maka anak akan mendukung dalam penolakan terhadap Narkoba.
 Jadilah Contoh Yang baik, mencontohkan pengaruh buruk
terhadap anak, khususnya ketergantungan kepada obat terlarang, akan
berdampak sangat buruk bagi perkembangan hidupnya, dan efeknya
akan lebih cepat untuk kecanduan Narkoba.
 Jagalah keharmonisan keluarga, memperkuat hubungan
dalam keluarga itu sangat diperlukan, karena bila anak dikucilkan
dalam keluarga, maka dia akan merasa asing, sendirian dan biasanya
obat terlaranglah sebagai penghilang rasa sakit yang diderita oleh si
anak.
b. Peer Education atau Pendidikan di kalangan anak muda
Cara ini telah menjadi populer di berbagai Negara sebagai metode
pendidikan dan pencegahan narkoba bagi anak muda. Program ini
beroperasi pada prinsip bahwa anak muda yang lebih mungkin untuk
bisa menyebarkan informasi serta pendekatan lainnya dikalangan kaum
muda lainnya. Pendidik dalam program ini, melatih khusus agar
informasi positif bisa menyebar secara luas di lingkungan anak-anak
muda.
2.2.3.2 Pencegahan terhadap Kecanduan Narkotika
a. Detoksifikasi
Cara terbaik untuk mencegah kecanduan terhadap Narkoba adalah
dengan tidak mengkonsumsi kembali obat-obat terlarang tersebut.
Keturut andilan pihak dokter, layanan masyarakat, dan keluarga untuk
memberikan penjelasan secara detail efek dari penggunaan obat
terlarang dalam dosis berlebih terhadap tubuh kita. Apabila bagi pasien

10
yang perlu mengambil lebih banyak dosis diluar yang telah dianjurkan
karena penyakit kambuh kembali, sebaiknya konsultasikan terlebih
dahulu kepada dokter. Tidak lupa pula pencegahan terhadap kecanduan
dilakukan dengan menggunakan metode rehabilitasi.
b. Pencegahan Lanjutan Setelah Detoksifikasi
 Konseling,  pasien atau keluarga melakukan konsultasi kepada
psikolog, atau psikiater, nah kegiatan ini dapat membantu si pasien
terhindar dari kecanduan obat-obatan, kebiasaan atau prilaku terapi
yang dijalankan akan membantu si pasien apabila terjadi kambuh atau
penarikan kembali terhadap obat-obatan.
 Program Perawatan, program perawatan ini termasuk
pendidikan umum dan sesi terapi yang difokuskan pada pembentukan
ketenangan dan pencegahan kecanduan kembali.
 Self help groups meeting, seperti pertemuan kelompok
khusus untuk ketergantungan obat Narkoba tingkat satu. Dengan
sharing secara personal permasalahan yang terjadi dapat meningkatkan
harga diri dari si pasien, sehingga dapat mencegah dari kecanduan
Narkoba.

11

Anda mungkin juga menyukai