SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Rukhil Isnaini
NIM 1314981106
i
2004
ii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Hari : Kamis
Tanggal : 25 Maret 2004
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Pembimbing II
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Persembahan
iv
PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberi
kurangnya motivasi belajar pada siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan,
terlihat dari sikap siswa yang kurang menyenangi suatu pelajaran tertentu, sering
datang terlambat, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, acuh tak acuh
pada saat proses pelajaran berlangsung, anak belajar tanpa persiapan dan kurang
berkaitan dengan persepsi siswa tentang layanan pembelajaran yang kurang baik.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tersusunnya skripsi ini bukan
hanya atas kemampuan dan usaha penulis semata, namun juga berkat bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-
1. Drs. A.T Sugito, SH., MM, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah
2. Drs. Siswanto, Dekan FIP UNNES yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Drs. Suharso, M.Pd, Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling, FIP UNNES,
v
4. Dra. Awalya, M.Pd, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
skripsi.
8. Para guru dan karyawan SLTP Negeri I Doro Pekalongan, berkenan memberi
sampel penelitian.
10. Bapak Ibu tercinta, yang telah memberikan kasih sayang, rasa manis seperti
madu, dan doa seperti air yang mengalir tanpa henti dalam mendukung
11. Mas Nasrudin, Mas Nasrumin, Mas Imam, Mbak Afifah, Dik Fifi dan Dik
12. Rekan-rekan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca semua.
Penulis
vi
SARI
vii
diperoleh thitung (-0.204) dengan probabilitas 0.839 > α = 0.05, yang berarti
motivasi belajar siswa dalam kategori rendah, yang berarti keinginan belajar siswa
ingin mengetahui seluk beluk masalah masih kurang, kurang kesadaran kemauan
senang membaca, kurang tekun menghadapi tugas, kurang ulet menghadapi
kesulitan, minat terhadap suatu masalah belajar masih rendah, dan kurang senang
bekerja mandiri Hasil analisis regresi diperoleh F hitung sebesar 73.809 dengan
probabilitas 0.000 < α = 0.00, yang berarti ada pengaruh yang signifikan persepsi
layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa di kelas II SLTP Negeri 1
Doro Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004.
Simpulan dalam penelitian ini adalah: 1) Persepsi siswa kelas II SLTP
Negeri 1 Doro Pekalongan dalam aktegori rendah, 2) Motivasi belajar siswa kelas
II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan dalam kategori rendah. 3) Ada pengaruh
persepsi siswa tentang layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa.
Berkaitan dengan hasil penelitian ini dapat disarankan pada guru BK: 1) Kepada
guru BK, hendaknya dapat mengubah persepsi siswa tentang layanan
pembelajaran menjadi lebih baik, dengan cara memperdalam materi layananan
seperti cara belajar yang efektif, strategi menghadapi tes, cara efektif
menggunakan waktu, meringkas buku bacaan dan cara mengikuti pelajaran yang
diberikan dengan pemberian contoh-contoh konkrit. 2) Berdasarkan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang cara penyampaian
guru pembimbing pada saat menyampaikan materi layanan dalam kategori rendah,
maka hendaknya mengedepankan kejelasan, kedalaman materi, penampilan,
kesiapan guru, dan penyampaian materi lebih ditikberatkan pada cara dan
kebiasaan belajar yang positif.
viii
DAFTAR ISI
ix
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Motto dan Persembahan................................................................................... iii
Prakata ............................................................................................................. iv
Sari ................................................................................................................... vi
Daftar Isi........................................................................................................... viii
Daftar Tabel ..................................................................................................... x
Daftar Gambar.................................................................................................. xii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xii
x
2.7.............................................................................................. T
ujuan Bimbingan Belajar ............................................................ 20
2.8.............................................................................................. L
ayanan Pembelajaran .................................................................. 22
2.9.............................................................................................. T
eknik Pelaksanaan Layanan Pembelajaran ................................. 24
2.10............................................................................................ P
ersepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran ............................ 25
xi
2.11............................................................................................ K
erangka Berpikir ......................................................................... 29
2.12............................................................................................ H
ipotesis ........................................................................................ 30
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Jumlah Populasi ......................................................................................... 31
2. Ukuran Sampel........................................................................................... 32
3. Indikator Skala Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran................ 35
4. Kriteria Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran ............................ 36
5. Indikator tentang Motivasi Belajar............................................................. 37
6. Kriteria Motivasi Belajar............................................................................ 38
7. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran........ 44
8. Tingkat Persepsi Siswa tentang Cara Penyampaian Guru dalam
Memberikan Layanan................................................................................. 46
9. Tingkat Persepsi Siswa tentang Materi Layanan Pembelajaran ................ 47
10. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar ....................................................... 48
11. Distribusi Frekuensi Motivasi Instrinsik.................................................... 49
12. Distribusi Frekuensi Motivasi Ekstrinsik................................................... 49
13. Rata-rata Tingkat Persepsi (dalam %) tentang Layanan Pembelajaran ..... 51
14. Hasil Uji t ................................................................................................... 51
15. Rata-rata Tingkat Motivasi Belajar............................................................ 52
16. Hasil Uji t ................................................................................................... 52
17. Hasil Persamaan Regresi............................................................................ 53
18. Hasil Uji F.................................................................................................. 54
19. Hasil Uji R-Square ..................................................................................... 55
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
2. Kerangka Berpikir...................................................................................... 30
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Kisi-Kisi Ujicoba Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran ......... 63
2. Ujicoba Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran ......................... 64
3. Kisi-Kisi Ujicoba Skala Motivasi Belajar .............................................. 67
4. Ujicoba Skala Motivasi Belajar .............................................................. 68
5. Analisis Hasil Ujicoba Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran.. 72
6. Perhitungan Validitas Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran ... 73
7. Perhitungan Reliabilitas Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran 74
8. Analisis Hasil Ujicoba Skala Motivasi Belajar ...................................... 76
9. Perhitungan Validitas Skala Motivasi Belajar........................................ 77
10. Perhitungan Reliabilitas Skala Motivasi Belajar .................................... 78
11. Instrumen Skala Psikologi Persepsi tentang Layanan Pembelajaran ..... 80
12. Instrumen Skala Motivasi Belajar .......................................................... 83
13. Data Hasil Penelitian Persepsi tentang Layanan Pembelajaran.............. 86
14. Data Hasil Penelitian Motivasi Belajar................................................... 90
15. Uji Normalitas Data Persepsi tentang Layanan Pembelajaran ............... 94
16. Uji Normalitas Data Motivasi Belajar .................................................... 95
xv
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Kampus Sekaran Gunungpati Gd. A2 Telp (024) 3562685 Semarang
Yang bertanda tangan di bawah ini dosen pembimbing skripsi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang menerangkan:
Nama : Puan Maharani
NIM : 1314000010
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
Judul Skripsi : Hubungan antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Anak
Asuh Angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran
2005.
Telah selesai bimbingan dan siap ujian di hadapan sidang penguji Skripsi Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan Bimbuingan dan Konseling
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan dan ingin melakukan hal-hal untuk dan oleh
pada orang lain dalam membuat keputusan. Jadi seseorang dikatakan mandiri
apabila mampu menentukan keputusan yang berkaitan dengan dirinya dan sesuai
dengan keinginannya.
Seseorang yang mandiri akan mengutamakan apa yang bisa ia lakukan sendiri
daripada menerima bantuan orang lain. Seseorang yang mandiri akan merasa
sendiri, dan perasaan otonomi diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri
seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam dan tidak
terpengaruh orang lain. Sejalan dengan pendapat itu Kartini Kartono (1985:21)
tersebut menghadapi masalah. Bila masalah itu dapat diselesaikan sendiri tanpa
meminta bantuan dari orang tua dan akan bertanggung jawab terhadap segala
keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan maka hal ini
secara sendiri dan bertanggung jawab tanpa bantuan dari orang lain yang ditandai
dengan sifat bebas, progresif, ulet, inisiatif dan pengendalian diri dari dalam.
Kemandirian dalam penelitian ini lebih difokuskan dalam hal kehidupan sehari-
Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan
xviii
kehidupan keluarga akan mempengaruhi perkembangan keadaan kemandirian
anak.
Dalam penelitian ini akan lebih ditekankan pada anak asuh di lingkungan
memberikan pelayanan yang bersifat bimbingan sosial, mental dan fisik serta
keterampilan kerja. Di Panti Asuhan ini terdapat berbagai macam jenis anak asuh,
antara lain: anak putus sekolah terlantar berumur 15-21 tahun yang belum
masalah sosial seperti anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah,
tidak mandiri sampai dengan yang mandiri. Partisipasi aktif di Panti Asuhan
berarti kesadaran dan tanggung jawab, tidak saja terciptanya perkembangan dan
yang dari kalangan keluarga ekonomi lemah akan terlihat lebih menunjukkan
sikap mandiri daripada mereka yang berasal dari keluarga mampu. Menurut Sriati
xix
proses pembelajaran. Dengan signifikan dan positifnya pengaruh antara
sosial dan keterampilan kerja sebagai satu kesatuan. Yang dimaksud keterampilan
pencaharian.
nantinya akan diberikan kepada anak asuh, kegiatan itu meliputi otomotif (montir
sepeda motor dan mobil), penjahitan (menjahit dan bordir), pertukangan las
(keterampilan salon, tata boga, tata graha, tata busana, dan home industri). Selain
Pancasila dan bela negara), budi pekerti, mental kerohanian/agama, olah raga dan
kesenian. Mereka terbagi dalam 4 kelas besar, tetapi didalam kelas tersebut
xx
bekal hidup di lingkungan bermasyarakat dan juga sikap kemandirian yang sudah
keterampilan mereka. Ketika diberikan tugas oleh instruktur, mereka kurang dapat
memahami sehingga ada siswa yang mampu berusaha sendiri tetapi ada juga yang
bergantung dengan temannya. Mereka hanya menunggu hasil dari temannya dan
tidak mau berusaha sendiri. Melihat hal tersebut maka orang tua asuh yang berada
dikarenakan dalam diri anak kurang memiliki inisiatif dan sikap mandiri.
positif dalam diri anak asuh. Menurut B. Purwanto dalam tesis (2002:60) konsep
diperoleh dalam hidup. Individu memandang diri dan dunianya dari segi yang
karena mereka selalu khawatir akan menemui kegagalan, individu seperti ini
kebanyakan tidak bahagia dalam hidupnya. Setiap individu pasti memiliki sebuah
konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimilikinya itu
negatif atau positif. Sikap dan keyakinan individu terhadap dirinya menentukan
xxi
keberhasilan yang dicapainya. Konsep diri yang dimiliki anak asuh tersebut sangat
Menurut Burns (1993:4) konsep diri sebagai objek yang paling penting
aspek tingkah laku, bertindak menengahi baik sebagai perangsang maupun respon.
secara singkat dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah pandangan dan sikap
dapat digunakan sebagai dasar dalam berperilaku dan menyesuaikan diri. Maka
dari itu sebagai inti atau dasar kepribadian, konsep diri berpengaruh terhadap ciri-
ciri individu dalam bertingkah laku serta cara-cara bertindak dalam melakukan
bergantung dengan konsep diri, yaitu pandangan dan sikap individu terhadap diri
sendiri.
beda antara individu yang satu dengan yang lain, ada yang mempersepsikan
xxii
memperhatikan sikap dan tingkah lakunya, seperti rendah hati, percaya diri, selalu
berusaha sesuai dengan kemampuannya dan sebagainya. Tetapi ada juga yang
memandang dirinya negatif dan tidak realistis atau tidak menerima eksistensi
merasa dirinya lebih pintar, merasa dirinya terlalu jelek, merasa paling disukai,
merasa pendek, merasa tidak berguna dan sebagainya. Semua sikap dan tingkah
ketidakmampuan dalam memahami dirinya. Disini konsep diri yang ada dalam
dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri
sehingga dapat mengarahkan dirinya dalam segala kegiatan. Konsep diri positif
bukanlah suatu kebanggaan yang besar tentang diri tetapi lebih berupa penerimaan
diri. Anak asuh yang memiliki konsep diri positif dia dapat memahami dan
Dalam hal ini dia dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu
mengintrospeksi diri atau lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan
yang dimiliki.
dengan baik maka secara tidak langsung sikap kemandiriannya akan muncul.
Namun anak asuh yang mempunyai konsep diri negatif, ia tidak memiliki
perasaan kestabilan dan keutuhan diri, juga tidak mampu mengenal dirin baik dari
segi kelebihan maupun kekurangannya atau apa yang ia hargai dalam hidupnya.
xxiii
Informasi baru tentang diri hampir pasti menjadi penyebab kecemasan, rasa
ancaman terhadap diri. Oleh karena itu anak asuh yang memiliki konsep diri
konsep dirinya yang kokoh dengan mengubah atau menolak informasi baru
dirinya.
Asuhan tersebut terlihat anak yang konsep dirinya positif tidak memiliki sikap
mandiri begitu pula sebaliknya anak yang konsep dirinya negatif memiliki sikap
B. Permasalahan
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut diatas maka permasalahan yang
xxiv
2. Bagaimanakah gambaran kemandirian anak asuh angkatan I di Panti
3. Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada anak
asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005 ?
C. Tujuan Penelitian
asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005.
D. Manfaat Penelitian
pertimbangan dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling di Panti Asuhan yang
xxv
a. Memberi bahan rujukan kepada pihak Panti Asuhan mengenai gambaran konsep diri dan
kemandirian anak asuh untuk mempermudah dalam menangani masalah anak asuh
tersebut.
b. Memberi bahan acuan kepada pihak Panti Asuhan dalam memahami hubungan antara
E. Penegasan Istilah
1. Konsep diri
diri ini memiliki tiga dimensi antara lain: pengetahuan tentang diri sendiri,
pengharapan tentang diri sendiri, dan penilaian tentang diri sendiri (James F
Calhoun,1995:67).
2. Kemandirian
otonom, sehingga perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan pada diri sendiri dan
perasaan otonom diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang
yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena pengaruh orang
3. Panti Asuhan
xxvi
kesejahteraan sosial kepada anak putus sekolah dan dalam keadaan
terlantar, guna penumbuhan dan pengembangan keterampilan-
keterampilan sosial dan kerja, sehingga mereka dapat berfungsi
sebagai anggota masyarakat yang terampil dan aktif berpartisipasi
secara produktif dalam pembangunan (Petunjuk Teknis Kesejahteraan
Sosial Anak Terlantar Melaui Panti Sosial Bina Remaja,1995:2).
F. Sistematika Skripsi
Bab I : Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian,
Bab II : Landasan teori yang memuat pengertian kemandirian, ciri-ciri kemandirian, faktor-
faktor kemandirian, proses terbentuknya kemandiriran, pengertian konsep diri, isi konsep diri,
karakteristik konsep diri, pembentukan dan perkembangan konsep diri, hubungan antara konsep
Bab III : Metodologi penelitian yang memuat populasi, sampel, variabel penelitian, validitas dan
Bab IV : Hasil penelitian, pada bab ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian yang sudah
dilakukan.
BAB II
LANDASAN TEORI
xxvii
Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar Melaui Panti Sosial Bina
Remaja,1995:2).
xxviii
d. Pusat Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Anak remaja putus sekolah SLTP dan SLTA berasal dari keluarga
kurang mampu dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia putra/putri
c. Belum menikah
d. Tidak bekerja
f. Berkelakuan baik
intelegen
orang lain
orang lain.
Ciri-ciri kemandirian menurut Lindzey & Ritter, 1975 dalam Hasan Basri
(2000:56) berpendapat bahwa individu yang mandiri mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi
xxx
b. Secara relatif jarang mencari pertolongan pada orang lain
d. Menghargai waktu
e. Tanggung jawab
kesuksesan
e. Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif terhadap tugas dan
xxxi
1. Usia
6. Interaksi sosial
xxxii
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam
mencapai kemandirian seseorang tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang
mendasari terbentuknya kemandirian itu sendiri. Faktor-faktor ini mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kehidupan yang selanjutnya akan
menentukan seberapa jauh seorang individu bersikap dan berpikir cara
mandiri dalam menjalani kehidupan lebih lanjut.
4. Proses Terbentuknya Kemandirian
xxxiii
positif akan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian dan
sebaliknya individu yang memiliki konsep diri negatif akan menilai dirinya
sendiri kurang atau cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain.
pandangan tentang totalitas psikis, sosial dan fisik tentang dirinya yang
(Jalaludin Rahmat,1986:99). Konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan dan
apa yang kita rasakan tentang diri kita sendiri. Komponen konsep diri antara
lain: 1) Komponen kognitif yang disebut juga citra diri (Self Image),
komponen ini berhubungan dengan pikiran. Citra diri (Self Image) ini
kedudukan dan peran sosial, kesukaan orang lain pada dirinya. 2) Komponen
xxxiv
afektif yang sering disebut juga harga diri (Self Esteem), komponen ini
gambaran dan penilaian positif terhadap diri sendiri dapat digunakan sebagai
dasar berperilaku dan menyesuaikan diri. Maka dari itu sebagai inti atau dasar
Sementara itu Livesly dan Barmly (1973) seperti yang dikutip Burns
(1993:211). Mendeskripsikan isi konsep diri dalam kategori-kategori sebagai
berikut:
a. Penampilan
b. Identitas diri
xxxv
c. Persahabatan
d. Keluarga dan pertalian keluarga
e. Pemilikan
f. Sifat kepribadian secara umum
g. Tingkah laku yang spesifik
h. Minat dan hobi
i. Keyakinan akan nilai-nilai
j. Sikap terhadap diri
k. Hubungan dengan lawan jenis
l. Perbandingan dengan orang lain
masyarakat
xxxvi
d. Ia cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain
xxxvii
konsep dirinya itu secara kokoh dengan cara mengubah atau menolak
informasi baru dari lingkungannya.
4. Pembentukan dan Perkembangan Konsep Diri
xxxviii
Jadi jelas kiranya bahwa konsep diri terbentuk dari hasil kerjasama
antara pembentukan konsep diri pada tahap primer dengan tahap sekunder,
namun terbentuknya konsep diri sekunder ditentukan oleh konsep diri
primernya. Ketika seseorang memasuki jenjang keremajaannya, maka ia
mengalami begitu banyak perubahan dalam dirinya. Sikap-sikap atau tingkah
laku yang ditampilkannya juga akan mengalami perubahan dan sebagai
akibatnya sikap orang lain terhadap dirinya juga berubah-ubah
menyesuaikan dengan perubahan yang terampil dalam dirinya. Oleh karena
itu dapat dimengerti bahwa konsep diri pada seorang remaja cenderung
untuk tidak konsisten dan hal ini disebabkan karena sikap orang lain yang
dipersepsikan oleh si remaja itu juga berubah. Tetapi melalui cara ini, si
remaja mengalami suatu perkembangan konsep diri sampai akhirnya ia
memiliki suatu konsep diri yang konsisten. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin bertambah luasnya pengalaman yang diperoleh
individu, maka akan semakin bertambah pula aspek yang akan turut
mewarnai konsep diri dan juga semakin bertambah tinggi kemandiriannya.
xxxix
mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya mereka yang
memandang dan menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung menggantungkan
dirinya pada orang lain.
Menurut B. Purwanto dalam tesis (2002:60) konsep diri penting artinya
berperilaku, tetapi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidup. Individu
memandang diri dan dunianya dari segi yang positif dan menyenangkan, pada
memandang diri dan dunianya dari kacamata seram akan cenderung tidak
hidupnya. Setiap individu pasti memiliki sebuah konsep diri, tetapi mereka tidak
tahu apakah konsep diri yang dimilikinya itu negatif atau positif. Sikap dan
Konsep diri yang dimiliki anak asuh tersebut sangat berpengaruh pada perilaku
mereka di lingkungannya.
xl
konsep diri seseorang sangat berhubungan dengan kemandirian, yaitu keyakinan
terhadap dirinya sendiri yang diyakini benar dan bisa dipertanggung jawabkan.
Paradigma hubungan antara konsep diri dengan kemandirian sangat
luas. Seperti banyak anggapan yang ada bahwa masa remaja adalah saat-saat
yang dipenuhi dengan berbagai macam perubahan dan terkadang tampil sebagai
masa yang tersulit dalam kehidupannya sebelum ia kemudian memasuki dunia
kedewasaan. Perubahan yang dialami seseorang tidak saja menyangkut
perubahan yang dapat teramati secara langsung, misalnya perubahan tinggi
badan, berat badan, wajah ataupun tingkah laku tetapi juga menyangkut
perubahan yang lebih halus yang tidak dapat dengan segera teramati, misalnya
konsep diri (Singgih D Gunarso,1983:236).
Tentang pengertian konsep itu sendiri maka kita harus dapat
membedakannya dengan kepribadian. Kepribadian itu terbentuk berdasarkan
penglihatan orang lain terhadap diri saya sendiri, jadi pandangan dari luar.
Konsep diri sebaliknya merupakan sesuatu yang ada dalam diri saya sendiri, jadi
pandangan dari dalam. Atau dengan kata lain kepribadian adlah orang lain
melihat saya dan konsep diri adalah saya melihat diri saya sendiri. Baik konsep
diri maupun kepribadian merupakan sesuatu yang sifatnya statis. Pada penelitian
ini akan lebih difokuskan pada hal konsep diri. Seperti telah dikemukakan diatas
bahwa konsep diri merupakan pendapat kita mengenai diri kita sendiri dan
seperti konsep-konsep lainnya maka konsep tentang diri juga hanya terdapat
dalam pikiran seseorang dan bukan dalam realitas yang konkrit. Walaupun
demikian, nyatanya konsep diri mempunyai pengaruh yang besar terhadap
keseluruhan perilaku yang ditampilkan seseorang terutama dalam hal
kemandiriannya.
Konsep diri meliputi seluruh pandangan individu terhadap dimensi
masa yang potensial untuk mengembangkan konsep diri, sebab masa remaja
tingkah laku yang ditampilkannya juga akan mengalami perubahan dan sebagai
xli
kemampuan penyesuaian diri seseorang sangat bergantung dengan konsep diri,
Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa konsep diri pada seorang remaja
cenderung untuk tidak konsisten dan hal ini disebabkan karena sikap orang lain
yang dipersepsikan oleh si remaja juga berubah. Tetapi melalui cara ini, si remaja
diri. Apabila pada masa remaja individu tidak mendapat kesempatan untuk
konsep dirinya.
xlii
Akantetapi biasanya mereka lebih memilih hal-halyang menguntungkan bagi
dirinya dibandingkan dengan hal yang merugikan dirinya.
Kemandirian seorang remaja sangat berpengaruh pada sikap dan
perilakunya didalam lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga dan
masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan
hidup akan membentuk kepribadiannya, dalam hal ini kemandiriannya.
Lingkungan sosial yang mempunyai kebiasaan baik dalam melaksanakan tugas-
tugas dalam kehidupan mereka, demikian pula keadaan dalam kehidupan
keluarga akan mempengaruhi perkembangan keadaan kemandirian anak.
E. Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Variabel Penelitian
xliii
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang manjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto,1997:97). Dalam penelitian ini
mengenai variabel penelitian akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Identifikasi variabel
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu
sebagai berikut:
a. Konsep diri merupakan variabel bebas. Dimana variabel ini merupakan
dengan ‘Y’
3. Definisi Operasional
dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan
xliv
dan apa yang kita rasakan tentang diri kita sendiri. Komponen konsep diri antara
lain:
1. Komponen kognitif
Komponen kognitif sering disebut juga citra diri (Self Image), komponen
ini berhubungan dengan pikiran. Citra diri (Self Image) ini meliputi:
2. Komponen afektif
Komponen afektif sering disebut juga harga diri (Self Esteem), komponen
b. Kemandirian
2. Ulet
Komponen ini tampak dari usaha untuk mengejar prestasi, tekun berusaha
untuk mewujudkan harapan-harapannya.
xlv
3. Inisiatif
1. Populasi
2. Sampel
2. Setuju (S)
3. Ragu-ragu (R)
Setiap jenis respons mendapat nilai sesuai dengan arah pernyataan yang
bersangkutan yaitu:
Arah dari pernyataan: (SS) (S) (R) (TS) (STS)
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
Dengan dasar objek skala dalam penelitian ini serta rambu-rambu
penyusunan skala psikologi tersebut diatas maka dapat disusun rancangan atau
kisi-kisi instrumen peneliltian. Adapun kisi-kisi penelitian itu sebagai berikut:
xlvii
a.6 Kesukaan
26,28 27,30, 5
orang lain
32
b. Harga diri pada dirinya
29,31, 33,35 5
(afektif) b.1 Perasaan
37
38,40,
34,36 5
b.2 Penyesuaian 42
diri 39,41,
43,47 5
45
b.3 Penerimaan
(44),49 46,48, 5
diri
50
b.4 Penghargaan
b.5 Pujian
2. Ke a. Bebas a.1 Tindakan 51,(53) 52,54 4
mandiri yang
an dilakukan
atas usaha
sendiri 55,57 56,58 4
a.2 Memiliki
sikap tidak
tergantung
59,61 60 3
dengan
b. Ulet
orang lain
b.1 Pribadi yang
62 (63),65 3
memiliki
ketekunan
b.2 Memiliki 67,69
64,66 4
usaha untuk
mewujudkan 71,73
68,70 4
c. Inisiatif harapannya 75,77
72,74 4
b.3 Tidak mudah
79,(80)
putus asa 76,78 4
xlviii
c.1 Kreatif
81,83 82,84, 5
c.2 Memiliki ide
85
yang banyak
d. Pengendalia
c.3 Berusaha
n diri
untuk maju 86 87,88 3
d.1 Mampu
menyelesai
kan masalah
89,91 90 3
92,(94), 93,95 5
d.2 Mampu
96
e. Kemantapan mempenga
diri ruhi
lingkungan 98,100 4
97,99
e.1 Menerima
diri
e.2 Percaya
terhadap
kemampuan
sendiri
e.3 Merasa puas
atas
usahanya
Jumlah 50 50 100
Keterangan ( ) = Item yang tidak dipakai
E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
xlix
b. Caranya untuk menguji validitas internal yaitu dengan cara
mengkorelasikan skor per butir item dan skor total, dengan rumus product
moment (r xy ) sebagai berikut:
N ∑ XY − ( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
{N ∑ X 2 − ( ∑ X ) 2 }{N ∑ Y 2 − ( ∑ Y ) 2 }
Keterangan:
r xy = Koefisien validitas dalam hitungan
N = Jumlah anggota sampel
∑ X = Jumlah keseluruhan skor pada suatu item
∑ Y = Jumlah keseluruhan skor total
∑ XY = Jumlah keseluruhan ‘X’ dikalikan ‘Y’
∑ X 2 = Jumlah keseluruhan ‘X’ yang telah dikuadratkan
∑ Y 2 = Jumlah keseluruhan ‘Y’ yang telah dikuadratkan
c. Reliabilitas instrumen yang diukur dengan pendekatan konsistensi internal,
yang dilakukan dengan menggunakan satu kali pengisian skala psikologi
yang dikenakan hanya untuk satu kali pengisian pada kelompok subyek
(single-trial administrasion) (Syaifuddin Azwar,2000:42). Perhitungan
koefisiennya dengan rumus alpha (r 11 ), rumusnya sebagai berikut:
k ∑δ h
2
r 11 = 1 −
k − 1 δ t2
Keterangan:
r 11 = Koefisien reliabilitas
k = Jumlah item soal
ρ = 1-
n(n 2 − 1)
Keterangan:
ρ = Koefisien korelasi Spearman Rank
Dari analisa rumus diatas untuk menginterpretasikan perlu
dibandingkan dengan tabel nilai-nilai rho. Koefisien korelasi Spearman Rank
diketahui mempunyai korelasi atau hubungan antara variabel ‘X’ dan ‘Y’ setelah
dibandingkan dengan hasil rho hitung lebih besar dari rho tabel, hal ini berarti
hipotesis (Ha) diterima.
BAB IV
li
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
konsep diri dan kemandirian. Sebelum instrumen digunakan untuk pengambilan data,
instrumen tersebut layak digunakan yaitu valid dan reliabel atau tidak.
Skala psikologi konsep diri dan kemandirian yang terdiri dari 100 item, setelah
terdapat 8 item yang tidak valid, yakni item no 1, 3, 25, 44, 53, 63, 80 dan 94 karena
koefisien korelasi dari delapan item tersebut lebih kecil dari rtabel = 4,444 untuk α = 5%
dengan N = 20.
reliabilitas sebesar 0,721. pada taraf kesalahan 5% dengan n = 20 dieroleh harga rtabel=
0,444. karena koefisien reliabilitas lebih besar dari nilai rtabel, dapat dinyatakan bahwa
item-item soal yang tidak valid tersebut di buang dan yang valid diurutkan kembali
Gambaran tentang konsep diri anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira
Adi Karya Ungaran tahun 2005 berdasarkan jawaban skala psikologi pada lampiran
diperoleh rata-rata skor sebesar 154,9 dengan persentase skor 67,34 dan termasuk
kategori cukup baik. Lebih jelasnya tentang konsep diri dari masing-masing anak
lii
asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 dapat disajikan
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Konsep Diri Anak Asuh Panti Asuhan Wira Adi
Karya.
Pada tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa sebagian besar anak asuh di Panti
Asuhan Wira Adi Karya Ungaran (61.25%) memiliki konsep diri dalam kategori
cukup baik, sedangkan selebihnya yaitu 38.75% dalam kategori baik. Lebih jelasnya
konsep dari anak asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 terebut
Gambar 4.1 Bagan Distribusi Frekuensi Konsep Diri Anak Asuh di Panti Asuhan
Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005.
Secara lebih rinci, hasil analisis deskriptif tentang konsep diri anak asuh
angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 ditinjau dari
Tabel 4.2 Deskripsi Tiap Indikator Konsep Diri Anak Asuh di Panti Asuhan Wira
Adi Karya.
liii
I. Citra Diri 5628 8800 63.95 Cukup baik
a Kecerdasan 868 1200 72.33 Baik
b Kepercayaan 973 1600 60.81 Cukup baik
c Daya tarik fisik 995 1600 62.19 Cukup baik
d Tujuan hidup 1029 1600 64.31 Cukup baik
e Kedudukan dan peran sosial 768 1600 66.50 Cukup baik
Kesukaan orang lain pada
f dirinya 795 1200 66.25 Cukup baik
angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 telah masuk dalam
kategori cukup baik. Hal tersebut didukung oleh baiknya kecerdasan, cukup baiknya
kepercayaan diri, daya tarik fisik, tujuan hidup, kedudukan dan perasaan serta
kesukaan orang lain pada diri anak asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran.
Sedangkan faktor harga diri siswa telah masuk dalam kategori baik. Hal ini didukung
oleh perasaan, penyesuaian diri, dan penerimaan diri pada anak asuh yang telah baik.
Dari hasil tersebut menunjukan bahwa diantara faktor citra diri dengan harga diri
yang paling mendukung konsep diri anak asuh adalah faktor citra diri anak asuh di
Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran perlu ditingkatkan agar konsep diri mereka
juga meningkat dari kategori cukup baik menjadi baik ataupun sangat baik.
Adi Karya Ungaran tahun 2005 berdasarkan jawaban skala psikologi pada lampiran
diperoleh rata-rata skor sebesar 148,2 dengan persentase sor 64,42% dan termasuk
kategori cukup baik. Lebih jelasnya tentang kemandirian dari masing-masing anak
asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 dapat
liv
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemandirian Anak Asuh Panti Asuhan Wira Adi
Karya.
anak asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya (71.25%) memiliki kemandirian dalam
kategori cukup baik, sedangkan selebihnya yaitu 28,75% dalam kategori baik. Lebih
jelasnya kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran
Gambar 4.2 Bagan Distribusi Frekuensi Kemandirian Anak Asuh di Panti Asuhan
Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005.
Secara lebih rinci, hasil analisis deskriptif tentang kemandirian anak asuh
angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 ditinjau dari tiap-
Tabel 4.4 Deskripsi Tiap Indikator Kemandirian Anak Asuh di Panti Asuhan
Wira Adi Karya.
No Sub Variabel/Indikator Skor Skor % Kriteria
Total Maks.
lv
1. Bebas 1537 2800 54.89 Cukup baik
a Tindakan yang dilakukan atas 709 1200 59.08 Cukup baik
usaha sendiri
b Memiliki sikap tidak tergantung 828 1600 51.75 Kurang baik
pada orang lain
2. Ulet 2088 3600 58.00 Cukup baik
a Pribadi yang memiliki ketekunan 664 1200 55.33 Cukup baik
Memiliki usaha untuk mewujudkan
b harapannya
Tidak mudah putus asa 533 800 66.63 Baik
c 891 1600 55.69 Baik
asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 yaitu selalu
bertindak atas usaha sendiri dan tidak tergantung pada orang lain masuk dalam
kategori cukup baik, sifat ulet yaitu memiliki ketakutan, memiliki usaha untuk
mewujudkan harapannya dan tidak mudah putus asa masuk dalam kategori cukup,
faktor inisiatif yaitu kreatif, memiliki ide yang banyak, dan berusaha untuk maju
masuk dalam kategori baik, faktor pengendalian diri yang terdiri dari kemampuan
lingkungan masuk dalam kategori cukup baik, dan faktor kematangan diri yang
terdiri penerimaan diri, kepercayaan terhadap diri sendiri masuk dalam kategori
cukup baik, perasaan puas atas usahanya masuk dalam kategori baik. Dari hasil
tersebut menunjukan bahwa faktor yang paling menunjang kemandirian anak asuh di
lvi
Panti Asuhan Wira Adi karya Ungaran adalah faktor insiatif anak asuh yang telah
baik, sedangkan perlu diperhatikan agar kemandirian anak asuh dapat meningkat
menjadi baik ataupun sangat baik adalah faktor kebebasan, keuletan, pengendalian
3. Pengujian Hipotesis
Sebagaimana dinayatakan dalam bab II, hipotesis dalam penelitian iji adalah
“Ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di Panti
Dalam rangka menguji hipotesis kerja (Ha) tersebut maka dinyatakan hipotesis
nihil (Ho) sebahai berikut :” Tidak ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian
anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005”.
korelasi 0,6106. Uji signifikansi koefisien korelasi yang diperoleh tersebut dilakukan uji
Z. berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran diperoleh Zhitung = 5,43 > Ztabel = 1,96.
Karena Zhitung > Ztabel maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut
signifikan sehingga hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi “ Tidak ada hubungan antara
konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya
Ungaran tahun 2005” ditolak dan menerima hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi ” Ada
hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan
Bentuk hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I
di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 merupakan hubungan yang positif,
hal ini ditunjukan dari harga koefisien korelasi yang diperoleh bertanda positif. Lebih
jelasnya bentuk hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di
Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
lvii
Gambar 4.3 Bagan Bentuk Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kemandirian Anak
Asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya.
Berdasarkan gambar 4.3 di atas terlihat bahwa semakin tinggi konsep diri siswa
maka akan semakin tinggi pula kemandirian siswa maka akan semakin rendah pula
kemandiriannya.
B. Pembahasan
Konsep diri merupakan gambaran penilaian terhadap diri sendiri yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam berperilaku dan menyesuaikan diri. Maka dari itu sebagai inti
atau dasar kepribadian, konsep diri berpengaruh terhadap ciri-ciri individu dalam bertingkah
laku serta cara-cara bertindak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa anak asuh angkatan I di Panti
Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 memiliki konsep diri yang masuk dalam
kategori cukup baik. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar dari mereka yang masih
meragukan daya tarik fisiknya, belum memiliki tujuan hidup yang pasti, belum mampu
berperan aktif dalam lingkungan sosialnya di panti asuhan maupun di masyarakat, serta belum
mampu menempatkan dirinya secara baik untuk dapat menarik simpati orang lain pada
dirinya. Dengan konsep diri yang belum optimal tersebut, maka dapat menghambat
kemandirian anak.
lviii
Ditinjau dari kemandiriannya, ternayata anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira
Adi Karya Ungaran tahun 2005 telah memiliki kemandirian yang cukup baik. Hal ini
ditunjukan dari tingkah laku anak yang mulai melakukan sesuatu atas usahanya sendiri dan
sedikit demi sedikit melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang lain. Mereka juga
cukup ulet yaitu tekun dalam mewujudkan harapannya yaitu mulai berusaha untuk maju
dengan mengembangkan ide-ide dan daya kreatifitasnya. Pengendalian gejolak dalam dirinya
juga mulai terlihat dengan adanya usaha dari mereka untuk dapat menyelesaikan masalahnya
sendiri. Kemantapan diri mereka jugta mulai terlihat yaitu mereka mulai percaya dengan
kemampuan dirinya dan akan merasa puas jika usaha yang dilakukannya berhasil. Hasan Basri
(2000:53) menegaskan bahwa seseorang yang mandiri akan mengutamakan apa yang bisa ia
lakukan sendiri daripada menerima bantuan orang lain dan akan merasa bangga bila dapat
BAB V
lix
SIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan
terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kemandirian anak
b. Saran-saran
pengenalan diri bagi anak asuh agar konsep diri mereka menjadi positif
masa depannya
keterampilan pada anak asuh saja tetapi juga harus bisa memahami dan
lx
4. Bagi instruktur sebaiknya bisa mengajarkan kepada anak asuh tentang apa
lxi