SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
PUTU PURNARETNA SUKMANTI
NIM. 1314000042
1
2
ABSTRAK
BAB I
3
PENDAHULUAN
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
anak. Selain itu keluarga juga merupakan fondasi primer bagi perkembangan
satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang
pribadi, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan, sehingga anak tumbuh dan
akan tampak dalam hubungan sikap dan perilaku antara kedua orang tua dan
satu faktor tersebut yaitu suasana psikologis yang dirasakan oleh seluruh
anggota keluarga.
Perilaku terjadi dalam suasana, situasi, atau, kancah tertentu. Ini berarti
bahwa perilaku tidak dapat dipahami jika terlepas dari konteks, dan
“Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya" demikian kata sebuah
peribahasa, artinya anak yang dilahirkan dan suatu keluarga tidak sama
dengan anak dari keluarga lain, baik dari sikap maupun perilakunya. Keluarga
sebagai unit terkecil adalah ladang asal mula tumbuh dan berkembangnya
individu.
keluarga lain, bahkan mungkin tidak sama dengan yang berlaku di sekolah.
terlalu mengatur dan selalu ingin terlibat dengan kepentingan anak, terlalu
ketat, terlalu bebas dan sebagainya tentunya akan berpengaruh terhadap pola
perilaku anak.
yang mandiri dan memiliki kepribadian yang mantap, mencakup kondisi fisik dan
demikian pendidikan dapat dipandang sebagai suatu upaya yang berkaitan dengan
6
potensial.
tentunya berawal dari “di mana lingkungan itu berasal". Lingkungan yang
harapan dari orang tuanya untuk menjadi individu yang mandiri dan
bertanggung jawab, di sisi lain kadang mereka merasa tidak mampu untuk
yang tidak mendukung atau tidak memberikan perasaan nyaman bagi anak
untuk tumbuh menjadi individu vang mandiri. Sering anak tidak mampu
tuntutan dan perlakuan yang diterima dari lingkungan keluarganya. Dalam hal
ini, anak akan memiliki gambaran diri yang positif ataupun negatif tergantung
pada bagaimana cara anak memandang dirinya dan menyerap berbagai pola
gambaran diri atau konsep diri bagi anak tersebut dalam upayanya untuk
suatu iklim yang kurang sehat di dalam rumah, sehingga anak merasa tidak
7
berdaya dan memunculkan perilaku yang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Kondisi atau iklim di dalam rumah yang dirasakan oleh anak akan
dengan gambaran diri yang telah terbentuk oleh lingkungan keluarganya. Bila
iklim di dalam rumah dan keluarganya dirasakan memadai anak akan mampu
gambaran diri yang positif, tetapi sebaliknva jika iklim kehidupan dalam
konsep diripun dalam keluarga turut menentukan perilaku anak atau individu.
perilaku. Dengan kata lain perilaku individu akan sesuai dengan cara individu
atau suasana lingkungan membentuk konsep diri yang positif bagi individu,
dirinya. Bila salah satu di antara keduanya dapat terpenuhi, akan dapat
memunculkan suatu gambaran diri atau konsep diri individual yang ideal, bila
tidak terpenuhi diduga akan memunculkan pola sikap atau perilaku individu
Melihat kenyataan yang ada dan dialami oleh siswa di Sekolah Menengah
Atas Negeri I Kejobong, bahwa siswa dengan keluarga yang harmonis (utuh)
konsep dirinya sudah berbeda dengan siswa yang keluarganya tidak harmonis.
Siswa dengan latar belakang keluarga harmonis, cara bertingkah laku dan
berpandangan selalu positif, seperti mematuhi aturan/ tata tertib yang berlaku di
sekolah, sopan, rajin, menghormati orang lain dan lain-lain. Berbeda dengan
siswa yang berlatar belakang keluarga yang tidak/ kurang harmonis, maka
konsep diri siswa menjadi negatif, yang hal tersebut dapat dilihat dalam setiap
tata tertib sekolah lebih besar. Sikap dalam pergaulannya kasar, kurang bisa
harmonis biasanya orang tua penuh perhatian, kasih sayang, memberikan waktu
harmonis dalam keluarga antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga
yang lain. Dengan kondisi keluarga yang harmonis tersebut akan membentuk
konsep diri anak yang positif. Berbeda dengan keluarga yang tidak/ kurang
harmonis, dengan orang tua yang kurang perhatian, kurang kasih sayang serta
membentuk anak denagn konsep diri yang negatif. Karena biasanya apa yang
dilakukan dan diperbuat oleh anak adalah sesuai dengan apa yang ia pernah dan
belajarnya yang utama dan pertama adalah keluarga, sehingga hasil belajar dari
adapula yang buruk. Maka dari itu suatu keluarga yang harmonis akan
membentuk konsep diri anak menjadi baik, dan sebaliknya keluarga yang tidak/
kurang harmonis akan membentuk konsep diri yang tidak baik pada anak.
anak, serta kemungkinan munculnya gambaran sikap atau konsep diri yang
positif maupun negatif sebagai dampak dari suasana atau iklim kehidupan
PELAJARAN 2004/2005.
B. Perumusan Masalah
sebagai berikut:
2004/2005.
C. Tujuan Penelitian
2004/2005.
2004/2005.
11
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritik
2. Praktis
kemampuannya.
c. Bahan rujukan bagi orang tua siswa (melalui konsultasi dengan guru
E. Sistematika Skripsi
Sistematika Skripsi.
BAB II, Berupa Landasan Teori yang memuat teori-teori tentang Hubungan
BAB III, Metode Penelitian, yang meliputi Populasi dan Sampel Penelitian,
BAB IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi tentang penyajian
data secara garis besar kemudian dianalisis, sehingga data yang ada
mempunyai arti.
BAB V, Simpulan dan Saran, bab ini memuat tentang kesimpulan secara
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Keharmonisan Keluarga
Pengertian Keluarga
dengan manusia lainnya. Adanya sifat sosial yang dimiliki oleh masing-masing
Salah satu ikatan sosial yang paling dasar adalah keluarga. Keluarga
merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat yang terbentuk dari
suatu hubungan yang tetap untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkaitan dengan
keorang tuaan dan pemeliharaan anak. Keluarga juga merupakan organisasi terbatas
yang di dalamnya terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang berintegrasi dan
adalah persatuan antara dua orang atau lebih yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan
anak. Terjadinya persatuan ini adalah oleh adanya pertalian perkawinan sehingga ada
(1994: 10) mengemukakan pengertian keluarga yaitu, suatu kelompok dari orang-
pengertian keluarga adalah unit sosial yang paling kecil dalam masyarakat yang
dalam masyarakat itu. Apabila seluruh keluarga sudah sejahtera, maka masyarakat
keluarga yaitu, bahwa keluarga adalah kesatuan dari pribadi-pribadi yang ada
terdapat lima ciri khas yang menandai adanya suatu keluarga yaitu:
fungsi dan peranan keluarga dalam masyarakat maupun fungsi dan peranan
masing-masing keluarga serta pertanggungjawaban yang diemban oleh keluarga.
Sayekti Pujosuwarno (1994: 11) mengemukakan bahwa terdapat empat
unsur yang terkandung dalam keluarga, yaitu:
Keluarga merupakan perserikatan hidup antara manusia yang paling dasar dan
kecil.
Perserikatan itu paling sedikit terdiri dari dua orang dewasa yang berlainan jenis
kelamin.
Adakalanya keluarga hanya terdiri dari seorang laki-laki saja atau seorang
Keluarga sebagai suatu unit yang terkecil dari suatu masyarakat yang dalam
proses kehidupannya harus dapat menjalankan tugas dan fungsinya. Keluarga
mempunyai banyak fungsi dalam proses pelaksanaannya satu sama lain saling
berkaitan, dan fungsi yang satu melengkapi fungsi yang lainnya. Menurut Muhamad
Isa Soeleman (1994: 84-115) terdapat berbagai fungsi keluarga yang harus diterapkan
dalam kehidupan suatu keluarga. Fungsi-fungsi tersebut yaitu:
a. Fungsi Edukasi
Pelaksanaan fungsi edukasi keluarga merupakan salah satu tanggung jawab yang harus dipikul oleh
orang tua. Keluarga sebagai salah satu unsur pendidikan merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama bagi anak. Dalam kedudukannya ini, maka wajarlah bila kehidupan keluarga sehari-hari pada
saat tertentu menjadi situasi pendidikan yang dihayati oleh anak-anak, sehingga situasi keluarga akan
Pendidikan di dalam keluarga merupakan fondasi yang sangat penting bagi masa depan anggota
keluarga terutama anak. Keluarga yang mempunyai fondasi pendidikan yang kuat akan memberikan
berbagai macam ilmu pengetahuan bagi anggota keluarga (anak) menuju masa depan yang lebih
cerah. Dengan pendidikan yang ada di dalam keluarga akan membantu suatu keluarga untuk menjadi
lebih kondusif, karena didasari oleh pengetahuan dan persepsi yang sama. Jadi pendidikan terhadap
17
anak-anak dalam keluarga akan mempunyai pemahaman terhadap pribadinya sendiri secara lebih
baik.
b. Fungsi Sosialisasi
Tugas keluarga dalam mendidik anak tidak saja mencakup pengembangan individu agar
menjadi yang mantap, akan tetapi pula mempersiapkannya menjadi anngota masyarakat yang
baik. Dalam pelaksanaan fungsi ini, keluarga mempunyai kedudukan sebagai penghubung
antara anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial dengan masyarakat lain. Fungsi
sosialisasi terhadap anak, dilakukan orang tua untuk membantu anak dalam menemukan
Di dalam keluarga harus terdapat fungsi sosialisasi, dimana fungsi itu akan menjadi pedoman
bagi anggota keluarga terutama anak-anaknya. Fungsi sosialisasi akan menjadikan anak
menjadi manusia yang berjiwa sosial. Keluarga (orang tua) harus memberikan wawasan
terhadap anak tentang fungsi manusia sebagai mahluk sosial, dimana ia tidak dapat hidup
sendiri. Adanya fungsi sosialisasi yang baik dalam keluarga akan mewujudkan anak
mempunyai pemahaman terhadap konsep dirinya kearah yang lebih baik di dalam kehidupan
bermasyarakat.
Perlindungan ini dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada anggota keluarga
terutama anak, sehingga anak mampu mengembangkan dirinya dan menampilkan peranannya,
Keluarga (orang tua) harus melindungi kebutuhan jasmani dan rokhani anak-anaknya, agar
anak merasa nyaman di dalam lingkungan keluarganya. Orang tua tidak boleh membiarkan
anak-anaknya merasa terancam atau tidak nyaman didalam keluarga. Hal ini akan
memberikan efek negatif terhadap pribadi anak. Dengan adanya perlindungan yang baik dari
keluarga, anak akan merasa tenang dimana perlindungan yang di dapatnya dari keluarga
(orang tuanya) tidak hanya dirasakan di dalam kehidupan keluarganya saja, tetapi juga dapat
Anak sangat peka terhadap iklim emosional yang terdapat dalam keluarga. Kehangatan yang
terpancar dari seluruh gerakan, ucapan, mimik wajah serta perbuatan orang tua merupakan
bumbu pokok dalam pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga. Hal ini mengandung
implikasi bahwa dalam menghadapi dan bergaul dengan anak, orang tua hendaknya
memahami, mampu menangkap dan turut merasakan apa yang dirasakan anak serta
bagaimana persepsi anak tentang orang tua dan lingkungan tempat anak tinggal.
Fungsi afeksi di dalam keluarga adalah sesama anggota keluarga (orang tua) saling menjaga
perasaan masing-masing anggota keluarga yang lain (anak-anaknya), dengan tidak meluapkan
emosi secara berlebihan, terutama di depan anak, agar perasaannya terjaga. Di dalam keluarga anak
seharusnya dilibatkan di setiap situasi dalam keluarga, seperti memusyawarahkan hal-hal yang
terjadi di dalam keluarga sehingga anak merasa diakui dan dihargai keberadaannya. Adanya
pengakuan terhadap anak di dalam berbagai keadaan akan memberikan pemahaman yang benar
terhadap konsep diri anak, karena konsep diri anak sudah terbentuk sejak anak berada di dalam
keluarganya.
e. Fungsi Religius
dan mengajak anak serta anggota keluarga lainnya kepda kehidupan beragama. Tujuannya
bukan sekedar untuk mengetahui kaidah-kaidah agama, melainkan untuk menjadi insan
beragama, sebagai abdi yang sadar akan kedudukannya sebagai makhluk yang diciptakan-
Nya.
Fungsi religius mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kehidupan keluarga, karena
fungsi ini memberikan wawasan pengetahuan tentang agama terhadap anak, selain itu agama
merupakan pegangan bagi hidup kita. Fungsi ini harus ditanamkan sejak dini, agar anak lebih
mendalami terhadap agamanya, dan agama dapat membantu individu (anak) sebagai pegangan
hidup di dalam mengarungi kehidupannya. Dengan demikian dalam diri anak akan muncul
kesadaran dalam beragama dan terbentuk suatu sikap untuk melaksanakan kewajibannya
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
f. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi yang sangat vital dalam berlangsungnya kehidupan tersebut. Dalam
pelaksanaan fungsi ekonomis keluarga terdapat berbagai kemungkinan yang akan menambah
saling pengertian, solidaritas dan tanggung jawab bersama dalam keluarga. Bila dalam
keluarga tidak diimbangi oleh saling pengertian dan kehidupan keluarga yang harmonis, maka
dapat saja timbul ekses yang negatif karena tidak didukung oleh pelaksanaan fungsi ekonomis
yang baik.
19
kehidupan berumah tangga. Fungsi ini berperan penting untuk menunjang kelangsungan
kehidupan dalam keluarga. Keluarga dengan kebutuhan ekonomi yang cukup akan
berbeda jika suatu keluarga dengan ekonomi yang pas-pasan (kurang), dengan keadaan seperti
ini biasanya kehidupan keluarga kurang harmonis, karena ada salah satu fungsi yang tidak
dapat terpenuhi. Dengan ekonomi yang baik akan memberikan bekal kepada anak untuk
mengembangkan dirinya dengan baik, karena kebutuhan anggota keluarga tercukupi. Dengan
adanya hal ini, yaitu kebutuhan yang terpenuhi, menjadikan anak akan mempunyai konsep diri
g. Fungsi Rekreasi
Keluarga memerlukan suasana yang mampu mengakrabkan satu sama lain dan mampu
menghubungkan antar anggota keluarga untuk saling mempercayai, bebas dari ketakutan, bebas dari
beban yang memberatkan dan diwarnai suasana santai, rekreasi memberikan keseimbangan atas
pengeluaran energi yang dikeluarkan setelah melakukan tugas sehari-hari yang rutin bahkan sangat
monoton sehingga menimbulkan kebosanan.
Fungsi rekreasi sangat penting untuk memberikan suasana yang lebih santai namun penuh keakraban
dalam suatu keluarga. Keluarga yang memenuhi fungsi ini secara baik, akan memberikan dukungan
yang baik terhadap anak-anaknya. Dengan demikian adanya fungsi rekreasi yang baik di dalam
kehidupan keluarga akan memberikan pemahaman konsep diri terhadap anak secara baik.
pendidikan pertama bagi individu, tentunya akan berhubungan dengan sejauh mana
tumbuh dan berkembang secara optimal. Keharmonisan keluarga dapat terlihat dan
tercermin dari sikap dan pandangan akan hidup, kegemaran dan pola kepribadian para
anggota di dalamnya.
bukanlah sebagai obyek tetapi subyek yang diperlakukan sebagai partner keluarga,
anak di tengah keluarganya. Dalam hal ini, sikap dan perlakuan orang tua yang
merugikan. Sikap dan perlakuan orang tua dalam praktek pengasuhan dan pendidikan
anak sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian dan pribadi anak.
Anak yang diasuh penuh kehangatan akan menumbuhkan pribadi anak yang memadai
dibandingkan dengan anak yang tumbuh dan besar di tengah perlakuan keras dan
“ancaman” orang tuanya. Pendisiplinan seringkali dijadikan alasan bagi orang tua
21
dengan bersikap keras terhadap anak. Akibatnya pesan pendidikan yang ingin
disampaikan tidak dapat diterima anak sebagai pesan melainkan tekanan. Anak yang
mendapatkan curahan kasih sayang dari orang tuanya akan tumbuh menjadi individu
yang memiliki perasaan aman dan kepercayaan diri pada diriya dan orang lain. Situasi
seperti ini akan membentuk anak berani menghadapi dunia luar, sehingga anak dapat
atau tidak sama sekali mendapatkan rasa aman, cenderung akan memandang dirinya
sebagai individu yang kurang mampu, tidak dihargai, merasa tidak dicintai dan tidak
mampu mencintai orang lain, pesimis, takut, selalu gelisah, dan selalu merasa tidak
bahagia dalam hidupnya. Lingkungan keluarga tampil sebagai penentu paling penting
bagi perkembangan psikologis remaja tersebut. Dan orang tua hendaknya mampu
mengantisipasi konflik pribadi yang dirasakan anak agar tidak berakibat fatal dan
mengantisipasi anak agar tidak mencari kompensasi yang keliru di luar lingkungan
lainnya.
Membangun sebuah keluarga yang harmonis adalah tugas yang paling penting
dihadapi keluarga. Untuk itu keluarga yang harmonis harus memiliki konsep diri
terang bagi semua anggota keluarga untuk menuju arah yang ingin dicapainya
oleh anggota keluarga. Untuk itu konsep diri yang jelas akan memudahkan bagi
anggota keluarga untuk meraih semua apa yang menjadi keinginannya atau cita-
citanya.
22
beberapa pakar/ ahli. Tentu saja ukuran-ukuran itu harus disesuaikan dengan
kondisi nyata diri sendiri dan tidak dikaitkan dengan ukuran-ukuran orang lain
atau tetangga.
berikut:
a. Faktor kesejahteraan jiwa
memerlukan:
1). Sebuah tata hukum (legal system) disiplin yang adil dan konsisten, berdasarkan aturan-
2). Sebuah tata ekonomi yang memungkinkan anak-anak belajar mendapatkan uang melalui
usaha, belajar menabung dan belajar cara membelanjakan uang mereka dengan baik.
Faktor ini tidak kalah pentingnya dari faktor yang pertama tadi, karena
seringnya anggota yang sakit, banyaknya pengeluaran untuk dokter, obat-
obatan dan rumah sakit, tentu akan mengurangi dan menghambat tercapainya
kesejahteraan keluarga.
c. Faktor perimbangan antara pengeluaran uang dan penghasilan keluarga
uang melalui usaha, belajar menabung dan belajar cara membelanjakan uang
dan kebersamaan.
Maha Esa.
b. Hubungan yang harmonis antara individu yang satu dengan individu yang lain
g. Ada jaminan dihari tua, sehingga tidak perlu khawatir terlantar dimasa tua.
Perhatian dapat diartikan sebagai menaruh hati. Menaruh hati pada seluruh
anggota keluarga adalah dasar pokok hubungan yang baik di antara para
anggota keluarga. Menaruh hati terhadap kejadian dan peristiwa yang terjadi
b. Penambahan pengetahuan
Keluarga, baik orang tua maupun anak harus menambah pengetahuan tanpa
henti-hentinya. Di luar rumah mereka harus dapat menarik pelajaran dan inti
dari segala yang dilihat dan dialaminya. Lebih penting lagi ialah usaha
c. Pengenalan diri
pengenalan diri akan dapat dicapai. Pengenalan diri setiap anggota berarti juga
25
dan baru akan mencapainya melalui bimbingan dalam keluarganya, setelah anak
banyak pergi keluar rumah, dimana lingkungan lebih luas, pandangan dan
menambah pengenalan dirinya. Pengenalan diri yang baik akan memupuk pula
pengertian-pengertian.
d. Pengertian
Apabila pengetahuan dan pengenalan diri telah tercapai, maka lebih mudah
kejadian dapat cepat terungkap. Dengan adanya pengertian dari setiap anggota
keluarga.
e. Penerimaan
anggota keluarga berhak atas kasih sayang orang tuanya, sealiknya anak harus
menunaikan tugas dan kewajiban sebagai anak terhadap orang tuanya. Setiap
hak harus diikuti kewajiban. Menerima hal-hal atau kekuranagn yang tidak
mudah diubah sulit, maka setiap menerima terhadap kekurangan itu sangat
f. Peningkatan usaha
anggotanya secara optimal. Peningkatan usaha ini perlu agar tidak terjadi
perubahan lagi.
g. Penyesuaian
Penyesuaian harus mengikuti setiap perubahan baik dari pihak orang tua maupun
Kepribadian yang utuh dan teguh yang berbuah dalam tingkah laku yang baik
dan normatif akan sangat bermanfaat dijadikan bekal anak dalam mengarungi
lautan kehidupan selanjutnya.
Sebenarnya pelaksanaan pendidikan dan pengajaran terhadap anak yang
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang adalah
merupakan pemenuhan kewajiban agama dalam kehidupan manusia. Memang
ajaran agama yang mengajarkan dan kewajiban manusia agar bersungguh-
sungguh dalam mendidik anak dan mengasuh anak dengan penuh kasih
sayang dan tanggung jawab. Ajaran agama dengan tuntutan akhlak dan ibadah
serta aqidah jika dilaksanakan dengan bersungguh-sungguh akan mampu
menghasilkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak yang saleh dan
cukup membahagiakan kehidupan keluarga.
b. Hubungan anak-anak dengan orang tua
alat-alat rumah tangga, jika ada keperluan di luar rumah, dan sebagainya
sangat perlu dikemukakan secara terbuka dengan yang lain, terutama antara
suami-isteri.
Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga ataupun dalam kehidupan
bermasyarakat sangatlah perlu bersikap jujur dan belajar untuk
mengembangkan diri terutama dalam hal kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain. Kemampuan berkomunikasi dalam kehidupan akan memberikan
beberapa keuntungan, antara lain:
1). Mampu menyampaikan ide/ pikiran kepada orang lain,
5). Menambah taraf pengertian orang lain tentang diri kita sehingga
6). Beban pikiran dan perasaan dapat dibebaskan sehingga dapat menambah taraf
3). Mampu melahirkan pendapat dengan baik dan tepat tanpa menyinggung
4). Suka menyalahkan pendapat orang lain dengan cara yang tidak bijaksana,
6). Bersikap sok tahu tentang sesuatu yang akan dikemukakan oleh lawan
bicara, dan
kurang tepat jika anak-anak sedang menghadapi tamu atau orang-orang lain yang
setumpuk tugas sekolah atau PR, atau mungkin jika anak sedang tergesa-gesa
biasanya hasil komunikasi yang dilakukan kurang mampu memberikan hasil yang
satu landasan bagi terciptanya kebahagiaan hidup dalam keluarga. Orang tua sebagai
30
soko guru keluarga sangatlah perlu mengupayakan agar sendi-sendi yang pokok
dalam menciptakan suasana dan hubungan yang lancar dan berbahagia selalu
yang lancar dan berbahagia akan memberikan dampak yang luas dalam kehidupan
keluarga, seperti: keutuhan keluarga, kasih sayang dan tanggung jawab yang semakin
bertambah besar, prestasi belajar anak-anak yang semakin membaik, taraf kesehatan
mental keluarga, semangat kerja suami dan isteri dalam memenuhi hajat hidup
Agar hubungan dalam keluarga dapat berjalan dengan baik usahakanlah selalu
B. Konsep diri
1. Pengertian Konsep Diri
Definisi konsep diri menurut para tokoh sangat beragam artinya. Rochman
Konsep diri juga merupakan “gambaran mental diri sendiri yang terdiri
dari pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan diri dan penilaian terhadap diri
sendiri” (James F Calhoun, 1995: 90). Pengertian konsep diri menurut Jalaludin
Rahmat (1996: 125) yaitu “Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita,
persepsi ini boleh bersifat psikologis, sosial dan psikis. Konsep diri bukan hanya
31
gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian kita”. Pengertian konsep diri dalam
istilah umum mengacu pada persepsi seseorang mengenai dirinya sendiri. Persepsi ini
Menurut Hurlock (1994) yang dimaksud konsep diri adalah kesan (image)
individu mengenai karakteristik dirinya, yang mencakup karakteristik fisik, sosial,
emosional, aspirasi dan achievement. Clara R Pudjijogyanti (1995: 2) berpendapat
bahwa konsep diri merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah seseorang
akan berperilaku negatif atau tidak, sebab perilaku negatif merupakan perwujudan
adanya gangguan dalam usaha pencapaian harga diri. Apabila seseorang remaja gagal
dalam pencapaian harga diri, maka ia akan merasa kecewa terhadap keadaan diri dan
lingkungannya. Ia akan memandang dirinya dengan sikap negatif, sebaliknya apabila
seorang remaja berhasil dalam mencapai harga dirinya, maka ia akan merasa puas
dengan dirinya maupun terhadap lingkungannya. Hal ini akan membuat ia bersikap
positif terhadap dirinya.
Persepsi mengenai tindakan yang mempengaruhi cara atau pandangan
dasar yang sangat berguna untuk meramalkan bagaimana seseorang itu akan
bertindak.
Ada tiga alasan pentingnya konsep diri dalam menentukan perilaku seperti
a. Konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan keseluruhan batin. Apabila timbul
perasaan, pikiran dan persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan satu sama lain, maka
akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menyeimbangkan dan
b. Seluruh sikap, pandangan individu terhadap dirinya akan mempengaruhi individu dalam
menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan berbeda antara individu yang
satu dengan individu lainnya dikarenakan masing-masing individu mempunyai sikap dan
c. Konsep diri menentukan pengharapan individu. Pengharapan ini merupakan inti dari konsep
diri. Sikap dan pandangan negatif terhadap kemampuan diri akan menyebabkan individu tidak
sikap orang lain terhadap dirinya. Pada seorang anak, ia mulai belajar berpikir dan
merasakan dirinya seperti apa yang telah ditentukan oleh orang lain daloam
Sehingga apabila seorang guru mengatakan secara terus menerus pada seorang
anak muridnya bahwa ia kurang mampu, maka lama kelamaan anak akan
dasar adalah konsep diri primer, di mana konsep ini terbentuk atas dasar
sekandung yang lainnya. Konsep tentang bagaimana dirinya banyak bermula dari
dalam kehidupan ini, banyak ditentukan atas dasar didikan ataupun tekanan-
tekanan yang datang dari orang tuanya. Setelah anak bertambah besar, ia
Akhirnya anak akan memperoleh konsep diri yang baru dan berbeda dari apa yang
sudah terbentuk dalam lingkungan rumahnya, dan menghasilkan suatu konsep diri
sekunder.
diri primernya. Apabila konsep diri primer yang dipunyai seseorang adalah bahwa
ia tergolong seagai orang yang pendiam, penurut, tidak nakal atau tidak suka
teman bermain yang sesuai dengan konsep diri yang sudah dipunyainya itu dan
sekunder.
a. The psycological needs, yaitu kebutuhan yang bersifat fisiologis misalnya makan, minum dan
lain sebagainya.
b. The safety needs, yaitu kebutuhan akan rasa aman, tenang, dilindungi dan bebas dari rasa
takut.
c. The belonginess and love needs, yaitu kebutuhan akan perasaan atau afeksi dalam
berhubungan dengan orang lain, perasaan memiliki dan di sayangi serta dicintai.
d. The esteem needs, yaitu kebutuhan akan harga diri, prestise dan prestasi, status, perasaan
e. The needs for self actualization, kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
Konsep diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang
dipelajari dan dibentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan
individu lain. Setiap individu itu akan menerima tanggapan-tanggapan. Tanggapan-
tanggapan yang diberikan tersebut akan dijadikan cermin menilai dan memandang
dirinya.
Orang yang pertama kali dikenal oleh individu adalah orang tua dan anggota
yang ada dalam keluarga. Setelah individu mampu melepaskan diri dari
luas sehingga akan membentuk suatu gambaran diri dalam individu tersebut.
Terbentuknya konsep diri seseorang berasal dari interaksinya dengan orang lain GH
psikologis ini merupakan hasil eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan
dengan mengenal dahulu orang lain. Saat kita masih kecil, orang penting yang
berada disekitar kita adalah orang tua dan saudara-saudara. Bagaimana orang lain
mengenal kita, akan membentuk konsep diri kita, konsep diri dapat terbentuk
karena berbagai faktor baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor
tersebut menjadi lebih spesifik lagi dan akan berkaitan erat sekali dengan konsep
a. Keadaan fisik
Keadaan fisik seseorang dapat mempengaruhi individu dalam menumbuhkan konsep dirinya. Individu
yang memiliki cacat tubuh cenderung memiliki kelemahan-kelemahan tertentu dalam memandang
keadaan dirinya, seperti munculnya perasaan malu, minder, tidak berharga dan perasaan ganjil karena
melihat dirinya berbeda dengan orang lain.
b. Kondisi keluarga
35
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam membentuk konsep diri anak. Perlakuan-
perlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak akan membekas hingga anak menjelang dewasa
dan membawa pengaruh terhadap konsep diri anak baik konsep diri ke arah positif atau ke arah
negatif. Cooper Smith dalam Clara R Pudjijogyanti (1995: 30-31) menjelaskan bahwa kondisi
keluarga yang buruk dapat menyebabkan konsep diri yang rendah. Yang dimaksud
dengan kondisi keluarga yang buruk adalah tidak adanya pengertian antara orang tua dan anak,
tidak adanya keserasian hubungan antara ayah dan ibu, orang tua yang menikah lagi, serta
kurangnya sikap menerima dari orang tua terhadap keberadaan anak-anak. Sedangkan
kondisi keluarga yang baik dapat ditandai dengan adanya intregitas dan tenggang rasa yang tinggi
serta sikap positif dari anggota keluarga. Adanya kondisi semacam itu menyebabkan anak
memandang orang tua sebagai figur yang berhasil dan menganggap orang tua dapat dipercaya
sebagai tokoh yang dapat mendukung dirinya dalam memecahkan seluruh persoalan hidupnya.
Jadi kondisi keluarga yang sehat dapat membuat anak menjadi lebih tegas, efektif, serta percaya
Dalam kehidupan sehari-hari, orang akan memandang individu sesuai dengan pola perilaku
yang ditunjukkan individu itu sendiri. Harry Stack Sullivan (Jalaludin Rakhmat, 1996: 101)
menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan diri
kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila
orang lain selalu meremehkan diri kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita cenderung
Pada umumnya orang tua selalu menuntut anak untuk menjadi individu yang sangat
diharapkan oleh mereka. Tuntutan yang dirasakan anak akan dianggap sebagai tekanan dan
hambatan jika tuntutan tersebut ternyata tidak dapat dipenuhi oleh anak. Selain itu sikap orang
tua yang berlebihan dalam melindungi anak akan menyebabkan anak tidak dapat berkembang
dan mengakibatkan anak menjadi kurang tingkat percaya dirinya dan memiliki konsep diri
yang rendah.
36
Konsep diri dapat dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut. Clara R Pudjijogyanti (1995: 29)
penelitian yang dilakukan tersebut membuktikan bahwa kelompok ras minoritas dan
kelompok sosial ekonomi rendah cenderung mempunyai konsep diri yang rendah
dibandingkan dengan kelompok ras mayoritas dan kelompok sosial ekonomi tinggi, selain itu
untuk jenis kelamin terdapat perbedaan konsep diri antara perempuan dan laki-laki.
Perempuan mempunyai sumber konsep diri yang bersumber dari keadaan fisik dan popularitas
dirinya, sedangkan konsep diri laki-laki bersumber dari agresifitas dan kekuatan dirinya.
Dengan kata lain, wanita akan bersandar pada citra kewanitaannya dan laki-laki akan
Konsep diri dapat juga dipengaruhi oleh keberhasilan atau kegagalan yang telah dialaminya.
Keberhasilan dan kegagalan mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya dan ini berarti
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap konsep dirinya. Keberhasilan akan mewujudkan
suatu perasaan bangga dan puas akan hasil yang telah dicapai dan sebaliknya rasa frustasi bila
menjadi gagal.
Tidak semua individu mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling
berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan kita, yaitu yang disebut significant others,
yaitu orang lain yang sangat penting. Mereka adalah orang tua, saudara dan orang yang tinggal satu
rumah dengan kita. Dari mereka secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Senyuman,
pujian, penghargaan, pelukan mereka menyebabkan kita menilai diri secara positif. Tetapi ejekan,
tindakan kita, membentuk pikiran dan menyentuh kita secara emosional. Ketika
37
kita tumbuh dewasa kita mencoba menghimpun penilaian semua orang yang
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu faktor dari dalam individu itu
sendiri seperti keadaan fisik, keadaan keluarga, persepsi orang terhadap diri kita,
tuntutan orang tua terhadap anak, orang-orang yang dekat dalam lingkungan kita,
Konsep diri menurut James F Calhoun dan Joan Ross Acocella (1995: 72-
74) jenisnya ada 2 yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif.
Muncul karena pandangan seseorang tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur. Dia
tidak tahu apa kekuatan dan kelemahannya/ apa yang dia hargai dalam hidupnya dan juga
konsep diri yang terlalu teratur dengan kata lain kaku. Hal ini terjadi mungkin karena di didik
dengan sangat keras sehingga individu tersebut menciptakan citra diri yang tidak mengijinkan
adanya penyimpangan dari hukum yang keras dan kaku yang dalam pikirannya merupakan cara
hidup yang tepat. Dalam kaitannya dengan penilaian diri, konsep diri yang negatif merupakan
penilaian negatif terhadap diri sendiri. Apapun yang diperoleh tampaknya tidak berharga
dibandingkan dengan apa yang diperoleh orang lain. Jadi ciri konsep diri yang negatif adalah
pengetahuan yang tidak tepat tentang diri sendiri, harapan yang tidak realistis dan harga diri
yang rendah.
Ciri orang yang memiliki konsep diri negatif adalah:
1). Individu mudah untuk marah dan naik pitam serta tahan terhadap kritikan yang
diterimanya.
2). Individu responsif sekali terhadap pujian yang diberikan oleh orang lain pada dirinya.
3). Individu tidak pandai dan tidak sanggup untuk mengungkapkan penghargaan/ pengakuan
5). Individu bersikap pesimis terhadap kompetisi, keengganannya untuk bersaing dengan
Orang dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat
bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Konsep diri positif cukup luas untuk menampung seluruh
pengalaman seseorang, maka penilaian tentang dirinya sendiri secara apa adanya. Hal ini tidak berarti
bahwa dia tidak pernah kecewa terhadap dirinya sendiri. Dengan menerima dirinya sendiri, dia juga
dapat menerima orang lain. Orang dengan konsep diri positif akan mempunyai harapan dan
merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan dirinya dan realistis. Artinya memiliki kemungkinan
besar untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif adalah:
1). Dapat menerima dan mengenal dirinya dengan baik
2). Dapat menyimpan informasi tentang dirinya sendiri baik itu informasi yang positif
maupun yang negatif. Jadi mereka dapat memahami dan menerima fakta yang bermaca-
4). Apabila mereka memiliki pengharapan selalu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dan
realistis.
5). Selalu memiliki ide yang diberikannya pada kehidupannya dan bagaimana seharusnya
6). Individu meyadari bahwa tiap orang memiliki perasaan, keingimana dan perilaku yang
sosial, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep
dirinya. Seseorang berusaha hidup sesuai dengan label yang ia lekatkan pada
dirinya.
seperti ini, segala macam embel-embel yang menunjang harga dirinya menjadi pusat
c. Hiperkritis terhadap orang lain. Orang yang memiliki konsep diri yang negatif cenderung
selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapa pun. Mereka tidak pandai dan
d. Merasa tidak di senangi orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan. Karena itulah ia bereaksi
pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban
persahabatan. Ia tidak akan pernah mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya
e. Pesimis terhadap kompetensi, keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam
membuat prestasi.
Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima
hal:
a. Ia yakin kemampuannya mengatasi masalah
d. Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang
b. Mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan
c. Tidak menghabiskan waktu untuk mencemaskan apa yang terjadi besok, yang terjadi waktu
f. Sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, tidak
g. Dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan menerima penghargaan tanpa
merasa bersalah.
i. Sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan
j. Mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi pekerjaan,
k. Peka pada kebutuhan orang lain, tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang
lain.
Isi dari konsep diri tidaklah mudah dirumuskan secara tepat. Hal ini disebabkan karena isi
konsep diri sifatnya relatif, artinya isi konsep diri selalu berkembang sesuai dengan tingkatan usia.
Terbentuknya konsep diri antara lain ditentukan oleh internalisasi pengalaman sebagai hasil dari
internalisasinya dengan orang lain dalam kehidupan masyarakat, namun demikian secara umum isi
a. Karakteristik fisik
b. Penampilan
Konsep diri yang berhubungan dengan kesehatan dan kondisi fisik anak
Konsep diri anak yang berhubungan dengan kegiatan sekolah dan pelajaran sekolah
e. Status intelektual
Konsep diri anak yang berhubungan dengan bagaimana interaksi sosial anak
Isi konsep diri anak yang berhubungan dengan interaksi anak dalam lingkungan rumah
h. Kecerdasan
Konsep diri adalah pandangan diri sendiri tentang diri sendiri. Konsep diri
menurut James F Calhoun dan Joan Ross Acocella (1995: 67-73) memiliki 3
dimensi yaitu:
Pengetahuan
Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang diketahui tentang diri
sendiri. Dalam benak seseorang ada satu daftar julukan yang menggambarkan
diri seseorang, seperti: usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan dan
lain sebagainya. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan diri sendiri
Harapan
Penilaian
disebut rasa harga diri, yang pada dasarnya berarti seberapa besar menyukai
diri sendiri.
42
Anak
dan tenggang rasa yang tinggi serta sikap positif dari anggota
mandiri.
D. HIPOTESIS
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk memahami dan
memecahkan masalah secara ilmiah sistematis dan logis. Dalam setiap penelitian ilmiah,
masalah metode merupakan faktor yang ikut menentukan berhasil tidaknya penelitian yang
dilakukan, oleh karena itu untuk menguji kebenaran hipotesis, maka dalam penelitian ini
diperlukan data yang obyektif. Langkah-langkah yang diperlukan untuk memperoleh data
antara lain dengan menentukan obyek penelitian, penentuan data dan analisis data berdasarkan
1. Populasi Penelitian
subyek penelitian, hal ini akan membantu dalam mendapatkan data yang sesuai
yaitu keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti
(Suharsimi Arikunto, 2002: 109). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian
47
yaitu pengambilan sampel secara sembarang atau acak, yaitu semua siswa kelas II
pada SMA Negeri 1 Kejobong Purbalingga yang menjadi obyek penelitian. Adapun
jumlah sampel yang diambil dari masing-masing kelas berjumlah 10 sampai 11 siswa
berikut:
a. Membuat daftar yang berisi semua subyek atau siswa dalam populasi, yaitu sebanyak
b. Menulis nomor tersebut pada kertas-kertas kecil, kemudian digulung dan dimasukkan
c. Kertas-kertas yang digulung diambil satu persatu sampai jumlah yang diinginkan,
Variabel Penelitian
penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala
1. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:
48
a. Variabel Independen, artinya variabel bebas, yaitu faktor penyebab dari variabel
terikat. Dalam hal ini yang berfungsi sebagai variabel bebas adalah keharmonisan
keluarga.
diri siswa.
keluarga dan konsep diri siswa. Dalam hal ini keharmonisan keluarga merupakan suatu
gambaran/ citra tentang bagaimana kehidupan keluarga yang harmonis itu atau tentang
keharmonisan keluarga. Sedangkan konsep diri adalah hasil dari pengalaman siswa
a. Keharmonisan Keluarga
aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial
Persepsi terhadap fisik, sosial dan psikis yang dimiliki individu melalui
data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan angket dan skala
tua, hubungan anak remaja dengan orang tua, memelihara komunikasi dalam
keluarga. Sedangkan variabel konsep diri meliputi dua sub variabel (aspek),
yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Kemudian dari masing-
berdasarkan atas teori yang dikembangkan oleh Hasan Basri (1994: 85-103)
Sedangkan kisi-kisi instrumen tentang konsep diri mengacu pada ciri dari
(1996: 105-106).
Tabel 1
KISI-KISI INSTRUMEN
KEHARMONISAN KELUARGA
Sub Variabel No Item
Variabel Indikator
(+) (-)
Keharmonisan 1. Dasar-dasar a. Kasih sayang dan kemesraan 1,2,3,4,5
Keluarga hubungan yang dalam keluarga
efektif b. Kepribadian yang utuh dan teguh 6,7,8,9,10,11
dalam keluarga
c. Menanamkan nilai-nilai agama 12
d. Peran orang tua dalam
2. Hubungan anak- memberikan pertimbangan 13,14,15,16
anak dengan e. Pemenuhan kebutuhan anak di
orang tua dalam keluarga 17,18 19
f. Kasih sayang dan tanggung
jawab orang tua terhadap 20,21,22
perkembangan anak
3. Hubungan anak g. Persiapan orang tua dalam
remaja dengan mengantarkan anak ke alam 23,24,25
orang tua remaja
h. Orang tua memperhatikan
perubahan yang dialami anak- 26,27,28
anaknya
i. Memperhatikan peristiwa/
4. Memelihara kejadian dalam keluarga 29,30,31,32
komunikasi j. Menumbuhkan keterbukaan setiap
dalam keluarga anggota keluarga 33,34,35
k. Menggunakan kesempatan
berkomunikasi dalam keluarga 36,37,38,39
l. Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dalam keluarga
m. Komunikasi yang lancar dalam 40,41,42,43,
keluarga 44
45,46,47
51
Tabel 2
KISI-KISI INSTRUMEN
mengacu kepada alat ukur aspek atau atribut afektif. Skala psikologi yang
dibuat dalam empat kategori jawaban dan urutannya adalah sebagai berikut
52
skala yang paling tinggi sampai yang paling rendah. Pernyataan positif
pernah” diberi skor 4. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3
Cara Penyekoran Butir Item
Kategori Kategori
No Skor No skor
jawaban positif jawaban negatif
1. SL 4 1. SL 1
2. SR 3 2. SR 2
3. KD 2 3. KD 3
4. TP 1 4. TP 4
Alternatif jawaban tiap butir atau item untuk konsep diri, dibuat dalam
lima kategori jawaban dan urutannya adalah sebagai berikut “sangat setuju”,
dimulai dari skala yang paling tinggi sampai yang paling rendah. Pernyataan
positif “sangat setuju” diberi skor 4, “setuju” diberi skor 3, “kurang setuju”
diberi skor 2, “tidak setuju” diberi skor 1, “sangat tidak setuju” diberi skor 0.
diberi skor 1, “kurang setuju” diberi skor 2, “tidak setuju” diberi skor 3,
“sangat tidak setuju” diberi skor 4. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4
Cara Penyekoran Butir Item
53
Kategori Kategori
No Skor No skor
jawaban positif jawaban negatif
1. SS 4 1. SS 0
2. S 3 2. S 1
3. KS 2 3. KS 2
4. TS 1 4. TS 3
5. STS 0 5. STS 4
1. Validitas Instrumen
2003: 60). Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditasan
penelitian ini digunakan validitas konstruk, yaitu bertolak dari kumpulan konsep
tentang suatu teori. Jadi item-item disusun berdasarkan dari penjabaran variabel
yang diangkat dari batasan teori-teori tertentu. Untuk mengetahui valid tidaknya
butir dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis butir, skor-skor yang ada
pada butir dikorelasikan dengan skor total, kemudian dikonsultasikan pada taraf
signifikansi 5%.
Teknik yang digunakan dalam uji validitas adalah rumus Product Moment
Keterangan :
X = skor item
54
Y = skor total
∑XY = jumlah skor seluruh item (perkalian skor butir dengan skor total)
rhitung > rtabel, maka instrumen dikatakan valid dan layak digunakan dalam
pengambilan data. Sebaliknya apabila rhitung < rtabel, maka instrumen dikatakan
2. Reliabilitas Instrumen
pengumpul data karena instrumen itu cukup baik (Suharsimi Arikunto, 2002:
154). Dalam hal ini suatu alat ukur itu disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau
dapat dipercaya jika alat ukur itu mantap dan stabil, dapat diandalkan dan dapat
diramalkan, mampu mengungkap data sama atau sesuai untuk beberapa kali
k ∑σ b
2
r11 = 1−
k − 1 σ t 2
r = realibilitas instrumen
2
Σσ b
= jumlah varian butir
55
konsultasikan dengan r tabel. Apabila r11 > r tabel, maka instrumen reliabel.
penelitian, karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi arti dan makna
ada dalam penelitian ini, yaitu keharmonisan keluarga dan konsep diri siswa.
yaitu:
ditetapkan
n
%= x100%
N
Keterangan :
56
N = nilai total
2. Uji t
hipotesis penelitian. Adapun rumus di dalam uji t tersebut adalah sebagai berikut:
r n−2
t=
1− r 2
BAB V
A. Simpulan
B. Saran-saran
dengan tidak membatasi komunikasinya dengan anak agar konsep diri anak
2. Para orang tua dan guru pembimbing hendaknya menyadari bahwa konsep
diri siswanya saat ini baru dalam kategori cukup baik, oleh karena itu
meningkatkan konsep diri siswanya agar menjadi lebih baik lagi dengan
meningkatkan sikapnya atas kondisi saat ini dan harapannya dimasa yang
BAB V
C. Simpulan
D. Saran-saran
dengan tidak membatasi komunikasinya dengan anak agar konsep diri anak
4. Para orang tua dan guru pembimbing hendaknya menyadari bahwa konsep
diri siswanya saat ini baru dalam kategori cukup baik, oleh karena itu
meningkatkan konsep diri siswanya agar menjadi lebih baik lagi dengan
meningkatkan sikapnya atas kondisi saat ini dan harapannya dimasa yang
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Burns, R.B. 1993. Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku).Jakarta: PT.
Arcan
Calhoun, James F dan Acocella, J.R. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan
Kemanusiaan (terjemahan RS Satmoko). Semarang: IKIP Semarang Press
Gunarsa, Singgih D. 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia
Hurlock, E.B. 1994. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
(terjemahan Istiwiayanti). Jakarta: Erlangga
Linda dan Eyre, Richard. 1995. Langkah Menuju Keluarga yang Harmonis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum
Maslow, A.H. 1970. Motivation and Personality. New York: Harper & Row
Pasaribu, I.L dan Simanjutak, B. 1984. Pengantar Psikologi Perkembangan. Bandung: Tarsito