Anda di halaman 1dari 12

Apendisitis akut adalah infeksi bacterial pada apendiks

vermiformis. Apendisitis akut adalah keadaan akut abdomen


yang memerlukan pembedahan segera untuk mencegah
komplikasi yang lebih buruk Jika telah terjadi perforasi, maka
komplikasi dapat terjadi seperti peritonitis umum, terjadinya
abses, dan komplikasi pascaoperasi seperti fistula dan
infeksi luka operasi.

Di Amerika Serikat ada penurunan jumlah kasus dari 100


kasus menjadi 52 kasus setiap 100 ribu penduduk dari
tahun 1975 – 1991. Terdapat 15 – 30 persen (30 – 45
persen pada wanita) gambaran histopatologi yang normal
pada hasil apendektomi. Keadaan ini menambah
komplikasi pascaoperasi, seperti adhesi, konsekuensi
beban sosial-ekonomi, kehilangan jumlah hari kerja, dan
produktivitas.

Tingkat akurasi diagnosis apendisitis akut berkisar 76 –


92 persen. Pemakaian laparoskopi, ultrasonografi, dan
Computed Tomography Scanning (CT-scan), adalah
dalam usaha meningkatkan akurasi diagnosis apendisitis
akut. Beberapa pemeriksaan laboratorium dasar masih
banyak digunakan dalam diagnosis penunjang apendisitis
akut. C-rective protein (CRP), jumlah sel leukosit, dan
hitung jenis se neutrofil (differential count) adalah
petanda yang sensitif proses inflamasi. Pemeriksaan ini
sangat mudah, cepat, dan murah untuk Rumah Sakit di
daerah. CRP adalah salah satu komponen protein fase
akut yang akan meningkat 4 – 6 jam setelah terjadinya
proses inflamasi, yang dapat dilihat dengan melalui
proses elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas
dan spesifisitas CRP yaitu 80 - 90% dan lebih dari 90%.
Pemeriksaan CRP mudah untuk setiap Rumah Sakit
didaerah, tidak memerlukan waktu yang lama (5 -10
menit), dan murah.

Nyeri abdomen akut di luar sebab trauma memberikan


banyak kemungkinan diagnosis. Untuk menetapkan
diagnosisnya kadangkala sangat sulit sehingga
berdampak pada morbiditas penderita.

Dombal (1990) mengemukakan bahwa akurasi diagnosis


pada nyeri abdomen akut hanyalah 45-65%. Penderita
abdomen akut umumnya terlambat masuk ke Rumah
Sakit, sehingga biasanya sudah disertai macam-macam
penyulit yang perlu diatasi lebih dahulu dan memerlukan
penanganan yang lebih kompleks. Keterlambatan dapat
disebabkan oleh ketidaktahuan atau penderita tidak
mengerti, atau keterlambatan disebabkan oleh dokter
yang tidak melakukan diagnosis atau bahkan membuat
diagnosis yang salah, atau keterlambatan disebabkan oleh
penanggulangan yang terlambat di Rumah Sakit

Nyeri abdomen pada anak disebabkan oleh kecerobohan


diet atau infeksi saluran pencernaan, namun dokter harus
selalu mempertimbangkan adanya apendisitis akut karena
hal tersebut merupakan kasus abdomen akut yang paling
penting dan paling banyak pada anak

Apendisitis akut dapat terjadi pada semua umur. Pada anak


sering terjadi sekitar umur 6-10 tahun. Diagnosis apendisitis
akut pada anak tidak mudah ditegakkan hanya berdasarkan
gambaran klinis, hal ini disebabkan sulitnya komunikasi
antara anak, orang tua dan dokter. Sebagian besar anak
belum mampu untuk mendiskripsikan keluhan yang dialami,
suatu hal yang relatif lebih mudah pada umur dewasa.
Keadaan ini menghasilkan angka apendektomi negatif
sebesar 20% dan angka perforasi sebesar 20-30%
(Ramachandran, 1996).

Salah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas


pelayanan medis ialah membuat diagnosis yang tepat. Telah
banyak dikemukakan cara untuk menurunkan insidensi
apendektomi negatif, salah satunya adalah dengan instrumen
skor Alvarado. Skor Alvarado adalah sistem skoring
sederhana yang bisa dilakukan dengan mudah, cepat dan
kurang invasif . Alfredo Alvarado tahun 1986 membuat
sistem skor yang didasarkan pada tiga gejala , tiga tanda
dan dua temuan laboratorium. Klasifikasi ini berdasarkan
pada temuan praoperasi dan untuk menilai derajat
keparahan apendisitis (Alvarado, 1986; Rice, 1999).
Instrumen lain yang sering dipakai pada apendisitis akut
anak adalah klasifikasi klinikopatologi dari Cloud.
Klasifikasi ini berdasarkan pada temuan gejala klinis dan
temuan durante operasi (Cloud, 1993). Morbiditas dan
mortalitas apendisitis akut anak masih cukup tinggi. Hal ini
disebabkan keterlambatan diagnosis dan penanganan
pembedahan, pembedahan yang terlambat mungkin tetap
berhubungan dengan perforasi. Sebagian besar penderita
dengan risiko apendisitis perforasi mempunyai skor
Alvarado yang tinggi

Epidemiologi

Sejarah apendisitis dimulai pada tahun 1827 oleh Melier


yang pertama kali menyebutkan proses inflamasi di sekum
dengan typhlitis atau perityphlitis. Sebelumnya pada tahun
1735, Claudius Amyant melakukan apendektomi pertama
kali pada saat operasi hernia inguinal. Kemudian Reginald H
dan Fitz adalah orang pertama yang memeriksa apendiks
secara histopatologi dari hasil operasi. Sejarah modern
apendisitis dimulai dari tulisan klasik Charles McBurney
tahun 1889, yang dipublikasikan dalam New York Surgical
Society on Nov 13,1889. McBurney mendiskripsikan
inflamasi akut di kuadran kanan bawah biasanya disebabkan
oleh apendisitis, yang sebelumnya disebut oleh Melier
dengan typhlitis atau perityphlitis

Angka mortalitas yang tinggi dari apendisitis akut


mengalami penurunan dalam beberapa dekade. Hawk et al,
membandingkan kasus apendisitis akut pada periode 1933 –
1937 dengan 1943 – 1948. Angka mortalitas pasien
apendisitis akut dengan peritonitis local menurun dari 5%
menjadi 0%. Angka mortalitas pasien apendisitis akut
dengan peritonitis umum menurun dari 40,6% menjadi
7,5%. Pada tahun 1930, 15 kasus meninggal karena
apendisitis dari 100 ribu populasi, sedangkan 30 tahun
kemudian hanya 1 kasus meninggal dari 100 ribu polpulasi.
Pada tahun 1977, mortalitas pasien dengan apendisitis akut
tanpa perforasi 0,1% – 0,6% dan dengan perforasi 5%

Apendiks Vermiformis

Apendiks sebagai bagian dari sistem pencernaan mulai


diterangkan secara tersendiri pada awal abad 16.
Adalah seorang pelukis Italia terkenal yang bernama
Leonardo da Vinci yang pertamakali menggambarkan
apendiks sebagai organ tersendiri. Pada waktu itu
disebutnya orecchio yang berarti telinga. Sebelumnya
apendisitis hanya dapat dibuktikan dengan
dilakukannya bedah jenasah. Pada tahun 1736 oleh
Amyand, seorang dokter bedah Inggris, berhasil
dilakukan operasi pengangkatan apendiks pada saat
melakukan operasi hernia pada anak laki-laki. Dialah
yang dikenal sebagai orang yang pertamakali
melakukan operasi apendektomi .

Istilah apendisitis pertamakali digunakan oleh Reginal


Fitz, 1886, seorang profesor patologi anatomi dari
Harvard, untuk menyebut proses peradangan yang
biasanya disertai ulserasi dan perforasi pada apendiks.
Tiga tahun kemudian (1889), Charles Mc Burney
seorang profesor bedah dari universitas Columbia
menemukan titik nyeri tekan maksimal dengan
melakukan penekanan pada satu jari yaitu tepat di 1,5-2
inchi dari spina iliaca anterior superior (SIAS) yang
ditarik garis lurus dari SIAS tersebut ke umbilikus.
Titik tersebut kemudian dikenal sebagai titik Mc
Burney

Anatomi dan Embriologi

Sistem digestif yang secara embriologi berasal dari


midgut meliputi duodenum distal muara duktus
koledukus, usus halus, sekum dan apendiks, kolon
asendens, dan ½ sampai ¾ bagian oral kolon
transversum. Premordium sekum dan apendiks
Vermiformis (cecal diverticulum) mulai tumbuh pada
umur 6 minggu kehamilan, yaitu penonjolan dari tepi
antimesenterium lengkung midgut bagian kaudal. Selama
perkembangan antenatal dan postnatal, kecepatan
pertumbuhan sekum melebihi kecepatan pertumbuhan
apendiks, sehingga menggeser apendiks ke arah medial
di depan katup ileosekal. Apendiks mengalami
pertumbuhan memanjang dari distal sekum selama
kehamilan. Selama masa pertumbuhan bayi, terjadi juga
pertumbuhan bagian kanan-depan sekum, akibatnya
apendiks mengalami rotasi kearah postero-medial dan
menetap pada posisi tersebut yaitu 2,5 cm dibawah katup
ileosekal, sehingga pangkal apendiks di sisi medial.
Organ ini merupakan organ yang tidak mempunyai
kedudukan yang menetap didalam rongga abdomen.
Hubungan pangkal apendiks ke sekum relatif konstan,
sedangkan ujung dari apendiks bisa ditemukan pada
posisi retrosekal, pelvikal, subsekal, preileal atau
parakolika kanan. Posisi apendiks retrosekal paling
banyak ditemukan yaitu 64% kasus.

Secara histologi, struktur apendiks sama dengan usus


besar. Kelenjar submukosa dan mukosa dipisahkan dari
lamina muskularis. Diantaranya berjalan pembuluh darah
dan kelenjar limfe. Bagian paling luar apendiks ditutupi
oleh lamina serosa yang berjalan pembuluh darah besar
yang berlanjut ke dalam mesoapendiks. Bila letak
apendiks retrosekal maka tidak tertutup oleh peritoneum
viscerale (Soybel, 2001). Menurut Wakeley (1997) lokasi
apendiks adalah sebagai berikut: retrosekal (65,28%),
pelvikal (31,01%), subsekal (2,26%), preileal (1%) dan
postileal serta parakolika kanan (0,4%) (Schwartz, 1990).

Pada 65% kasus apendiks terletak intraperitoneal.


Kedudukan apendiks memungkinkan bergerak dalam ruang
geraknya tergantung pada panjangnya mesoapendiks. Pada
kasus selebihnya apendiks terletak retroperitoneal yaitu di
belakang sekum, dibelakang kolon askenden atau tepi lateral
kolon askenden. Gejala klinis apendisitis ditentukan oleh
letak dari apendiks. Pada posisi retrosekal, kadang-kadang
appendiks menjulang kekranial ke arah ren dekster, sehingga
keluhan penderita adalah nyeri di regio flank kanan. Dan
kadang diperlukan palpasi yang agak dalam pada keadaan
tertentu karena appendiks yang mengalami inflamasi ini
secara kebetulan terlindungi oleh sekum yang biasanya
mengalami sedikit dilatasi Letak appendik mungkin juga
bisa di regio kiri bawah hal ini dipakai untuk penanda
kemungkinan adanya dekstrokardia. Kadang pula panjang
appendiks sampai melintasi linea mediana abdomen,
sehingga bila organ ini meradang mengakibatkan nyeri perut
kiri bawah. Juga pada kasus-kasus malrotasi usus kadang
appendiks bisa sampai diregio epigastrum, berdekatan
dengan gaster atau hepar lobus kanan.

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya


bervariasi berkisar antara 2-22 cm. Letak basis apendiks
berada pada posteromedial sekum pada pertemuan ketiga
taenia koli, kira-kira 1-2 cm di bawah ileum. Dari ketiga
taenia tersebut terutama taenia anterior yang digunakan
sebagai penanda untuk mencari basis apendiks. Basis
apendiks terletak di fossa iliaka kanan, bila diproyeksikan ke
dinding abdomen terletak di kuadran kanan bawah yang
disebut dengan titik Mc Burney. Kira-kira 5% penderita
mempunyai apendiks yang melingkar ke belakang sekum
dan naik (ke arah kranial) pada posisi retroperitoneal di
belakang kolon askenden. Apabila sekum gagal mengalami
rotasi normal mungkin apendiks bisa terletak di mana saja di
dalam kavum abdomen. Pada anak-anak apendiks lebih
panjang dan lebih tipis daripada dewasa oleh karena itu pada
peradangan akan lebih mudah mengalami perforasi. Sampai
umur kurang lebih 10 tahun, omentum mayus masih tipis,
pendek dan lembut serta belum mampu membentuk
pertahanan atau pendindingan (walling off) pada perforasi,
sehingga peritonitis umum karena apendisitis akut lebih
umum terjadi pada anak-anak daripada dewasa
(Raffensperger. Apendiks kekurangan sakulasi dan
mempunyai lapisan otot longitudinal, mukosanya diinfiltrasi
jaringan limfoid. Pada bayi apendiks berbentuk kerucut,
lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah ujung.
Keadaan ini memungkinkan menjadi sebab rendahnya kasus
apendisitis pada umur tersebut , 1990).

Apendiks mempunyai lumen yang sempit, bentuknya seperti


cacing, dan apeksnya menempel pada sekum. Apendiks
pada bayi berbentuk konikal. Panjang apendiks bervariasi
dari 2 – 20 cm dengan panjang rata-rata 6 – 9 cm. Diameter
masuk lumen apendiks antara 0,5 – 15 mm. Lapisan epitel
lumen apendiks seperti pada epitel kolon tetapi kelenjar
intestinalnya lebih kecil daripada kolon. Apendiks
mempunyai lapisan muskulus dua lapis. Lapisan dalam
berbentuk sirkuler yang merupakan kelanjutan dari lapisan
muskulus sekum, sedangkan lapisan luar berbentuk
muskulus longitudinal yang dibentuk oleh fusi dari 3 tenia
koli diperbatasan antara sekum dan apendiks. Pada masa
bayi folikel kelenjar limfe submukosa masih ada. Folikel ini
jumlahnya terus meningkat sampai puncaknya berjumlah
sekitar 200 pada usia 12 – 20 tahun.

Setelah usia 30 tahun ada pengurangan jumlah folikel


sampai setengahnya, dan berangsur menghilang pada
usia 60 tahun. Mesoapendiks terletak dibelakang ileum
terminal yang bergabung dengan mesenterium intestinal.

Vaskularisasi appendiks mendapatkan darah dari cabang


a. ileokolika berupa appendiksularis yang merupakan
satu-satunya feeding arteri untuk appendiks, sehingga
apabila terjadi trombus pada appendiksitis akuta akan
berakibat berbentuk gangren, dan bahkan perforasi dari
appendiks tersebut. Arteri apendikuler adalah cabang
terminal dari arteri ileokolika dan berjalan pada ujung
bebas mesoapendiks. Kadang-kadang pada mesenterium
yang inkomplet, arteri ini terletak panda dinding sekum.
Pada mesoapendiks yang pendek dapat berakibat
apendiks yang terfiksir (immobile). Kadang-kadang arteri
apendikularis berjumlah dua. . Namun demikian pangkal
appendik ternyata mendapatkan vaskularisasi tambahan
dari cabang-cabang kecil arteri sekalis anterior dan
posterior .

Vena appendiks bermuara di vena ileokalika yang


melanjutkan diri ke vena mesenterika superior.
Sedangkan sistim limfatiknya mengalir ke lymfonodi
ileosekal Pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe ke
satu atau dua noduli limfatisi yang terletak pada
mesoapendiks. Dari sini cairan limfe berjalan melalui
sejumlah noduli limfatisi mesenterika untuk mencapai
noduli limfatisi mesenterika superior. Syaraf apendiks
berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus
vagus) dari pleksus mesenterika superior. Serabut syaraf
aferen yang menghantarkan rasa nyeri visceral dari
apendiks berjalan bersama saraf simpatis dan masuk ke
medulla spinalis setinggi segmen torakal X karena itu
nyeri visceral pada apendiks bermula disekitar umbilikus.

Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir


itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan
selanjutnya dicurahkan ke sekum

Menurut Tranggono (1989) mempelajari posisi anatomi


apendiks vermiformis meliputi pembahasan secara
topografi yaitu :

1.   Holotopi

Holotopi adalah posisi yang sebenarnya dari suatu


organ pada tubuh manusia. Apendiks vermiformis
terletak di kwadran kanan bawah dan di region
iliaka kanan.
.

2.Skeletopi

Skeletopi adalah posisi organ manusia menunjuk


pada kerangka atau tulang. Pangkal apendiks
vermiformis terletak pada perpotongan garis
interspinal dengan garis lateral vertikal dari titik
pertengahan ligamentum inguinale dan ventral fossa
iliaka kanan

3.   Sintopi.

Sintopi adalah posisi organ terhadap organ-organ


disekitarnya, Apendiks vermiformis di sebelah
bawah sekum di ventral ureter kanan, a. testikularis
kanan, bisa di depan ileum atau dibelakang ileum.

Malrotasi atau maldesesnsus dari sekum akan


mengakibatkan kelainan letak dari apendiks sehingga
mungkin saja terletak disepanjang daerah fossa iliaka kanan
dan area infrasplenik kiri. Dalam hal terdapat transposisi
dari visera maka apendiks dapat terletak di kwadran kiri
bawah. Mengingat akan kemungkinan-kemungkinan
kelainan posisi atau letak sekum ini sangat penting, karena
hal ini sering mendatangkan kesulitan dalam menegakkan
diagnosis bila terjadi peradangan pada apendiks tersebut.
Suatu anomaly yang sangat jarang terjadi adalah duplikasi
apendiks seperti dikemukakan oleh Green. Sementara
menurut Waugh duplikasi apendiks ini tidak ada
hubungannya dengan duplikasi sekum. Kedua apendiks
mungkin terbungkus dalam sarung fibrous dan dikelilingi
oleh satu lapisan otot dan rongganya mungkin berhubungan
sebagian atau seluruhnya atau mungkin berasal secara
terpisah dari sekum. Ada yang berpendapat bahwa apendiks
yang kedua merupakan suatu divertikel sekum yang
kongenital.

Karena apendiks merupakan suatu kantong yang buntu


dengan lumen yang sempit dan seperti traktus intestinalis
lainnya secara normal berisi bakteri, resiko stagnasi dari isi
apendiks yang terinfeksi selalu ada. Resiko ini akan
bertambah hebat dengan adanya suatu mekanisme valvula
pada pangkal apendiks yang dikenal dengan valvula Gerlach
. Dengan adanya benda-benda asing yang terperangkap
dalam lumen apendiks, posisinya yang mobil, dan adanya
kinking, bands, adhesi dan lain-lain keadaan yang
menyebabkan angulasi dari apendiks, maka keadaan akan
semakin diperburuk. Banyaknya jaringan limfoid pada
dindingnya juga akan mempermudah terjadinya infeksi pada
apendiks.

Organ lain di luar apendiks yang mempunyai peranan besar


apabila terjadi peradangan apendiks adalah omentum. Ini
merupakan salah satu alat pertahanan tubuh apabila terjadi
suatu proses intraabdominal termasuk apendiks. Pada umur
dibawah 10 tahun pertumbuhan omentum ini pada umumnya
belum sempurna, masih tipis dan pendek, sehingga belum
dapat mencapai apensdiks apabila terjadi peradangan
apendiks. Hal inilah yang merupakan salah satu sebab lebih
mudah terjadi perforasi dan peritonitis umum pada
apendisitis anak.

Appendiks vermiformis (umbai cacing) terletak pada puncak


caecum , pada pertemuan ke-3 tinea coli yaitu :

- Taenia libra
- Taenia omentalis
- Taenia mesocolica

Pangkalnya terletak pada posteromedial caecum. Pada


Ileocaecal junction terdapat Valvula Ileocecalis (Bauhini)
dan pada pangkal appendiks terdapat valvula appendicularis
(Gerlachi). Panjang antara 7-10 cm, diameter 0,7 cm.
Lumen bagian proksimal menyempit , bagian distal melebar.
Hal ini berlawanan pada bayi, sehingga menyebabkan
rendahnya insidensi appendisitis pada usia tersebut.

 
 

Secara histologis mempunyai 4 lapisan yaitu tunika :

- Mukosa

- Sub mukosa   banyak terdapat limfoid

- Muskularis 

Terdapat Stratum circulare(dalam) dan stratum


longitudinale (luar), stratum longitunale
merupakan gabungan dari ke-3 taenia coli.

Posisi appendik :

1.        Ileocecal
2.        Antecaecal   di depan caecum
3.        Retrocaecal   Intra & Retro peritoneal
4.        Anteileal
5.        RetroIleal
6.        Pelvical

Appendiks mendapat vaskularisasi dari a.Appendicularis


a.Iliocolica a. Mesenterica superior. a. Appendicularis
merupakan suatu arteri yang tidak memiliki kolateral
(endarteri) , sehingga jika tersumbat mengakibatkan
ganggren. Darah dari appendiks di drainage ke v.
appendicularis v. Ileocolica. Innervasi appendiks dari
cabang n.X (parasimpatis), sehingga nyeri viseral pada
appendisitis bermula disekitar umbilikus.

Grade Appendisitis pada Anak :


I.              Simple
II.            Suppuren
III.         Ganggren
IV.         Ruptur
V.           Abses

Anda mungkin juga menyukai