Pada tahun 1979, kegiatan bisnis orang tua saya mengalami kebangkrutan. Saya terpaksa harus
”kabur” dan meninggalkan kampus ITB yang tercinta. Sebagai anak sulung dari sepuluh
bersaudara, ditambah dengan kondisi orangtua yang depresi, menjadi kewajiban sayalah untuk
mengambil tongkat pimpinan keluarga dengan mencari nafkah bagi seluruh keluarga. Saya
kemudian berusaha mencari pendapatan dengan bekerja dalam berbagai perusahaan, seperti
menjadi designer bungkus obat-obatan di percetakan PT Krishna Batara. Namun saya merasa
tidak cocok bekerja pada bidang tersebut. Kemudian saya menjadi penulis sajak di majalah
Mangle yang ternyata tidak terlalu berkembang.
"Allah SWT mengasihi orang yang ramah saat berjualan, ketika membeli dan berkehendak",
Nabi Muhammad SAW menegaskan. Konsep ini universal dan tidak primordial. Dari yang
sederhana sampai paripurna. Bahkan Yang Maha Mencipta, telah menarik benang merah profesi
para nabi sehingga mereka memiliki pekerjaan yang sama, sebagai pelajaran betapa pentingnya
kita bagi yang lainnya.
Memang benar, pelajaran yang paling baik adalah kegagalan. Dan benar
pula, tidak semua mahasiswa, seperti saya, dapat bisa melewati kawah
chandradimuka ITB dan berhasil memakai toga sarjana. Namun hal
tersebut tidak membatasi saya untuk meraih kesuksesan.