Anda di halaman 1dari 10

Cara Mengajar Terbaik

Muhammad Masrullah,lc

Hiduplah seorang guru yang bijaksana, guru tersebut memiliki beberapa orang murid,
salah satu di antara muridnya ada yang gagu. Suatu hari sang guru menyuruh muridnya
yang gagu untuk turun gunung.

Sang guru berkata, "Besok, turun gununglah dan sebarkanlah ajaran Kebenaran yang
telah kubabarkan kepada semua orang."

Muridnya yang gagu itu merasa rendah diri dan segera menulis di atas kertas,

"Maafkan saya Guru, bagaimana mungkin saya dapat menyebarkan ajaran Guru, saya ini
kan gagu. Mengapa Guru tidak menyuruh murid lain saja yang tentu mampu
membabarkan ajaran Guru dengan lebih baik?"

Sang Guru tersenyum dan meminta muridnya merasakan sebiji anggur yang diberikan
olehnya. "Anggur ini manis sekali," tulis muridnya.

Sang Guru kembali memberikan sebiji anggur yang lain. "Anggur ini masam sekali," tulis
muridnya.

Kemudian Gurunya melakukan hal yang sama pada seekor burung beo. Biarpun diberi
anggur yang manis maupun masam beo itu tetap saja mengoceh, "Masam...masam..."

Sang Guru menjelaskan pada muridnya,

"Kebenaran bukanlah untuk dihafal, bukan pula cuma untuk dipelajari, tapi yang
terutama adalah untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Cacat tubuh yang kita miliki janganlah menjadi rintangan dalam mengembangkan batin
kita. Kita jangan seperti sebuah sendok yang penuh dengan madu, tapi tidak pernah
mengetahui manisnya madu itu. Kita jangan seperti beo yang pintar mengoceh, tapi tidak
mengerti apa yang diocehkannya.

Engkau memang tidak mampu berbicara dengan baik, tapi bukankah engkau bisa
menyebarkan Kebenaran dengan cara-cara lain, misalnya menulis buku? Dan yang lebih
penting, bukankah perilaku kamu yang sesuai dengan Kebenaran akan menjadi panutan
bagi yang lain?"

Itulah cara mengajar yang terbaik: teladankan Kebenaran dalam perilakumu, bukan cuma
dalam omonganmu...

Sumber: - 21.06.2006
10 Tip Sukses Right Here, Right Now.

Sepuluh tahun yang lalu, kalau saya ditanya apakah tip sukses saya, mungkin saya tidak
bisa menjawab. Sekarang, sukses bagi saya bukanlah ketika buku saya menjadi best-
seller atau ketika menerima pujian untuk artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal
terkemuka di Inggris Raya. Sukses bukan pula ketika saya dan suami berhasil juga
membeli rumah di San Francisco Bay Area dengan keringat sendiri setelah hampir
sepuluh tahun merantau di Negeri Paman Sam.

Sukses bagi saya adalah mindset. Sukses adalah saya; saya adalah sukses. Sukses bukan
tujuan, bukan pula perjalanan. Success is about being dan becoming.

Berani dan overconfident kedengarannya? Mungkin, yang jelas ribuan bahkan jutaan
manusia "sukses" di dunia alias manusia bermental juara mempunyai mindset seperti ini.

Apakah Anda perlu menjadi juara tenis tingkat Wimbledon atau juara golf profesional di
PGA Pebble Beach untuk disebut "sukses"? Apakah Anda perlu mengendarai Corvette
dan Lexus SUV hybrid? Jelas tidak. Seorang bermental juara alias bermindset "orang
sukses" bisa jadi hanyalah seorang salesman saja.

Ambillah contoh Bill Porter, seorang salesman door-to-door dari Portland, Oregon yang
terlahir dengan cerebral palsy. Ia berjalan kaki setidaknya 10 mil perhari selama 40 tahun
dengan tertatih-tatih setiap hari tanpa mengeluh. Hebatnya, karena tubuhnya bagian kiri
tidak bekerja sebagaimana orang normal, ia sebenarnya sangat sulit untuk berjalan tegak
dan berbicara dengan jelas. (Baca www.billporter.com, filem Door to Door dan buku
berjudul Ten Things I Learned from Bill Porter oleh Shelly Brady.) Dengan penghasilan
pas-pasan dari seorang salesman rumah ke rumah, jelas di mata orang awam ia tidaklah
termasuk kategori "sukses secara finansial."

Namun, bagi saya, Bill Porter adalah salah satu orang paling sukses di dunia yang amat
sangat saya kagumi. Salah satu cita-cita saya adalah bertemu muka dengan beliau suatu
hari.

Nah, lantas apa resep 10 tip sukses concoction ala Jennie?

Satu, bersyukurlah atas hari ini. "Just to be alive is a grand thing," kata Agatha Christie,
salah satu novelis detektif terkemuka. Jauhkanlah perasaan depresi dan sedih tanpa
juntrungan. Jalani setiap hari dengan hati penuh syukur. Ingatlah akan Bill Porter. Kalau
dia bisa jadi seorang salesman berhasil, apapun yang Anda inginkan sebenarnya pasti
bisa tercapai.

Dua, belajarlah seakan-akan Anda akan hidup selamanya, hiduplah seakan-akan Anda
akan mati besok. Mohandas Gandhi pernah berkata demikian, "Live as if you were to die
tomorrow, learn as if you were to live forever." Belajar terus, upgrade diri terus dengan
berbagai cara baik yang memerlukan effort maupun effortlessly.
Tiga, setiap ketrampilan pasti ada penggunanya. Ini saya dapat dari salah satu sahabat
saya seorang wanita blonda dari San Diego. Sahabat saya Crystal ini pernah
membesarkah hati saya, "There are all kinds of writers, there are all kinds of readers."
Ketika saya down karena merasa incompetent bertarung dengan penulis-penulis lokal di
sini, Crystal mengingatkan bahwa setiap jenis penulis pasti ada pembacanya (niche). Find
your niche, so you find your place in the world.

Mengejar Sukses
Mengejar Sukses oleh Paulus Winarto* - 07.09.2006

Bangkitlah, karena hal itu adalah tugasmu. Kami akan mendampingi engkau. Kuatkanlah
hatimu, dan bertindaklah!
~ Ezra

Hal apa yang paling diinginkan semua umat manusia? Jawabannya: sukses. Sukses telah
menjadi impian bahkan kebutuhan mutlak setiap manusia. Berbagai jenis pendidikan
diambil, beragam jenis pekerjaan ditekuni demi mencapai kesuksesan.

Sayangnya, meski semua manusia ingin sukses, tidak semuanya memahami apa itu
kesuksesan. Bahkan, dalam ratusan seminar dan training yang saya bawakan, saya sering
menemukan beragam definisi tentang apa itu kesuksesan. Tidak sedikit yang masih
menganggap kesuksesan identik dengan punya harta banyak. Bisa jadi mereka mungkin
lupa atau tidak sadar mengenai begitu banyak orang kaya (secara materi) yang hidup
daam stres, depresi hingga mati dengan cara bunuh diri. Ironis!

Ada juga yang menganggap sukses identik dengan meraih sebuah prestasi atau cita-cita.
Terhadap definisi ini, saya sering balik bertanya, "Bagaimana dengan Michael Jordan
yang sudah meraih semua prestasi puncak dalam olahraga basket? Atau produser
sekaligus sutradara terkenal semacam Steven Spielberg yang sudah meraih penghargaan
tertinggi sebagai seorang sineas? Mengapa Jordan masih bermain basket dan Spielberg
masih juga memproduksi film lainnya?"

Seiring perjalanan hidup, saya semakin menyadari kalau sukses sangatlah berbeda
dengan pengakuan sukses. Dalam buku REACH YOUR MAXIMUM POTENTIAL, saya
menulis bahwa sukses adalah sebuah perjalanan (success is a journey). Sukses bukanlah
sebuah tujuan akhir (success is not a destination).

Perjalanan sukses itu akan sangat berarti jika kita senantiasa melakukan yang terbaik
yang bisa kita lakukan. Dengan kata lain, sukses adalah perjalanan untuk menemukan
sekaligus mengembangkan talenta yang sudah Tuhan percayakan pada setiap kita dan
menjadikannya berkat bagi hidup sesama. Mentor saya, Dr. John C. Maxwell pernah
mengatakan kalau sukses terdiri dari tiga hal penting, yakni mengetahui tujuan hidup
Anda (knowing your purpose in life), bertumbuh menggapai potensi maksimal Anda
(growing to your maximum potential), dan menaburkan benih yang membawa
keuntungan bagi orang lain (sowing seeds that benefit others).

Bertolak dari definisi sukses adalah sebuah perjalanan maka seorang mahasiswa tidak
boleh berkata dia akan sukses jika ia diwisuda. Mengapa? Jika ia berkata demikian, maka
pada saat ia diwisuda kemungkinan besar ia akan medefinisikan ulang kesuksesannya
dengan berkata, "Saya akan sukses jika saya sudah dapat pekerjaan".

Hal tersebut dapat terus berlanjut. Misalnya setelah mendapatkan pekerjaan ia akan
berkata kalau ia akan sukses jika ia sudah menjadi manager di perusahaan tersebut.
Ketika jadi manager, ia akan berkata, ia akan sukses jika ia menjadi direktur. Tatkala
menjadi direktur, ia berkata, ia akan sukses jika ia berhasil membawa perusahaannya
menjadi nomor satu dalam hal penjualan, dan seterusnya. Cara pandang seperti ini bisa
jadi akan membuatnya stres karena ia merasa belum meraih apa-apa.

Jika seseorang telah melakukan yang terbaik sepanjang perjalanan hidupnya ia


sebenarnya sudah sukses. Dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari,
bulan ke bulan, tahun ke tahun, jika ia senantiasa melakukan yang terbaik, ia sebetulnya
sudah sukses hanya mungkin ia belum mendapatkan pengakuan atas kesuksesannya.
Persis sebuah pepatah bijak mengatakan, "You can become the star of the hour if you
make the minutes count." Ya, Anda dapat menjadi bintang pada jam ini jika Anda
menjadikan setiap menitnya berarti.

Lalu bagaimana dengan wisuda? Itu adalah pengakuan atas kesuksesan seorang
mahasiswa yang telah menjalani masa studinya dengan baik. Saya berikan contoh
lainnya. Ketika saya menulis buku, saya tentu punya target kira-kira berapa halaman tebal
buku tersebut. Saya kemudian mengatur jadwal untuk studi literatur, melakukan sejumlah
wawancara dengan narasumber, membuat kerangka buku, mempresentasikan kerangka
tersebut kepada penerbit, lalu mulai menulis dan seterusnya.

Jika proses itu saya lakukan dengan sepenuh hati dan saya memberikan upaya terbaik
saya, maka sesungguhnya saya sudah sukses. Halaman demi halaman yang saya lalui
dengan proses kerja keras dan juga kerja cerdas demi memberikan yang terbaik kepada
para pembaca, itu juga sebuah kesuksesan.

Lalu bagaimana dengan pengakuan sukses atas buku tersebut? Salah satunya adalah
ketika buku tersebut memberikan manfaat bagi hidup orang lain sehingga berbagai pujian
datang kepada saya. Salah satu bentuk pujian bisa jadi adalah ketika buku itu cetak ulang
dalam waktu singkat atau masuk dalam kategori buku laris (best seller).

Sayangnya, orang sering mencampuradukkan antara sukses dan pengakuan sukses.. Tidak
mengherankan jika dalam pertemuan alumni beberapa tahun setelah wisuda, orang mulai
menilai kesuksesan berdasarkan apa yang telah diraih teman sekampusnya dulu.
Misalnya, kalau ia sudah bisa membeli rumah di kompleks perumahan elit dan memiliki
mobil mewah maka oleh teman-temannya ia akan dikatakan sukses. Padahal, itu adalah
pengakuan sukses. Dan, pengakuan itu tidak akan banyak gunanya jika cara ia
memperolehnya tidak baik, misalnya melalui jalan curang atau korupsi. Bagaimana
menurut Anda? ***

*Note : Paulus Winarto adalah pemegang 2 Rekor Indonesia dari Museum Rekor
Indonesia (MURI) yakni sebagai pembicara seminar yang pertama kali berbicara dalam
seminar di angkasa dan penulis buku yang pertama kali bukunya diluncurkan di angkasa.
Sejumlah bukunya masuk dalam kategori best seller.

Tukang Kayu dan Rumahnya


Sumber : milist KisahKehidupan - 13.09.2006

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan
konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan.
Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama
istri dan keluarganya.Pemilikperusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja
terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah
untuk dirinya. Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik
perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya
tidak sepenuhnya dicurahkan.

Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan


sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta oleh tuannya.Hasilnya bukanlah
sebuah rumah yang baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi
yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan
sebuah kunci rumah pada si tukang kayu.

"Ini adalah rumahmu" katanya, "hadiah dari kami." Betapa terkejutnya si tukang kayu.
Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya
mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara
yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil
karyanya sendiri.
Teman, itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang
membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan dan kurang bertanggung
jawab.Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik.
Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik.

Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan
menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.

Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara
yang jauh berbeda.
Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan "rumah" yang sedang kita
bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap.
Mari kita selesaikan "rumah" kita dengan sebaik-baiknyaseolah-olah hanya
mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup.

Kenanglah Ibu Yang Menyayangimu


Sumber : Anonymous - 14.07.2006

Suatu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Menjelang diturunkan dia
bertanya kepada Tuhan, "Para malaikat di sini mengatakan bahwa besok Engkau akan
mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup di sana, saya begitu kecil dan
lemah," kata si bayi.

Tuhan menjawab, "Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan
mengasihimu."

"Tapi di surga, apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi
saya untuk bahagia." Demikian kata si bayi.

Tuhan pun menjawab, "Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari,
dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan jadi lebih berbahagia."

Si bayi pun bertanya lagi, "Dan bagaimana saya bisa mengerti saat orang-orang berbicara
jika saya tidak mengerti bahasa mereka?".

Lagi-lagi Tuhan menjawab, "Malaikatmu akan berbicara kepadamu dengan bahasa yang
paling indah yang pernah kamu dengar, dan dengan penuh kesabaran dan perhatian dia
akan mengajarkan bagaimana cara kamu berbicara."

Si bayipun bertanya kembali, "Dan apa yang dapat saya lakukan saat saya ingin berbicara
kepada-Mu?"

Sekali lagi Tuhan menjawab, "Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu
berdoa."

Si bayipun masih belum puas, ia pun bertanya lagi, "Saya mendengar bahwa di bumi
banyak orang jahat, siapa yang akan melindungi saya?"

Dengan penuh kesabaran Tuhanpun menjawab, "Malaikatmu akan melindungimu,


dengan taruhan jiwanya sekalipun."

Si bayipun tetap belum puas dan melanjutkan pertanyaannya, "Tapi saya akan bersedih
karena tidak melihat Engkau lagi."
Dan Tuhanpun menjawab, "Malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku, dan
akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepada-Ku, walaupun
sesungguhnya Aku selalu berada di sisimu."

Saat itu surga begitu tenangnya, sehingga suara dari bumi dapat terdengar dan sang anak
dengan suara lirih bertanya, "Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah engkau
memberitahu siapa nama malaikat di rumahku nanti?"

Tuhanpun menjawab, "Kamu dapat memanggil malaikatmu... IBU ..."

Kenanglah Ibu Yang Menyayangimu

Untuk ibu yang selalu meneteskan air mata ketika aku pergi .....

Ingatkah kawan, ketika ibumu rela tidur tanpa selimut demi melihatmu, tidur nyenyak
dengan dua selimut membalut tubuhmu ..

Ingatkah kawan ketika jemari ibu mengusap lembut kepalamu .. dan ingatkah kawan
ketika air mata menetes dari mata ibumu ketika ia melihatmu terbaring sakit

Kawan .. sesekali jenguklah ibumu yang selalu menantikan kepulanganmu di rumah yang
dulu kau dilahirkan, kawan .. kembalilah memohon maaf pada ibumu yang selalu rindu
akan senyumanmu. Simpanlah sejenak kesibukan-kesibukan duniawi yang selalu
membuatmu lupa untuk pulang, segeralah jenguk ibumu yang berdiri memantimu di
depan pintu sampai malampun kian larut.

Kawan.. jangan biarkan engkau kehilangan, saat-saat yang akan kau rindukan di masa
datang. ketika ibu telah tiada ..

Tak ada lagi yang berdiri di depan pintu menyambut kita .. tak ada lagi senyuman
indah ... tanda bahagia. yang ada hanyalah kamar yang kosong tiada penghuninya, yang
ada hanyalah baju yang digantung di lemari kamarnya. Tak ada lagi yang menyiapkan
sarapan pagi untukmu makan, tak ada lagi yang rela merawatmu sampai larut malam
ketika engkau sakit...tak ada lagi dan tak akan ada lagi yang meneteskan air mata
mendoakanmu disetiap hembusan nafasnya.

Kawan.. kembalilah segera . peluklah ibu yang selalu menyayangimu ..

Ciumlah kaki ibu yang selalu merindukanmu dan berikanlah yang terbaik diakhir
hayatnya.

Kawan berdoalah untuk kesehatannya dan rasakanlah pelukan cinta dan kasih sayangnya
jangan biarkan engkau menyesal di masa datang kembalilah pada ibu yang selalu
menyayangimu .. kenanglah semua cinta dan kasih sayangnya ...
Ibu .. maafkan aku sampai kapanpun tak akan terbalas budi baikmu hanya untaian doa
untukmu .. semoga Allah membalas budi baikmu.

Wahai Allah .. ampunilah ibuku dan kasihanilah ia sebagaimana ia mengasihaniku


sewaktu aku masih kecil ..

Ibu .. engkau selalu berada didalam hatiku .. tiap jengkal dan hembusan nafasku semoga
bahagia selalu menyertaimu.

Ibu .. aku sayang padamu .

Ibu .. maafkan aku ... dari anakmu, yang selalu rindu akan pelukan dan cinta kasihmu ..

8 Kebohongan Ibu dalam Hidupnya


Sumber : Anonymous - 16.08.2006

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat
manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya.
Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat
membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu
mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di
sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika
makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke
mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN
IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya
untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia
bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu
memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan
itu, ibu duduk disampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di
tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti
itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku.
Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan
ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi
ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil
tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala
musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada
lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api.
Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu
tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN
IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika
hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku
di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi,
menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh
yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak
dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang
dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum.
Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG
KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan
ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan
hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa
penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik
hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun
masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu
sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras
kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"
----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu
yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke
pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk
membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang
tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar
master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah
perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan
tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu
yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku
tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat
di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera
pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di
ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan
penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku
karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh
ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil
berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini.
Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku,Aku tidak kesakitan"
----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya
untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin
sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! "
Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita?
Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan
ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai
beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan
ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya,
kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum,
cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah
mencemaskan kabar dari orang tua kita?
Cemas apakah orang tua kita sudah makan atau belum? Cemas apakah orang tua kita
sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali
lagi..

Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orang tua kita,
lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai